Share

32.Tiga Pemulung Sakti

Penulis: Gibran
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-25 20:23:15

Setelah mempelajari berbagai isi dalam Kitab Keabadian dan meminum ramuan penguat tubuh yang Bima dapat dari Perguruan Katak Merah, kekuatan Bima melesat cepat hingga hampir menembus ke ranah Pukulan Sakti.

"Ini luar biasa, hanya dalam waktu yang singkat aku sudah naik dua tingkat sekaligus, satu tahap lagi aku berada di ranah Pukulan Sakti," ucap Bima dengan nafas terengah setelah melakukan olah kanuragan.

Malam itu dia terus berlatih hingga fajar menyingsing. Hingga keesokan harinya dia pun pergi meninggalkan penginapan itu. Sebelum pergi Bima memberikan sepuluh tail emas kepada Lastri.

"Kamu bisa beli penginapan ini, lain kali aku akan datang berkunjung lagi, terimakasih Lastri untuk selama ini," ucap Bima membuat mata Lastri berkaca-kaca.

Namun gadis itu hanya mengangguk tanpa bisa berkata apa-apa. Dia merasa terharu, sedih, dan juga sedikit bahagia karena Bima memperhatikan nya.

"Aku akan membeli penginapan ini sehingga tuan bisa bebas jika akan menginap di sini, saya akan m
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    33.Perguruan Ular Hitam

    Dua pemulung sakti yang tersisa itu terkejut saat Bima bergerak cepat dengan lincah nya menghindari setiap serangan bayangan mareka. "Ini gila! Bagaimana dia bisa menghindar secepat itu!?" teriak salah satu dari mereka berdua. Kawan satunya tak menyahut. Wajahnya saja yang terlihat tegang. Keringat pun sudah membanjiri tubuh mereka. Sementara itu kawan mereka yang tergeletak meracau tidak jelas. Bima bergerak cepat dan dengan mudah menghindari serangan bayangan dua pemulung tersebut meski dengan mata terpejam. Lalu di saat yang tepat dia kembali menggunakan pedangnya untuk menebas bayangan yang menyerangnya secara beruntun.Srak! Dua pemulung sakti itu berteriak keras dan tubuh mereka pun kejang-kejang sebelum akhirnya roboh dengan tubuh yang masih kejang. Bima membuka matanya dan berjalan ke arah tiga pemulung yang masih hidup itu. Sebenarnya tak ada senjata yang bisa menebas bayangan. Namun senjata pusaka Pedang Darah berbeda. Karena di dalam pedang itu terdapat roh yang tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    34.Gadis Misterius

    Malam itu Bima menyewa satu kamar untuk menginap. Penginapan nya tidak jauh dari Perguruan. Menurut kabar yang dia dengar besok adalah hari pelelangan barang antik dan pusaka digelar. Bima tak menyadari seorang wanita berpakaian serba putih yang sedari tadi mengamati Bima juga menyewa kamar di sebelahnya. Di dalam kamar Bima membuka gulungan kitab Keabadian. Dia kembali membaca dan memperagakan isi kitab tersebut. Paling tidak dalam sewaktu semalam Bima harus bisa mencapai ranah Pukulan Sakti. Itu karena dia tahu dari sebuah kabar, bahwa beberapa ketua di di Perguruan Ular Hitam sudah mencapai Ranah Keabadian tahap awal dan ada juga yang masih di ranah Pukulan Sakti tahap akhir. Meski di ranah Pukulan Sakti tahap akhir, itu sudah cukup menyulitkan jika mereka main keroyokan seperti saat Bima berada di Perguruan Katak Merah. "Jika aku sudah menembus ranah Pukulan Sakti, aku penasaran ajian apa yang akan aku miliki... beberapa waktu lalu saat aku secara paksa berada di Ranah Keabad

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    35.Arimbi

    Lelaki yang tengah kesakitan itu berteriak mohon ampun pada gadis yang masih saja duduk diam tak bergerak sama sekali. "Ampuni aku nona...! Sungguh aku minta maaf dan tak akan mengulanginya lagi!" ucap lelaki itu. Namun agaknya si gadis tak peduli dengan ucapan lelaki itu. Karena setelah lelaki itu memohon ampun, dari tangannya terdengar lagi suara tulang patah. Suaranya membuat merinding siapa pun yang mendengarnya. "Kejam dan sangat dingin, luar biasa..." puji Bima sambil asik makan. Setelah orang itu terlihat lemas karena dari tadi berteriak dan kesakitan gadis cantik itu baru melepaskan cengkraman bayangan miliknya. Tatapan matanya kembali seperti semula. Lelaki itu terkapar di bawah lantai sambil pegangin tangan kanannya yang remuk. Dia mengerang kesakitan. Gadis itu menoleh ke arah Bima. Pemuda itu terkejut karena dia tengah menatap wajah gadis itu. Seketika Bima mengalihkan pandangan ke arah lain sambil pura-pura tak melihat. Dia pun tetap makan dengan lahap meski tiba-ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    36.Pelelangan

    Bima dan Arimbi duduk di lantai dua bangunan kayu itu. Sedangkan para penawar terlihat ramai berada di bawah. Ada beberapa orang yang terlihat seperti bangsawan yang juga duduk di lantai atas. Mereka yang berada di atas adalah orang-orang yang punya pengaruh besar di daerah tersebut. Beberapa orang kaya tersebut melirik Arimbi dengan tatapan penuh nafsu. Bima menyadari itu. Sama halnya dengan Arimbi. Jika bukan di tempat pelelangan, gadis itu ingin mencongkel mata mereka yang menatap dirinya secara tidak sopan. Di bawah sana orang sudah terdengar riuh menanti barang yang akan di lelang hari itu. Seorang wanita pembawa acara bertubuh indah keluar dari balik pintu yang ada di belakang panggung kecil. Dia tersenyum kepada para pengunjung yang akan melelang barang atau hanya sekedar berkunjung. Wanita itu membawa sebuah meja kecil lalu menaruhnya di atas panggung. Saat dia menaruh meja itu, belahan dadanya terlihat jelas m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    37.Pelelangan(2)

    "Kenapa kamu masih ingin membunuhnya!?" tanya Arimbi kesal. Dia sudah berusaha agar Bima tak membunuh orang di saat pelelangan berlangsung. Bima tak menyahut dan fokus ke arah panggung dimana Arum sedang membawa satu barang lagi yang akan di lelang. Arimbi semakin kesal dengan sifat Bima yang acuh tak acuh. Tiba-tiba salah satu pengawal bangsawan tersebut datang dan bersujud di depan Bima. Matanya terlihat berkaca-kaca. "Terimakasih pendekar! Anda berhati mulia mau menyelamatkan nyawa kakak saya!" ucap pengawal berbadan besar itu histeris. Arimbi terkejut. Dia salah menduga jika Bima telah berbuat hal buruk. Ternyata Bima memberikan pil untuk menyelamatkan nyawa pengawal bangsawan itu. Pil emas yang bernama Pil Jiwa itu sangat sakti. Bahkan orang sekarat pun bisa langsung sembuh dalam sekejap. Bima tak berucap apa-apa. Dia hanya menyuruh pengawal itu kembali ke tempatnya. Dia sudah kesal sebenarnya karena keinginannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    38.Ajian Tameng Waja

    Bangsawan bertubuh tambun itu naik di atas kereta kuda. Dua pengawalnya menaiki kuda dan berjalan di belakang kereta. Sang kusir pun melecut kudanya dan kereta pun bergerak melaju. Dari kejauhan Bima melihat kereta mewah itu pergi meninggalkan rumah pelelangan. Namun ada yang menarik perhatian Bimasena, yaitu segerombolan orang yang mengikuti dari belakang. Bima ingat, Bangsawan itu membawa banyak uang dan kitab Keabadian. Arimbi pun melihat hal tersebut. Dia tidak berkata apa pun. Dia ingin tahu apakah Bima punya rasa peduli pada orang lain. Tentunya Bangsawan gemuk itu sudah menanam budi pada Bima. "Arimbi, aku akan mengikuti mereka, kamu bisa kembali dulu ke penginapan," ucap Bima. "Tidak! Aku akan ikut denganmu!" ucap gadis itu. Bima menyerahkan pedang suci Shang Widi kepada Arimbi. "Mungkin kau butuh, kau bisa gunakan itu," ucap Bima. Tanpa banyak kata lagi meraka pun beranjak dari tempat itu. Dengan ilmu lari cepat yang mereka miliki mereka segera menyusul Bangsawan yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    39.Ajian Ular Hantu

    Bum!Ledakan dahsyat terjadi saat cahaya hitam itu menghantam pohon jati yang ada di pinggir jalan. Asap hitam mengebul dari bekas ledakan tersebut. Bima menoleh ke arah seseorang yang berdiri berkacak pinggang tak jauh darinya. Pendekar yang selamat dari kematian langsung menghampiri orang itu dan membungkuk hormat. "Guru..." ucapnya. "Ada masalah apa kau dan dia sampai terjadi pertarungan gila seperti ini?" tanya orang tua yang baru saja datang. "Muridmu hendak merampok orang di tengah jalan, jadi pantas untuk mereka mendapat hukuman," sahut Bima. "Heh, aku tidak berbicara denganmu? Aku sedang berkata dengan muridku!" hardik orang tua itu. Bima tersenyum sinis. "Orang tua membosankan," ucap Bima membuat orang yang baru datang itu marah. "Dimana kawan-kawanmu!" bentak orang tua itu. "Mereka... tewas guru..." ucap pendekar itu dengan wajah ketakutan. "Apa!? Ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    40.Banu Wijaya

    Jaya Dipa, seorang guru di Perguruan Ular Hitam tewas di tangan Bimasena. Setelah membunuh Jaya Dipa, Bima segera mendatangi Arimbi yang tergeletak di dekat kereta kuda. "Hei! Keluarlah!" teriak Bima. Banu segera mengintip. Setelah di rasa aman, dia pun keluar dari kereta. "Kita masukkan dua orang ini ke dalam kereta," kata Bima lagi. Arimbi dan Suli di masukkan ke dalam kereta kuda. Banu menjaga mereka di dalam kereta. Bima segera melecut kuda itu agar segera berjalan. Bima membawa kereta menjauh dari Perguruan Ular Hitam. Dengan keadaan Arimbi yang sedang tak sadarkan diri Bima tak mau menantang bahaya. Kereta itu berhenti di dekat sebuah gubuk kecil. Bima menyembunyikan kereta itu masuk ke dalam pepohonan. Dua tubuh yang sedang terluka itu dia bawa masuk ke dalam gubuk. Bima menemukan gubuk ini saat perjalanan menuju ke Perguruan Ular Hitam. Arimbi dan Suli dibaringkan di atas lantai kayu yang cukup lapuk. Suaranya berderit. "Kamu keluar dulu, aku akan mengobati mereka berd

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31

Bab terbaru

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    109.Siluman Penghisap Darah(2)

    Kaki panjang Siluman Penghisap Darah berhasil menendang perut Intan dengan keras. Tubuh gadis peri tersebut terpental keras dan jatuh berguling di atas tanah. Bima masih gencar melakukan serangan. Meski beberapa kali cakar siluman tersebut mengenai tubuhnya namun dia bisa bertahan berkat perisai dari hawa gelap miliknya. Siluman itu semakin brutal menyerang Bima. Sesekali dia terbang dan menukik dengan cepat. Bima berhasil menangkis setiap serangan. Namun gerakan siluman yang sangat cepat berhasil menembus pertahanan nya. Siku siluman itu mendarat di dada Bima dengan keras. Tak hanya itu, setelah sikut itu menghantam perisai di dada Bima, dari dalam sikunya keluar satu tulang tajam berwarna hitam. Tubuh Bima terpental dan perisai di dadanya berlubang. Pemuda itu jatuh di atas tanah dengan keras. Dadanya terluka oleh serangan siku tajam makhluk tersebut. Sang siluman melompat ke udara lalu menukik ke arah Bima yang masih dalam terkapar di tanah. Rukma yang tahu hal itu segera mel

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    108.Siluman Penghisap Darah

    Intan dan dua rekannya bersiap dengan ajian Sakti. Bima pun menghunus pedangnya dan menyiapkan satu pukulan Sakti di tangan kiri. Dari balik pohon terlihat sepasang mata merah menyala menatap mereka berempat. Bima merasakan aura yang kuat dari balik pohon tersebut. Dan saat sepasang mata merah menyala itu terlihat, Bima langsung melepas pukulan tangan kosong ke arah pohon. Wuuut! Gelombang angin tenaga dalam menderu dan menghantam pohon itu hingga hancur berantakan. Namun tak ada siapa pun di balik pohon tersebut. "Hati-hati! Aku merasakan dia bukan siluman biasa, kekuatannya mengerikan," ucap Bima mengingatkan. Ketiga gadis peri itu mengangguk. Mereka juga merasakan aura yang terasa sangat menekan. "Aura ini, mirip dengan siluman penghisap darah..." ucap Rukma. Kedua bola matanya menyala biru. "Siluman Penghisap Darah!?" tanya Bima. "Benar, aku mempunyai mata khusus yang bisa mengetahui kekuatan apa yang ada pada siluman," ucap Rukma. "Rukma adalah salah satu peri dengan ga

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    107.Bersama Tiga Peri Cantik

    Kadal raksasa itu mencari keberadaan Bima yang telah membantai anak-anaknya. Namun dia kehilangan jejak. Bima menebar bubuk penghilang bau agar Kadal itu tak mencium keberadaannya. Saat itu dia tengah di rawat oleh tiga gadis Peri yang cantik. Mereka adalah Rukma, Sinta dan Intan. Ketiga Peri itu merasa berhutang nyawa kepada Bima sehingga mereka rela memberikan sebagian tenaga dalam mereka untuk menyembuhkan Bima. Padahal sebenarnya Bima bisa menyembuhkan diri dengan ilmu Ganti Rogo. Tapi karena ada tiga Peri itu Bima membiarkan mereka mengobatinya. Toh dia juga tidak merasa di rugikan. "Apakah kalian tidak malu tidak menggunakan pakaian?" tanya Bima. "Sejujurnya kami malu, tapi apa yang harus kami lakukan?" tanya Sinta. "Aku mempunyai beberapa lembar pakaian di buntalan kain itu. Kalian bisa berbagi, meski tidak cocok untuk wanita, tapi lebih baik daripada kalian tidak mengenakan apa pun," kata Bima sambil menunjuk buntalan kain miliknya. Sinta membuka buntalan itu. Ternyata m

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    106.Tiga Peri

    Para kadal berukuran cukup besar itu menerjang beramai-ramai. Dengan kekuatan tinggi Bima melepas ajian Bola Iblis ke arah gerombolan kadal tersebut. Bola dengan cahaya biru terang itu melesat dengan cepat ke arah para kadal. Dan saat bola itu menghantam tubuh mereka terdengar ledakan dahsyat. Blaaaarrrrr! Ledakan itu membuat puluhan kadal membeku dan mati seketika. Banyak pepohonan yang juga ikut membeku menjadi es terkena gelombang pukulan Sakti milik Bima. Namun karena jumlah mereka sangat banyak, masih banyak dari mereka yang menerjang ke arah Bima. Pemuda itu tenang tanpa ada rasa takut sedikit pun. Karena bagi Bima tekanan para kadal itu tidak seseram Ular Lumut Geni yang belum lama ini dia hadapi. Pedang di tangan kanan Bima bercahaya biru. Dengan cepat Bima melesat ke arah gerombolan para kadal tersebut. Gerakannya sangat cepat dan dengan mudahnya dia memotong makhluk-makhluk buas tersebut. Banyak jiwa yang tersedot masuk ke dalam pedang Darah milik Bima. Makhluk-makhlu

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    105.Monster Purba

    Kadal raksasa itu kembali menjulurkan lidahnya menyambar satu lagi Iblis Kambing yang masih berdiri ketakutan. Mereka bukannya tak mau kabur, tapi mereka tak bisa kabur. Karena di belakang mereka, tepatnya di balik pepohonan, tubuh Kadal itu menutupi jalan. Bahkan ekornya tembus hingga jarak puluhan tombak. Jika mereka kabur, sudah pasti tetap akan mati juga. Mereka mencari cara untuk pergi. Salah satu cara yang terlintas di kepala mereka adalah terjun ke dalam telaga kecil tersebut. Dua Iblis Kambing itu pun langsung melompat ke dalam telaga. Namun sayangnya satu dari mereka telah di sambar lidah panjang si kadal raksasa itu. Melihat Iblis Kambing yang masuk ke dalam telaga itu membuat si kadal langsung menceburkan kepala besar ke dalam telaga sehingga air itu bergelombang tinggi. Tiga gadis yang bersembunyi terseret oleh gelombang air tersebut. Celananya mereka terseret ke arah Bima yang sedang bersembunyi di balik semak belukar. Bima yang tengah menutupi mukanya agar tak meli

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    104.Telaga Misterius

    Bima melanjutkan perjalanannya sendiri. Dia menyusuri jalan kecil yang berbuat dari batu. Bima merasa aneh dengan jalan batu itu. Siapa yang mau membangun nya di tengah hutan yang di penuhi Iblis. Tak berapa lama dia berjalan, dia mendengar suara gemericik air tak jauh darinya. Dengan cepat Bima bergerak menuju asal suara air tersebut. Dan benar saja, dia melihat sungai kecil dengan air dangkal. Bima mendekat, dia keluarkan kekuatan api miliknya sehingga menerangi sungai yang gelap tersebut. "Airnya jernih... apakah ini bisa di minum? Aku sudah hampir mati kehausan," batin Bima. "Kamu tak perlu ragu, air itu adalah sumber yang baik. Para Iblis pun meminumnya, kau yang bukan lagi manusia murni tidak masalah meminum air tersebut," sahut Iblis Es yang merasakan keraguan dalam hati Bima. Setelah mendengar ucapan Iblis Es, tanpa ragu lagi Bima meminum air tersebut. Saat menimum nya, dia merasa ada yang aneh dengan rasa air tersebut. "Kenapa aroma air ini wangi...?" batin Bima lagi.

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    103.Elemen Api

    Dengan sekuat tenaga Bima menangkis terjangan mulut Ular Lumut Geni tersebut. Tubuhnya terdorong keras hingga membuat tanah yang di pijaknya terbongkar."Kuat sekali...!" batin Bima. Dengan cepat kaki Bima bergerak menghantam tubuh bawah ular tersebut. Tapi percuma saja, karena tubuh ular itu keras bagaikan besi. Tendangan Bima hanya membuatnya tersentak saja. Karena tak mempan dengan tendangan, Bima sekuat tenaga melempar ular itu ke udara. Lalu pedang Darah di tangannya berkiblat cepat ke arah mata. Craaasss! Ternyata bagian mata tidak sekeras sisiknya. Ular itu menjerit kesakitan. Darah hijau menyembur dari luka di matanya. Bima mendapat petunjuk dengan melukai mata ular tersebut. "Hehe aku tau kelemahanmu sekarang," ucapnya senang. "Manusia sialan! Kau lukai mataku! Tak ada ada ampunan bagimu lagi!" teriak Ular Lumut Geni itu marah. Mulutnya menyembur kan api yang sangat banyak ke arah Bima. Wooossshhhh! Pepohonan terbakar hebat. Hutan yang gelap itu menjadi terang oleh

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    102.Siluman Lumut Ular Geni(2)

    "Seribu Hukuman Langit!" teriak Arimbi mengerahkan serangan terkuat miliknya. Ribuan bulu perak melesat dari sepasang sayap Arimbi. Sangat cepat ke arah Siluman Ular Lumut Geni. Siluman itu tahu jika dia di serang dari belakang. Dia pun mengibaskan ekornya dengan keras. Dari kibasan ekor itu melesat gelombang angin kuning dengan dahsyat. Gelombang angin berwarna kuning itu pun menghantam semua bulu perak milik Arimbi hingga mental ke berbagai arah. Bahkan sebagian ada yang kembali ke arah Arimbi! Dengan cepat gadis itu mengelak. Namun sayang sekali kaki dan tubuhnya tersambar bulu perak miliknya sendiri.Gadis itu terpekik kesakitan saat bulu-bulu keras itu menembus dagingnya. Bima pun terlihat panik melihat kekasihnya yang terluka. Hal itu membuat nya lengah sehingga ekor ular besar itu berhasil menghantam tubuhnya dengan keras hingga dia menabrak pohon besar di belakangnya. Brak! Bima berteriak keras menahan sakit saat tubuhnya menghantam pohon besar. Tiba-tiba dari atas lan

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    101.Siluman Lumut Ular Geni

    Gunung Tanduk Api terlihat hitam gelap meski sebenarnya saat itu hari masih siang. Awan hitam yang tak pernah pergi dari atas hutan tersebut membuat kawasan luas itu bagaikan malam tanpa ada hentinya. Dua sosok terlihat berjalan dengan tergesa membelah rimbunnya hutan. Mereka tak lain dan tak bukan adalah Bimasena dan Arimbi. Mereka tergesa karena hujan yang mulai turun. Bima mencari tempat untuk berteduh sejenak dari dinginnya air hujan. "Kita berteduh di bawah pohon itu, sepertinya bisa melindungi kita dari hujan," kata Bima sambil berlari ke arah pohon besar dengan dahan yang besar. Arimbi mengikutinya dari belakang. Tubuhnya sudah basah oleh air. Sehingga dia merasa sedikit kedinginan. Air hujan dari awan hitam berbeda dengan hujan di dunia manusia pada umumnya. Di dunia para Iblis dan Siluman itu, air yang turun dari langit hitam itu sama dinginnya dengan air es. Meski Arimbi telah mengeluarkan tenaga dalam untuk menahan rasa dingin, tetap saja dia masih menggigil kedingina

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status