BERSAMBUNG
Hutan ini sangat lebat dan terkenal angker, tapi anak bertubuh kecil kurus dengan pakaian mirip pengemis ini agaknya sudah terbiasa ke sini mencari kayu bakar, yang dikumpulkan lalu di jual ke pasar.Di usianya yang baru jalan 8 tahunan, dia harus bekerja keras seperti orang dewasa, karena keadaannya yang miskin. Wajahnya sebenarnya tampan, matanya bulat bersih, hidungnya kecil mancung. Krusaaakk….si anak kecil ini lalu refleks menoleh ke arah suara itu. “Jangan-jangan ular besar,” batinnya mulai waspada, sambil menghunus golok pendeknya yang selalu menemaninya bila ke hutan.Tiba-tiba hampir copot jantungnya, seolah melihat hantu di siang bolong, di depannya sudah berdiri seorang laki-laki yang tak dikenalnya. Tak sadar goloknya sampai terlepas dari tangan, saking kagetnya.Pandangan laki-laki itu menusuk mata polosnya, hingga hati si anak kecil ini mengkerek, ketakutan langsung melanda hati. Kok muncul tiba-tiba saja, batinnya.“Kamu…bawa benda ini, lalu pergii cepat…arghh…aku tak
Dengan kaki gemetaran menahan takut, Japra mendekati jasad Ki Palung. Nekat, dia pun memegang tubuh yang sudah taak bernyawa ini.“Astaga, benaran sudah mati, tubuhnya tak gerak lagi?” batin Japra dan kembali ketakutan melanda hatinya.Tiba-tiba Japra mendengar suara dari kejauhan, tanpa buang waktu, Japra berlari bersembunyi menjauhi jasad Ki Palung, dengan langkah ngos-ngosan saking gugupnya, sambil melihat-lihat situasi.Dia pikir pasti orang jahat yang sudah membuat Ki Palung tewas ini yang datang kembali. Apa yang dia khawatirkan benar adanya!“Ha-ha-ha…si pentolan perampok ini sudah mati!” tiba-tiba terdengar suara orang terbahak.Japra langsung gemetaran tubuhnya. Ternyata yang datang salah satu dari 3 pendekar golok putih, musuh Ki Palung.“Ya Tuhan, itu musuh Ki Palung moga dia tak lihat aku,” batin Japra makin merunduk tubuhnya ke tanah dan terhalang semak belukar yang lebat.Hatinya tentu saja ketakutan, di pikirannya orang itu pasti jahat..! Dari tempat persembunyiannya,
Dengan polosnya Japra pun mengangguk, dia bahkan tak ragu sebutkan isi sumpah tersebut. Hingga Ki Boka dan dua orang tadi saling pandang, takjub sekaligus keheranan.“Ini sumpah rahasia padepokan kita, agaknya anak kecil ini tak bohong Ki Boka,” bisik pria yang bernama Agur ini. Ki Boka menganggukan kepala sambil menaksir-naksir tubuh Japra.Tapi…tanpa setahu ke 3 orang ini, Japra sengaja tak ceritakan soal peta Pusaka Bukit Meratus!Ki Boka lagi-lagi bikin nyali Japra hampir menciut, orang yang menjadi wakil Ki Palung ini tak kalah seramnya dengan Ki Palung dan kedua orang yang membawanya ke sini.Wajah brewokan, tubuh Ki Boka tinggi kokoh dengan urat-urat kekar menonjol di kedua lengannya, ditambah golok yang lumayan besar di pinggangnya, lebih besar dari golok Agur dan Icok.Kini dia menatap tajam wajah Japra, kisah yang baru Japra sampaikan membuat wajahnya terlihat keruh, ada kemarahan serta dendam kesumat terlihat di sana. “Hmm…jadi ketua kami, Ki Palung sudah tewas di tangan 3
“Kurang ajar, heii jongos, kamu ternyata diam-diam ngintip saat kami latihan yaa. Kamu patut di hajar,” bentak Sawon, ditambah kompor dari 3 temannya, yang sebut Japra pencuri ilmu silat, makin murkalah Sawon.Tanpa menunggu Japra bicara. Hiattt….hiatttt…Sawon langsung keluarkan jurus-jurus terhebatnya, dia seolah ingin hajar Japra dalam satu gebrakan.Japra tentu saja kaget tak kepalang dengan serangan ganas Sawon ini. Tapi anak kecil ini tak gentar, dengan gesit dia mampu menghindar semua serangan ganas Sawon.Walaupun baru 6 bulanan berlatih seorang diri, dengan lincah semua serangan Sawon berhasil Japra elakan.Tapi Japra tak punya kesempatan membalas, kadang ada juga pukulan Sawon yang kena ke badan kurusnya. Japra menahan nyeri, tapi dia tak mau menyerah begitu saja."Aku tak salah apa-apa," batinnya mulai marah juga dengan kelakuan Sawon ini. Tanpa Japra sadari, jiwa pantang menyerang dan ingin membalas kalau disakiti mulai keluar tanpa dia sadari.Japra bertekad akan melawan ap
“Japra aku ikut berlatih yaa!”Japra yang sedang bergerak lincah langsung berhenti, mendengar suara bening dari seorang gadis kecil.Matanya bulat bersinar terang, kulitnya putih bersih, dengan bulu-bulu halus di sekujur lengannya, menambah kecantikannya.“Aura…boleh, ayoo kita berlatih bareng, mengulang pelajaran dari Mahaguru kemarin,” sahut Japra dengan wajah berbinar.'Siapa yang tak senang berlatih ditemani bocil cantik ini-' pikir Japra sumringah. Kebiasaan berlatih seorang diri sudah jadi rutinitas Japra sejak jadi murid di sini.Japra tak pernah pedulikan apapun kelakuan Ki Boka dan anak buahnya, yang kadang berpesta usai sukses melakukan perampokan pada korban-korbannya. Ia hanya fokus berlatih!Keduanya pun berlatih dengan riang gembira. Tubuh Japra yang kini bergerak gesit dan luwes, 2 tahun lalu dan saat ini sudah berubah.Di usianya yang sudah 10 tahunan, badannya berisi tak lagi kurus, tubuhnya pun makin jangkung. Ditunjang pakaian hitam yang dia kenakan. Menambah ketampa
Ki Birawa dan Ki Boka terlihat pembicaraan serius. Saking asyiknya berbincang, Ki Birawa dan Ki Boka ngobrol, tak sadar Japra sudah kembali setelah tadi bertemu Aura, dan kini mendengarkan obrolan mereka.“Jadi Maharaja sudah digulingkan seorang pangeran yang juga adik raja terdahulu?” terdengar suara Ki Boka. “Betul Boka, kerajaan sekarang berganti penguasa, pembersihan dilakukan kerajaan. Hati-hatilah kalian, raja yang baru ini kabarnya juga akan babat siapapun yang ganggu kerajaan-nya, termasuk mengganggu warganya!” Ki Boka mengangguk tanda paham dengan peringatan Ki Birawa. Ki Boka pun berencana ‘istirahat’ dulu jalankan aksinya bersama komplotannya.Dia khawatir bila masih beraksi, justru akan bentrok dengan pasukan kerajaan yang baru dan bakal panjang urusannya.“Boka, aku heran, katanya peta pusaka bukit meratus sudah berhasil di rebut Ki Palung. Tapi anehnya, saat dia tewas ditangan 3 Pendekar Golok Putih, peta itu lenyap! Apakah selama ini kamu selidiki kemana lenyapnya p
“Rapalkan mantra yang sudah aku ajarkan sambil kerahkan tenaga dalammu. Lalu masuk ke dalam bejana itu cepat!” terdengar perintah Ki Birawa.Japra pun merapalkan mantera itu sambil tarik nafas dan salurkan seluruh kekuatan di dalam perutnya. Tubuhnya tiba-tiba dingin dan tanpa ragu dia masuk ke dalam tungku itu dan duduk di air mendidih.Anehnya panas air itu tak terasa di tubuhnya, Japra pun makin terkagum-kagum dengan kehebatan gurunya ini. Ki Birawa lalu beri petunjuk-petunjuk dan Japra dengan mudahnya mampu ikuti semua petunjuk tersebut. “He-he-he…ilmu pukulan Ular Kobra dan Jurus Halilintar yang aku ajarkan sudah bisa kamu serap Japra. Tinggal terus kamu latih maka 1 tahun lagi, seluruh anak buah Ki Boka bukan tandinganmu lagi,” terdengar suara Ki Birawa tertawa lepas khas burung hantu. Ki Birawa bangga bukan main, murid tunggalnya ini tak mengecewakannya, bahkan melebihi ekspektasinya.“Kelak kalau dia dewasa, Ki Boka bahkan aku sendiri bisa saja bukan tandingannya lagi, bi
“Japra, hari ini kita turun gunung, kita akan menemui orang-orang dari Kerajaan Daha, mereka ini bukan orang sembarangan.”“Baik guru!”Setelah berkemas seperlunya, keduanya berlari cepat menuju sebuah tempat, kalau dulu Japra sering tertinggal dari Ki Birawa. Kini sebaliknya, berjam-jam berlari cepat, wajahnya biasa saja.Terbalik dengan Ki Birawa, terdengar deru nafasnya, tanda kelelahan berlari cepat, di samping tenaga dalamnya belum pulih 100 persen. Faktor usia juga mempengaruhi kekuatannya.Apalagi 90 persen tenaga dalamnya sudah di oper ke tubuh murid tunggalnya ini.Tempat yang dituju ternyata sebuah kampung yang terletak di sebuah perbatasan dengan Kerajaan Daha ini. Dua minggu kemudian mereka sampai di sebuah kampung yang terlihat porak poranda, sepertinya bekas perampokan.“Hmm…siapa yang merampok habis-habisan kampung ini?” gumam Ki Birawa.Kakek tua ini mendekati seorang warga yang nafasnya senin kamis, golok masih tertancap di perutnya.“Siapa pelakunya,” tanya Ki Biraw
Sambil menunggang kuda dengan santai, Nyai Sawitri kini selalu tersenyum bahagia sepanjang jalan, hingga kecantikannya makin terlihat jelas.Tubuhnya yang sekal dan bikin jakun si Putul kadang naik makin terlihat indah di atas kuda jantan, yang sebelumnya Putul beli dari peternak kuda di sebuah desa.Pendekar Putul menjemput mantan selir Pangeran Busu di tempat persembunyiannya dan sesuai janjinya, akan mengantar pulang Nyai Sawitri ini kembali ke desanya.Nyai Sawitri lega, Pangeran Busu sudah menerima hukuman berat dari Prabu Japra, yang murka gara-gara perang saudara itu.Si Putul sudah ceritakan soal ini, sehingga kini Nyai Sawitri tak perlu khawatir lagi dengan keselamatannya, sebab Pangeran Busu sudah tak bisa lagi gunakan kesaktiannya.“Pendekar Putul…setelah mengantar aku pulang ke desaku, kamu akan kemana?” tanya Nyai Sawitri, sambil menatap si Putul yang berkuda di sisi kudanya.“Mungkin…aku akan kembali ke Lembah Bidadari, karena ibundaku di sana, sudah lebih setahun aku mer
“Perbuatanmu benar-benar tak bisa di ampunkan lagi, lihat korban-korban akibat ambisimu itu, ribuan orang mati sia-sia, mereka bukan musuh, tapi rakyat Kerajaan Muara Sungai saudara-saudara kita sendiri…!” suara Prabu Japra terdengar dingin, tanda menahan kemarahan yang luar biasa di dadanya.Ini aib bagi kerajaan yang dia pimpin, selama puluhan tahun jadi maharaja dan sering perang dengan kerajaan lain yang coba-coba ganggu wilayahnya. Tapi baru kali ini terjadi perang saudara dengan korban yang tak sedikit.Belum lagi kerugian materi yang juga sangat banyak, serta efek lainnya, rasa trauma yang melanda rakyatnya. Ini sangat menyakitkan hati Prabu Japra, yang bertanggun jawab dengan rakyatnya sendiri.Pangeran Busu hanya bisa terdiam, walaupun tubuhnya tertotok, tapi mulutnya bisa bicara. Namun mana berani dia membantah ucapan sang Maharaja yang sedang murka ini.“Bersiaplah kamu menerima hukuman!” kata Prabu Japra lagi dan kedua lengannya kini telah berubah membiru.Brassss…!Pangera
Marah bukan main si Putul, musuh besarnya lolos dari tongkatnya, apalagi saat bersamaan 20 orang pasukan pemberontak ini menyerbunya.Ini membuat serangannya terhalang oleh ke 20 pasukan pemberontak ini, yang tak menduga kalau pendekar muda ini sedang di amuk amarah yang luar biasa.Tentu saja ke 20 orang ini bukan tandingan pemuda sakti yang sedang di amuk amarah tersebut. Mereka sama saja dengan mengantar nyawa untuk pindah alam.Trass…trasss…!Pedang dan tongkat Pendekar Putul berubah jadi senjata pencabut nyawa, ke 20 orang pasukan itu tewas dengan tubuh putus di tengah-tengah, bahkan hebatnya lagi.Pedang dan tongkatnya sama sekali tidak bernoda darah, ini menandakan jurus Pedang Pencabut Nyawa ini seakan benar-benar bernyawa dan tak ampun bunuh siapa saja yang nekat melawannya.Si Putul makin marah, melihat musuh-musuh besarnya tak terlihat lagi di antara ribuan pasukan yang sedang berperang ini.“Bangsaattt, mereka berhasil kabur menyelinap di antara ribuan pasukan,” dengus si P
Tiba-tiba si Putul mendengar desingan senjata rahasia yang tertuju padanya dan juga Pangeran Sana.Si Putul yang sejak tadi waspada langsung bergerak sangat cepat, dia melompat dari kudanya dan secepat kilat keluarkan jurus rajawali mencaplok mangsanya yang sangat hebat.Si Putul tak lagi ragu keluarkan kesaktiannya, di hadapannya berjejer musuh-musuh hebatnya.Trasss…!Serangan 10 senjata rahasia di return secara hebat oleh si Putul dan return ini bahkan 2X lipat lebih cepat dari serangan yang menyerang dia dan Pangeran Sana.Dua orang dari 5 orang bertopeng yang tadi menyerang secara gelap kaget bukan kepalang.Mereka bergerak luar biasa cepatnya hindari serangan balik ini, akibatnya 10 orang pasukan yang berada di belakang mereka langsung terkena senjata rahasia ini.Aughh….!Kaget bukan main Pangeran Busu melihat 10 orang pasukannya kini jadi korban dan tewas seketika.“Bangsat, kalian mulai peperangan ini, bunuh dua orang ini,” bentak Pangeran Busu dengan suara mengguntur saking m
Kini…3 minggu kemudian, kedua pasukan besar ini sudah saling berhadapan dari jarak tak terlalu jauh.Panglima Acon yang gagah dengan baju perangnya dan berada di atas kuda jantan hitam, tentu saja melihat pasukannya sudah dihadang ribuan pasukan Pangeran Busu, walaupun jarak kedua pasukan ini hampir 400 meteran.“Rupanya si Pangeran Busu ini menurun kelakuan ayahnya, Pangeran Somali, padahal keluarga mereka sudah di ampuni dan dia di beri anugerah sebagai Temanggung,” kata Panglima Muda Acon pada Pangeran Sana dan Ki Usu, serta Pendekar Putul yang berjejer di samping kudanya, di kuda masing-masing.Sekaligus menyayangkan kelakuan si Pangeran Busu yang juga sepupu Pangeran Sana ini. Saat ini kedua pasukan masih menahan diri, belum ada yang bergerak menyerang.Sesuai kesepakatan Ki Usu dan Pendekar Putul, Panglima Acon serta Pangeran Sana akan langsung hadapi Pangeran Busu.Sedangkan Ki Usu dengan Si Putul akan hadapi tokoh sakti, Ki Rawa dan Pendekar Gledek, juga 5 Pendeker Bertopeng, s
Tubuh si Putul yang sudah tak berdaya di angkat anak buah si Pangeran Busu dan di masukan ke sebuah tahanan khusus.Pendekar Gledek bahkan menambakan sebuah totokan lihai, sehingga Si Putul tak bakal bisa membebaskan dirinya kelak, begitu sadar.“He-he-he, dia akan lumpuh selamanya, kalau tidak aku beri obat penawarnya,” cetus Pendekar Gledek percaya diri.Mereka lalu lanjutkan rencana besarnya dan tanpa mereka sadari, semuanya di lihat dan di dengar dengan mata dan telinga si Putul.“Bangsat betul, tak aku sangka, si Pengaran Busu ini sudah siapkan ribuan pasukan yang akan memberontak,” batin si Putul, yang kini menyamar mirip penjaga di rumah Pangeran Busu.Sebab orang yang tadi mereka bawa aslinya bukan tubuh si Putul. Dengan ilmu sihirnya yang sangat hebat dan disempurnakan nenek dan pamannya, Si Putul mampu kelabui si Pangeran Busu Cs ini.Benar-benar atrasik sihir yang luar biasa hebatnya, karena mampu kibuli Pangeran Busu, Ki Rawa, Pendekar Gledek dan 5 orang bertopeng yang sang
Sesaat keduanya saling melumat, kali ini baik si Putul maupun Nyai Sawitri melakukannya dengan penuh perasaan.Bahkan tanpa sadar, tangan Putul mulai bergerilya di dada membusung Nyai Sawitri, ia lupa dengan planning-nya sendiri.“Tunggu…kita jangan sampai terlena, Pangeran Busu pasti sedang intai kita saat ini, belum saatnya kita bersenang-senang!” bisik Nyai Sawitri sambil meredakan jantungnya yang mulai berdebar.“Maaf…aku terbawa perasaan,” bisik Pendekar Putul, Nyai Sawitri tersenyum manis dan bilang diapun sama.Rasa yang selama ini padam, perlahan-lahan mulai bangkit daam hatinya.Malamnya, dengan kesaktiannya yang hebat, Pendekar Putul keluarkan Nyai Sawitri dari kamar ini.Ia sengaja ungsikan wanita ini dulu, karena semua informasi yang ia inginkan sudah di dapatkan, tak ada gunanya lagi berlama-lama di sini.Sehingga langkah pertama, selamatkan Nyai Sawitri dulu dan di sembunyikan di tempat aman.“Kamu aman di sini, janga berkeliaran yaa,” kata si Putul sambil pamit pada seor
Dan di luar kamar, mendongkolnya Pangeran Busu, apalagi saat dengar laporan pelayannya, juga omon-omon dua selirnya, yang sebelumnya di gasak si Putul 3 hari 3 malam.Kata mereka terdengar erangan dan dengusan nafas antara si Putul dan Nyai Sawitri, tembus sampai keluar kamar, yang dikatakan sedang asyik adu gelut di kamar itu.Derit ranjang juga sangat jelas terdengar dari kamar itu, padahal mereka cuman lewat doang di depan kamar tersebut!‘Ihh suaranya, kayak desis ular kobra saja, aku lagi nge-bayangin, pasti si Sawitri sedang ke enakan dapat benda guedeee dan perkisonggg..! Sesak pastinya rahim dia. Mana lidah si Putul lihai banget kalau udah menguas hutan rimbun, amboii asoy niannn..wkwkw!” kata si selir ini genit dan di timpali kawannya dengan suara terkekeh.“Lihat saja ntar, jalan si Sawitri pasti beda, antara kapok dan kangen dengan keperkasaan si kaki buntung itu! Heran ya, kaki buntung, tapi bendanya udah guede, keras kayak pentungan lagi, hi-hi-hi” ceplos rekannnya lagi ta
Nyai Sawitri terlihat malu-malu, dia malam ini di minta Pangeran Busu menemani Pendekar Putul di kamarnya.Antara kaget dan tak percaya dirinya, Pangeran Busu ‘rela’ menyerahkan dirinya untuk menemani Pendekar Cabul berkaki buntung nan tampan ini.Nyai Sawitri beda dengan dua selir sebelumnya, dia tak memandang sinis ke kaki si Putul, dia seolah anggap pendekar muda layaknya pemuda normal, ini yang bikin si Putul diam-diam kagum.“Silahkan minum dulu Nyai Sawitri, aku ingin kita berbincang-bincang dulu, boleh yaa?” kata Si Putul lembut, dengan gaya bak flamboyan sejati.Padahal usianya baru melewati 21 tahun alias masih 22 tahunan, tapi kelakuannya bak pria dewasa berusia 30 tahunan saja.“I-iya pangeran!” sahut Nyai Sawitri dengan suara gugup dan menerima gelas kecil yang berisi arak manis yang tak terlalu keras di meja kecil di kamar yang luas ini.“Hmm…sudah berapa lama jadi selirnya Pangeran Busu, usia kamu berapa? Tak apa, kamu ngomong saja apa adanya, jangan takut!” pancing Si Pu