BERSAMBUNG
Setelah berkata begitu, Putri Reswari tiba-tiba menekan dadanya, lalu pingsan setelah muntah darah.Pendekar Putul tentu saja kaget bukan kepalang, dia langsung membopong tubuh neneknya sambil mengepit tongkatnya dan memindahkannya ke sebuah pesanggrahan.Setelah salah satu pengawal yang sudah sembuh tadi menunjukan tempatnya. Tempat ini memang jadi wahana bersantai keluarga kerajaan Hilir Sungai dan tempat favorit Putri Reswari menikmati masa tuanya.Bahkan bila bertemu suami tercintanya, Prabu Japra, mereka lepas kangen di pesanggrahan ini.Entah kenapa melihat kondisi neneknya begitu, hati keras Pendekar Putul luluh dan dia kali ini tak mau meninggalkan neneknya ini.Dia setia menunggui Putri Reswari dan merasa dekat dengan si nenek cantik ini.Sedangkan dua orang pengawal tadi diam-diam pergi dan melapor ke Istana Kerajaan Hilir Sungai, sedangkan sisa 3 orang berjaga di luar pesanggrahan.Mereka tentu tahu kalau si Putul ini cucu sang Putri Reswari, sesaat sebelum pingsan, ke 5 pen
Terlongo lah Pendekar Putul, ia percaya kisah neneknya ini. Pantas aku di minta bersumpah segala, agar membunuh kakek dan pamanku sendiri, batinnya gemas dan marah bukan main pada bekas gurunya tersebut."Tak bakal lagi aku turuti sumpah konyol itu, sampai kapanpun, masa aku harus musuhi kakek dan pamanku sendiri. Walaupun Pendekar Gledek pernah memelihara dan menjadi guruku!" batin Pendekar Putul.“Arya cucuku…tahukah kamu kalau ibu kandungmu dan ayah kandungmu itu…sebenarnya…bersaudara, satu ayah beda…!”“A-apaaaa….ja-jadi…ibuku Putri Alona dan Prabu Harman itu bersaudara?”Hampir terjungkal Pendekar Putul mengetahui fakta yang di luar dugaan ini, bagaimana bisa ayah dan ibunya bisa sedarah?“Benar cucuku…mungkin itulah salah satu sebab, kamu lahir dalam kondisi...cacat. Karena kedua orangtuamu itu adalah keturunan Prabu Japra kakekmu, kamu terlahir karena hubungan sedarah..!” sahut Putri Reswari dan memandang kasian pada Pendekar Putul yang mendadak pucat wajahnya.“Ya Tuhan…kenapa
Walaupun Prabu Harman bertahun-tahun melatihnya. Tapi, bakat si Putul memang di atas rata-rata dan Pendekar Gledek pun dulu akui kelebihan muridnya ini.Sehingga dia dulu sayang dengan muridnya ini dan berharap si murid mampu balaskan kekalahannya pada musuh-musuh besarnya.Bahkan di hari kedua, kehebatan Jurus Pedang Dewa ini makin membuat Putri Reswari makin berdecak saking kagumnya.Tak menyangka luar biasanya Pendekar Putul ini dalam waktu yang amat singkat mampu memainkan jurus ini begitu sempurna.Putri Reswari sampai memaksakan diri menyaksikan si Putul bersilat, berkali-kali dia berseru bahagia, saking kagumnya melihat cucunya ini berlatih.“Agaknya hanya Prabu Japra kakeknya dan pamannya si Pangeran Boon Me yang mampu imbangi kehebatannya, kelak kalau dia sudah matang melatih jurus Pedang Dewa ini,” gumam Putri Reswari dengan wajah berseri-seri.Setiap hari Pendekar Putul senang sekali melihat neneknya dilihatnya makin sehat, dan selalu membelai kepalanyaa penuh kasih sayang,
Setelah berhari-hari menunggu, Pendekar Putul pun dapat kesempatan menziarahi makan neneknya, walaupun kuburan ini di jaga sangat ketat prajurit kerajaan.Tapi dengan mudah si Putul masuk dan kini bersimpuh di depan makam yang di hiasi indah, sebagai penghormatan bagi pendiri kerajaan ini.Ingat kebaikan neneknya selama seminggu dan di beri jurus yang sangat hebat, tak terasa Pendekar Putul meneteskan airmata.“Maafkan aku nek…aku bersumpah mulai kini akan jadi pendekar yang baik seperti pesan nenek dan akan seperti kakek Prabu Japra. Aku juga tak bakal lepaskan 5 orang bertopeng, kemanapun akan aku cari” lirih sekali suara Pendekar Putul.Tanpa sadar dari tadi sikapnya di perhatikan seseorang yang mendiamkan saja ulahnya, kakinya saat menginjak lantai kompleks pekuburan khusus keluarga kerajaan sama sekali tak menimbulkan suara apapun, saking lihainya.Walaupun si Putul saat ini sangat sakti, tapi orang yang memperhatikannya jauh lebih sakti.Buktinya walaupun jaraknya hanya 10 metera
2,5 bulan kemudian, Pendekar Putul sudah tiba di kaki bukit meratus bagian barat, di mana padepokan ular hitam berada.Apa yang dikatakan Pangeran Boon Me benar adanya, kini di mana-mana berkibar bendera Ular Hitam dan banyak sekali orang-orang berpakaian hitam dengan sulaman ular di pakaian mereka, baik pria maupun wanita dan rata-rata masih muda.Dipinggang mereka pun terselip golok-golok dan jalan bak jagoan saja, seolah daerah ini wilayah yang mereka jaga.Ini seklaigus menandakan, daerah ini sudah di kuasai kelompok Ki Rawa dan Pandekar Gledek, sekaligus anak buahnya makin hari makin bertambah banyak saja dan datang dari 9 penjuru angin.Tapi Pendekar Putul yang terlanjur marah mendengar ibunya tertawan, sama sekali tidak gentar.Dirinya bahkan sengaja duduk berterang di sebuah warung di desa kaki bukit meratus ini.Padahal desa ini sudah masuk dalam kekuasaan kelompok Ular Hitam.Pendekar Putul sengaja, untuk pancing sang ular besarnya keluar, dia percaya diri dengan kemampuan si
Tranggg…!"Iiihh...kenapa jadi ularrr!" teriak si Kumis terkejut setengah mampus.Kedua orang ini serentak lepas goloknya dan jatuh berdenting di lantai warung makan ini. Golok mereka tiba-tiba berubah jadi ular kobra yang mematuk wajah mereka.Pendekar Putul lalu berdiri dan berjalan dengan langkah terpincang-pincang dibantu tongkatnya.Kemudian golok tadi dia ambil dan tongkatnya di kempit, dia ancam keduanya dengan golok tadi tepat di leher masing-masing.“A-ampunnnn….ampunn…tuan pendekar,” kata keduanya tak malu-malu lagi, sebab kalau golok di tebaskan, maka amsionglah nyawa keduanya.Apalagi tubuh mereka mendadak lumpuh, saking lihai Pendekar Putul ini menotok leher mereka melalui ujung golok tersebut.Sebal juga hati Pendekar Putul melihat kepengecutan keduanya, tadi sok jagoan mengancam-ancam dirinya.“Kalian bilang ke Ki Rawa atau Pendekar Gledek sekalian, aku Pendekar Putul menantang mereka duel sampai mati, di manapun tempatnya, silahkan tentukan tempatnya,” kata Si Putul den
Setelah cukup lama berbincang dengan Lihan dan Bombon, ketiganya lalu sepakat cari penginapan di kampung ini.Apalagi sampai malam mereka berada di warung ini, Ki Rawa dan Pendekar Gledek tak muncul, termasuk kaki tangannya."Mungkin dua orang yang aku hajar itu belum tiba di padepokan, sehingga Ki Rawa atau Pendekar Gledek belum muncul," ceplos Pendekar Putul, yang diiyakan Lihan dan Bombon. Pendekar Putul sepintas tahu, kedua pemuda yang seumuran dengannya ini bukan pendekar sembarangan, langkah kaki mereka menunjukan ke 2 nya memiliki ilmu kanuragan yang cukup tinggi.Pendekar Putul tak masalah keduanya kini jadi sahabatnya, apalagi keduanya juga sopan dan tidak menganggapnya ‘orang’ cacat.Dalam hati dia memuji sikap keduanya ini, yang dianggapnya berpendidikan, juga keduanya kadang suka melucu, sehingga hatinya terhibur juga mempunyai dua sahabat baru.Baru saja merebahkan tubuhnya, Pendekar Putul waspada saat ada gerakan mencurigakan di depan pintu.Lalu ada sesuatu yang di sodo
“Di-dimana aku…siapa kamu?” wanita cantik ini malah balik bertanya dan dia sampai mundur dan mepet ke dinding gua, sambil sedapatnya rapikan pakaianya, agar tubuh mulusnya tak terlihat si Putul.Apalagi cahaya di dalam gua ini remang-remang, sehingga wanita cantik ini makin ketakutan.“Aku bukan orang jahat, aku justru mau tanya, siapa kamu dan kenapa kamu sampai di bawa ke sini,” sahut Putul perlahan, sehingga ketakutan di wajah wanita ini agak berkurang, apalai suara si Putul halus dan sopan.“Namaku Safa, aku di culik seorang dari kampung kami dan di bawa ke sini, aku nggak sadar sampai akhirnya di bawa ke gua ini,” katanya dengan wajah masih ketakutan.Walaupun sudah kenyang makan asam garam soal wanita, tapi entah kenapa Pendekar Putul kali ini agak lengah.Dia percaya saja apa yang barusan di katakan perempuan misterius ini.Pendekar Putul bahkan agak lupa, kalau dia sebenarnya datang ke tempat ini untuk bertarung dengan Ki Rawa.“Baiklah, mari kita keluar dari gua ini, kamu kini
Bafin kini menatap ratusan anak buah Ki Manyan yang tiba-tiba saja berlutut dan memberi hormat padanya, sekaligus mohon pengampunan.“Bangkitlah kalian semua, mulai hari ini kalian harus berhenti berbuat jahat, atau aku basmi kalian sama seperti Ki Manyan dan rekan-rekan kalian yang kini sudah tewas itu, kalau kelak bertemu aku lagi dan kalian masih tetap berbuat kejahatan!”Terdengar suara Bafin, kalem saja, tapi karena di sini sunyi dan tak ada yang berani bersuara, bahkan daun jatuh pun akan kedengaran saking sunyinya tempat ini.Bafin lalu perintahkan semuanya agar segera kuburkan mayat-mayat yang bergelimpangan ini.Tanpa membantah mereka semuanya bekerja cepat dan halaman ini pun kini terbebas dari mayat-mayat tersebut.Termasuk mayat Ki Manyan juga di kuburkan di bagian belakang rumah besar ini.Setelah semuanya beres, Bafin membebaskan mereka semua dan tanpa banyak cincong mereka serempak pamit dan meninggalkan rumah Ki Manyan.Aksi Pendekar Tanpa Bayangan ini sontak bikin gege
"Singgg....!" Bafin dengan kekuatan yang di milikinya langsung menangkis semua pedang lawan yang meluncur dekat sekali dengan dadanya, dia juga bergerak luar biasa cepatnya.Bafin mengelak ke kanan dan kiri, akan tetapi pedang musuh-musunya itu sudah membacok dari kiri dengan kecepatan kilat. Bafin lantas menggerakkan pedangnya menangkis.Terpaksa menangkis karena sejak tadi dia lebih banyak mengelak, tidak pernah mengadu senjata secara langsung, maklum bahwa ratusan pedang yang menghantamnya sangat kuat, apalagi mereka ini rata-rata miliki ke saktian tinggi.Apalagi 3 orang yang jadi orang kepercayaan Ki Manyan. Kini, karena tidak mungkin mengelak lagi, terpaksa dia menangkis. "Cringgg....!" Pedang di tangan Bafin mampu patahkan puluhan pedang lawannya.Lalu Bafin mengerahkan tenaga dalamnya dan berteriak ke arah lawan-lawannya yang terus menyerangnya dengan ganas.Pedangnya menyambar dengan cepatnya, menusuk ke arah lambung semua pengeroyoknya dengan kecepatan luar biasa.Terdengarl
“Hei kalian berlima, jangan ke asyikan, cepat bawa tubuh Pendekar Tanpa Bayangan, keluar!” bentak Ki Manyan tiba-tiba.Saat bersamaan…tiba-tiba kepala Bafin pusing dan…dia pun tergeletak lemas saat baru saja mencium perabotan Nyai Laras…!Nyai Laras tersenyum kecil, dia pun lalu bangkit dan segera berpakaian, juga ke 4 istri Ki Manyan lainnya turut berpakaian lagi, padahal rata-rata masih nanggung dan masi terus kepingin dipuaskan pejantan tangguh ini.Tapi teriakan mengguntur Ki Manyan dan malah Pendekar Tanpa Bayangan kini pingsan di antara paha Nyai Laras, membuat mereka bergegas berpakaian lagi. Bafin terlambat menyadari, kalau minuman yang di sodorkan Nyai Laras bercampur obat bius, yang biasa di gunakan untuk jinakan harimau ataupun gajah, efeknya bikin pingsan...!Namun karena Bafin memiliki tenaga dalam hebat, reaksi obat bius itu lama baru membuat pendekar sakti ini pingsan.Bafin yang telanjang bulat lalu di ikat dan hanya pasangi kolor. Lalu beramai-ramai mereka berlima
Bafin lalu di ajak Nyai Laras dan satu orang istri Ki Manyan untuk beristrahat di sebuah kamar yang cukup mewah dan harum.Keduanya sama cantiknya, kalau Nyai Laras tadi istri ke 3, si Nyai satu ini adalah istri ke 5 dan dikenalkan Nyai Laras dengan nama Nyai Meni dan usianya masih 17 tahunan. “Tuan pendekar kalau butuh apa saja, jangan sungkan ngomong dengan kami berdua,” kembali Nyai Laras yang supel ini dengan gaya memikat menatap pendekar mata biawak yang tak bisa melihat wanita cantik ini.Bafin senyum di kulum, seakan mengerti, agaknya keduanya saat ini mulai memancingnya ke arah yang lebih intim.Bafin bukanlah pemuda hijau, dia seorang pria berpengalaman dan kini dengan santai dia duduk di sisi ranjang empuk ini, sambil tetap lempar senyum memikatnya.“Kalian berdua, duduk dong ke sini…!” ajaknya santai.Tanpa ragu Bafin tepuk-tepuk tangannya ke kasur di kiri kanannya, seolah meminta keduanya duduk di sisinya.Nyai Laras dan Nyai Meni dengan malu-malu meong mengangguk dan kini
Tak lama kemudian, Bafin melihat salah satu penjaga ini masuk ke dalam dan saat keluar diiringi 5 wanita muda dan cantik-cantik, terperangah juga si mata biawak ini.“Tuan Pendekar Tanpa Bayangan, inilah istri-istri Ki Manyan, silahkan tuan kalau ingin bertanya soal kematian Ki Manyan tersebut.”Si penjaga tadi lalu kembali beri hormat dan permisi, untuk kembali bertugas di pagar depan rumah besar ini. Sebagai orang yang tahu adat, Bafin langsung memberikan penghormatan kepada ke 5 istri-istri Ki Manyan ini, apalagi ke limanya terlihat berpakaian serba putih, khas orang yang lagi berduka.Walaupun dalam hati sempat mikir juga, tumben Ki Manyan punya istri-istri yang denok-denok begini, mana muda-muda lagi, yang Bafin taksir paling usianya antara 18 sampai 22 tahunan.Padahal Bafin tak sadar, ke 5 juga kaget menatap pendekar yang sangat tampan dan masih muda yang tiba-tiba nongol ‘bertamu’ ke rumah mereka.Sebagai seorang flamboyan berpengalaman, sepintas melihat Bafin sudah bisa men
Langeni malu-malu meong saat kembali untuk kesekian kalinya di ciumi Bafin dan ini adalah hari ke 5 mereka bersama di pesanggrahan ini.Langeni seolah memasuki demensi baru saat bercinta dengan pendekar biawak ini. Belum pernah suaminya mau mencium perabotannya, apalagi melahap apem montoknya yang lumayan lebat rerumputannya.Tapi Bafin berbeda, pendekar playboy ini tak sungkan melakukan itu semua, sehingga Langeni mabuk darat di buatnya.“Udah ahh Bang, kagak sanggup lagi aku di pompa siang malam,” bisik Langeni manjaaahhh…sambil menjentik gemas pelatuk Bafin yang kembali nakal menerobos masuk ke perabotannya dan ranjang di pesanggrahan ini lagi-lagi bergoyang hebat, akibat kelakuan keduanya.Setelah Bafin kembali tumpahkan laharnya, Langeni pun bilang hari ini ingin pulang kembali ke rumah suaminya.“Iya dehh, hari ini kamu ku antar pulang, bawa sebanyak yang kamu bisa koin-koin itu yaah,” kata Bafin senyum-senyum tengil.Tak tanggung-tanggung, dua kantong lumayan besar di pegang Lan
Sebuah pukulan keras yang mengandung tenaga dalam hebat Bafin arahkan ke musuh besarnya ini.Ki Samosi terjengkang dan langsung muntah darah, Bafin agaknya tak tanggung-tanggung hajar musuhnya ini dengan jurus mega halilintarnya yang sudah sangat sempurna ia kuasai di bawah bimbingan ayahnya.Namun hebatnya, jurusnya ini tidak langsung bikin Ki Samosi koit, tapi hanya menderita luka dalam yang hebat, sehingga tak bisa lagi melarikan diri.Makin ketakutanlah Ki Samosi, kini tak ada jalan untuk kabur, dadanya hampir pecah saking sesaknya, kakinya pun terasa lumpuh buat berdiri.Bafin kini sengaja permainkan seluruh anak buah Ki Samosi, sesekali dia menempeleng wajah-wajah mereka. Tidak keras, tapi akibatnya ribuan bintang bertebaran di mata mereka.Di saat lain, Bafin juga sengaja putuskan tali kolor mereka.Kemudian terlihat pemandangan menggelikan, semuanya kelabakan saat pelatuk mereka ‘unjai-unjai’ terlihat termasuk lato-lato-nya, yang bikin si wanita denok tadi sakit perut tertawa
Tanpa sadar Ki Samosi langsung layangkan pukulan mautnya ke arah anak buahnya, akibatnya si gigi tongos tewas seketika dengan tubuh membiru dan mulut keluarkan busa.Dalam kemarahannya, Ki Samosi langsung kerahkan tenaga dalamnya yang hebat dan mengandung racun mematikan.Bafin, tetap tersenyum-senyum kecil, sama sekali tidak aneh ataupun takut dengan kelakuan Ki Samosi ini.Saat berpaling ke arah Bafin, biji matanya bak mau keluar saking marahnya menatap pemuda sakti yang sangat lihai ilmu sihir.Ki Samosi yang sejatinya juga lihai ilmu sihir ini, hari ini bak bertemuu suhunya, dia tak bisa keluarkan kemampuannya karena sudah keok duluan.“Tunggu dulu, sebelum kita bertarung, alangkah baiknya tu pentungan hitam di simpan dulu, atau aku potong saja, biar tak untai-untai kayak biji buah nangka?” Kembali Bafin ledek Ki Samosi dan si wanita yang tadi pucat melihat si tongos tewas, kini tak sadar kembali terkekeh. Ledekan ini benar-benar makin bikin wajah Ki Samosi sudah tak berbentuk lag
“Persembahkan dua orang gadis cantik, entah di manakan anak buah Ki Samosi dapat calon persembahan itu,” kata salah satu warga itu.Mendengar nama Ki Samosi di bawa-bawa, Bafin pun menajamkan telinganya mendengarkan pembicaran duawarga tadi, dan kini dia tahu tempat persembunyian musuh besarnya.Bafin akhirnya mencari penginapan sederhana dan kembali ia tidak mau menonjolkan diri, dirinya bahkan malas jalan-jalan siang hari, kecuali malam hari, untuk lihat-lihat situasi saja.Dan ini di malam kedua, kembali Bafin jalan-jalan sambil sesekali berhenti melihat situasi, yang bikin Bafin merasa aneh adalah, kalau malam hari kampung ini sangat sepi, seolah tak ada penghuninya. Agaknya warga di sini seperti di cekam ketakutan, tapi apa sebabnya, ini yang bikin Bafin penasaran dan ingin menyelidikinya, apalagi ini belum terlalu malam. Saat itulah dia melihat ada pemandangan ganjil, yakni ada dua orang yang tingkahnya mencurigakan, terlihat mengindap-indap dan sepertinya mengintai sebuah rum