Beranda / Pendekar / Pendekar Bertongkat Menuju Puncak / Bab 78. Orang yang Bertahan Hidup

Share

Bab 78. Orang yang Bertahan Hidup

Penulis: Ndaka
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-27 13:39:44

Wujud seolah itu wajah manusia sungguhan, kedua lelaki yang langsung melihat penampakan tersebut pun merasa akan adanya ketidakwajaran.

"Kalaupun halusinasi, maka tak seharusnya kita berada di gua."

"Itu artinya ini seperti keajaiban atau sejenisnya?"

"Kenapa begitu?" Wu Shi balik bertanya.

"Aku pernah dengar cerita, sosok malaikat yang jatuh dari surga. Entah itu benar atau tidak, tapi kupikir wujud di atas sana itu kurang lebih seperti yang aku pikirkan," pikir Hao Yun.

"Itu semakin tidak masuk akal."

Mereka sadar bahwa mereka berada dalam Gua Abadi. Belum keluar sama sekali semenjak mengikuti jalan lurus sebelum ini. Ketika melihat wujud tidak wajar tersebut, lekas mereka kembali mengangkat pedang tuk melawan sosok tersebut.

"Hentikan, itu percuma saja!" Namun, seseorang tiba-tiba saja muncul dan memberitahukan sesuatu pada mereka.

Wu Shi dan Hao Yun secara reflek menoleh ke belakang dengan terkejut. Dengan tatapan sinis, hawa membunuh pun terpancar ketika melihat sosok pria be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 79. Niat Buruk

    Gua Abadi memiliki banyak misteri yang tak terungkap. Ada banyak cara menuju ke Gua Abadi namun tidak ada satupun cara untuk keluar, itulah yang dikatakan Qingchen kepadanya.Gua Abadi, adalah gua yang hidup. Hutan, sungai, lorong panjang bawah tanah, dan lain sebagainya memang sekilas tampak indah namun kenyataannya itu menyiksa mental mereka."Tidak ada jalan keluar." Perasaan Qingchen sedikit membaik setelah berbincang pada Wu Shi. Ia kemudian mengambil sebuah daun besar yang menyimpan sesuatu. Lantas mengajak Wu Shi untuk mengikutinya, mereka pergi menghampiri Hao Yun yang sedang mengenakan pakaiannya kembali."Ini makanan. Pastikan kalian memakannya agar dapat bertahan hidup nanti," tutur Qingchen, "Oh, kau kembali? Maaf ya, sepertinya asumsiku terlalu berlebihan dengan menduga kau terlibat sesuatu di sini," ucap Hao Yun tulus."Tidak apa. Bukan masalah. Aku pasti akan bersikap sama sepertimu jika melihat orang mencurigakan tiba-tiba muncul," ujar Qingchen. Lain di mulut, lain

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 80. Terbongkar

    Qingchen dengan mudahnya menghindari serangan dari dua arah yang bergerak cepat. Jika Qingchen benar-benar orang biasa yang datang kemari untuk memetik tanaman obat maka ia takkan bisa melakukan hal semacam itu. Namun sebaliknya, Qingchen menghindari serangan tersebut dengan gesit selayaknya seorang ahli bela diri. "Dia pasti menyembunyikan banyak hal di balik penampilannya yang lusuh.""Dugaanmu dari awal memang benar Hao Yun."Wu Shi menatap tajam Qingchen, hawa membunuh sesaat benar-benar terasa dan membuat lelaki asing itu bergidik merinding. Qingchen lantas menundukkan kepala sedalam mungkin, ia takut dan mulai panik saat penyamarannya mulai terbongkar. 'Duh, gawat. Bisa-bisanya aku melakukan kesalahan di saat seperti ini. Mereka berdua pasti akan langsung membunuhku!' pekik Qingchen dalam batin. Kegelisahan yang ia dapatkan dari hasil kegagalan penyamaran, berhadapan dengan dua pendekar pedang di depan mata adalah suatu kesalahan terbesar yang pernah ada. Qingchen sendiri pun

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 81. Sosok yang Menyerupai

    Hutan di sepanjang jalan, danau dan perbukitan lengkap dengan pepohonan asing. Tempat ini benar-benar aneh, sekilas terlihat langit di atas namun kenyatannya itu bukanlah langit pada umumnya. Mengabaikan Qingchen, keduanya kembali melanjutkan perjalanan guna mencari jalan keluar sendiri. Terhitung beberapa menit mereka menemukan sebuah jalan di balik semak-semak yang bertumbuh lebat.Wajah girang terlukis, seakan itu adalah jalan keluar namun kenyatannya bukan. Itu adalah jalan menuju ke lorong panjang dalam gua. "Astaga, mau sampai kapan kita harus menghadapi gua? Aku sudah muak melihat warna coklat," gerutu Wu Shi. "Tapi ini sedikit berbeda Wu Shi! Gua ini tidak sepenuhnya jalan kosong dan bertanah atau berbatu!" seru Hao Yun yang paling bersemangat berpetualang. "Ha, dasar. Aku tidak bisa sesemangat itu kalau aku sendiri tidak pernah mendapati tempat seaneh ini." Ini kenyataan, di masa depan Wu Shi sama sekali tidak ingat ada tempat seaneh ini, namun meski begitu ia sedang beru

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-29
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 82. Dinding Cermin Kebenaran

    Dinding Cermin Kebenaran. Fakta mengenai tempat itu diketahui oleh Wu Shi di masa depan, di mana dirinya mendengar setengah percakapan di antara para pendekar muda soal itu. Seperti yang disebutkan, Dinding Cermin Kebenaran memiliki arti bahwa cerminan diri mereka akan muncul di balik dinding air dan mereka semua adalah bentuk atau wujud dari kebenaran diri sendiri. Baik lemah maupun kuat tidak ada bedanya di hadapan cerminan diri sendiri sebab siapa pun orangnya akan kesulitan bila melawan dirinya sendiri. Wu Shi dengar jika tidak bisa atau kalah menghadapi cerminan maka yang asli akan mati di tempat. "Duh, merepotkan." Wu Shi menggerutu. Ia menjaga jarak agar aman dari jangkauan serang cerminan itu namun percuma, cerminan itu malah mendekat setiap kali Wu Shi melangkah mundur."Dalam kondisi seperti ini aku tidak bisa mengalahkannya. Tapi jika tidak mengalahkannya maka kemungkinan besar yang dikatakan oleh mereka saat itu akan jadi kenyataan."Sebenarnya Wu Shi dan Hao Yun tidakl

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-29
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 83. Musuh Alami

    "Kenapa aku tidak kepikiran tentang titik butaku sendiri ya? Ah, dasar. Aku memang lambat berpikir dan hanya pandai bicara saja," gerutu Wu Shi. Memanfaatkan jarak dekat di antara mereka, Wu Shi melompat ke samping dan menyerang di titik buta dalam hitungan detik. Cerminan itu bahkan sulit bereaksi pada perubahan posisi Wu Shi yang tiba-tiba itu. Sehingga Wu Shi dapat menyerangnya sekali lagi dengan serangan fatal di bagian pinggang. SYAATT!Sayatan keras dengan tebasan cepat, membuat otot pinggang robek dan mengucurkan darah segar. Sungguh realistis sekali. "Wah, mengerikan sekali. Padahal cuman cerminan bukan manusia asli. Terlebih dia keluar dari balik dinding, mungkin saja dia terbuat dari air," pikir Wu Shi. Berharap ini akan segera berakhir, tapi tidak sepenuhnya. Ketika Wu Shi lengah hanya karena berhasil mendaratkan serangan fatal, ia tiba-tiba saja terdorong mundur hingga menabrak dinding air yang beku. DUAKKK!Punggungnya menghantam keras hingga membuat sekujur tubuh t

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-30
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 84. Qingchen yang Sebenarnya

    Dinding Cermin Kebenaran telah ditaklukan. Wu Shi dan Hao Yun sama-sama memenangkan pertarungannya sendiri. Keduanya terluka cukup parah hanya karena melawan diri sendiri. Memang musuh terberat adalah diri sendiri. "Hao Yun, ada hal yang ingin aku katakan tentang tempat ini.""Ada apa? Wajahmu terlihat serius sekali."Wu Shi diam sejenak sambil melihat keadaan sekitar, memastikan takkan ada yang menganggu mereka lagi. "Ya. Ini Gua Abadi. Lalu tempat ini adalah Dinding Cermin Kebenaran. Sesuai yang disebut, tempat ini akan mengungkapkan kebenaran tentang diri kita sendiri. Mulai dari penampilan, kekuatan, kebiasaan dan lain sebagainya.""Itu aku juga tahu." Wu Shi mengangguk lantas menyentuh genangan air di bawahnya. Kemudian berkata, "Aku pernah dengar dari seseorang, tempat ini adalah latihan untuk para murid Perguruan.""Yang benar saja? Tempat seperti neraka ini?" tanya Hao Yun tidak percaya."Iya. Aku serius, Hao Yun. Dan aku cukup yakin ada jalan keluarnya," ucap Wu Shi. Riak

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-30
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 85. Perbedaan Pendapat

    Terungkap sudah jati diri asli Qingchen yang katanya terjebak di sini selama 6 bulan. Mantan anggota Tulang Naga. Kenyataan tersebut membuat Wu Shi dan Hao Yun sangatlah terkejut sampai sulit bereaksi seperti apa selain amarah yang telah lama dipendam."Seharusnya sejak awal aku tidak usah percaya.""Hao Yun! Dia sudah bukan anggota kelompok itu lagi!" pekik Wu Shi mengingatkan. "Aku tahu. Tapi tetap saja kalau dia dulunya bersama mereka maka itu artinya dia juga terlibat dalam pembantaian klan-ku," kata Hao Yun.Hao Yun terus menggertakkan giginya, mengatakan semua hal yang ingin ia katakan. Semua hal yang ada dalam pikirannya dan membuat amarah Hao Yun terus melunjak. "Hanya kelompok kalian lah yang tidak bisa aku maafkan," imbuh Hao Yun."Ya benar. Dari awal kita berdua memiliki pendapat yang berbeda. Buat apa berdebat seperti ini jika hasilnya percuma saja. Tapi tolong bersikap dewasa, Hao Yun." Qingchen menyahut. Qingchen memang lebih dewasa, usianya jauh lebih tua dari mereka

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-31
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 86. Jalan Keluar

    Qingchen, lelaki berusia 30 tahunan itu memiliki seorang adik perempuan yang sakit-sakitan. Sebelumnya ia mengaku datang kemari guna mencari obat untuk adiknya namun itu hanya separuh benar saja. Adiknya memang sakit tapi alasan ia berada di sini karena alasan yang berbeda. Qingchen merupakan anggota bawahan Tulang Naga, saat ia ketahuan membunuh seseorang yang penting di wilayah kultus, Qingchen ditangkap lalu dijatuhi hukuman. Sehingga ia terpaksa berada di Gua Abadi. Setahu Wu Shi, Gua Abadi adalah tempat untuk pelatihan para murid perguruan namun entah mengapa saat ini menjadi tempat untuk mengurung penjahat. Tergantung sudut pandang, benar atau tidaknya fakta tentang semua yang ingin ia lakukan atau pernah dilakukan, Qingchen mwmang orang yang patut dicurigai sejak awal. Hao Yun sedari awal mencurigainya, sehingga tak pernah mau bila harus bekerja sama dengannya untuk keluar dari tempat ini. Ia mementingkan ego sebab ia takut bila terjadi hal buruk bila Qingchen keluar dari t

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-31

Bab terbaru

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bagian Penutup

    Tiada akhir dalam suatu kejadian bilamana kejadian itu tidak dianggap ada. Berbagai kata mutiara pun tak sanggup diungkapkan, lantaran orang-orang di sana saja lah yang turut merasakan kejadian itu benar-benar ada. Sosok pria berusia matang, memiliki satu-satunya istri cantik dan pemberani—Chang Juan. Kini ia menjadi seorang pemimpin di sebuah kultus putih, salah satu kultus besar di negeri. Berjalan pelan dengan tongkat yang ia genggam sepanjang hari hingga tangannya mengapal, sesaat memori di mana ia masih masa kanak-kanak terbayang kembali dalam benaknya yang tengah merasa bosan itu. "Nian, kemarilah." Ayahnya yang berparas tergolong biasa saja itu memanggil putranya dengan manja. Sosok anak lelaki yang tidak lain adalah Wu Shi pun mendekat dan bertanya ada urusan apa sehingga sang Ayah memanggil. Ternyata Wu Chen sedang mengasah bilah di balik tongkatnya yang berat. "Itu ... milik siapa Ayah?" tanya Wu Shi penasaran.Lantas sang Ayah pun menjawab dengan ekspresi senang, "Kela

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 122. Puncak Di Atas

    Teknik terlarang adalah hal tabu bagi seorang pendekar yang mencoreng pedang itu sendiri. Lan San yang merupakan pria bertopeng adalah pengguna teknik terlarang pertama dan ia membuat sebagian besar murid menjadi pengguna teknik terlarang begitu pula dengan Ayah Wu Shi, Wu Chen yang selama ini tidak pernah membicarakan tentang penyakitnya. Lalu di tengah pertarungan dalam badai salju yang juga menerbangkan hujan darah itu, terlihat Chang Juan yang merupakan calon istri Wu Shi datang menghampiri dengan tubuh yang hampir terlahap inti teknik terlarang. Selang beberapa detik usai Lan San membesarkan api yang entah dari mana ia dapatkan, Chang Juan tumbang di tempat. Tahu bahwa teknik terlarang mereka saling terhubung yang mana itu berarti sama saja seperti mengirim nyawa Chang Juan sebagai bahan bakar energi dalam pada Lan San, Wu Shi dilahap oleh amarah besar. Sebuah emosi yang tak memikirkan siapa musuh dan rekan, beruntungnya hanya Lan San seorang yang berada dekat dengannya sehing

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 121. Wajah Di Balik Topeng

    Perang yang tidak diharapakan telah terjadi, tak sedikit memakan korban, sejumlah orang diibaratkan mengidap penyakit saat teknik terlarang yang merupakan hal tabu ada pada tubuh mereka. Seakan telah menjamur, hal tersebut membuat jatuh sakit orang-orang itu namun berkat kemampuan Wu Shi yang tak terduga, ia dapat menyerap inti teknik terlarang itu. Sekalipun itu juga akan merugikan bagi dirinya sendiri. Perang kini sudah melebihi batas sewajarnya, adapun seorang pria bertopeng bersikukuh ingin menghabisi Wu Shi di tangan para anak buahnya namun karena hal itu sulit dilakukan, hingga akhirnya ia sengaja menunjukkan diri. Keduanya pun saling beradu senjata, bilah senjata yang terlihat sama namun milik Wu Shi jauh lebih kuat dari milik pria bertopeng. Sementara itu Hao Yun terlihat setengah sadar dengan rambut acak-acakan, ia memiliki napas berat seraya setengah terbaring di tempat sambil memegang pedangnya. Di sekelilingnya tidak ada lagi pendekar yang tersisa, kecuali ia seorang. L

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 120. Beradu Di Badai Salju

    Serangan yang dimiliki oleh pria bertopeng benar-benar tak terukur. Sekalipun keduanya saling melancarkan serangan telak di awal, pria itu nyaris bukan tandingan Wu Shi. Tetapi roh leluhur yang berada dalam pedang di pinggangnya saat itu mengatakan sesuatu bahwasanya Wu Shi bisa melampaui orang itu. "Jangan takut. Kelemahanmu itu hanya terlalu ketakutan. Sebenarnya apa yang membuatmu ketakutan?" Roh leluhur bertanya-tanya. "Aku juga tidak tahu."Setiap manusia mempunyai kelemahan masing-masing. Tak terkecuali dengan Wu Shi ataupun pria bertopeng itu.Setelah sabetan pedang bagaikan sabit bulan terpancar, Wu Shi yang berada di bawah kaki pegunungan kini hanya berbaring sembari mengatur napasnya kembali. Tongkat masih berada dalam genggaman lengan kanannya namun ia sedang gemetar. "Apa aku sedang takut? Atau kedinginan?" Wu Shi sendiri saja bingung perkara tubuhnya sendiri."Bangun, Wu Shi!" "Baiklah, aku mengerti." Baru saja ia bangkit dari tumpukan salju, badai yang belum juga be

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 119. Li Menjadi Musuh

    Menghadapai musuh tak terduga adalah sebuah bencana. Itulah yang dirasakan oleh Hao Yun si ahli racun. Pedang akan segera berkarat bila angin bersalju terus berhembus seperti ini. Sekujur tubuh Hao Yun bergetar, sedikit demi sedikit ia melangkah mundur dengan ragu. Berpikir, "Kenapa Guru Li bisa menjadi seperti ini? Yang aku tahu dia menghilang tapi begitu bertemu malah jadi musuh." Hao Yun tidak begitu memahami kejadian kali ini. Guru Li yang ada di hadapan adalah musuhnya, seharusnya ia langsung menyerang namun Hao Yun ragu. "Jika Wu Shi melihat ini, maka mungkin dia akan menjadi tak terkendali lagi. Obat yang aku berikan juga hanya bisa menahannya sebentar," tutur Hao Yun. "Lindungi Tuan Hao Yun!" seru para pendekar yang mendukungnya, mereka menyerang secara serentak dan membiarkan Hao Yun tetap berdiri dalam perlindungan mereka. "Jangan gegabah! Orang itu Guru Li! Pendekar Tongkat Menara yang hilang!" jerit Hao Yun. ***Di suatu tempat, bangunan utama kultus putih di puncak

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 118. Pihak Sekutu II

    Berkumpul di sebuah paviliun yang sudah lama tidak digunakan, tiba- tiba serangan datang tak terduga dari atas. Langit-langit paviliun terbuka lebar, badai salju langsung menghantam semua yang ada di sana. "Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?" "Serangan musuh! Semuanya mawas diri!" Tak pernah disangka musuh akan datang begitu heboh. Sesosok lekaki muncul di antara mereka dengan wajah tak terlihat. Wajahnya tertutup rambut panjang pria itu sendiri. Entah siapa namun gaya berpedangnya sungguh luar biasa dan tak masuk akal. Seketika semua murid-murid di sana terbangun, mereka lekas beranjak dari ranjang masing-masing dan segera menyingkir dari pria itu. Shi Zhuang mengamankannya dan segera menggiring para murid tuk turun ke bawah. "Bertahanlah dalam badai salju! Turun dan cepat cari perlindungan!" teriak Shi Zhuang. Mereka semua lekas berbondong-bondong turun ke bawah. Beruntungnya pria itu tidak mengingat mereka, justru mengincar salah seorang pendekar yang merupakan keturunan ta

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 117. Pihak Sekutu I

    Pertarungan sekelompok kecil menyerbu ketiga saudara dalam ruang sempit, tiap permukaan lantai yang beku membuat goresan tiap goresan dari langkah kaki yang berat. Sabetan pedang diarahkan, serangan demi serangan dilayangkan pada ketiga saudara yang kalah jumlah itu. Trang!!!Hingga ketika salah seorang telah beradu senjata dengan Wu Shi. Orang itu sempat mengatakan sesuatu padanya."Tuan, saya harap dapat mengerti. Maafkan saya," ucap pendekar yang ada di depan mata. Karena mendengar ucapannya membuat Wu Shi sedikit lengah, ia terdorong beberapa langkah ke samping dan orang itu mengambil kesempatan ini untuk menyerang secara vertikal. Terlihat sekilas pria itu memutar gagang pedang, membalikkan ujung menjadi punggung pedang yang digunakan tuk menyerang Wu Shi. "Maaf." Sekali lagi ia berucap. "Apa yang—!"Tepat di atas luka yang sama, hal tersebut membuat Wu Shi kehilangan keseimbangan hingga menghantam dinding yang terasa semakin tipis hingga rusak kemudian. "Aku akan terhempas

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 116. Boneka Kayu

    Amarah dan ujaran kebencian dilontarkan terang-terangan. Wu Shi yang berusaha sekuat tenaga justru dipermainkan hingga jadi sekonyol ini. Musuh belum ia habisi dengan tangan sendiri, dan sekarang justru terluka di bagian pinggang yang cukup fatal baginya. "Ugh, dia mengincar pinggangku. Pasti dia berniat melumpuhkan diriku," pikir Wu Shi. "Memang aneh. Padahal kau adalah musuhnya, tapi mengapa dia tidak berniat membunuhmu?" Roh leluhur pendekar pun berpikiran hal sama. "Mungkinkah dia menginginkan sesuatu ..."Hening sesaat setelah salah seorang lainnya menyerang, tak terlihat kedua orang berjubah itu akan menyerang namun hanya menatapnya dari kejauhan. Ruang pertemuan sepenuhnya dirusak, banyak barang-barang yang tergores akibat sabetan pedang. "Tidak ada jawaban?""Dia mungkin hanya memantau." "Untuk apa pula?""Mana aku tahu. Dia memiliki sifat berbeda dari musuhku di masa lampau." Dak!Berat pada tongkat menghantam ke arah bawah, sempat berdengung sesaat, getaran pada tomba

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 115. Tertipu

    Hao Yun mengaku dirinya sedang tersesat sehingga tak sadar sudah jalan sampai ke bagian depan kultus. Sepanjang perjalanan ini, tiada keanehan apa pun lagi selain yang bearusan dilawan oleh Wu Shi. "Kakak Zhu belum kemari?""Aku tidak tahu soal itu."Lukisan yang terpajang tepat di dinding bagian dalam, di mana lukisan itu akan terlihat jelas di depan mata saat memasuki kultus ini, terlihat seolah sedang menyambut mereka. Lukisan mahluk berkaki empat kecil dengan sisik dan berkepala besar, yakni seekor naga kembar. Sekilas terasa menyeramkan."Apa karena barusan bertemu dengan bayangannya dia saja ya?" pikir Wu Shi yang merasa aneh sendiri. "Dari tadi kau sedang apa?" tanya Hao Yun yang melihat Wu Shi menundukkan kepala kebingungan."Tidak. Tidak ada. Aku hanya bingung, kenapa di bagian depan sangat sepi padahal di bagian belakang kau disambut oleh banyak orang.""Ah, benar juga. Itu adalah hal yang paling tidak masuk akal bagiku. Tak kusangka kau juga kepikiran.""Tentu saja. Begit

DMCA.com Protection Status