Cuaca cerah yang begitu tenang, ternyata tidak bertahan lama. Sesaat setelah Wu Shi keluar untuk melihat pemandangan dan langit ini, terdengar jeritan para wanita yang datang dari dalam paviliun. "Apa yang—"Wu Shi berbalik badan dan tidak begitu mengerti apa yang sedang terjadi saat ini, tetapi tidak lama setelah itu ia baru sadar akan adanya sebuah api yang muncul disalah satu tempat di paviliun itu."Api!" Para wanita serta rombongan Zhu Jiancheng berbondong-bondong keluar demi menyelamatkan diri. Khususnya para wanita, mereka terlihat sangat ketakutan. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Wu Shi. "Kami juga tidak tahu pastinya. Api itu muncul dan bergegas kami keluar.""Api itu muncul dari dalam dapur. Lalu salah satu dari kami terjebak di sana." Salah satu wanita menjawab pertanyaan. "Yang benar saja?" Zhu Jiancheng melihat keadaan sekitar, lalu ia bergegas membisikkan sesuatu pada Wu Shi."Aku akan berjaga di luar. Sementara kau harus menyelamatkan seseorang yang terjebak
Kebakaran itu, membuat Pemilik Paviliun Mata Air tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Terlebih ada banyak benda berharga yang mungkin saja tersisa di sana, dan lagi ia tidak bisa meninggalkan para wanitanya. Dengan begitu, ia tidak bisa mengikuti perjalanan para calon pewaris. "Jika suatu hari nanti semua sudah aku selesaikan, dan para wanitaku telah menetap ke tempat yang aman, maka saya akan segera menyusul Tuan Wu Shi dan Tuan Zhu Jiancheng," ucapnya sembari memberi hormat. ***Mereka kembali melanjutkan perjalanan lagi. Setiap ujung distrik yang memiliki banyak tempat. Kadangkala mereka menemukan pedesaan kecil disertai dengan para penduduk yang hidup tentram. "Melihat mereka membuatku merasa segala keburukan takkan pernah terjadi," ucap Wu Shi. Zhu Jiancheng tersenyum sambil menepuk kepala Wu Shi dengan lembut. Lantas berkata, "Hal seperti itu mungkin sulit diharapkan. Kau tahu itu." "Aku tahu."Dalam perjalanan, para pengikut Zhu Jiancheng berniat berdiam diri sementara
Di masa depan, lebih tepatnya itu terjadi setelah beberapa tahun menikah Wu Shi berjumpa dengan seorang wanita pendekar. Pendekar itu memiliki suatu masalah sehingga dikejar-kejar oleh seseorang. Wanita yang ingin membalas budi itupun akhirnya sedikit menceritakan tentang dirinya. "Aku adalah Penjaga Wilayah Luar Kultus Putih. Hao Ling. Adikku mati terbunuh oleh kelompok yang disebut Tulang Naga. Saat ini Kultus Putih sedang diambang kehancuran, suatu saat nanti bersiaplah untuk pergi ke tempat yang lebih aman." Hao Ling memberinya sebuah peringatan. Saat itulah Wu Shi mengetahui siapa wanita itu, yakni seorang pendekar dan memiliki keahlian dalam pengobatan serta racun. Lalu jati dirinya saat itu dikenal sebagai penjaga. "Tidak apakah menceritakan tentang dirimu begitu saja? Bukankah sangat berbahaya?" "Tidak juga. Aku justru merasa aman jika bersama dengan keturunan legenda.""Apanya yang keturunan legenda? Aku sudah cacat secara fisik dan mental. Pedang yang dulu pernah membant
Setelah beberapa saat, akhirnya Wu Shi sadar kembali. Seperti yang sudah diketahui, dirinya kebal terhadap racun. Seluruh efek dari racun yang telah diberikan pun hanya membuat Wu Shi merasakan racun itu saja dan bukan berarti akan berdampak pada tubuhnya."Wah, dia tidak jadi ke alam baka nih?" Hao Ling bertanya guna memastikan. Wu Shi kemudian duduk, dan melirik sinis wanita itu. Saking sengitnya tatapan, aura kebencian itu pun ikut terasa. Hao Ling sadar bahwa Wu Shi marah besar kepadanya. "Kau menyebalkan sekali! Merenggut sesuatu yang bukan milikmu itu tak seharusnya kau lakukan!" pekik Wu Shi terlampau emosi seraya menggosokkan bibirnya berulang kali dengan punggung tangan."Maafkan aku. Aku hanya ingin memastikan saja. Lagi pula semua orang akan terkejut jika orang asing tiba-tiba menyebut namamu sebelum perkenalan bukan?" sahut Hao Ling, perkatannya masuk akal juga. "Aku tetap tidak bisa menoleransi sikapmu itu!" teriak Wu Shi. "Haha, baiklah. Anggap saja aku yang salah. L
Hao Ling datang bertamu. Wanita ini entah kenapa selalu saja membuat Wu Shi merasa aneh. Seakan ada sesuatu darinya, mungkin saja itu karena hawa keberadaannya. "Hei, Tuan Wu Shi. Sepertinya kau sudah melakukan apa yang diperintahkan buku itu.""Tentu saja. Itu karena kau menyuruhku, Penjaga Hao.""Janganlah kau kaku begitu. Aku sedih jika kau memanggilku begitu sopan, panggil saja aku Ling.""Tidak bisa. Penjaga tetaplah seorang penjaga. Lalu apa yang sebenarnya kau lakukan di tempat seperti ini?" tanya Wu Shi. "Aku hanya memastikan keamanan terhadap semua para calon pewaris. Meskipun kalian sudah dianggap pendekar, tetap saja. Aku tidak bisa membiarkan benih berharga mati.""Oh ya?""Apa kau tahu, Tuan Wu Shi?""Panggil saja namaku, tak perlu sebut tuan..""Ya, Wu Shi. Di Perguruan Tingkat Menara duel di antara murid sudah dimulai. Mereka akan berduel sesuai aturan. Sementara itu kalian bertiga mendapatkan pelatihan langsung dari para penjaga." "Aku tidak begitu tertarik dengan i
Lelaki berpakaian serba tertutup dan hitam, warnanya yang begitu gelap hampir menyerupai gelapnya malam dan rerimbun hutan. Lelaki ini adalah bagian dari ujian Wu Shi. Di bagian lembar ketiga, setelah mengambil sebuah batu giok pelindung, terdapat tulisan, "Kalahkan dia." Dan dia yang dimaksud adalah sesosok lelaki ini. "Pada akhirnya apa yang dikhawatirkan oleh kakak Zhu menjadi kenyataan."Dari ciri-ciri terlihat sekilas seperti seorang pembunuh. Tapi Wu Shi merasakan adanya keanehan di sini. "Hei, siapa pun kau! Sebelum mengalahkan dirimu, aku beri pertanyaan dan kau jawablah itu!" pekik Wu Shi. Sayangnya ucapan Wu Shi tidak didengarkan, lelaki itu langsung menerjang usai membuat gubuk menjadi setengah bangunan jadi. Bilah pedang menghantam badan tongkat, rasanya begitu berat sampai Wu Shi harus bertahan dengan kedua tangannya yang bertumpu pada senjata."HAHAHAHAHA!" Kedua mata Wu Shi terbelalak kaget saat mendengarnya tertawa begitu keras. Kini ia mengerti alasan mengapa ia
Sebelum kejadian Wu Shi bertemu dengan bandit itu. Zhu Jiancheng bersama penjaganya menginap di tempat sekitar. Mereka terutama Zhu Jiancheng sendiri samgatlah mengkhawatirkan Wu Shi yang saat ini sedang menjalankan sebuah tugas tersendiri. Jujur saja Zhu Jiancheng tidak pernah percaya pada Penjaga Hao Ling, karena apa? Karena ia tahu betul wanita itu memikirkan banyak hal yang tak terduga, pikirannya itu sangat licik sampai membuat Zhu Jiancheng kala menjalani ujian sewaktu itu kewalahan.Zhu Jiancheng menghela napas panjang seraya melihat ke arah luar dari jendela dan berkata, "Aku sangat khawatir padanya.""Tolong jangan mengkhawatirkan calon musuh. Anda tidak perlu repot-repot melakukannya," ucap si penjaga. "Tuan Wu Shi yang ke dan sendiri, itu artinya dia percaya pada kemampuannya. Mari kita tunggu saja sampai beliau selesai," kata Penjaga Jang."Tuan Wu Shi itu 'kan orangnya curigaan. Kenapa dia semudah itu mengikuti omongannya?" tukas An tidak mengerti."Dari interaksi merek
Di garis waktu sebelumnya, masa depan Wu Shi hanya ada kehancuran semata. Saat itu, jangankan mengenggam senjata demi suatu kebaikan, terakhir kali ia justru menyerang banyak orang secara membabi buta dengan sebuah pedang panjang. Wu Shi tidak bisa mengendalikan emosi karena hal itu, dan berujung pada keburukan terhadap diri sendiri ataupun pada orang lain. Namun sekarang, meski kurangnya pengalaman dalam melawan atau bertahan, dengan tongkatnya Wu Shi merasa naluri bertarungnya bangkit kembali. Rasa yang aneh di dada, jantung berdegup cukup kencang tak terduga. Perasaan senang, semangat, memicu adrenalinnya untuk terus bertarung demi kesenangan semata. Seolah-olah Wu Shi kembali ke masa kehancurannya saat itu. Bandit liar yang tangguh, dirinya yang merelakan satu tangan hanya untuk menghajar Wu Shi lagi dan lagi, ia pun cukup bersikukuh. Ia pantang menyerah dan selalu membuat perasaan Wu Shi semakin menjadi."Hahahaha!!" Sekali lagi bandit itu tertawa."Heh, menarik. Lagi! Lagi!"