Share

Penantian Malam Pertama
Penantian Malam Pertama
Author: Rfi Dianafi

Part 1

Author: Rfi Dianafi
last update Last Updated: 2023-03-02 00:58:14

"Sayang, aku sudah tidak sabar menunggu malam ini sejak dua tahun yang lalu. Aku tidak menyangka kalau akhirnya kita akan hidup bersama membangun keluarga bahagia," tutur Rendi, suami Miana yang saat ini berdiri di belakang sembari memeluknya. 

"Aku juga sangat bersyukur karena kita bisa menyatukan cinta kita dalam ikatan yang suci. Terima kasih sudah menghalalkan aku, Mas," balas Miana sembari tersenyum melalui pantulan cermin meja rias di hadapannya. 

Rendi dan Miana saling melemparkan senyum bahagia. Keduanya sudah sama-sama membersihkan diri setelah pesta pernikahan mereka yang diadakan dengan sangat meriah. 

Selain malam pertama yang akan mereka lalui malam ini sebagai sepasang pengantin baru, ini juga adalah malam pertama bagi mereka berdua menempati rumah baru mereka. Ya, sebelum menikah Rendi sudah menabung dan membeli rumah untuk mereka tempati. 

Katanya, supaya mereka bebas melakukan apapun sesuka hati di saat pengantin baru. Jadi, di sinilah mereka sekarang. Di rumah baru yang sesuai dengan impian Miana selama ini. Merajut kasih secara halal dan juga hanyut dalam asmara kenikmatan yang sebentar lagi akan keduanya raih. 

"Bolehkah aku memetik buah segar yang selama ini sudah kamu jaga, sekarang?" tanya Rendi sembari menatap Miana. Pria itu mencium puncak kepala dengan tangannya yang mulai menjelajah di bagian depan dirinya. 

"Apapun yang Mas mau, Mas boleh melakukannya. Aku sepenuhnya milikmu. Kamu berhak atas diriku, Mas," jawab Miana sembari tersenyum malu. 

Rendi membantu Miana beranjak dan berdiri di hadapannya. Dia mendekatkan tubuh mereka sampai tidak berjarak. Dengan perlahan Rendi memajukan wajahnya untuk menggapai bibir Miana. 

Spontan Miana memejamkan mata. Sesuatu yang belum pernah dia lakukan sebelumnya meski mereka sudah berpacaran dua tahun akhirnya dapat mereka lakukan malam ini dengan cara yang benar dan halal.

Naluri Miana menginginkan sesuatu yang menjadi bagian inti dari kegiatan mereka ini. Namun, belum sampai lebih juah pikirannya melayang, Rendi menghentikan kegiatan mereka.

"Kita lanjutkan di kasur, hmm?" tanya Rendi di sela kegiatan mereka.

Miana hanya mengangguk mengiyakan. Dengan perlahan Rendi mendorong Miana menuju ranjang king size. Miana yang terlentang membuat Rendi melancarkan serangannya pada bagian yang lain. 

"Dari mana Mas Rendi bisa mengetahui hal seperti ini padahal ini adalah pertama kalinya kita melakukan?" tanya Miana heran. Namun, tidak ada kecurigaan yang dia berikan kepada Rendi. 

"Aku laki-laki dewasa, Miana. Meskipun aku tidak memiliki pengalaman dalam melakukan malam pertama, tapi aku dapat mengetahui hal itu dengan mudah dengan banyak cara," papar Rendi membuat kening Miana berkerut tak mengerti apa maksudnya. 

Rendi terkekeh geli melihat ekspresi istri kesayangannya. Dia mencubit hidung Miana gemas. Mungkin Rendi sedang memberikan istrinya waktu untuk beristirahat setelah pemanasan dahsyat sebelum masuk ke acara inti karenanya dia mengajak Miana sedikit bercanda seperti ini.

"Banyak teman yang bercerita perihal apa yang harus dilakukan oleh pasangan suami istri di malam pertama. Meskipun aku tidak mempraktekkannya secara langsung, tapi aku dapat pengalaman dari semua cerita itu," lanjut Rendi menjelaskan setelah tidak mendapatkan balasan dari istrinya. 

"Dan lagi, di zaman modern seperti sekarang banyak hal yang bisa kita dapatkan tanpa harus praktek. Saat ini dunia dalam genggaman, Miana. Apapun yang kita mau bisa kita dapatkan dari ponsel," jelas Rendi membuat Miana mengerti.

Seketika Miana langsung membulatkan mata menatap tidak percaya padanya. Sementara Rendi, dia tetap tersenyum sembari mengedipkan sebelah mata genitnya. Miana memicing sembari membuka suaranya. 

"Itu artinya Mas Rendi sudah melihat video orang bercinta sebelumnya?" tanya Miana memastikan meski sebenarnya dia sudah tahu jawaban pasti mengenai hal itu. 

"Miana, aku pria normal yang juga butuh hiburan. Aku butuh pengetahuan perihal pengalaman bercinta meski aku tidak harus melakukannya. Terlebih lagi saat usiaku remaja. Keinginanku untuk mengetahui sesuatu lebih tinggi dibandingkan aku yang sudah dewasa dan matang seperti ini," jawab Rendi tepat seperti dugaan Miana. 

"Kamu tidak perlu khawatir, Sayang. Seperti itu wajar terjadi baik itu di kalangan laki-laki ataupun perempuan. Meski yang lebih banyak menonton video bercinta berada dari pihak mereka para laki-laki," beber Rendi memberikan pengertian kepada Miana yang sudah mulai merajuk. 

"Yang terpenting aku sama sekali tidak pernah menyentuh wanita manapun. Aku masih menjaga diriku sama seperti kamu yang masih menjaga milik mu." 

"Sekarang, waktunya aku mengambil bukti cintamu yang sudah kita perjuangkan bersama." 

Belum sampai Miana membuka suara, Rendi sudah lebih dulu membuka kaos oblong miliknya. Sepertinya dia sengaja melakukan itu agar istrinya tidak melakukan protes dan bertanya lebih banyak. 

Tepat sebelum Rendi menurunkan celana dan juga kain bagian dalamnya, terdengar suara berbunyi nyaring mengganggu kegiatan mereka. 

Ting!

Ting!

"Mas, siapa yang bertamu malam-malam begini?" tanya Miana padanya dengan kening berkerut.

"Shit! Mengganggu saja!" umpat Rendi.

"Apa dia tidak tahu sebentar lagi aku harus menghisap madu yang sangat lezat dan nikmat?" kesal Rendi dengan wajah yang terlihat emosi karena kegiatan mereka terganggu. 

"Tidak mungkin Ibu yang bertamu kan, Mas?" 

Tentu saja suara bel yang tidak berhenti membuat keduanya tidak dapat melanjutkan kegiatan mereka yang mesra tadi. Miana dan Rendi saling menatap. 

Kalau mereka tidak juga melihat siapa yang datang malam-malam begini, bisa-bisa hal menyenangkan seperti tadi akan terus mengganggu kalau orang itu tidak kunjung pergi. 

"Kamu tunggu di sini dulu, hmm."

"Tetaplah polos dan jangan gunakan kain menyebalkan itu. Tutupi saja dengan selimut yang ada. Aku akan melihat siapa yang datang dan akan memberikan pelajaran karena sudah mengganggu kegiatan kita berdua." 

Rendi memberikan perintah dengan nada yang sangat kesal. Dia membenarkan resleting celananya dan memakai kembali kaos oblongnya. 

Setelah mencium kening Miana, Rendi pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban. Tampak dia menahan emosi yang besar. Hanya saja, justru wajah Rendi yang seperti itu terlihat menggemaskan di mata Miana.

'Aku ingin melihat siapa yang datang, tapi tidak mungkin aku kembali memakai pakaian lengkap sementara Mas Rendi melarangnya. Daripada memancing keributan, aku memilih menutupi tubuh polosku dengan selimut yang ada di sana saja,' batin Miana sembari menutupi seluruh tubuh polosnya.

"Ya ampun, ternyata sprei yang rapi tadi sudah tak berbentuk lagi. Ini baru pemanasan. Entah seperti apa jadinya kalau sampai mereka nanti bermain pada tahap inti."

"Sepertinya sprei ini tidak akan lagi pada tempatnya diiringi dengan ranjang yang akan terus bergoyang sepanjang malam," gumam Miana pelan setelah beranjak dari ranjang dan memilih duduk di depan meja rias. 

"Mas Rendi benar-benar buas. Masih pemanasan saja dia sudah membuat banyak tanda lukisan di leher dan di dadaku. Entah bagaimana buasnya dia nanti saat kami bersatu." Lirih Miana sembari melihat jejak merah yang ditinggalkan Rendi di tubuhnya.

"Kamu sudah tidak suci lagi. Mulut Mas Rendi sudah menjelajahmu tanpa ampun. Setelah ini dan hari-hari berikutnya kamu harus memberikan yang lebih memuaskan pada suamiku. Jangan pernah sekalipun mengecewakannya dalam melayani dia di atas ranjang," kata Miana pada gunung kembarnya.

Miana berdiri dan ingin kembali membuka selimut yang menutupi sampai pada bagian bawah inti tubuhnya. Hanya saja, semua itu terhenti saat dia mendengar teriakan yang memekakkan telinga diiringi dengan suara pintu kamar yang terbuka dengan keras dan kasar.

"Miana!" teriak Rendi membuat Miana langsung melihat padanya sembari membenarkan selimut untuk menutupi tubuh polos itu.

"Ada apa, Mas?" tanya Miana tidak mengerti melihat wajah Rendi yang tampak seperti menahan amarah. 

"Ada apa kamu bilang?!"

"Ini apa, hah?! Ini apa?!" tanya Rendi sembari memperlihatkan sebuah flash disk yang Miana sendiri tidak tahu apa itu isinya. 

Miana masih tidak mengerti apa yang ada di dalam flash disk itu sampai membuat Rendi terlihat sangat marah kepadaku. Namun, perasaannya mengatakan kalau sesuatu yang tidak baik pasti terjadi di sini. Tidak mungkin kemarahan Rendi yang tampaknya seperti itu hanyalah sebuah prank untuk malam pertama mereka. 

"A ... apa itu, Mas? Aku benar-benar tidak tahu," tanya Miana tergagap berharap apa yang dipikirkan tidak terjadi. 

Rendi melemparkan flashdisk itu ke arah Miana. Dengan tangan gemetar dia mengambilnya segera dan membuka cepat di ponselnya yang kebetulan berada di atas meja rias. 

Kening Miana berkerut melihat banyaknya file yang terdapat di sana. Secara random dia membuka salah satu di antaranya dan melihat video rekaman yang terdapat di dalam sana.

Deg! 

Hati Miana nyeri dengan jantung yang berdetak semakin cepat. Air matanya luruh begitu saja. Mengalir deras dan semakin deras seiring dengan sesuatu yang terus berputar di dalam sana. Mina melihat durasinya yang mencapai satu jam. 

Tangan Miana bergetar melihat video di sana dan dia mempercepat memutar sampai waktu terakhir. Sebelum dia membuka suara dan menjelaskan apa yang terjadi, perkataan Rendi berhasil membuat hatinya semakin sakit dengan air mata yang semakin deras. 

"Kita akan segera bercerai! Aku akan mengurusnya besok pagi!" 

Related chapters

  • Penantian Malam Pertama   Part 2

    "Kita akan segera bercerai! Aku akan mengurusnya besok pagi!" Miana tersentak mendengar Rendi yang berkata seperti itu. Sungguh, dia sama sekali tidak menyangka bahwa malam pertama yang seharusnya mereka lalui malam ini dengan indah justru menjadi sebuah bencana menyakitkan untuknya. Apa begitu mudahnya Mas Rendi melupakan keindahan yang belum ada satu jam kami lalui? pikir Miana bertanya pada dirinya sendiri."Mas, aku mohon jangan katakan hal seperti itu. Tarik kembali ucapanmu, Mas," mohon Miana dengan air mata mulai menetes. "Tarik katamu?!""Baiklah, aku akan menarik kata-kataku asal kamu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada video rekaman itu?" Rendi bertanya dengan tatapan membunuhnya. Miana menggeleng seraya tidak mengerti dengan semua yang terjadi saat ini. Namun, dia tidak akan menyerah begitu saja dengan membiarkan Rendi percaya pada video rekaman itu karena memang nyatanya Miana sama sekali tidak pernah melakukan hubungan badan dengan siapapun. Apa lagi sampai m

    Last Updated : 2023-03-02
  • Penantian Malam Pertama   Part 3

    Rendi menatap remeh pada Miana yang terlihat begitu yakin menerima syarat darinya. Padahal, sudah jelas kalau wanita itu bersalah."Kamu terlihat sangat yakin menerima syarat dariku. Entah untuk apa kamu melakukannya, tetapi aku sama sekali tidak peduli. Untuk membuktikan bahwa dirimu tidak bersalah semuanya akan percuma. Aku sudah terlanjur kecewa padamu." Miana menggeleng menatap penuh keberanian pada Rendi. Padahal, sebenarnya dia merasakan sakit yang teramat sangat di dalam hati. Pria yang dia cintai ternyata memiliki sifat dan watak menghakimi orang tanpa mau memberikan kesempatan."Aku ingin kita membuat sebuah perjanjian sebagai ganti atas kekecewaan yang sudah aku dapatkan atas perbuatanku di belakangku." Perkataan Rendi langsung menusuk ke dalam hati Miana.'Aku harus kuat demi membuatnya menderita lebih sakit daripada yang aku rasakan saat ini. Aku harus menatapnya penuh keyakinan untuk membuktikan kalau aku sama sekali tidak keberatan dengan perjanjian yang dia berikan,' b

    Last Updated : 2023-03-02
  • Penantian Malam Pertama   Part 4

    "Tadi malam keretakan terjadi pada rumah tangga kita yang baru beberapa jam terbangun. Pagi ini, kita baru saja memulai hidup yang baru meski sebagai orang asing yang tinggal satu atap," gumam Miana sembari menatap punggung Rendi yang hampir menghilang di balik pintu. "Aku membiarkanmu menikah lagi dengan wanita manapun, tetapi aku sama sekali tidak menyangka kalau kamu akan melakukannya besok pagi.""Aku pikir, kamu akan menikah lagi dalam kurung waktu setidaknya beberapa bulan ke depan. Sayang sekali lagi-lagi pemikiranku salah tentangmu," sesal Mina dengan semua sikap Rendi yang jauh dari dugaanku. "Sebenarnya aku masih sangat mencintaimu, Mas. Aku bersedia bertahan di sini demi mendapatkan celah untuk membuatmu kembali mencintaiku.""Aku hanya ingin memberikan diriku kepadamu ketika memiliki waktu untuk kita berdua bersama. Sayang sekali kamu tidak memiliki kesabaran untuk menunggu sedikit lebih lama lagi. Kamu lebih memilih untuk mencari wanita lain demi menuntaskan hasrat yang

    Last Updated : 2023-03-02
  • Penantian Malam Pertama   Part 5

    "Tidak bisakah kamu diam dan jangan membuat keributan di kamarku? Atau memang sudah menjadi kebiasaanmu mengganggu milik orang lain?" Miana membuka suaranya dengan dingin dan datar. "Aku tidak bermaksud seperti itu, Mia. Aku hanya ...." "Masuk ke kamar orang lain tanpa izin hanya untuk membuatku marah, apa perilaku menjijikkan seperti itu sudah menjadi kebiasaanmu, Siska?" tanya Miana kembali memotong perkataan Siska. Yah, yang masuk tanpa izin ke kamar Miana memang Siska. Tengah malam begini, apa yang dilakukan Siska di dalam kamarnya kalau bukan untuk menunjukkan kemesraannya bersama Rendi yang sudah mereka lalui? pikir Miana. "Aku hanya ingin menyapamu, Mia. Sejak siang aku dan Mas Rendi kembali dari KUA, aku belum menyapamu meski hanya sebentar saja. Aku belum memiliki waktu untuk itu. Karenanya saat sekarang aku memiliki sedikit waktu, aku ingin menyapamu meski sebentar," kelit Siska sembari tersenyum kecut dengan wajah memelas. Siska merasa apa yang dilakukannya sama sekali t

    Last Updated : 2023-03-02
  • Penantian Malam Pertama   Part 6

    'Sepertinya aku tidak salah. Siska memang bermain mata dengan Mas Geri. Bahkan Mas Geri juga tidak segan memberikan balasannya. Aku akan membongkar rahasia Siska,' batin Miana sembari berjalan mengikuti mereka ke dalam."Mia, kamu cuma masak segini? Memangnya ini cukup buat sarapan kita?" Lastri, Ibu Rendi langsung melayangkan protes begitu melihat menu yang tersaji di meja makan."Ibu tidak bilang kalau akan berkunjung ke sini. Jadi, aku hanya masak seadanya. Tadi aku sudah minta bibik belanja lebih banyak untuk mengisi kulkas," jawab Miana apa adanya."Biar aku masak lagi, Bu. Ibu makanlah yang banyak. Aku dan Mas Rendi bisa makan setelah kalian nanti. Aku bisa masak mie instan untuk sarapan," sela Siska dalam pembicaraan Miana dan Lastri."Kamu memang menantu yang baik, Siska. Sudah sempurna, tidak cacat, dan mengerti bagaimana seharusnya bersikap pada ibu mertua," ujar Lastri menanggapi Siska dengan ramah."Tidak kayak si onoh yang bisanya cuma numpang hidup. Mau diceraikan saja,

    Last Updated : 2023-07-04
  • Penantian Malam Pertama   Part 7

    "Tadi aku ke dapur, tapi tidak melihat Siska dan Mas Geri. Aku pikir mereka ada di sini karena pas aku ke taman belakang aku juga tidak melihat mereka. Ternyata mereka berada di tempat yang sedikit tersembunyi," papar Miana menjelaskan sembari pandangannya masih terarah kepada dua orang yang terlihat bergerak dari balik gorden. "Kamu jangan sembarangan bicara, Mia! Tidak mungkin Mas Geri dan Siska begitu. Mereka kakak adik walau hanya terhubung sebagai ipar. Tidak mungkin mereka macam-macam," sanggah Tina mulai merasakan panas saat matanya menangkap dengan jelas pergerakan maju mundur dari seseorang yang berada di belakang seorang wanita. "Kak, aku tidak nuduh macam-macam," sahut Miana membela diri. "Kita lihat siapa mereka." Rendi berdiri dan berjalan ke belakang dengan cepat. Tidak hanya Rendi, Miana, Tina, dan Lastri juga mengikuti di belakangnya. Mereka semua penasaran siapa orang yang membuat melakukan gerakan mencurigakan itu. Sebagai orang dewasa, tentu saja mereka semua

    Last Updated : 2023-07-09
  • Penantian Malam Pertama   Part 8

    "Nggak majikan, nggak asisten rumah tangga, mereka sama aja. Masih pagi udah ganjen olahraga kayak nggak ada waktu lain," gerutu Miana melihat kegiatan olahraga Warsi di dalam kamar."Benar-benar sial nasibku. Pagiku harus diawali melihat kegiatan mereka yang tidak tahu malu. Mata suciku harus kotor dinodai oleh kegiatan dua pasang manusia yang tidak berguna itu!" decak Miana mengakhiri aksinya mengintip kegiatan Warsi. "Karena aku nggak bisa ganggu Siska sama Mas Rendi, jadi aku bisa buat Warsi menerima pelampiasanku. Salah siapa, waktu itu dia berbohong sampai membela Siska. Jelas-jelas aku lihat sendiri kalau Siska sama Mas Geri lagi ena-ena. Sekarang, waktunya kamu balas dendam." Miana menutup rapat pintu kamar Warsi. Selanjutnya, dia menggedor pintu itu dengan kuat sengaja untuk mengganggu kegiatan yang berada di dalam. "Warsi! Warsi! Kamu masih tidur?! Warsi!" teriak Miana dengan keras sembari terus menggedor pintu kamar Warsi. Terdengar suara Warsi menyahut dari dalam. Seme

    Last Updated : 2023-07-10
  • Penantian Malam Pertama   Part 9

    "Apa yang Anda katakan, Dokter? Siska hamil?" Miana bertanya untuk memastikan dia tidak salah mendengar. "Benar, Bu. Bu Siska sedang hamil. Menurut pemeriksaan sementara saya, usia kehamilannya sekitar dua belas minggu, tapi hal itu baru bisa kita pastikan setelah mengalami pemeriksaan di rumah sakit," terang dokter. Dokter baru selesai memeriksa Siska. Dokter paruh baya itu menghadap Rendi dengan senyuman lebar di wajahnya. "Selamat, Pak Rendi. Anda akan segera menjadi seorang ayah." Selesai memberikan ucapan selamat, dokter izin pamit setelah menyarankan Siska untuk memeriksakan kandungannya ke rumah sakit. "Mas, aku hamil," ucap Siska dengan wajah berseri bahagia. Deg! Kenyataan ini langsung menyayat hati Miana. Dia menatap Rendi dan Siska dengan tidak percaya. Untuk kembali menyakinkan dirinya sendiri, Miana menghadap Rendi meminta penjelasan. "Ada apa ini, Mas? Siska, dia hamil dan usia kandungannya sudah tiga bulan sementara kalian menikah baru satu minggu. Kamu tidak

    Last Updated : 2023-07-12

Latest chapter

  • Penantian Malam Pertama   Part 21

    "Siska, aku sudah membawa bantuan," kata Miana semakin panik ketika melihat wajah Siska bertambah pucat. "Siska," panggil Geri. Kemudian, pria itu terkejut melihat banyaknya darah yang tergenang. "Siska, kamu berdarah banyak sekali." Siska yang masih memegang perutnya terus merintih. "Sakit … perutku sakit sekali. Tolong aku," rintihnya. "Sayang, kita ke rumah sakit sekarang, ya. Kamu jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja." Geri segera menggendong Siska ala bridal style. Kemudian, segera menuju ke mobil diikuti Miana di belakangnya."Mia, bawa ponselmu dan hubungi yang lain. Katakan kita akan ke rumah sakit!" perintah Geri sembari sedikit berteriak.Miana segera berbalik badan dan mengambil ponselnya, lalu dia berlari menyusul Geri dan Siska ke mobil. Sesampainya di mobil, Miana segera masuk dan duduk di bangku penumpang."Tenang, ya, Sayang. Kita segera ke rumah sakit," kata Geri menenangkan ketika membaringkan Siska dengan kepala yang berada di pangkuan Miana.Namun, Geri b

  • Penantian Malam Pertama   Part 20

    "Siska, ada apa kemari?" tanya Miana dengan gugup melihat kedatangan Siska."Kamu mau mencari siapa dan untuk apa?" Siska masuk ke dalam mendekati Miana dan menatap curiga."Tidak, Siska. Aku hanya ingin mencari asisten baru untuk menggantikan Warsi," kelit Miana."Rasanya, aku tidak cocok dengan keberadaannya," tambahnya merasa hal itu termasuk alasan yang cukup tepat. "Kamu yakin?" Siska tidak percaya begitu saja.'Apa Siska tadi mendengarku? Lagi pula, ngapain dia datang ke kamarku? Tidak ketuk pintu lebih dulu lagi sebelum masuk,' kesal Miana dalam hati."Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa bertanya pada rumput yang bergoyang. Mereka pasti akan mendukungku," jawab Miana dengan santai. Sebisa mungkin dia tidak menunjukkan kegelisahannya."Baiklah kalau begitu," balas Siska mengangguk."Ada apa kamu ke sini, Siska? Rasanya tidak mungkin seorang Siska datang kemari kalau bukan karena sesuatu yang penting." Miana berjalan mendekati Siska dan duduk di atas kursi riasnya."Aku sedang s

  • Penantian Malam Pertama   Part 19

    "Tidak, Siska. Aku akan melakukan apapun yang kamu perintahkan, tapi tidak dengan bermalam bersama Mas Geri," tolak Miana kekeuh pada pendiriannya."Memangnya aku sedang meminta pendapatmu mau atau tidak?" Siska memicing menanggapi.Geri menyeringai menatap Miana yang mulai gelisah. Dia menjilat bibirnya sendiri tidak sabar melahap wanita di depannya."Mas, ayo kita ke bawah. Aku sudah lapar," rengek Siska manja."Ayo, Sayang. Kamu butuh asupan gizi lebih banyak. Kasihan kandunganmu kalau sampai terlambat sarapan," balas Geri, lalu mereka keluar dari sana meninggalkan Miana sendirian."Bagaimana ini, aku tidak mau berakhir dengan Mas Geri. Aku harus memberi penjelasan pada Siska agar dia membatalkan rencana gila mereka," gumam Miana mencoba untuk tawar menawar nanti, di waktu yang tepat. ***Sore hari."Siska, bisa bicara sebentar?" pinta Miana ketika Siska sedang duduk di taman belakang rumah."Ada apa?" jawab Siska santai sembari menyeruput teh miliknya."Jangan lakukan rencana gil

  • Penantian Malam Pertama   Part 18

    "Bagaimana, Mas? Jika tadi dildo itu yang memuaskan aku, bagaimana kalau sekarang kamu langsung yang melakukannya padaku?" tanya Siska mengalungkan kedua tangannya di leher Rendi."Bermain dengan benda mati di terasa nikmat, Mas kalah jauh dibandingkan denganmu yang melakukannya langsung," bisik Siska dengan sensu*l di telinga Rendi, selalu menjulurkan lidahnya menggoda sedikit cuping telinga pria itu.Rendi masih diam saja, tetapi pria itu tersenyum melihat Siska yang bersikap agresif kepadanya.Rendi menjatuhkan diri ke atas ranjang dan membiarkan Siska berada di atasnya. Dengan cara seperti ini tentu saja Siska tahu kalau Rendi sedang memancingnya untuk memulai permainan mereka terlebih dahulu. 'Sial! Ternyata Mas Rendi sangat ingin bermain denganku. Tidak ada cara lain, aku harus melayaninya. Walaupun milikku masih terasa, tapi harus aku tahan agar dia tidak curiga kalau sebelumnya aku sudah berkali-kali bersama dengan Mas Geri,' batin Siska akhirnya mulai menjelajahi suaminya."

  • Penantian Malam Pertama   Part 17

    "Cairan putih kental ini baunya sama dengan yang biasa aku keluarkan. Jika tidak, cairan seperti ini berasal dari milik Siska saat dia mencapai puncaknya," gumam Rendi saat menempelkan ujung jari telunjuknya ke cairan itu dan menciumnya untuk memastikan dia tidak salah mengenali sesuatu."Siska," geram Rendi. Pembuluh darah di lehernya berdenyut, tangannya mengepal erat, dan dia mengatupkan rahangnya. Kali ini Rendi benar-benar marah kepada Siska."Beraninya kamu berselingkuh dengan Mas Geri di belakangku. Kali ini aku tidak akan memaafkanmu." Pintu kamar mandi terbuka dan Siska keluar dengan handuk yang membalut tubuhnya. Jika biasanya Rendi akan bergair"h melihat Siska yang baru selesai mandi, maka berbeda dengan sekarang setelah terlintas di pikirannya kegiatan yang baru saja dilalui Siska bersama Geri."Mas, kamu sudah pulang?" tanya Siska terkejut melihat suaminya ada di sana."Kenapa? Kamu tidak suka aku pulang lebih cepat? Apa kamu lebih menyukai aku kurang terlambat agar kamu

  • Penantian Malam Pertama   Part 16

    "Mas Geri keluar dari kamarku dengan wajah segar seperti habis mandi, apa dia dan Siska baru saja ...." Rendi terdiam sejenak mengartikan sesuatu yang terlintas di pikirannya."Mas Geri dan Siska memiliki hubungan, Mas. Kalau kamu tidak percaya padaku, aku tidak masalah karena bukan aku yang rugi, tapi ingat, Mas suatu saat Kebenaran akan terungkap dan berpihak padaku."Kata-kata Miana seketika melintas di pikiran Rendi. Bukan hanya nada bicaranya yang diucapkan dengan tegas, tetapi wajah Miana yang terlihat memerah seperti orang marah karena dia tidak mempercayainya."Sebaiknya aku datangi mereka. Lebih baik aku tanyakan langsung daripada aku menduga dan salah sasaran seperti sebelumnya," gumam Rendi Ke arah Geri sebelum kakak iparnya itu masuk ke kamarnya sendiri."Mas Geri," panggil Rendi dengan suara keras membuat langkah Geri terhenti."Rendi, kamu sudah pulang?" tanya Geri terkejut melihat kiri ada di depannya."Aku sudah pulang karena semuanya aku kerjakan lebih cepat," jawab R

  • Penantian Malam Pertama   Part 15

    "Maksudmu, kamu masih ingin membuat dia terlihat tanpa pakaian, Mas?" Siska meminta penjelasan lebih dari bahasa ambigu Geri. "Kalau kamu setuju, tidak masalah, tapi kalau tidak kita bisa menggunakannya dengan cara yang lain." Geri menyeringai. Berbagai pikiran jahat terlintas terang di pikirannya.Sebelum mendengar Geri memberitahu hukuman yang akan diberikan kepada Miana, Siska menarik penyumpal mulut Siska. "Kenapa kamu buka, Siska? Dia bisa berteriak!" marah Geri dengan suara tertahan. "Aku ingin mendengar pembelaan darinya, Mas. Negosiasi apa yang dimiliki Miana untuk membebaskan dia dari hukuman kita," jawab Siska santai.'Aku bukan perempuan bodoh seperti Tina yang mudah percaya begitu saja pada omonganmu, Mas. Aku sudah menghabiskan banyak waktu bersamamu. Jadi, aku tahu benar pikiran busuk apa yang kamu miliki,' batin Siska meradang."Siska, lepaskan aku," pinta Miana."Aku berjanji tidak akan membocorkan pada siapapun mengenai perselingkuhanmu dengan Mas Geri. Aku tidak a

  • Penantian Malam Pertama   Part 14

    "Jangan-jangan Siska melakukannya dengan Mas Geri." Miana menutup mulut terkejut dengan dugaannya sendiri."Ya, ampun berani kali mereka bercint* di rumah utama. Siska dan Mas Geri justru menggunakan kesempatan tinggal bersama ini untuk mempermudah mereka bermesraan kapanpun," gumam Miana. "Aku harus menggunakan kesempatan baik ini untuk membongkar kebusukan mereka. Baru semalam di rumah utama mereka sudah terlalu berani, bagaimana jika tinggal disini lebih lama lagi." Miana berniat pergi dari sana untuk membangunkan Tina dan Lastri.Akan tetapi, belum sampai Miana melangkah pergi, pintu tempatnya bersandar terbuka dan membuat dia ketahuan sedang mengintip kegiatan Siska dan Geri di dalam sana. Miana pun tak sengaja hampir terjatuh dan justru masuk satu langkah ke dalam.Saat Miana berada di dalam kamar, dia melihat keadaan Geri dan Siska sedang dalam posisi yang hot. Tentu saja keduanya tidak menggunakan sehelai kain di tubuhnya. Bukan hanya Miana, tapi Siska dan Geri juga terkejut

  • Penantian Malam Pertama   Part 13

    "A ... apa, Mas? Jangan main-main dengan kata-kata itu, Mas." Miana yang baru masuk rumah ternyata disambut dengan kata-kata menyakitkan itu. "Aku sedang tidak berminat main-main denganmu, Miana. Aku benar-benar mentalakmu," kata Rendi kembali mengulang kata-katanya."Apa salahku, Mas? Kenapa kamu tega talak aku?" Miana menjatuhkan barang-barang yang ada di tangannya. Dia menangis tidak percaya dengan pendengarannya."Kamu salah karena kamu sudah berani memfitnah Sarah dan Mas Geri. Kamu berusaha mempengaruhiku, Miana. Jauh-jauh aku datang ke mall hanya untuk melihat kebohongan yang kamu ciptakan. Dan bodohnya aku percaya pada kata-katamu!" marah Rendi."Ibu, maafkan aku yang sudah jalan dengan Mas Geri, Bu. Aku sungguh tidak sengaja bertemu dengan kakak ipar di mall. Kalau Ibu tidak percaya, Ibu bisa menghubungi kak Tina untuk menanyakan kebenarannya. Mas Geri sudah meminta izin pada kak Tina, Bu." Siska masih terus menangis dipelukan Lastri sejak pertama kali kembali ke rumah."Ibu

DMCA.com Protection Status