Rendi menatap remeh pada Miana yang terlihat begitu yakin menerima syarat darinya. Padahal, sudah jelas kalau wanita itu bersalah.
"Kamu terlihat sangat yakin menerima syarat dariku. Entah untuk apa kamu melakukannya, tetapi aku sama sekali tidak peduli. Untuk membuktikan bahwa dirimu tidak bersalah semuanya akan percuma. Aku sudah terlanjur kecewa padamu."
Miana menggeleng menatap penuh keberanian pada Rendi. Padahal, sebenarnya dia merasakan sakit yang teramat sangat di dalam hati. Pria yang dia cintai ternyata memiliki sifat dan watak menghakimi orang tanpa mau memberikan kesempatan.
"Aku ingin kita membuat sebuah perjanjian sebagai ganti atas kekecewaan yang sudah aku dapatkan atas perbuatanku di belakangku." Perkataan Rendi langsung menusuk ke dalam hati Miana.
'Aku harus kuat demi membuatnya menderita lebih sakit daripada yang aku rasakan saat ini. Aku harus menatapnya penuh keyakinan untuk membuktikan kalau aku sama sekali tidak keberatan dengan perjanjian yang dia berikan,' batin Miana menguatkan dirinya sendiri.
"Aku mengizinkanmu menumpang hidup di rumahku. Meski statusmu masih istriku, tetapi aku tidak akan pernah memberikanmu nafkah lahir dan batin. Kamu penuhi semua kebutuhanmu sendiri dan aku akan mengurus diriku sendiri," kata Rendi mulai memberikan persyaratan yang terlintas di pikirannya.
"Aku tidak masalah kita tinggal satu atap, tetapi jangan lupakan kalau itu hanya status saja. Kalau suatu saat aku akan menikah lagi, kamu harus menerimanya. Meski pada akhirnya tanpa izin darimu pun, aku tetap akan menikah lagi dengan wanita lain," papar Rendi menjelaskan panjang lebar mengenai kehidupan mereka ke depannya.
Miana memejamkan mata dengan erat merasakan sakit yang teramat sangat dari setiap kata-kata yang Rendi keluarkan. Miana mencoba menasehati dirinya sendiri untuk tetap bersabar demi sebuah keberhasilan yang besar.
'Ini semua hanyalah permulaan. Permainan inti akan dimulai setelah ini,' kata Miana menguatkan hati dan menahan air mata yang sejak tadi terus mendesak ingin keluar setelah mendengar persyaratan dari Rendi.
"Bagaimana? Kamu sanggup dengan persyaratan yang aku berikan?"
"Kamu bersedia membuat perjanjian seperti yang aku katakan tadi?" tanya Rendi menganggap remeh seperti Miana akan menolak semua itu.
"Aku menerima semua persyaratan yang kamu berikan. Perjanjian ini kita mulai dari sekarang dan aku mengurus diriku sendiri," tegas Miana.
"Sejak lama aku sudah menjadi yatim piatu. Jadi, bukan sesuatu yang sulit bagiku untuk hidup sendiri karena aku sudah terbiasa seperti sebelumnya. Hidup sendirian dan menafkahi diriku sendiri bukan hal yang akan membuatku kesulitan," jawab Miana mantap menyetujui.
"Ah, jangan lupakan kalau mulai malam ini kita tidak akan pernah tidur satu kamar, apalagi satu ranjang denganmu."
"Dan kamu juga jangan pernah bermimpi untuk meminta sentuhan dariku karena hal itu akan sangat mustahil kamu dapatkan. Aku tidak mungkin menyentuh wanita yang sudah pernah disentuh pria lain," tambah Rendi mengingatkan Miana seolah dirinya ini memang kotor dan tak layak.
Miana terpaksa menerima semua persyaratan itu karena dia sangat yakin kalau sebelumnya tidak pernah sekalipun berhubungan badan dengan pria manapun. Meski di dalma video itu terpampang nyat wajahnya yang sedang bermain panas.
Kali ini Miana memilih bertahan demi membuktikan kalau dia tidak bersalah. Wanita itu bertekad akan membuat Rendi menyesali keputusan itu.
"Seharusnya kamu yang berbangga mendapatkan keperawananku, Mas, tetapi justru kamu mengambil keputusan yang merugikan dirimu sendiri," ujar Miana mencoba membuat Rendi sadar kalau keputusan itu akan membuatnya menyesal.
"Aku tidak akan pernah menyesal, Miana. Perkataanmu yang seperti itu karena ingin menjebakku pada dirimu yang sudah tidak suci lagi. Aku jadi berpikir kalau sebenarnya kamu sudah hamil lebih dulu bersama pria lain dan menjadikan kata-kata manismu sebagai alasan agar aku menumpahkan benihku ke dalam rahimmu."
"Setelah berhubungan denganku, kamu akan mengatakan kalau anak yang sedang kamu kandung adalah darah dagingku karena pria yang sudah menghamilimu tidak mau bertanggung jawab atas perbuatan menjijikkan kalian. Benar begitu, bukan?"
Miana tidak dapat mengatakan apapun lagi. Rendi sudah benar-benar keterlaluan dalam menghina dirinya.
Tepat ketika Miana ingin membalas ucapan suaminya untuk membela diri ternyata pria itu sudah lebih dulu pergi dari sana sembari membanting pintu dengan sangat keras. Miana hanya menatap nanar pada kepergian Rendi yang menghilang di balik pintu.
"Kalau memang suatu saat nanti kamu akan menikah lagi dengan wanita lain, aku berjanji pada diriku sendiri akan membuatmu dan juga istri barumu berlutut di hadapanku."
"Walau aku tahu wanita lain sama sekali tidak bersalah atas kejadian ini, tapi aku akan membuat wanita manapun yang menikah denganmu menjadi menyesal setelah mengetahui sifat aslimu," gumam Miana berjanji pada dirinya sendiri sembari kedua tangannya mengepal kuat.
***
Pagi ini adalah hari pertama Miana menjadi istri Rendi. Dulu, Miana pernah bermimpi di hari pertama menjadi seorang istri, dia akan menyuguhkan masakan terbaiknya. Namun, kenyataan yang terjadi padanya saat ini sangat bertolak belakang dengan impian itu.
Terlihat Rendi berjalan mendekati Miana. Dia menatap tajam padanya yang saat ini menyajikan makanan di atas meja.
Miana mau masak seperti ini bukan untuk melayaninya sebagai suami, tetapi karena Miana memang ingin memasak banyak dan akan memakan semua untuk diri sendiri.
"Aku akan menikah dengan Siska besok pagi," kata Rendi memberitahu Miana. Sesuatu yang langsuny membuat wanita itu menatap tak percaya padanya.
"Aku berkata seperti ini bukan karena meminta izin darimu, tapi aku ingin kamu tahu kalau aku bisa mendapatkan wanita yang lebih baik darimu. Wanita suci yang tidak akan menyerahkan dirinya pada pria di luaran sana selain suaminya sendiri," lanjut Rendi setelah tidak ada tanggapan dari Miana.
Hati Miana sangat perih mendengarnya. Baru kemarin mereka melaksanakan ijab qobul, tetapi Rendi sudah ingin memiliki istri baru besok pagi.
"Aku tahu apa yang terjadi di antara kita tadi malam merupakan sesuatu yang sangat menyakitkan, tetapi apa sebegitu besarnya keinginanmu untuk berhubungan badan sampai harus menikah lagi dalam waktu yang begitu cepat, Mas?" tanya Miana dengan nada bergetar sembari berusaha menahan air mata yang hendak keluar.
"Aku pria normal, Miana. Sejak lama aku ingin berhubungan badan denganmu, tetapi demi menutupi kotornya dirimu, kamu memintaku untuk melakukannya setelah kita menikah. Jadi, jangan salahkan kalau aku mendapatkan penggantimu untuk membuktikan kenormalanku."
Miana tersenyum remeh menatap Rendi. Sesuatu yang belum pernah dia lakukan sebelumnya. Mengingat dia yang begitu menghargai Rendi sebagai seorang pria dan calon imamnya di masa depan.
"Kata-katamu sudah menunjukkan bagaimana kamu yang sebenarnya, Mas. Beruntung aku tidak memberikan keperawanan kepadamu meski cara yang aku dapatkan dengan kamu yang menghinaku seperti ini."
"Dari sini aku tahu kalau sebenarnya kamu ingin berhubungan badan terlebih dahulu demi membuktikan apakah kamu mendapatkan bekas pria lain atau tidak. Bisa jadi kalau wanita yang kamu aja berhubungan sebelum menikah adalah bekas pria lain, kamu akan meninggalkannya begitu saja, tetapi jika kamu mendapatkan perawan, hal itu juga tidak menjamin kamu akan menjalin hubungan dengan serius sampai ke jenjang pernikahan."
Miana membalas perkataan Rendi dengan kata-kata yang terdengar tidak pantas untuk dikeluarkan, tetapi dia puas setelah melihat Rendi yang terkejut dengan kebenaran yang baru saja diucapkannya. Yah, apa yang Miana katakan adalah kebenaran mengenai sifat Rendi.
"Aku tidak peduli apa yang kamu katakan, Miana. Yang paling penting aku akan menikahi Siska besok pagi. Meski acaranya hanya sederhana, tetapi semua itu cukup untuk wanita sempurna seperti dia daripada harus berpesta mewah meriah nyatanya wanita yang aku nikahi hanya seonggok sampah tak berguna," kata Rendi sembari berbalik badan pergi dari rumah sebelum Miana membalas perkataannya.
"Tadi malam keretakan terjadi pada rumah tangga kita yang baru beberapa jam terbangun. Pagi ini, kita baru saja memulai hidup yang baru meski sebagai orang asing yang tinggal satu atap," gumam Miana sembari menatap punggung Rendi yang hampir menghilang di balik pintu. "Aku membiarkanmu menikah lagi dengan wanita manapun, tetapi aku sama sekali tidak menyangka kalau kamu akan melakukannya besok pagi.""Aku pikir, kamu akan menikah lagi dalam kurung waktu setidaknya beberapa bulan ke depan. Sayang sekali lagi-lagi pemikiranku salah tentangmu," sesal Mina dengan semua sikap Rendi yang jauh dari dugaanku. "Sebenarnya aku masih sangat mencintaimu, Mas. Aku bersedia bertahan di sini demi mendapatkan celah untuk membuatmu kembali mencintaiku.""Aku hanya ingin memberikan diriku kepadamu ketika memiliki waktu untuk kita berdua bersama. Sayang sekali kamu tidak memiliki kesabaran untuk menunggu sedikit lebih lama lagi. Kamu lebih memilih untuk mencari wanita lain demi menuntaskan hasrat yang
"Tidak bisakah kamu diam dan jangan membuat keributan di kamarku? Atau memang sudah menjadi kebiasaanmu mengganggu milik orang lain?" Miana membuka suaranya dengan dingin dan datar. "Aku tidak bermaksud seperti itu, Mia. Aku hanya ...." "Masuk ke kamar orang lain tanpa izin hanya untuk membuatku marah, apa perilaku menjijikkan seperti itu sudah menjadi kebiasaanmu, Siska?" tanya Miana kembali memotong perkataan Siska. Yah, yang masuk tanpa izin ke kamar Miana memang Siska. Tengah malam begini, apa yang dilakukan Siska di dalam kamarnya kalau bukan untuk menunjukkan kemesraannya bersama Rendi yang sudah mereka lalui? pikir Miana. "Aku hanya ingin menyapamu, Mia. Sejak siang aku dan Mas Rendi kembali dari KUA, aku belum menyapamu meski hanya sebentar saja. Aku belum memiliki waktu untuk itu. Karenanya saat sekarang aku memiliki sedikit waktu, aku ingin menyapamu meski sebentar," kelit Siska sembari tersenyum kecut dengan wajah memelas. Siska merasa apa yang dilakukannya sama sekali t
'Sepertinya aku tidak salah. Siska memang bermain mata dengan Mas Geri. Bahkan Mas Geri juga tidak segan memberikan balasannya. Aku akan membongkar rahasia Siska,' batin Miana sembari berjalan mengikuti mereka ke dalam."Mia, kamu cuma masak segini? Memangnya ini cukup buat sarapan kita?" Lastri, Ibu Rendi langsung melayangkan protes begitu melihat menu yang tersaji di meja makan."Ibu tidak bilang kalau akan berkunjung ke sini. Jadi, aku hanya masak seadanya. Tadi aku sudah minta bibik belanja lebih banyak untuk mengisi kulkas," jawab Miana apa adanya."Biar aku masak lagi, Bu. Ibu makanlah yang banyak. Aku dan Mas Rendi bisa makan setelah kalian nanti. Aku bisa masak mie instan untuk sarapan," sela Siska dalam pembicaraan Miana dan Lastri."Kamu memang menantu yang baik, Siska. Sudah sempurna, tidak cacat, dan mengerti bagaimana seharusnya bersikap pada ibu mertua," ujar Lastri menanggapi Siska dengan ramah."Tidak kayak si onoh yang bisanya cuma numpang hidup. Mau diceraikan saja,
"Tadi aku ke dapur, tapi tidak melihat Siska dan Mas Geri. Aku pikir mereka ada di sini karena pas aku ke taman belakang aku juga tidak melihat mereka. Ternyata mereka berada di tempat yang sedikit tersembunyi," papar Miana menjelaskan sembari pandangannya masih terarah kepada dua orang yang terlihat bergerak dari balik gorden. "Kamu jangan sembarangan bicara, Mia! Tidak mungkin Mas Geri dan Siska begitu. Mereka kakak adik walau hanya terhubung sebagai ipar. Tidak mungkin mereka macam-macam," sanggah Tina mulai merasakan panas saat matanya menangkap dengan jelas pergerakan maju mundur dari seseorang yang berada di belakang seorang wanita. "Kak, aku tidak nuduh macam-macam," sahut Miana membela diri. "Kita lihat siapa mereka." Rendi berdiri dan berjalan ke belakang dengan cepat. Tidak hanya Rendi, Miana, Tina, dan Lastri juga mengikuti di belakangnya. Mereka semua penasaran siapa orang yang membuat melakukan gerakan mencurigakan itu. Sebagai orang dewasa, tentu saja mereka semua
"Nggak majikan, nggak asisten rumah tangga, mereka sama aja. Masih pagi udah ganjen olahraga kayak nggak ada waktu lain," gerutu Miana melihat kegiatan olahraga Warsi di dalam kamar."Benar-benar sial nasibku. Pagiku harus diawali melihat kegiatan mereka yang tidak tahu malu. Mata suciku harus kotor dinodai oleh kegiatan dua pasang manusia yang tidak berguna itu!" decak Miana mengakhiri aksinya mengintip kegiatan Warsi. "Karena aku nggak bisa ganggu Siska sama Mas Rendi, jadi aku bisa buat Warsi menerima pelampiasanku. Salah siapa, waktu itu dia berbohong sampai membela Siska. Jelas-jelas aku lihat sendiri kalau Siska sama Mas Geri lagi ena-ena. Sekarang, waktunya kamu balas dendam." Miana menutup rapat pintu kamar Warsi. Selanjutnya, dia menggedor pintu itu dengan kuat sengaja untuk mengganggu kegiatan yang berada di dalam. "Warsi! Warsi! Kamu masih tidur?! Warsi!" teriak Miana dengan keras sembari terus menggedor pintu kamar Warsi. Terdengar suara Warsi menyahut dari dalam. Seme
"Apa yang Anda katakan, Dokter? Siska hamil?" Miana bertanya untuk memastikan dia tidak salah mendengar. "Benar, Bu. Bu Siska sedang hamil. Menurut pemeriksaan sementara saya, usia kehamilannya sekitar dua belas minggu, tapi hal itu baru bisa kita pastikan setelah mengalami pemeriksaan di rumah sakit," terang dokter. Dokter baru selesai memeriksa Siska. Dokter paruh baya itu menghadap Rendi dengan senyuman lebar di wajahnya. "Selamat, Pak Rendi. Anda akan segera menjadi seorang ayah." Selesai memberikan ucapan selamat, dokter izin pamit setelah menyarankan Siska untuk memeriksakan kandungannya ke rumah sakit. "Mas, aku hamil," ucap Siska dengan wajah berseri bahagia. Deg! Kenyataan ini langsung menyayat hati Miana. Dia menatap Rendi dan Siska dengan tidak percaya. Untuk kembali menyakinkan dirinya sendiri, Miana menghadap Rendi meminta penjelasan. "Ada apa ini, Mas? Siska, dia hamil dan usia kandungannya sudah tiga bulan sementara kalian menikah baru satu minggu. Kamu tidak
"Kenapa aku harus menjaga omonganku? Apa wanita hamil di luar nikah dan bangga atas kehamilan bersama calon suami orang, apa wanita seperti itu harus aku bilang wanita suci?" tantang Miana tanpa rasa takut. Hatinya sudah terlanjur sakit. Tidak ada lagi cara lain untuk mengobati selain dari meluapkan semua isi hatinya dengan menentang mereka."Kamu keterlaluan, Miana!" geram Rendi kembali mengangkat tangannya, tetapi harus terhenti mendengar Miana berteriak."Apa, Mas?! Kamu mau menamparku lagi? Ini, Mas, tampar! Tampar aku, Mas!" seru Miana. Miana menatap tidak percaya kalau tamparan itu justru datang dari suaminya. "Kamu percaya pada fitnah dan memilih menjadi orang asing untukku sebelum kita genap 24 jam menikah." Miana mundur, dia mengusap air matanya dengan cepat. Namun, arus sungai dari pelupuk matanya tetap tidak bisa dihentikan."Sementara dari kehamilan Siska dengan pernikahan kalian yang baru satu minggu, fakta membongkar rahasia besar. Nyatanya kalian sudah sering berhubung
"Aku menyesal pernah mencintaimu, Mas. Aku menyesal masih memperjuangkan kamu yang akan menikah dengan Siska pagi itu." Miana menatap Siska dan Rendi bergantian. Tidak terlihat wajah penyesalan dari mereka berdua. Justru dalam pandangan Miana , Siska menahan senyumannya."Menyesallah, Miana. Semua itu tidak ada gunanya karena kita akan segera bercerai. Aku talak kamu, Miana," ucap Rendi disambut senyum bahagia dari Siska dan tetesan air mata dari Miana. "Aku berjanji akan membalas sakit hatiku!" janji Miana kemudian pergi dari sana. Dia sudah tidak tahan lagi berada diantara orang-orang munafik.***Pagi hari.Miana sedang duduk menghadap cermin menatap dirinya sendiri. Air mata yang keluar dihapus dengan cepat."Tidak, Mia, kamu tidak boleh menangis. Pria seperti itu tidak pantas menjadi suamimu," gumam Miana menasehati dirinya sendiri. "Aku harus mulai rencana pertama. Aku akan mencari dalang di balik pembuat video rekaman bercint* itu. Walaupun wajah perempuan di dalam video itu
"Siska, aku sudah membawa bantuan," kata Miana semakin panik ketika melihat wajah Siska bertambah pucat. "Siska," panggil Geri. Kemudian, pria itu terkejut melihat banyaknya darah yang tergenang. "Siska, kamu berdarah banyak sekali." Siska yang masih memegang perutnya terus merintih. "Sakit … perutku sakit sekali. Tolong aku," rintihnya. "Sayang, kita ke rumah sakit sekarang, ya. Kamu jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja." Geri segera menggendong Siska ala bridal style. Kemudian, segera menuju ke mobil diikuti Miana di belakangnya."Mia, bawa ponselmu dan hubungi yang lain. Katakan kita akan ke rumah sakit!" perintah Geri sembari sedikit berteriak.Miana segera berbalik badan dan mengambil ponselnya, lalu dia berlari menyusul Geri dan Siska ke mobil. Sesampainya di mobil, Miana segera masuk dan duduk di bangku penumpang."Tenang, ya, Sayang. Kita segera ke rumah sakit," kata Geri menenangkan ketika membaringkan Siska dengan kepala yang berada di pangkuan Miana.Namun, Geri b
"Siska, ada apa kemari?" tanya Miana dengan gugup melihat kedatangan Siska."Kamu mau mencari siapa dan untuk apa?" Siska masuk ke dalam mendekati Miana dan menatap curiga."Tidak, Siska. Aku hanya ingin mencari asisten baru untuk menggantikan Warsi," kelit Miana."Rasanya, aku tidak cocok dengan keberadaannya," tambahnya merasa hal itu termasuk alasan yang cukup tepat. "Kamu yakin?" Siska tidak percaya begitu saja.'Apa Siska tadi mendengarku? Lagi pula, ngapain dia datang ke kamarku? Tidak ketuk pintu lebih dulu lagi sebelum masuk,' kesal Miana dalam hati."Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa bertanya pada rumput yang bergoyang. Mereka pasti akan mendukungku," jawab Miana dengan santai. Sebisa mungkin dia tidak menunjukkan kegelisahannya."Baiklah kalau begitu," balas Siska mengangguk."Ada apa kamu ke sini, Siska? Rasanya tidak mungkin seorang Siska datang kemari kalau bukan karena sesuatu yang penting." Miana berjalan mendekati Siska dan duduk di atas kursi riasnya."Aku sedang s
"Tidak, Siska. Aku akan melakukan apapun yang kamu perintahkan, tapi tidak dengan bermalam bersama Mas Geri," tolak Miana kekeuh pada pendiriannya."Memangnya aku sedang meminta pendapatmu mau atau tidak?" Siska memicing menanggapi.Geri menyeringai menatap Miana yang mulai gelisah. Dia menjilat bibirnya sendiri tidak sabar melahap wanita di depannya."Mas, ayo kita ke bawah. Aku sudah lapar," rengek Siska manja."Ayo, Sayang. Kamu butuh asupan gizi lebih banyak. Kasihan kandunganmu kalau sampai terlambat sarapan," balas Geri, lalu mereka keluar dari sana meninggalkan Miana sendirian."Bagaimana ini, aku tidak mau berakhir dengan Mas Geri. Aku harus memberi penjelasan pada Siska agar dia membatalkan rencana gila mereka," gumam Miana mencoba untuk tawar menawar nanti, di waktu yang tepat. ***Sore hari."Siska, bisa bicara sebentar?" pinta Miana ketika Siska sedang duduk di taman belakang rumah."Ada apa?" jawab Siska santai sembari menyeruput teh miliknya."Jangan lakukan rencana gil
"Bagaimana, Mas? Jika tadi dildo itu yang memuaskan aku, bagaimana kalau sekarang kamu langsung yang melakukannya padaku?" tanya Siska mengalungkan kedua tangannya di leher Rendi."Bermain dengan benda mati di terasa nikmat, Mas kalah jauh dibandingkan denganmu yang melakukannya langsung," bisik Siska dengan sensu*l di telinga Rendi, selalu menjulurkan lidahnya menggoda sedikit cuping telinga pria itu.Rendi masih diam saja, tetapi pria itu tersenyum melihat Siska yang bersikap agresif kepadanya.Rendi menjatuhkan diri ke atas ranjang dan membiarkan Siska berada di atasnya. Dengan cara seperti ini tentu saja Siska tahu kalau Rendi sedang memancingnya untuk memulai permainan mereka terlebih dahulu. 'Sial! Ternyata Mas Rendi sangat ingin bermain denganku. Tidak ada cara lain, aku harus melayaninya. Walaupun milikku masih terasa, tapi harus aku tahan agar dia tidak curiga kalau sebelumnya aku sudah berkali-kali bersama dengan Mas Geri,' batin Siska akhirnya mulai menjelajahi suaminya."
"Cairan putih kental ini baunya sama dengan yang biasa aku keluarkan. Jika tidak, cairan seperti ini berasal dari milik Siska saat dia mencapai puncaknya," gumam Rendi saat menempelkan ujung jari telunjuknya ke cairan itu dan menciumnya untuk memastikan dia tidak salah mengenali sesuatu."Siska," geram Rendi. Pembuluh darah di lehernya berdenyut, tangannya mengepal erat, dan dia mengatupkan rahangnya. Kali ini Rendi benar-benar marah kepada Siska."Beraninya kamu berselingkuh dengan Mas Geri di belakangku. Kali ini aku tidak akan memaafkanmu." Pintu kamar mandi terbuka dan Siska keluar dengan handuk yang membalut tubuhnya. Jika biasanya Rendi akan bergair"h melihat Siska yang baru selesai mandi, maka berbeda dengan sekarang setelah terlintas di pikirannya kegiatan yang baru saja dilalui Siska bersama Geri."Mas, kamu sudah pulang?" tanya Siska terkejut melihat suaminya ada di sana."Kenapa? Kamu tidak suka aku pulang lebih cepat? Apa kamu lebih menyukai aku kurang terlambat agar kamu
"Mas Geri keluar dari kamarku dengan wajah segar seperti habis mandi, apa dia dan Siska baru saja ...." Rendi terdiam sejenak mengartikan sesuatu yang terlintas di pikirannya."Mas Geri dan Siska memiliki hubungan, Mas. Kalau kamu tidak percaya padaku, aku tidak masalah karena bukan aku yang rugi, tapi ingat, Mas suatu saat Kebenaran akan terungkap dan berpihak padaku."Kata-kata Miana seketika melintas di pikiran Rendi. Bukan hanya nada bicaranya yang diucapkan dengan tegas, tetapi wajah Miana yang terlihat memerah seperti orang marah karena dia tidak mempercayainya."Sebaiknya aku datangi mereka. Lebih baik aku tanyakan langsung daripada aku menduga dan salah sasaran seperti sebelumnya," gumam Rendi Ke arah Geri sebelum kakak iparnya itu masuk ke kamarnya sendiri."Mas Geri," panggil Rendi dengan suara keras membuat langkah Geri terhenti."Rendi, kamu sudah pulang?" tanya Geri terkejut melihat kiri ada di depannya."Aku sudah pulang karena semuanya aku kerjakan lebih cepat," jawab R
"Maksudmu, kamu masih ingin membuat dia terlihat tanpa pakaian, Mas?" Siska meminta penjelasan lebih dari bahasa ambigu Geri. "Kalau kamu setuju, tidak masalah, tapi kalau tidak kita bisa menggunakannya dengan cara yang lain." Geri menyeringai. Berbagai pikiran jahat terlintas terang di pikirannya.Sebelum mendengar Geri memberitahu hukuman yang akan diberikan kepada Miana, Siska menarik penyumpal mulut Siska. "Kenapa kamu buka, Siska? Dia bisa berteriak!" marah Geri dengan suara tertahan. "Aku ingin mendengar pembelaan darinya, Mas. Negosiasi apa yang dimiliki Miana untuk membebaskan dia dari hukuman kita," jawab Siska santai.'Aku bukan perempuan bodoh seperti Tina yang mudah percaya begitu saja pada omonganmu, Mas. Aku sudah menghabiskan banyak waktu bersamamu. Jadi, aku tahu benar pikiran busuk apa yang kamu miliki,' batin Siska meradang."Siska, lepaskan aku," pinta Miana."Aku berjanji tidak akan membocorkan pada siapapun mengenai perselingkuhanmu dengan Mas Geri. Aku tidak a
"Jangan-jangan Siska melakukannya dengan Mas Geri." Miana menutup mulut terkejut dengan dugaannya sendiri."Ya, ampun berani kali mereka bercint* di rumah utama. Siska dan Mas Geri justru menggunakan kesempatan tinggal bersama ini untuk mempermudah mereka bermesraan kapanpun," gumam Miana. "Aku harus menggunakan kesempatan baik ini untuk membongkar kebusukan mereka. Baru semalam di rumah utama mereka sudah terlalu berani, bagaimana jika tinggal disini lebih lama lagi." Miana berniat pergi dari sana untuk membangunkan Tina dan Lastri.Akan tetapi, belum sampai Miana melangkah pergi, pintu tempatnya bersandar terbuka dan membuat dia ketahuan sedang mengintip kegiatan Siska dan Geri di dalam sana. Miana pun tak sengaja hampir terjatuh dan justru masuk satu langkah ke dalam.Saat Miana berada di dalam kamar, dia melihat keadaan Geri dan Siska sedang dalam posisi yang hot. Tentu saja keduanya tidak menggunakan sehelai kain di tubuhnya. Bukan hanya Miana, tapi Siska dan Geri juga terkejut
"A ... apa, Mas? Jangan main-main dengan kata-kata itu, Mas." Miana yang baru masuk rumah ternyata disambut dengan kata-kata menyakitkan itu. "Aku sedang tidak berminat main-main denganmu, Miana. Aku benar-benar mentalakmu," kata Rendi kembali mengulang kata-katanya."Apa salahku, Mas? Kenapa kamu tega talak aku?" Miana menjatuhkan barang-barang yang ada di tangannya. Dia menangis tidak percaya dengan pendengarannya."Kamu salah karena kamu sudah berani memfitnah Sarah dan Mas Geri. Kamu berusaha mempengaruhiku, Miana. Jauh-jauh aku datang ke mall hanya untuk melihat kebohongan yang kamu ciptakan. Dan bodohnya aku percaya pada kata-katamu!" marah Rendi."Ibu, maafkan aku yang sudah jalan dengan Mas Geri, Bu. Aku sungguh tidak sengaja bertemu dengan kakak ipar di mall. Kalau Ibu tidak percaya, Ibu bisa menghubungi kak Tina untuk menanyakan kebenarannya. Mas Geri sudah meminta izin pada kak Tina, Bu." Siska masih terus menangis dipelukan Lastri sejak pertama kali kembali ke rumah."Ibu