"Sejak tadi aku terus mengikuti Siska dan Mas Geri. Aku tidak mau kehilangan jejak mereka berdua." Miana mencoba menyiram minyak agar amarah Rendi semakin membesar. 'Wajah Mas Rendi sudah terlihat sangat memerah menahan amarah. Sebentar lagi aku akan melihat pertunjukan yang menyenangkan. Oh, selamat bersenang-senang, Miana,' batin Miana senang. Rendi menatap Siska dan Geri. Benar saja, mereka sedang berada di kasir untuk membayar belanjaan. Tanpa menunggu lebih lama, Rendi berjalan mendekat diikuti Miana di belakangnya."Siska," panggil Rendi."Ngapain kamu di sini sama Mas Geri?" lanjut Rendi bertanya."Mas Rendi." Siska dan Geri menatap Rendi bersamaan."Rendi."Siska melihat Miana yang berada di belakang Rendi dan tengah tersenyum kepadanya. Dari sini Siska langsung mengerti kenapa Rendi bisa datang menemuinya. Namun, bukan kemarahan yang Siska tampilkan, tetapi senyuman tipis misterius kepada Miana. Setelah itu dilanjutkan dengan Siska yang berhambur ke pelukan Rendi sembari b
"A ... apa, Mas? Jangan main-main dengan kata-kata itu, Mas." Miana yang baru masuk rumah ternyata disambut dengan kata-kata menyakitkan itu. "Aku sedang tidak berminat main-main denganmu, Miana. Aku benar-benar mentalakmu," kata Rendi kembali mengulang kata-katanya."Apa salahku, Mas? Kenapa kamu tega talak aku?" Miana menjatuhkan barang-barang yang ada di tangannya. Dia menangis tidak percaya dengan pendengarannya."Kamu salah karena kamu sudah berani memfitnah Sarah dan Mas Geri. Kamu berusaha mempengaruhiku, Miana. Jauh-jauh aku datang ke mall hanya untuk melihat kebohongan yang kamu ciptakan. Dan bodohnya aku percaya pada kata-katamu!" marah Rendi."Ibu, maafkan aku yang sudah jalan dengan Mas Geri, Bu. Aku sungguh tidak sengaja bertemu dengan kakak ipar di mall. Kalau Ibu tidak percaya, Ibu bisa menghubungi kak Tina untuk menanyakan kebenarannya. Mas Geri sudah meminta izin pada kak Tina, Bu." Siska masih terus menangis dipelukan Lastri sejak pertama kali kembali ke rumah."Ibu
"Jangan-jangan Siska melakukannya dengan Mas Geri." Miana menutup mulut terkejut dengan dugaannya sendiri."Ya, ampun berani kali mereka bercint* di rumah utama. Siska dan Mas Geri justru menggunakan kesempatan tinggal bersama ini untuk mempermudah mereka bermesraan kapanpun," gumam Miana. "Aku harus menggunakan kesempatan baik ini untuk membongkar kebusukan mereka. Baru semalam di rumah utama mereka sudah terlalu berani, bagaimana jika tinggal disini lebih lama lagi." Miana berniat pergi dari sana untuk membangunkan Tina dan Lastri.Akan tetapi, belum sampai Miana melangkah pergi, pintu tempatnya bersandar terbuka dan membuat dia ketahuan sedang mengintip kegiatan Siska dan Geri di dalam sana. Miana pun tak sengaja hampir terjatuh dan justru masuk satu langkah ke dalam.Saat Miana berada di dalam kamar, dia melihat keadaan Geri dan Siska sedang dalam posisi yang hot. Tentu saja keduanya tidak menggunakan sehelai kain di tubuhnya. Bukan hanya Miana, tapi Siska dan Geri juga terkejut
"Maksudmu, kamu masih ingin membuat dia terlihat tanpa pakaian, Mas?" Siska meminta penjelasan lebih dari bahasa ambigu Geri. "Kalau kamu setuju, tidak masalah, tapi kalau tidak kita bisa menggunakannya dengan cara yang lain." Geri menyeringai. Berbagai pikiran jahat terlintas terang di pikirannya.Sebelum mendengar Geri memberitahu hukuman yang akan diberikan kepada Miana, Siska menarik penyumpal mulut Siska. "Kenapa kamu buka, Siska? Dia bisa berteriak!" marah Geri dengan suara tertahan. "Aku ingin mendengar pembelaan darinya, Mas. Negosiasi apa yang dimiliki Miana untuk membebaskan dia dari hukuman kita," jawab Siska santai.'Aku bukan perempuan bodoh seperti Tina yang mudah percaya begitu saja pada omonganmu, Mas. Aku sudah menghabiskan banyak waktu bersamamu. Jadi, aku tahu benar pikiran busuk apa yang kamu miliki,' batin Siska meradang."Siska, lepaskan aku," pinta Miana."Aku berjanji tidak akan membocorkan pada siapapun mengenai perselingkuhanmu dengan Mas Geri. Aku tidak a
"Mas Geri keluar dari kamarku dengan wajah segar seperti habis mandi, apa dia dan Siska baru saja ...." Rendi terdiam sejenak mengartikan sesuatu yang terlintas di pikirannya."Mas Geri dan Siska memiliki hubungan, Mas. Kalau kamu tidak percaya padaku, aku tidak masalah karena bukan aku yang rugi, tapi ingat, Mas suatu saat Kebenaran akan terungkap dan berpihak padaku."Kata-kata Miana seketika melintas di pikiran Rendi. Bukan hanya nada bicaranya yang diucapkan dengan tegas, tetapi wajah Miana yang terlihat memerah seperti orang marah karena dia tidak mempercayainya."Sebaiknya aku datangi mereka. Lebih baik aku tanyakan langsung daripada aku menduga dan salah sasaran seperti sebelumnya," gumam Rendi Ke arah Geri sebelum kakak iparnya itu masuk ke kamarnya sendiri."Mas Geri," panggil Rendi dengan suara keras membuat langkah Geri terhenti."Rendi, kamu sudah pulang?" tanya Geri terkejut melihat kiri ada di depannya."Aku sudah pulang karena semuanya aku kerjakan lebih cepat," jawab R
"Cairan putih kental ini baunya sama dengan yang biasa aku keluarkan. Jika tidak, cairan seperti ini berasal dari milik Siska saat dia mencapai puncaknya," gumam Rendi saat menempelkan ujung jari telunjuknya ke cairan itu dan menciumnya untuk memastikan dia tidak salah mengenali sesuatu."Siska," geram Rendi. Pembuluh darah di lehernya berdenyut, tangannya mengepal erat, dan dia mengatupkan rahangnya. Kali ini Rendi benar-benar marah kepada Siska."Beraninya kamu berselingkuh dengan Mas Geri di belakangku. Kali ini aku tidak akan memaafkanmu." Pintu kamar mandi terbuka dan Siska keluar dengan handuk yang membalut tubuhnya. Jika biasanya Rendi akan bergair"h melihat Siska yang baru selesai mandi, maka berbeda dengan sekarang setelah terlintas di pikirannya kegiatan yang baru saja dilalui Siska bersama Geri."Mas, kamu sudah pulang?" tanya Siska terkejut melihat suaminya ada di sana."Kenapa? Kamu tidak suka aku pulang lebih cepat? Apa kamu lebih menyukai aku kurang terlambat agar kamu
"Bagaimana, Mas? Jika tadi dildo itu yang memuaskan aku, bagaimana kalau sekarang kamu langsung yang melakukannya padaku?" tanya Siska mengalungkan kedua tangannya di leher Rendi."Bermain dengan benda mati di terasa nikmat, Mas kalah jauh dibandingkan denganmu yang melakukannya langsung," bisik Siska dengan sensu*l di telinga Rendi, selalu menjulurkan lidahnya menggoda sedikit cuping telinga pria itu.Rendi masih diam saja, tetapi pria itu tersenyum melihat Siska yang bersikap agresif kepadanya.Rendi menjatuhkan diri ke atas ranjang dan membiarkan Siska berada di atasnya. Dengan cara seperti ini tentu saja Siska tahu kalau Rendi sedang memancingnya untuk memulai permainan mereka terlebih dahulu. 'Sial! Ternyata Mas Rendi sangat ingin bermain denganku. Tidak ada cara lain, aku harus melayaninya. Walaupun milikku masih terasa, tapi harus aku tahan agar dia tidak curiga kalau sebelumnya aku sudah berkali-kali bersama dengan Mas Geri,' batin Siska akhirnya mulai menjelajahi suaminya."
"Tidak, Siska. Aku akan melakukan apapun yang kamu perintahkan, tapi tidak dengan bermalam bersama Mas Geri," tolak Miana kekeuh pada pendiriannya."Memangnya aku sedang meminta pendapatmu mau atau tidak?" Siska memicing menanggapi.Geri menyeringai menatap Miana yang mulai gelisah. Dia menjilat bibirnya sendiri tidak sabar melahap wanita di depannya."Mas, ayo kita ke bawah. Aku sudah lapar," rengek Siska manja."Ayo, Sayang. Kamu butuh asupan gizi lebih banyak. Kasihan kandunganmu kalau sampai terlambat sarapan," balas Geri, lalu mereka keluar dari sana meninggalkan Miana sendirian."Bagaimana ini, aku tidak mau berakhir dengan Mas Geri. Aku harus memberi penjelasan pada Siska agar dia membatalkan rencana gila mereka," gumam Miana mencoba untuk tawar menawar nanti, di waktu yang tepat. ***Sore hari."Siska, bisa bicara sebentar?" pinta Miana ketika Siska sedang duduk di taman belakang rumah."Ada apa?" jawab Siska santai sembari menyeruput teh miliknya."Jangan lakukan rencana gil
"Siska, aku sudah membawa bantuan," kata Miana semakin panik ketika melihat wajah Siska bertambah pucat. "Siska," panggil Geri. Kemudian, pria itu terkejut melihat banyaknya darah yang tergenang. "Siska, kamu berdarah banyak sekali." Siska yang masih memegang perutnya terus merintih. "Sakit … perutku sakit sekali. Tolong aku," rintihnya. "Sayang, kita ke rumah sakit sekarang, ya. Kamu jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja." Geri segera menggendong Siska ala bridal style. Kemudian, segera menuju ke mobil diikuti Miana di belakangnya."Mia, bawa ponselmu dan hubungi yang lain. Katakan kita akan ke rumah sakit!" perintah Geri sembari sedikit berteriak.Miana segera berbalik badan dan mengambil ponselnya, lalu dia berlari menyusul Geri dan Siska ke mobil. Sesampainya di mobil, Miana segera masuk dan duduk di bangku penumpang."Tenang, ya, Sayang. Kita segera ke rumah sakit," kata Geri menenangkan ketika membaringkan Siska dengan kepala yang berada di pangkuan Miana.Namun, Geri b
"Siska, ada apa kemari?" tanya Miana dengan gugup melihat kedatangan Siska."Kamu mau mencari siapa dan untuk apa?" Siska masuk ke dalam mendekati Miana dan menatap curiga."Tidak, Siska. Aku hanya ingin mencari asisten baru untuk menggantikan Warsi," kelit Miana."Rasanya, aku tidak cocok dengan keberadaannya," tambahnya merasa hal itu termasuk alasan yang cukup tepat. "Kamu yakin?" Siska tidak percaya begitu saja.'Apa Siska tadi mendengarku? Lagi pula, ngapain dia datang ke kamarku? Tidak ketuk pintu lebih dulu lagi sebelum masuk,' kesal Miana dalam hati."Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa bertanya pada rumput yang bergoyang. Mereka pasti akan mendukungku," jawab Miana dengan santai. Sebisa mungkin dia tidak menunjukkan kegelisahannya."Baiklah kalau begitu," balas Siska mengangguk."Ada apa kamu ke sini, Siska? Rasanya tidak mungkin seorang Siska datang kemari kalau bukan karena sesuatu yang penting." Miana berjalan mendekati Siska dan duduk di atas kursi riasnya."Aku sedang s
"Tidak, Siska. Aku akan melakukan apapun yang kamu perintahkan, tapi tidak dengan bermalam bersama Mas Geri," tolak Miana kekeuh pada pendiriannya."Memangnya aku sedang meminta pendapatmu mau atau tidak?" Siska memicing menanggapi.Geri menyeringai menatap Miana yang mulai gelisah. Dia menjilat bibirnya sendiri tidak sabar melahap wanita di depannya."Mas, ayo kita ke bawah. Aku sudah lapar," rengek Siska manja."Ayo, Sayang. Kamu butuh asupan gizi lebih banyak. Kasihan kandunganmu kalau sampai terlambat sarapan," balas Geri, lalu mereka keluar dari sana meninggalkan Miana sendirian."Bagaimana ini, aku tidak mau berakhir dengan Mas Geri. Aku harus memberi penjelasan pada Siska agar dia membatalkan rencana gila mereka," gumam Miana mencoba untuk tawar menawar nanti, di waktu yang tepat. ***Sore hari."Siska, bisa bicara sebentar?" pinta Miana ketika Siska sedang duduk di taman belakang rumah."Ada apa?" jawab Siska santai sembari menyeruput teh miliknya."Jangan lakukan rencana gil
"Bagaimana, Mas? Jika tadi dildo itu yang memuaskan aku, bagaimana kalau sekarang kamu langsung yang melakukannya padaku?" tanya Siska mengalungkan kedua tangannya di leher Rendi."Bermain dengan benda mati di terasa nikmat, Mas kalah jauh dibandingkan denganmu yang melakukannya langsung," bisik Siska dengan sensu*l di telinga Rendi, selalu menjulurkan lidahnya menggoda sedikit cuping telinga pria itu.Rendi masih diam saja, tetapi pria itu tersenyum melihat Siska yang bersikap agresif kepadanya.Rendi menjatuhkan diri ke atas ranjang dan membiarkan Siska berada di atasnya. Dengan cara seperti ini tentu saja Siska tahu kalau Rendi sedang memancingnya untuk memulai permainan mereka terlebih dahulu. 'Sial! Ternyata Mas Rendi sangat ingin bermain denganku. Tidak ada cara lain, aku harus melayaninya. Walaupun milikku masih terasa, tapi harus aku tahan agar dia tidak curiga kalau sebelumnya aku sudah berkali-kali bersama dengan Mas Geri,' batin Siska akhirnya mulai menjelajahi suaminya."
"Cairan putih kental ini baunya sama dengan yang biasa aku keluarkan. Jika tidak, cairan seperti ini berasal dari milik Siska saat dia mencapai puncaknya," gumam Rendi saat menempelkan ujung jari telunjuknya ke cairan itu dan menciumnya untuk memastikan dia tidak salah mengenali sesuatu."Siska," geram Rendi. Pembuluh darah di lehernya berdenyut, tangannya mengepal erat, dan dia mengatupkan rahangnya. Kali ini Rendi benar-benar marah kepada Siska."Beraninya kamu berselingkuh dengan Mas Geri di belakangku. Kali ini aku tidak akan memaafkanmu." Pintu kamar mandi terbuka dan Siska keluar dengan handuk yang membalut tubuhnya. Jika biasanya Rendi akan bergair"h melihat Siska yang baru selesai mandi, maka berbeda dengan sekarang setelah terlintas di pikirannya kegiatan yang baru saja dilalui Siska bersama Geri."Mas, kamu sudah pulang?" tanya Siska terkejut melihat suaminya ada di sana."Kenapa? Kamu tidak suka aku pulang lebih cepat? Apa kamu lebih menyukai aku kurang terlambat agar kamu
"Mas Geri keluar dari kamarku dengan wajah segar seperti habis mandi, apa dia dan Siska baru saja ...." Rendi terdiam sejenak mengartikan sesuatu yang terlintas di pikirannya."Mas Geri dan Siska memiliki hubungan, Mas. Kalau kamu tidak percaya padaku, aku tidak masalah karena bukan aku yang rugi, tapi ingat, Mas suatu saat Kebenaran akan terungkap dan berpihak padaku."Kata-kata Miana seketika melintas di pikiran Rendi. Bukan hanya nada bicaranya yang diucapkan dengan tegas, tetapi wajah Miana yang terlihat memerah seperti orang marah karena dia tidak mempercayainya."Sebaiknya aku datangi mereka. Lebih baik aku tanyakan langsung daripada aku menduga dan salah sasaran seperti sebelumnya," gumam Rendi Ke arah Geri sebelum kakak iparnya itu masuk ke kamarnya sendiri."Mas Geri," panggil Rendi dengan suara keras membuat langkah Geri terhenti."Rendi, kamu sudah pulang?" tanya Geri terkejut melihat kiri ada di depannya."Aku sudah pulang karena semuanya aku kerjakan lebih cepat," jawab R
"Maksudmu, kamu masih ingin membuat dia terlihat tanpa pakaian, Mas?" Siska meminta penjelasan lebih dari bahasa ambigu Geri. "Kalau kamu setuju, tidak masalah, tapi kalau tidak kita bisa menggunakannya dengan cara yang lain." Geri menyeringai. Berbagai pikiran jahat terlintas terang di pikirannya.Sebelum mendengar Geri memberitahu hukuman yang akan diberikan kepada Miana, Siska menarik penyumpal mulut Siska. "Kenapa kamu buka, Siska? Dia bisa berteriak!" marah Geri dengan suara tertahan. "Aku ingin mendengar pembelaan darinya, Mas. Negosiasi apa yang dimiliki Miana untuk membebaskan dia dari hukuman kita," jawab Siska santai.'Aku bukan perempuan bodoh seperti Tina yang mudah percaya begitu saja pada omonganmu, Mas. Aku sudah menghabiskan banyak waktu bersamamu. Jadi, aku tahu benar pikiran busuk apa yang kamu miliki,' batin Siska meradang."Siska, lepaskan aku," pinta Miana."Aku berjanji tidak akan membocorkan pada siapapun mengenai perselingkuhanmu dengan Mas Geri. Aku tidak a
"Jangan-jangan Siska melakukannya dengan Mas Geri." Miana menutup mulut terkejut dengan dugaannya sendiri."Ya, ampun berani kali mereka bercint* di rumah utama. Siska dan Mas Geri justru menggunakan kesempatan tinggal bersama ini untuk mempermudah mereka bermesraan kapanpun," gumam Miana. "Aku harus menggunakan kesempatan baik ini untuk membongkar kebusukan mereka. Baru semalam di rumah utama mereka sudah terlalu berani, bagaimana jika tinggal disini lebih lama lagi." Miana berniat pergi dari sana untuk membangunkan Tina dan Lastri.Akan tetapi, belum sampai Miana melangkah pergi, pintu tempatnya bersandar terbuka dan membuat dia ketahuan sedang mengintip kegiatan Siska dan Geri di dalam sana. Miana pun tak sengaja hampir terjatuh dan justru masuk satu langkah ke dalam.Saat Miana berada di dalam kamar, dia melihat keadaan Geri dan Siska sedang dalam posisi yang hot. Tentu saja keduanya tidak menggunakan sehelai kain di tubuhnya. Bukan hanya Miana, tapi Siska dan Geri juga terkejut
"A ... apa, Mas? Jangan main-main dengan kata-kata itu, Mas." Miana yang baru masuk rumah ternyata disambut dengan kata-kata menyakitkan itu. "Aku sedang tidak berminat main-main denganmu, Miana. Aku benar-benar mentalakmu," kata Rendi kembali mengulang kata-katanya."Apa salahku, Mas? Kenapa kamu tega talak aku?" Miana menjatuhkan barang-barang yang ada di tangannya. Dia menangis tidak percaya dengan pendengarannya."Kamu salah karena kamu sudah berani memfitnah Sarah dan Mas Geri. Kamu berusaha mempengaruhiku, Miana. Jauh-jauh aku datang ke mall hanya untuk melihat kebohongan yang kamu ciptakan. Dan bodohnya aku percaya pada kata-katamu!" marah Rendi."Ibu, maafkan aku yang sudah jalan dengan Mas Geri, Bu. Aku sungguh tidak sengaja bertemu dengan kakak ipar di mall. Kalau Ibu tidak percaya, Ibu bisa menghubungi kak Tina untuk menanyakan kebenarannya. Mas Geri sudah meminta izin pada kak Tina, Bu." Siska masih terus menangis dipelukan Lastri sejak pertama kali kembali ke rumah."Ibu