Beranda / Fantasi / Penakluk Sihir Iblis / Cuì Zhú Lín Dalam Kekacauan

Share

Cuì Zhú Lín Dalam Kekacauan

Penulis: Aspasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-13 09:00:10

Cuì Zhú Lín bergemuruh dalam kegelapan malam, diterangi hanya oleh kilatan api di sekitar Yāo Māo. Percikan pusaran air bercampur dengan angin dingin menusuk, meresap ke dalam tiap hela napas.

Huànyǐng menggeliat dalam cengkeraman Yāo Māo. Kuku-kuku tajam makhluk iblis itu menekan kulit lehernya, menciptakan goresan merah yang semakin dalam. Rasa sakit menjalar, disertai darah yang hangat menetes dari luka-luka di leher. Napasnya tersengal, tercekik dalam genggaman kejam itu.

"Kau... mau apa?" suaranya terputus-putus, berusaha meraih sedikit udara. Tangannya meraba-raba, mencoba melepaskan diri, tapi cengkeraman Yāo Māo begitu kuat, bagaikan belenggu baja yang tak tergoyahkan.

Senyuman tipis tersungging di bibir makhluk itu. Namun, sebelum sempat menjawab, denting guqin mendadak menggema, memecah ketegangan. Suara petikan itu melayang lembut, tapi mengandung tekanan yang tidak kasatmata.

Yāo Māo mendesis marah. Matanya yang berkilat keemasan beral
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Penakluk Sihir Iblis    Protektif

    Denting senar guqin menggema semakin nyata, membaur dengan desir angin yang menyusup di antara batang-batang bambu hijau di Cuì Zhú Lín. Melodi yang indah sekaligus menusuk jiwa itu mengalun lembut. Diiringi denting lonceng yang semakin kencang, seakan mengiringi sebuah kedatangan yang tak terduga. Sesosok berjubah putih muncul dari balik rumpun bambu yang menjulang. Ujung jubahnya berkibar-kibar tertiup angin, menambah aura agung dan tak terjangkau yang menyelimutinya. Jemarinya yang ramping menyentuh senar guqin dengan anggun, dan dalam sekejap, seberkas cahaya kebiruan melesat tajam ke arah Yāo Māo. Makhluk cantik itu menjerit, cengkeramannya pada leher Huànyǐng terlepas, membuat tubuh pemuda itu ambruk tanpa daya. Sebelum ia jatuh menyentuh tanah, sesosok lain muncul dengan kecepatan luar biasa dan menyambarnya dalam satu gerakan sempurna. Seisi tempat itu mendadak sunyi. "Yīnlǜ Shèngzhě! Wúshuāng Jiàn Shèng!" Para kultivator senior bergumam lirih, seolah tak percaya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Penakluk Sihir Iblis    Situasi Mereda

    Sementara itu, Wúshuāng Jiàn Shèng dan Yīnlǜ Shèngzhě masih berhadapan dengan Yāo Māo. Shēngbō Gōngjí, gelombang suara mematikan dari guqin milik Yīnlǜ Shèngzhě, berpadu dengan Shén Jiàn Pòmiè, serangan pedang Ilahi milik Wúshuāng Jiàn Shèng, menciptakan guncangan dahsyat yang membuat Yāo Māo kalang kabut. Kekuatan yang bergabung memecah udara malam di Cuì Zhú Lín, mengguncang hutan bambu yang tenang.Geraman-geraman kemarahan kucing betina itu melengking, mengisi udara malam yang dingin dengan getaran yang menusuk. Para kultivator hanya bisa menatap dengan kagum sekaligus cemas, merasa ketegangan yang terasa begitu nyata, seolah bisa mempengaruhi siapa saja yang berada di dekat area pertarungan."Kita harus menjauh. Benturan kekuatan mereka dapat melukai siapa saja yang berada di dekat area pertarungan," ucap salah seorang kultivator dengan nada cemas. Dia segera memimpin kelompoknya menjauh, bergabung dengan yang lain yang juga menghindari bahaya."Benar

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Penakluk Sihir Iblis    Rencana Selanjutnya

    Langit masih berselimut cahaya fajar ketika matahari mulai merayap naik dari balik perbukitan jauh. Embun pagi menggantung di dedaunan wisteria, menguarkan aroma lembut yang bercampur dengan kesejukan udara. Di dalam Jìng Jū (Griya Hening), sebuah ruangan tenang di Kediaman Aroma Wisteria, tiga pria duduk mengelilingi meja kayu.Asap tipis mengepul dari teko porselen, membawa wangi teh yang hangat dan menenangkan. Di luar, suara burung-burung kecil bersahutan di antara pepohonan, melengkapi kesunyian yang menyelimuti perbincangan mereka.Wúshuāng Jiàn Shèng, Yīnlǜ Shèngzhě, dan He Yun Dàshī duduk diam sejenak, menikmati ketenangan sebelum topik yang lebih berat harus dibahas."He Yun Dàshī, Jiàn Ménzhǔ, apa rencana kalian selanjutnya?" suara lembut He Yun Dàshī memecah kesunyian."Xiōngzhǎng, Jiàn Ménzhǔ, apa rencana kalian selanjutnya?" suara He Yun Dàshī memecah kesunyian, nadanya tenang namun mengandung ketajaman tersembunyi."Untuk sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Penakluk Sihir Iblis    Jangan Panggil Aku Seperti Itu!

    "Chénxī!" Suara cempreng Huànyǐng menggema di seluruh Zǐténg Jū, memecah ketenangan kediaman itu.Ia berlarian ke sana kemari, sibuk mencari seseorang. Siapa lagi kalau bukan Yue Èr Gōngzǐ, Yue Tiānyin? Dengan riang gembira, ia menggendong makhluk berbulu putih yang bergulung manja di pelukannya, sesekali membelainya dengan penuh kasih sayang."Jangan membuat keributan di Zǐténg Jū," tegur Tiānyin ketika akhirnya melihat pemuda itu dengan segala tingkah absurdnya."Yue Èr Gēge, aku mencarimu ke mana-mana!" seru Huànyǐng tanpa sadar menaikkan nada suaranya, membuat Tiānyin seketika melotot.Namun, panggilan itu justru membuat telinganya memerah. Malu. Meski wajahnya tetap datar seperti biasanya, semburat merah tipis tidak bisa disembunyikan dari pucuk telinganya."Jangan memanggilku seperti itu," gumamnya pelan, segera memalingkan wajah.Huànyǐng terkekeh, menangkap reaksi yang menarik dari pemuda bermata biru itu. "Ah, kau tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Penakluk Sihir Iblis    Harmoni Di Tepi Air Terjun

    Huànyǐng tertegun menatap kompleks bangunan di depannya. Meski bentuknya tidak jauh berbeda dari tempat-tempat lain di Kediaman Aroma Wisteria, paviliun yang berdiri di hadapannya memiliki aura yang berbeda—seolah terpisah dari dunia di sekelilingnya."Chénxī, ini kediaman pribadimu?" tanyanya dengan ragu-ragu.Tiānyin hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Mendahului Huànyǐng yang masih terpukau, Tiānyin melangkah ringan di atas jalan setapak yang berlapis batu putih. Shuǐyùn Tíng terletak di tepi air terjun yang selama ini hanya bisa dilihat Huànyǐng dari kejauhan. Sekarang, suara gemuruhnya terdengar begitu dekat. Menggetarkan udara di sekitarnya. Butiran air beterbangan, berkilauan di bawah sinar matahari, membentuk bias pelangi yang samar di antara kabut ungu bunga wisteria. Tempat ini seakan terjalin dari elemen-elemen alam yang hidup. Air, angin, cahaya, dan keharuman lembut wisteria yang melayang di udara."Masuklah!" Suara dalam Tiānyin

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Penakluk Sihir Iblis    Tinggallah Di Sini Bersamaku

    Huànyǐng kehilangan kata-kata. Tidak seperti biasanya, di mana ia selalu sigap membalas setiap ucapan yang ditujukan padanya. Namun, perkataan Tiānyin barusan benar-benar membuatnya bingung."Chénxī, apa maksudmu?" tanyanya dengan hati-hati, bibirnya sedikit meringis seolah mencicipi rasa pahit yang tak kasatmata.Sungguh, Huànyǐng tidak dapat membayangkan bagaimana hidupnya jika benar-benar tinggal di Sungai Ungu Gelap bersama Tiānyin. Ia hampir bisa merasakan betapa sepinya tempat itu. Sunyi, seperti air yang mengalir tanpa suara. Mungkin, ia akan mati karena bosan."Tinggallah di sini, bersamaku," ulang Tiānyin, nadanya datar, tetapi sorot matanya tak terbaca."Yue Èr Gēge, bercandamu tidak lucu!" Huànyǐng merajuk. Ekspresi wajahnya menampakkan ketidaksenangan. Namun, sebelum ia bisa melanjutkan omelannya, sesuatu bergerak di pelukannya."Eh, jangan kabur!" serunya panik saat makhluk berbulu putih yang sedari tadi bergelung nyaman tiba-tiba melompat dan melarikan diri. "Lihat, Shen

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Penakluk Sihir Iblis    Pasangan kultivasi

    Zǐténg Jū (Kediaman Wisteria) diselimuti cahaya senja yang keemasan. Angin sore berembus lembut, menggoyangkan kelopak bunga wisteria yang menjuntai dari pergola kayu, menebarkan aroma samar yang menenangkan. Namun, di halaman dalam, suasana jauh dari ketenangan."Dà Gē! Èr Gē!" Huànyǐng berteriak kesal, suaranya menggema di antara tiang-tiang kayu ungu. Dengan napas memburu, dia berusaha mempertahankan posisinya dalam handstand, sementara tangannya mulai bergetar karena kelelahan. Di sampingnya, Jian Lei juga berjuang keras agar tidak kehilangan keseimbangan.Di bawah tatapan dingin Tiānyin, kedua pemuda itu dipaksa untuk berlatih oleh kedua kakak mereka, Jian Wei dan Jian Xue."Diamlah, Huànyǐng!" Jian Lei mendesis, wajahnya sudah memerah menahan beban tubuh. Meski dia juga kesulitan, dia tidak berani membantah perintah kedua kakak mereka."Lei! Kau belum tahu rasanya berdiri terbalik seperti ini seharian!" Huànyǐng menggerutu dengan nada dramatis.Tentu saja, dia berlebihan. Setid

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Penakluk Sihir Iblis    Tingkah Kekanakan Dua Ketua Sekte

    Pasangan kultivasi tidak sesederhana pasangan konvensional. Mereka bukanlah sekadar entitas yang terikat dalam perjodohan atau romansa biasa. Ini adalah hubungan yang mendalam, seimbang dalam setiap elemen, tanpa membedakan gender, dan seringkali penuh dengan perjuangan serta konsekuensi yang tak terduga. Begitulah yang tengah dibicarakan oleh Wúshuāng Jian Shèng, Yīnlǜ Shengzhe, dan He Yun Dàshī, tiga sosok yang memiliki kedalaman jiwa dalam dunia yang penuh dengan kekuatan, misteri, dan tradisi kuno."Pasangan kultivasi memang solusi terbaik untuk mereka berdua," ujar He Yun Dàshī dengan suara tegas, namun matanya mengandung keraguan. "Namun, di sisi lain, itu akan menimbulkan kecurigaan dan kewaspadaan. Terutama dari pihak Kekaisaran.""Itu benar," sahut Yīnlǜ Shengzhe dengan nada lebih santai, seolah-olah segala hal ini sudah biasa baginya. "Dan tidak bisa kita hindari lagi," lanjutnya, kemudian menghirup secangkir teh dengan perlahan."Aku lebih memil

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17

Bab terbaru

  • Penakluk Sihir Iblis    Yuè Huā Lóu, Rumah Bunga Bulan

    Yuè Huā Lóu, Rumah Bunga Bulan, adalah salah satu rumah hiburan paling terkenal di Lingxiao. Bahkan, namanya tak kalah tersohor dibandingkan rumah-rumah bordil di Xiāoyún, ibu kota Kekaisaran Bìxiāo. Tempat ini bukan sekadar sarang para wanita cantik, tetapi juga pusat hiburan kelas atas yang dipenuhi musisi berbakat dan penari-penari anggun yang mampu memikat siapa pun yang datang.Bau harum dupa bercampur dengan aroma arak memenuhi udara, berpadu dengan denting kecapi yang mengalun lembut di antara suara gelak tawa para tamu. Cahaya lentera merah menggantung di sepanjang lorong, berpendar samar di atas lantai kayu yang mengilap. Para gadis berhanfu warna-warni berjalan anggun, melayani tamu dengan senyum menggoda dan tatapan penuh arti."Jian Wu Xiōng, aku sangat gugup," bisik Ling Qingyu, suaranya nyaris tenggelam oleh riuh rendah sekeliling mereka. Jemarinya mencengkeram erat lengan Huànyǐng, seolah mencari pegangan di tengah atmosfer yang terasa begitu asing b

  • Penakluk Sihir Iblis    Bersenang-senang Di Kota Yúnhǎi

    Ling Qingyu mengendap-endap di sepanjang koridor Yè Jū, langkahnya ringan seperti bayangan. Cahaya lentera temaram memantulkan siluetnya di dinding, bergetar seiring hembusan angin malam yang merayap melalui celah-celah bangunan. Tujuannya sudah jelas, kamar Jian Huànyǐng. Sejak siang, mereka telah berencana untuk menikmati malam ini dengan sedikit hiburan.Begitu tiba di depan pintu, Ling Qingyu mengangkat tangannya, bersiap mengetuk. Namun, sebelum sempat jarinya menyentuh kayu pintu, sesuatu yang dingin menyentuh bahunya.Ia tersentak, tubuhnya menegang seketika. Rasa terkejut membuat napasnya tertahan, hampir saja ia berteriak. Tetapi belum sempat satu suara pun keluar, sebuah tangan sudah lebih dulu membekap mulutnya, meredam segala kemungkinan."Ling Xiōng, ini aku," sebuah suara lirih berbisik di telinganya.Ling Qingyu hanya bisa melotot, berusaha meronta dari cengkeraman itu. Ketika tekanan di tangannya mengendur, ia langsung menepis tang

  • Penakluk Sihir Iblis    Lampion Kupu-kupu Biru

    Yue Tiānyin melirik meja di sebelahnya. Ia baru saja selesai bermeditasi ketika seorang murid yunior mengantarkan makanan, teh, serta beberapa perlengkapan lainnya. Semua diletakkan rapi di atas meja di samping tempatnya bermeditasi. Namun, dari sekian banyak hal yang ada di sana, pandangan Tiānyin hanya tertuju pada satu benda yang tampak mencolok.Matanya menyipit. "Lampion?" gumamnya pelan, keningnya berkerut. Mengapa ada lampion di antara menu sarapan paginya?Dengan gerakan tenang, ia turun dari tempat tidurnya. Cahaya lembut pagi menembus kisi-kisi jendela, menerpa wajahnya yang selalu tampak tenang namun tak pernah kehilangan pesona. Ia mendekati meja, tatapannya tertuju pada lampion yang diletakkan tepat di tengah, dikelilingi oleh nampan berisi hidangan, teko teh, cangkir porselen berwarna giok, serta dupa beraroma cendana hitam yang masih mengepulkan asap tipis. Sebuah lilin kecil di sudut meja telah padam, menyisakan sedikit jejak lelehan lilin di duduka

  • Penakluk Sihir Iblis    Sarapan Bersama

    Jian Lei terpaku menatap keranjang bambu di atas meja. Uap tipis mengepul dari tumpukan bāozi yang masih hangat, menyebarkan aroma lembut tepung dan daging berbumbu. Ada juga beberapa hidangan lain yang tersusun rapi di dalam wadah bambu. Pagi itu, udara di kamarnya masih mengandung sisa dingin dari embun malam, tetapi kehadiran makanan-makanan ini membawa kehangatan yang ganjil.Dia mengernyit. Ini bukan dari dapur Akademi Bìxiāo. Setiap murid hanya mendapat jatah makanan sederhana, jauh dari kemewahan seperti ini. Apalagi, ia sama sekali tidak memesan apa pun.Dengan hati-hati, Jian Lei melangkah ke jendela, jari-jarinya menyentuh bingkai kayu yang terasa sedikit lembap oleh udara pagi. Didorongnya jendela perlahan, membiarkan angin sejuk menerobos masuk. Pandangannya menyapu halaman di luar, mencari sosok yang mungkin baru saja menyelinap dan meninggalkan semua ini di mejanya. Namun, yang ada hanya bayangan pohon pinus yang bergoyang lembut diterpa angin.

  • Penakluk Sihir Iblis    Lampion Untuk Yue Tiānyin

    Untuk beberapa saat, Huànyǐng tetap terdiam membeku. Tatapannya kosong menembus keramaian yang berlalu-lalang di pusat kota. Cahaya lampion menggantung di sepanjang jalan, menerangi wajah-wajah riang para pedagang dan pejalan kaki. Namun, di matanya, semua itu seolah hanya bayangan samar yang berpendar tanpa makna.“Huànyǐng!” Suara yang akrab itu memecah lamunannya.“Èr Gē...” Huànyǐng bergumam lirih. Suara itu sangat dikenalnya, Jian Xue, kakak keduanya.Kesadarannya perlahan kembali. Ia mengerjapkan mata dan kini dapat melihat dengan jelas sosok yang berdiri hanya beberapa langkah darinya. Jian Xue, dengan senyum kecil di wajahnya, dan di sampingnya berdiri Héxié Zhìzūn, menatapnya dengan tatapan hangat dan lembut seperti biasanya.“Èr Gē!” Seketika, Huànyǐng berlari menghambur ke dalam pelukan sang kakak.Jian Xue terkekeh pelan, sementara Héxié Zhìzūn hanya tersenyum lembut. Kedua kakak beradik itu saling berpelukan erat, seolah ingi

  • Penakluk Sihir Iblis    Bayangan Di Kota Yúnhǎi

    Malam di Yè Jū, Asrama Malam, salah satu asrama bagi murid Akademi Bìxiāo, terasa sunyi. Sejak lonceng malam berdentang sembilan kali, tak satu pun murid yang masih berkeliaran di luar. Mereka semua telah kembali ke kamar masing-masing, membiarkan kesunyian menyelimuti bangunan asrama yang dikelilingi taman batu dan pohon pinus menjulang.Namun, di salah satu kamar, suasananya tidak setenang di luar. Huànyǐng bertumpu pada kedua tangannya, tubuhnya terbalik dalam posisi handstand. Di hadapannya, gulungan kertas terbuka, berisi salinan hukuman dari Zhēn Wēn Jīng siang tadi. Cahaya lentera berkelip samar di atas meja, menciptakan bayangan bergerak di dinding. Meski pikirannya masih dipenuhi pertanyaan dan kegelisahan, Huànyǐng menolak larut dalam perasaan itu."Chénxī," gumamnya pelan. Setiap kali berlatih handstand, sosok pemuda bermata biru itu selalu terlintas dalam benaknya. "Kau pasti sedang bermeditasi sekarang," lanjutnya, suaranya nyaris tertelan heningnya ma

  • Penakluk Sihir Iblis    Takdir Pemilik Hēibīng Hùfú

    Hēibīng Hùfú, Amulet Es Hitam, pada awalnya adalah Shén Cì, artefak suci yang merupakan anugerah dari dewa. Konon, Hēi àn Zhī Shén sendiri yang menghadiahkannya kepada pendiri Klan Àn Zú, klan yang menjadi akar dari Klan Mo dan Sekte Pedang Iblis. Berbeda dengan jimat biasa, Hēibīng Hùfú bukanlah benda fisik yang bisa digenggam atau disimpan dalam kotak pusaka. Sebaliknya, amulet ini bersemayam di dalam tubuh sang pewaris, menyatu dengan darah dan jiwanya. Sejak awal, Hēi àn Zhī Shén telah menyisipkannya ke dalam tubuh pendiri Klan Àn Zú dan sejak saat itu, ia diwariskan kepada keturunan yang terpilih. Namun, dalam sejarah ribuan tahun, Hēibīng Hùfú hanya benar-benar terbangkitkan dua kali. Dua kali yang membawa bencana besar. Kekaisaran Bìxiāo gemetar di ambang kehancuran, dan bahkan Benua Shényǔ hampir luluh lantak. Begitulah kisah yang diceritakan Mo Chen kepada Huànyǐng pada senja itu. "Mo Gēge, A Tie juga pernah menceritakan hal ini

  • Penakluk Sihir Iblis    Dia Yang Terbaik Bagiku

    Di bawah pohon plum tua yang bermekaran, Huànyǐng dan Mo Chen duduk berdampingan, menikmati hembusan angin yang membawa aroma samar bunga dan asap kayu bakar. Sungai di hadapan mereka mengalir tenang, memantulkan cahaya redup matahari yang mulai condong ke barat. Sesekali, Mo Chen melemparkan batu kecil ke air, menciptakan riak yang menyebar perlahan."Mo Gōngzǐ, kenapa kau begitu santai? Bukankah kau sedang dalam misi?" tanya Huànyǐng, tak mampu menahan rasa penasarannya.Di matanya, Mo Chen berbeda dari para tuan muda klan besar lainnya. Dia tidak seperti Héxié Zhìzūn yang lembut namun tegas, atau kedua kakaknya yang berwibawa. Bahkan dibandingkan Ling Zhì yang kaku dan Yue Tiānyin yang dingin, Mo Chen lebih terlihat bebas, seperti awan di langit yang berarak tanpa beban.Mo Chen tersenyum santai. Ia mengupas kulit udang bakar dengan tenang, jemarinya cekatan dan penuh perhitungan. "Misiku sudah selesai, sekarang aku hanya menunggu misi berikutnya." Ia m

  • Penakluk Sihir Iblis    Berburu Ikan Di Xiānlù Hé

    Huànyǐng berlari riang di sepanjang koridor akademi yang lengang. Suasana begitu sepi karena hampir semua murid masih berada di kelas masing-masing, sibuk mempelajari teori atau menjalani latihan fisik dan meditasi. Tentu saja, Huànyǐng tahu itu. Namun, meski diperintahkan oleh Zhēn Wēn Jīng untuk pergi ke perpustakaan, ia justru memilih untuk berjalan-jalan lebih dulu.Saat tiba di persimpangan koridor, ia menghentikan langkahnya, mendongak sedikit, lalu menggumam, “Ke kanan atau ke kiri?”Di kanan, Qiū Fēng Lín, Hutan Maple Musim Gugur, terbentang dengan pohon-pohon maple menjulang tinggi. Angin bertiup membawa harum dedaunan basah, sementara warna merah dan jingga dari daun-daun maple yang gugur menciptakan pemandangan yang memanjakan mata. Ia bisa berburu kelinci di sana atau menangkap rubah kecil yang sering berkeliaran di antara akar-akar pohon yang menjulur.Sedangkan di kiri, Xiānlù Hé, Sungai Embun Abadi, mengalir jernih. Permukaannya berkilauan d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status