Share

3. Sebuah Kesepakatan

Author: Winda Venska
last update Last Updated: 2023-11-26 13:54:53

“Kau menuduhku berzina!?”

Usai mengucapkan itu, tanpa menunggu respons dari Syarif, Syafa melanjutkan, "Dengar, Tuan! Aku memang mencintai Ben dan kami berpacaran. Tapi aku masih cukup waras untuk tidak melakukan hal bejat itu." 

Nada suara gadis itu meninggi.

"Orang tuaku mendidikku dengan sangat baik, jadi aku tidak akan melakukan hal serendah itu!"

Sorot mata Syafa tampak tajam, menghunjam tepat di manik mata Syarif, sementara pria itu masih duduk dengan santai di hadapannya.

Bahkan, kini Syarif justru tersenyum!

Ada gurat kelegaan dalam senyum pria berusia 33 tahun tersebut.

"Baiklah," ucap Syarif dengan tenang. "Aku paham."

Syafa mengernyit. Apakah pria itu paham sanggahannya tentang apa yang ia tuduhkan tadi, atau mengerti bahwa Syafa ingin perjodohan ini dibatalkan?

Jawaban dari pertanyaan dalam kepala Syafa tersebut langsung ia dapatkan beberapa saat kemudian.

“Saya menerima perjodohan ini.”

Bahu Syafa langsung turun, tubuhnya melemas. 

Gadis itu bagaikan disambar petir di siang bolong. Mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh pria bak model profesional di sampingnya tersebut. Pria tampan yang begitu sempurna bagi banyak gadis itu, tidak ubahnya seperti seorang psikopat di mata Syafa. 

Bagaimana tidak? Bahkan setelah mendengar semua kenyataan yang telah dia sampaikan tadi, pria itu masih menerima perjodohan ini. Seolah segala keluh kesah dan curahan hatinya tadi, bukanlah sesuatu yang penting.

Pria mana yang mau menikahi wanita yang mencintai lelaki lain!?

"Abi boleh mengatur pernikahan kami,” lanjut Syarif dengan wajah datar kemudian. “Tapi tolong lakukan semua sebelum keberangkatanku ke Eropa." 

"Alhamdulillah,”.ucap ibu Syarif dengan senyum bahagia. Beliau menggenggam tangan Syafa. “Terima kasih, Nak. Kau membuat putra kami akhirnya mau menikah," 

"Semoga Allah memberikan berkah dan rahmatNya ada kalian berdua," ucap Ny. Annisa lagi dengan mata berembun.

Semua orang merasa sangat bahagia, kecuali Syafa. Dia menjadi satu-satunya orang yang merasa dipermainkan dan dijebak saat ini. 

Tadinya Syafa berpikir, jika dia berkata jujur tentang hubungannya dan Ben. Syarif akan jadi tidak suka atau minimal kasihan padanya. Tapi ternyata semua itu salah. 

"Itu bukan urusanku."

Kata-kata Syarif masih terus terngiang di benak Syafa. Kata-kata yang seolah ringan, tetapi memiliki makna yang terlalu dalam. 

Pria itu tidak main-main dengan semua yang dikatakannya. Jika dia bilang bukan urusannya, itu artinya dia memang tidak mau peduli apa pun.

Pertemuan itu berakhir dengan banyak senyuman dan kepuasan. Baik dari pihak keluarganya, maupun keluarga Syarif. Namun, meninggalkan luka dan tangis di hati sang calon pengantin wanita. 

Inilah pertama kali Syafa merasa diabaikan, dan  tidak dihiraukan dalam hidupnya.

***

"Syarif akan berangkat ke Eropa bulan depan. Keluarga mereka mengatakan, jika pernikahan kalian akan digelar 3 Minggu lagi di Bali," kata Ny. Fatima pada putri semata wayangnya, yang masih terlihat murung sejak pertemuan keluarga beberapa hari lalu. Beliau kemudian menuturkan detail persiapan pernikahan.

"Jangan banyak melamun, Nak. Kita tetap harus ber-khusnudzon,” tegurnya kemudian pada Syafa karena putrinya tidak merespons. “Mama lihat keluarga mereka sangat baik. Meskipun termasuk keluarga kaya dan terpandang, mereka bersikap ramah dan sederhana. Mama tidak merasa terintimidasi sama sekali.”

"Sejak kapan Mama jadi suka memuji orang?" tanya Syafa dengan nada kesal mendengar sang ibu memuji keluarga calon besannya.

"Nak Syarif itu ganteng, lho, Fa. Mama sempat perhatikan dia kemarin.” Ny. Fatima tersenyum mengingat bagaimana ekspresi calon menantunya itu, saat menatap putrinya. “Wajahnya bahkan tidak kalah dari para model dan bintang film. Mama lihat juga, dia sepertinya mengagumimu." 

Sebagai seorang ibu, wanita berhijab lebar itu paham makna dari tatapan Syarif. Bukan sebuah tatapan penuh nafsu yang liar, tetapi pandangan kekaguman yang menenangkan. 

Dari cara Syarif melihat putrinya saat itu, Ny. Fatima merasa lega dan yakin, jika pria itu memang baik untuk Syafa.

"Mama menyukai pria menyebalkan itu?" Suara Syafa terdengar kesal.

"Mama menyukai sikap dan sopan santunnya. Mama jadi tenang, karena kamu akan bersama orang yang baik."

"Baik? Kita bahkan baru bertemu mereka sekali, Ma. Masih jauh jika harus mengatakan dia pria yang baik."

Percakapannya dengan sang ibu kali ini, membuat Syafa merasa semakin kesal dan suasana hatinya buruk. 

Bagaimana mungkin ibunya justru membela pria asing itu. Pria yang bagi Syafa sangat menyebalkan, karena meskipun dia telah mengungkap masalahnya dengan jujur, pria itu masih tidak peduli pada kebahagiaannya.

"Dia egois dan tidak punya empati, Ma. lihat saja nanti, kalau aku hidup menderita setelah menjadi istri orang itu. Mama dan Papa yang harus bertanggung jawab!"

Gadis itu benar-benar kesal dan marah, dia merasa hidupnya sedang dipermainkan. Kalau bukan karena rasa cintanya kepada kedua orang tua. Dia pasti akan kabur dan hidup bersama Ben di luar negeri. Namun, dia tidak ingin menyakiti hati orang tuanya.

Rumah sakit Ibnu Sina, adalah warisan leluhur mereka. Pendahulunya membangun semua itu dengan darah dan keringat. Syafa tahu jika rumah sakit itu sangat berharga untuk papanya. Jika Ibnu Sina harus berakhir di generasinya, sang ayah tidak akan mampu menanggung derita dan kekecewaan. Karena itu, Syafa berusaha untuk menekan egonya sendiri, demi kebaikan semua.

Meskipun dengan begitu dia harus mengorbankan rasa cinta dan perasaannya. Mencoba mengikuti kemana arah takdir membawanya. Karena saat dia memutuskan untuk menurut, baginya hidup sedah bukan dalam kendalinya lagi.

"Bisakah kau datang? Ada hal penting yang ingin aku bicarakan sebelum kita menikah," kata Syafa, malam ini selepas salat Isyak dia menghubungi Syarif. “Sekarang.”

Related chapters

  • Penakluk Hati Sang Billionaire   4. Perjanjian Pranikah

    “Ada hal penting yang ingin aku bicarakan.”"Baik," jawab Syarif dengan singkat dari seberang sana.Setelah itu panggilan diputuskan secara sepihak. Membuat Syafa kembali merasa kesal. Setiap kali dia berusaha untuk berbicara dan berinteraksi dengan calon suaminya itu. Selalu saja gagal, Syarif hampir tidak pernah membalas pesan dan mengangkat teleponnya.Meskipun Syafa tahu pria itu sedang sibuk bekerja. Dia pikir bukankah akan lebih baik jika mereka meluangkan waktu untuk saling mengenal. Agar hubungan mereka tidak terlalu kaku? Toh mereka akan menikah juga akhirnya. Untung saja malam ini dia menerima panggilannya. Jika tidak Syafa berencana nekad menemuinya di hotel tempatnya menginap.Benar saja kurang dari satu jam, Syarif telah tiba di rumahnya sendirian. Pria itu tampak gagah dengan balutan kemeja biru dan celana jeans hitam. Penampilannya sederhana seperti biasa, tetapi Syarif memang memiliki aura dan pesona yang kuat. Segala gerak gerik putra kedua keluarga Abdullah Al-Ghif

    Last Updated : 2023-11-26
  • Penakluk Hati Sang Billionaire   5. Tamu Kejutan untuk Nyonya Al-Ghifary

    “Kita akan menikah, bukan bermain drama.”Syafa yang tadinya merasa percaya diri dengan rencananya kini terdiam. Perlahan semua keberaniannya memudar, saat melihat bagaimana calon suaminya itu bersikap. Di satu sisi pria itu tenang dan datar, tetapi dia tegas dan mengintimidasi dalam waktu yang bersamaan."Aku sudah tanda tangan, sekarang apa masih ada lagi syarat yang ingin kau ajukan?" tanya Syarif sambil meletakkan kembali map dan pena di meja."Tidak," jawab Syafa singkat."Kalau begitu, aku akan kembali ke hotel," ucap Syarif sambil berdiri. “Asalamualaikum.”"Wa alaikumsalam," jawab Syafa pelan, masih tetap duduk di tempatnya.Membiarkan Syarif melangkah menuju pintu, dan memutar kunci. Pria itu keluar dari ruang perpustakaan dengan diam. Meninggalkan Syafa yang masih tak bergeming ditempatnya.Setelah beberapa saat, gadis itu baru bisa kembali tenang. Perlahan dia membuka map berisi perjanjian pranikah yang dia siapkan tadi. Syarif telah menandatangani tepat di atas materinya.

    Last Updated : 2023-11-30
  • Penakluk Hati Sang Billionaire   6. Welcome Home

    Malam ini rombongan keluarga Abdullah Al-Ghifary terbang meninggalkan Bali. Semua orang harus kembali bekerja besok, setelah cuti seminggu penuh. Hanya tinggal Syarif dan Syafa yang masih tinggal di kediaman keluarga Musthofa Altaf. Mereka akan kembali ke Kalimantan besok siang."Kau ingin mampir dulu, atau langsung pulang?" tanya Syarif, ketika mobil mereka baru saja keluar dari tempat parkir bandara.Syarif memutuskan untuk menyetir, agar mereka memiliki waktu pribadi. Sehingga dapat mengutarakan isi hati tanpa takut terdengar oleh siapapun. Seperti ketika berada di rumah keluarga Musthofa Altaf selama dua hari terakhir."Pulang saja, kepalaku pusing," jawab Syafa sambil memijat pelipisnya.Ucapan ibu mertuanya tadi masih terus terngiang di kepalanya. Sesaat sebelum mereka masuk kedalam pesawat pribadi. Wanita itu membisikan sesuatu yang membuatnya merasa frustasi."Berikan kami bayi lucu dan sehat."Perkataan itu seilah terus berulang di benaknya. Membuat Syafa semakin tertekan dan

    Last Updated : 2023-12-19
  • Penakluk Hati Sang Billionaire   7. Sisi Lain Sang Billionaire.

    "Apa kau baik-baik saja?" tanya Syarif dari balik pintu.Pria itu sejak tadi menunggu istrinya keluar dari kamar mandi.Namun, sudah hampir satu jam, Syafa belum juga keluar. Sehingga membuat Syarif merasa sedikit khawatir, karena tidak biasanya Syafa berlama-lama di kamar mandi."A-aku baik," ucap Syafa gugup."Apa kau masih lama? Aku butuh ke kamar mandi," kata Syarif lagi, setelah yakin istrinya memang baik-baik saja."Sebentar." Syafa kembali berteriak dari dalam.Dia segera menyelesaikan ritual mandinya, dan buru-buru berpakaian.Setelah lima belas menit, gadis itu keluar dengan hanya memakai dress selutut berlengan pendek.Sebenarnya Syafa tidak ingin memakai baju itu, tetapi tadi dia terlalu buru-buru mengambil baju ganti, sehingga tidak teliti.Syarif menatap istrinya, pria itu selalu merasakan getaran aneh tiap kali melihat Syafa tanpa hijab. Sesuatu yang selalu membuat hati dan otaknya sulit untuk dikendalikan.Syarif segera masuk ke kamar mandi, untuk menutupi kegugupannya

    Last Updated : 2023-12-21
  • Penakluk Hati Sang Billionaire   8. Sport Jantung

    "Kita berangkat lusa," kata Syarif sambil memberikan amplop coklat pada istrinya.Malam itu seperti biasa setelah sholat Isyak berjamaah di kamar, mereka duduk sambil sibuk dengan ponsel masing-masing.Syafa membuka amplop tersebut, yang ternyata berisi visa Schengen untuknya.Syafa sedikit terkejut, karena Syarif bisa mengurus semua ini dengan sangat cepat. Tidak sampai dua hari. Padahal biasanya akan butuh waktu lama untuk seseorang bisa mendapatkan bisa visa tersebut."Ternyata memang benar, uang bisa melancarkan segalanya," ucap Syafa dengan senyum sarkas. "Terima kasih," lanjutnya.Syarif tidak tertarik untuk menjawab perkataan istrinya. Dia hanya fokus di depan laptop, sambil sesekali melihat ponsel. Pria itu tidak akan pernah beralih fokus, ketika sedang bekerja.Sementara Syafa, segera menyimpan mengambil koper besar miliknya, dan bersiap mengepak berbagai barang keperluannya sendiri. Karena Syarif sudah seminggu lebih menyiapkan keperluannya. Syafa memang pernah berkunjung k

    Last Updated : 2023-12-27
  • Penakluk Hati Sang Billionaire   9. Amanah dari Abi

    Pria itu semakin menarik dagu istrinya mendekat, sampai kedua bibir mereka saling bersentuhan. Tok tok tok,"Tuan Rasyid memanggil anda ke ruang kerjanya sekarang, Tuan,"ucap seseorang yang berada dibalik pintu.Sebuah pesan yang bagaikan malaikat penolong untuk Syafa. Karena setelah mendengar pesan tersebut, Syarif langsung melepaskan cengkeramannya. Pria itu segera berjalan keluar kamar."Alhamdulillah, Ya Allah," gumam Syafa dengan perasaan sangat lega.Dengan gemetaran gafus itu berjalan dan duduk di tepi tempat tidur. Tubuhnya masih terasa sangat lemas, dengan detak jantung yang tak beraturan. ***Hujan deras mengguyur kota Balikpapan sore ini. Suasana sedikit suram dan dingin. Syarif berdiri menatap keluar, dari balik jendela kaca besar ruang kerjanya. Pria itu baru saja selesai meeting dengan dewan direksi.Pertemuan yang membahas kerja sama yang akan mereka lakukan dengan pihak Swiss dan Austria. Besok pagi dia, Syafa dan beberapa orang tim dari Al-Hassan Energi & Batubara

    Last Updated : 2023-12-29
  • Penakluk Hati Sang Billionaire   10. Kejutan Manis Sang CEO

    "Oslo Gardermoen Airport," gumam Syafa ketika pesawat mereka memasuki area bandara."Kita tidak pulang?" tanya Syafa menatap suaminya."Kau ingin melihat Aurora, 'kan?" Syarif tersenyum menjawab pertanyaan istrinya.Sedangkan Syafa kembali menatap ke bawah. Melihat kesibukan yang berada di area bandara terbesar dan tersibuk di Norwegia tersebut."Dia menganggap ocehanku serius," bisik Syafa dalam hati.Gadis itu sudah curiga ada yang tidak beres, ketika masuk pesawat tadi pagi. Tim Al-Hassan yang berangkat bersama mereka, tidak ada dalam jet milik keluarga suaminya tersebut. Mereka hanya berdua, selain crew dan pilot pesawat."Kita hanya transit selama empat jam, untuk mengisi Avtur dan makan siang." Syarif seolah menjawab rasa penasaran Syafa. "Setelah itu kita langsung menuju Tromso-Langnes Airport," lanjutnya.Syafa hanya diam dan mendengarkan.Tetapi dalam hati gagus itu bersorak gembira, karena akan segera melihat Aurora. Sesuatu yang sejak lama dia inginkan. Syafa hanya terlalu

    Last Updated : 2023-12-29
  • Penakluk Hati Sang Billionaire   11. Terjebak Badai Salju

    Lima hari berada di Tromso, Syafa seolah melupakan segala kegalauan dan kesedihannya. Sepanjang waktu dia begitu bersemangat berburu Aurora. Dengan mobil khusus yang di sewa Syarif. Mereka berkeliling desa, mencari spot-spot terbaik untuk menyaksikan keindahan Aurora. Gadis itu mengabadikan hampir setiap momen yang dia lalui di tempat itu. Sementara Syarif hanya tersenyum, memperhatikan dan menuruti semua keinginan istrinya. Karena setiap tour guide mereka bilang ada tempat bagus, Syafa langsung meminta untuk mengunjungi tempat itu. Suhu minus 25 derajat lebih, seolah tidak dihiraukannya. Dagis itu kedinginan, tetapi dia enggan kembali pulang ke cottage, sebelum puas.Sore itu cuaca tampak cukup cerah, sehingga Syafa mengajak Syarif pergi berdua tanpa tour guide. Niat awal mereka hanya untuk jalan-jalan di sekitar cottage dan memotret Aurora. Beberapa orang pengunjung juga melakukan hal yang sama. Mereka menikmati setiap momen di tempat itu. Sampai terdengar sirine tanda bahaya

    Last Updated : 2024-01-02

Latest chapter

  • Penakluk Hati Sang Billionaire   Bab 41. Curahan Hati Sang CEO

    "Ummi tidak ingin mencampuri masalah kalian, Nak. Tapi Ummi sedih melihat kalian berdua seperti berseberangan." Ny. Annisa akhirnya tidak dapat menahan lagi. Wanita berwajah kalem dan ramah itu, merasa hubungan putranya dan sng istri sudah dalam taraf yang harus di selesaikan segera. Sebagai seorang ibu sekaligus wanita, yang telah memakan asam garam kehidupan. Sang istri miliarder berdarah arab tersebut, dapat denga jelas melihat kejanggalan dalam pernikahan putra keduanya. "Ummi tidak ingin melihat kalian menderita, terlebih Syafa yang saatbini tengah mengandung anak kalian. Dia butuh ketenangan dan kenyamanan selama menjalani kehamilan ini," kata Ny. Annisa dengan lembut. Meskipun Syarif adalah putra kandungnya, diamtetap tidak ingin terlalu kuat campur. "Ummi hanya ingin membantu, mungkin dengan kau menceritakan semua dengan jujur. Ummi bisa memberikan saran," lanjutnya, sambil mengelus lengan Syarif. Setelah beberapa hari tinggal dan mengurusi bisnis di Balikpapan, Ny. Annis

  • Penakluk Hati Sang Billionaire   Bab 40. Perubahan Sikap

    Steven menatap pria yang berdiri dan memegang tangannya dengan pandangan tidak suka. Sementara Syafa menatap orang yang sama dengan keterkejutan yang tidak dapat ia sembunyikan. Dia sama sekali tidak mengira jika suaminya kini berdiri dihadapannya, memegang tangan teman masa lalunya dengan sorot mata tajam. Jelas terlihat Jika sang CEO tidak menyukai pria berwajah blasteran tersebut. "Mas, Syarif?" gumam Syafa pelan dengan suara tercekat. Syarif melepaskan genggaman tangannya pada Steven dan menatap Syafa dengan sorot intimidasi yang menakutkan. Syafa tahu suaminya sedang tidak senang. "Kau mengenal pria ini?" tanya Steven menatap Syafa yang masih tercengang di tempatnya. Dalam hati Syafa sedang bingung dan takut. Dia takut Syarif akan salah paham padanya, dan bingung bagaimana cara menjelaskan tentang semua ini. Syafa juga masih belum bisa mengerti, bagaimana suaminya bisa berada di tempat itu. Biasanya Syarif akan pulang dari kantornya, sekitar jam 8-9 malam. Kecuali memang

  • Penakluk Hati Sang Billionaire   Bab 39. La Laguna dan Seorang Teman Lama.

    "Mau kemana?" tanya Syafa saat Syarif mengemasi pakaiannya ke dalam koper. "Aku akan ke Kalimantan besok pagi, ada beberapa pekerjaan yangnharus aku sendiri yang menangani." jawab Syarif "Berapa lama?""Mungkin tiga atau empat hari. Karena akuningin melihat tambang barunkami di muaralawa. Setelah itu menghadiri pernikahan putri rekan bisnis Abi di sana." Syarif mengatakan semuanitu tanpa melihat istrinya. Diamgokus mengemas dan menyiapkan emua barang yang dia butuhkan selama berada di tanah kelahirannya itu. "Aku menyimpan vitaminmu di laci, jangan lupa meminumnya stelah sarapan dan sebelum tidur. Mbok Minah dan mbak arus sudah aku berikan jadwal makananmu selama seminggu, sesuai yang dianjurkan dokter Anna." Syarif,enutuo kopernya dan menatap sang istri. "Tolong jaga diri baik-baik selama akuntidak di rumah, jangan berpikir untuk menyakiti anak-anak," kata Syarif pelan tetapi penuh penekanan. Entah kenapa setelah kejadian Syafa menyembunyikan kehamilannya waktunitu, membuat Sya

  • Penakluk Hati Sang Billionaire   Bab 38. Kegalauan Hati Sang Putra Billionaire.

    Stella dan dokter Anna yang kebetulan belum sampai keluar dari rumah mereka, segera berlari dan menghampiri Syafa. Saat mendengar teriakkan Syarif. Dua dokter rekan kerja Syafa tersebut, segera mengikuti langkah sang CEO menuju kamar mereka d lantai atas untuk memeriksa kondisi Syafa. Seluruh keluarga tampak panik, Ny. Annisa dan Ny. Fatima, dan Amira, segera ikut ke kamar sementara para lelaki tetap di bawah untuk menemani para tamu yang sedang berpamitan untuk pulang. Semua orang terlihat khawatir, tetapi mereka yakin Syafa dan kedua bayinya baik-baik saja. "Bagaimana dokter?" tanya Syarif setelah dokter Anna selesai memeriksa.Untung saja anggota dokter masih membawa peralatannya di tas. Karena mereka berangkat langsung setelah tugas dari rumah sakit. "Tekanan darahnya naik. Saya belum bisa memastikan, tetapi Syafa sepertinya sedang kelelahan dan stres. Dia butuh istirahat saat ini," kata dokter Anna menjelaskan. Sementara Syafa perlahan membuka mata ketika beberapa saat sang

  • Penakluk Hati Sang Billionaire   Bab 37. Merasa Terasing

    Seluruh keluarga besar Syarif dan Syafa hadir dalam acara syukuran kehamilan Syafa. Semua rekan bisnis dan juga teman-teman mereka juga di undang semua. Rumah bergaya klasik modern, dengan halaman luas tersebut penuh dengan kebahagiaan dan kehangatan. Terlebih saat mengumumkan jika Syafa sedang mengandung bayi kembar. Rona bahagia tidak dapat ditutupi oleh semua anggota keluarga. Membuat Syafa merasa cukup kesulitan untuk menampakkan ekspresi bahagia, ditengah kegundahan dan kegalauan yang dirasakannya. "Aku tidak menyangka kalian akan memiliki bayi kembar," kata Almeera, menghampiri Syarif dan Syafa yang sedang duduk. "Selamat, Rif. Semoga kehamilan dan persalinannya nanti lancar." Almeera tersenyum, meskipun dalam hatinya tidak terlalu senang. "Bagaimana dengan permintaan tolongku? Apa kau sudah mempertimbangkannya?" Almeera tidak ngin menyia-nyiakan peluang untuk meminta pertolongan Syarif. Minggu depan sidang pertama hak asuh anaknya, akan segera di gelar. Karena mantan suam

  • Penakluk Hati Sang Billionaire   Bab 36. Sikap Tegas Sang CEO

    Syarif dan Syafa masih duduk termenung di tempatnya. Dua buah kelapa muda dan beberapa camilan de meja terlihat utuh tak tersentuh. Mereka saling berhadapan tetapi seperti berada dalam dimensi yang berbeda. Sesekali hanya terdengar suara Isak tangis Syafa yang membelah keheningan. Suasana kafe pagi itu belum terlalu rame, sehingga hanya mereka berdua yang saat ini mengisi meja di bagian outdoor resort tersebut. "Aku sudah memutuskan," kata Syarif beberapa saat setelah memikirkan tindakan apa yang harus dia lakukan saat ini. Syafa mengangkat kepala dan menatap sang suami dengan perasaan cemas. "Karena kau telah memutuskan sesuatu tanpa berunding denganku sebelumya. Aku juga akan memutuskan semuanya secara sepihak." Deg, Belum reda semua kekalutan di hatinya, Syafa kembali diterpa gelombang rasa takut dan kepanikan, mendengar ucapan Syarif barusan. "Setelah anak-anak lahir, dan kau selesai masa nifas. Aku akan menceraikanmu. Sesuai perjanjian kita, hak asuh anak-anak berada pada

  • Penakluk Hati Sang Billionaire   Bab 35. Rahasia Yang Terbongkar

    Syafa mencoba untuk memaksa turun dari gendongan Syarif. Tetapi pria itu seolah memiliki kekuatan berlebih, yang bisa dengan mudah mencengkeram tubuh Syafa dipelukannya. Sekuat apapun Syafa mencoba lepas, tenaganya tidak akan dapat menyamai sang CEO. "Ya Allah tolong beri jalan keluar terbaik," bisik hati Syafa. Wanita berdarah Turki-Bali itu akhirnya menyerah. Dia lebih memilih untuk memejamkan mata, agar tidak melihat orang orang disekitarnya yang tentu saja memperhatikan mereka. Hampir semua orang yang berada di tempat itu menoleh ke arah mereka berdua. "Tuan Syarif Abdullah?" tanya seorang perawat yang berada di depan poli kandungan, ketika melihat mereka berhenti di hadapannya.Syarif hanya menjawab dengan anggukan kecil. "Silahkan tunggu sebentar, setelah pasien di dalam selesai diperiksa, anda bisa langsung masuk." Perawat berseragam pink itu tersenyum ramah. Sementara Syafa masih tidak ingin membuka matanya, dia merasa sangat malu dengan posisi mereka. "Turunkan aku, a

  • Penakluk Hati Sang Billionaire   Bab 34. Sport Jantung

    Syarif berjalan ke arah Syafa dan berhenti tepat di hadapan sang istri, dengan tatapan mata tajam yang mengintimidasi. "Bayi kembar?" ucapnya dengan pelan, tetapi penuh penekanan. "Jadi selama ini kau menyembunyikan fakta itu dariku? Kita akan memiliki bayi kembar dan kau tidak mengatakan apapun padaku?" Wajah Syarif berubah geram, dia mencengkeram kedua lengan istrinya sambil terus menatap dengan sorot emosi.Sungguh pria berdarah Arab-Jawa itu tidak mengira, jka Syafa bisa melakukan hal sejauh itu padanya. Selama ini Syarif mencoba untuk memahami dan mengerti posisi Syafa dengan segala perasaan bencinya. Dia selalu berusaha agar tidak menyinggung atau menyakiti hati wanita yang sangat ia cintai tersebut. Tetapi kali ini Syarif merasa sangat terkejut, sekaligus merasa sakit hati. Bagaimana mungkin Syafa menyembunyikan sesuatu yang begitu penting darinya. "Inikah alasan kenapa kau tidak pernah mau aku temani setiap kali periksa kandungan?" Syarif tersenyum sarkas. "Apa sebenarnya

  • Penakluk Hati Sang Billionaire   Bab 33. Kejutan Yang Tidak Menyenangkan.

    "Menantuku sedang mengandung, Almeera," kata Ny Annisa sambil tersenyum bahagia. Sebuah senyuman yang terasa seperti tamparan keras bagi Almeera. Dia sama sekali tidak menyangka jika Syafa akan hamil secepat ini. Padahal wanita itu sangat yakin jika hubungan Syafa dengan Syarif, terlihat bukan seperti dua orang yang saling mencintai.Almeera bahkan sangat yakin, jika wanita 26 tahun itu tidak menginginkan Syarif. "Lalu kenapa dia mau mengandung anak Syarif?" tanya Almeera dalam hati. Meskipun merasa tidak senang dengan kabar tersebut, Almeera berusaha terlihat biasa saja."Selamat, Tante Annisa. Selamat untuk kalian semua," kata Almeera dengan senyum yang tampak canggung. Meskipun demikian tidak banyak dari mereka yang menyadari hal itu. "Datanglah ke rumah Syarif besok lusa, kami akan mengadakan acara syukuran. Ini anak pertama Syarif dan Syafa. Mereka butuh banyak doa dan dukungan." Ny. Annisa kembali tersenyum dengan tulus. Mengundang wanita yang dulu hampir menjadi menantuny

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status