Kejadian demi kejadian, yang hampir, atau bahkan sama persis, dengan kejadian yang terjadi di mimpinya Angel, terjadi juga di dunia nyata. Mulai dari penjaga gerbang, yang tiba-tiba datang menghampiri William, Joe dan Samuel, mengatakan kalau, tadi malam, ada sebuah mobil mencurigakan di depan rumah Angel. Kemudian, Angel dan Chelsea pergi ke rumah Jordi, untuk meminta roti panggang, lalu kembali lagi ke rumah. Kemudian, setelah roti panggang yang dibawa Angel habis, William, Joe dan Samuel, pulang dengan membawa sarapan. Intinya, semua kejadian yang terjadi di rumah itu sebagaimana, kejadian yang ada di mimpinya Angel, terjadi juga di kehidupan nyatanya Angel. Lalu,
“Ah, saya mengantuk, nih. Kak, aku ke kamar kakak, ya. Mau tidur dulu, hehe”
William, langsung berlari naik ke lantai 3, dan langsung masuk ke kamar Angel, meninggalkan Angel dan yang lain.
‘Tuh, kan. Kejadiannya, bahkan sama persis, loh? Kebetulan? Atau, memang ini pertanda?&rsquo
“Ah, kita masih disini kan, ya? Aku ingin ke toilet, nih. Sayang, temenin yuk.” kata Fanny.“Ah, aku juga ikut Fan. Sayang, kamu tidak ikut?” kata Chelsea, sembari bertanya kepada Joe.“Emm … Tidak deh, kalian saja, sayang. Aku disini saja, menemani nona Angel dan Cassey. Kamu dan Fanny, biar di temani oleh Samuel saja.” Jawab Joe.“Ah, yasudah. Ayo, Fan”Kemudian, Fanny, Samuel dan Chelsea, berjalan bersama, menuju toilet, yang ada di Hotel Mendez.Beberapa saat kemudian, baru saja mereka tiba di pintu keluar Hotel yang mengarah ke pantai, tiba-tiba,“Joe? Cassey? Eh, sayang, itu Joe dan Chelsea, bukan?” tanya Samuel pada Fanny, sembari menunjuk kearah pantai.“Eh? Iya loh, sayang. Itu Joe dan Cassey. Tapi, mengapa mereka tiduran di atas pasir seperti itu, ya?” jawab Fanny.“Eh, sepertinya sih, mereka bukan hanya sekedar tiduran di atas
“Eh? Aku, ada dimana? Dan … Eh? Kok, tanganku diikat begini? Tunggu dulu … Perasaan, di dalam mimpiku kemarin, Aku di culik, dan di letakan di sebuah ruangan yang sangat gelap, dengan tangan diikat dalam posisi berdiri, juga tak berbusana. Terus, mengapa sekarang, aku berada di sebuah gedung, dengan posisi tangan diikat, duduk di kursi, tapi masih memakai pakaianku? Kok beda?” tanya Angel, yang baru saja terbangun, di sebuah gedung rusak, kosong, sepi, dan sedikit kotor.Tap … tap … tap“Suara langkah kaki? Siapa?” bisik Angel, sembari memandang kearah depan.“Ah, ternyata kamu sudah bangun, Ngel. Bagaimana? Sudah puas tidurnya?” tanya seorang pria, memakai jubah hitam, dan juga memakai topeng, dengan 3 pria berbadan kekar, yang tengah berdiri di belakangnya.“Ace!? Kamu Ace, kan!? Apa yang kamu inginkan! Cepat lepaskan, aku!” bentak Angel pada pria itu.“Wow …
“Hah? Aku? Cemburu pada Camille? Dan, aku menyukaimu? Hahaha … Najis bagiku, menyukai pria brengsek sepertimu!!! Dan, bagaimana ceritanya, aku menjebloskan kamu ke penjara, hanya gara-gara hal sepele seperti itu? Hahaha … Ace-Ace … Kalau kamu ingin membela diri, setidaknya, berfikirlah terlebih dahulu, supaya bisa, mencari sebuah alasan, yang membuat semua orang, berpaling padamu.” kata Angel.“Ayah, Mike, kalian boleh pergi, sekarang! Tinggalkan aku berdua disini, bersama dengan Angel.” kata Ace.Mendengar itu, tuan Ford dan Mike, hanya bisa menganggukkan kepala mereka, dan menuruti perkataan Ace.Kemudian, setelah Ayah dan Mike, pergi meninggalkan Ace dan Angel, lalu,“Pfffttt … Hahaha … Angel … Kamu itu, memang gadis yang sangat cerdik. Selain kaya, kamu juga pandai dalam berkata-kata. Selain itu, aku tidak tahu ya, mengapa kamu bisa mengendalikan dirimu, dalam keadaan mabuk. Dan y
Beberapa saat, sebelum kejadian, di pagi hari …Cittt!Taksi berhenti, tepat di depan gedung rumah sakit.“Nih, pak, uangnya. Terima kasih.” kata William, sembari memberikan uang untuk supir taksi itu.“Tidak, tuan William. Saya lah, yang harusnya berterima kasih kepada anda.” kata supir taksi itu.Mendengar itu, William awalnya sedikit merasa kaget. Namun, dia tak mengambil pusing, karena, ada yang lebih penting, daripada perkataan supir taksi itu. Lalu, William, bersama dengan Komandan Bradley, keluar dari taksi itu, dan langsung bergegas masuk ke dalam rumah sakit.Sesampainya di dalam rumah sakit, William dan Komandan Bradley, awalnya kesulitan, untuk mencari ruangan Joe dan Cassey. Namun, setelah mencari-cari sekitar 3 menit lamanya, akhirnya, William dan Komandan Bradley, berhasil menemukan ruangan mereka.Jeglek!Pintu ruangan, baru saja di buka oleh William. Lalu, William langsung bergegas
Langkah Fanny, seketika terhenti. Lalu, Fanny menoleh kearah belakang, dan ternyata, orang yang ada di belakangnya, adalah Samuel.“Sayang, kamu mau pergi kemana?” tanya Samuel, yang tadi sempat menguping pembicaraan Fanny.“Aku ingin pergi ke Bank, sayang. Ada hal yang harus aku selesaikan, sekarang. Aku duluan, ya.” jawab Fanny.“Tunggu, kita pergi bersama.”“Ah, tidak perlu, sayang. Aku bisa pergi sendirian. Lagipula, tidak enak dengan tuan William, dan yang lain, kalau kamu pergi bersamaku, sedangkan mereka, sedang pusing, memikirkan caranya, menyelamatkan Angel. Iya, kan?”“Nggak tuh. Yasudah, ayo kita berangkat. Nanti, aku bisa mengirimkan pesan ke tuan William, kalau aku pergi bersama dengan kamu sebentar.”Mendengar itu, Fanny menganggukkan kepala, dan mengiyakan perkataan Samuel, tanpa berkata sepatah katapun. Beberapa menit kemudian, taksi tiba di hadapan mereka. Lalu, Sam
Mendengar itu, Samuel langsung memalingkan pandangannya, kembali ke Fanny.“Maaf ya, sayang, hehe” kata Samuel, sembari mengelus-elus rambutnya Fanny.“Hikss … Iya, sayang, tidak apa-apa, kok…”“Nah, sampai dimana kita tadi?”“Hikss … Ha? Apanya, sayang?” tanya Fanny, dengan raut wajah yang masih sedih, bercampur bingung.“Itu tadi loh, sayang. Kita tadi bahas tentang apa, sebelum mereka ini datang, loh …”“Emm … Tadi itu, emm … Tidak ada, kamu hanya menyuruhku nangis, sambil teriak-teriak. Udah, itu doang.”“Oh iya, aku lupa, hehe … Jadi bagaimana? Mau di ulang teriak-teriaknya, atau bagaimana?”“Hah? Di ulang? Maksudnya gimana, sayang?”“Ya … Itu deh pokoknya, hihi …” kata Samuel, sembari menggaruk kepalanya.“Apaan sih, sayang … A
“Loh, Jor? Kamu kok bisa tahu, tentang Fanny, yang ingin mengirimkan uang itu?” tanya Samuel, dengan raut wajah yang sedikit jengkel pada Jordi. ‘Mengapa Jordi tahu, sedangkan aku, pacarnya sendiri, bahkan tidak tahu sama sekali.’ Begitulah pikir Samuel, sembari menoleh kearah Fanny, dengan perasaan sedikit jengkel pada Fanny.“Iya, Jor, kok kamu bisa tahu? Sedangkan kami saja, yang merupakan sahabat baiknya Fanny, tidak tahu tentang itu.” kata Chelsea.“Eh? Kok … Kok, jadi itu? Eh, maksud saya bukan itu, loh …” jawab Jordi, dengan raut wajah yang sedikit kebingungan, bercampur takut.“Hah? Bukan itu? Maksudnya? Maksudnya bagaimana? Sayang, bagaimana maksudnya?” tanya Samuel pada Jordi, sembari melemparkan pertanyaan juga pada Fanny.“Ah, jadi begini, sayang. Kemarin kan, kita semua mengantarkan tuan William, ke pantai Hotel Mendez. Nah, setibanya kita di Hotel, itu kan, kalia
“Jadi begini, ketika anda dan nona Angel, berjalan bersama menuju lantai 1, nona Fanny, langsung masuk ke kamarnya, untuk mengganti pakaiannya. Itu lah yang di katakannya, kepada anda, dan juga nona Angel. Benar kan, tuan?” tanya Jordi pada William.“Ah, iya Jordi, tepat sekali.” jawab William.“Nah, kemudian, nona Fanny mengatakan, kalau dia ingin mengganti pakaiannya, tapi nyatanya? Dia sama sekali tidak mengganti pakaiannya. Dan, apa yang dilakukan nona Fanny, ketika di kamar? Oke, saya bongkar saja semuanya ya, nona Fanny, hehe … Ini, demi keselematannya nona Angel. Jadi, nona Fanny, mengirimkan pesan kepada seseorang menggunakan ponsel, pesannya berisi seperti ini, ‘Rencana terbongkar. Aku sempat mendengar pembicaraan Angel dengan William, dia mengatakan kalau William harus berhati-hati, ketika sampai di pantai nanti. Tidak tahu bagaimana caranya, tapi, rencana kamu terbongkar. Untuk rencana selanjutnya, nanti akan ku kab
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri