“Loh, Jor? Kamu kok bisa tahu, tentang Fanny, yang ingin mengirimkan uang itu?” tanya Samuel, dengan raut wajah yang sedikit jengkel pada Jordi. ‘Mengapa Jordi tahu, sedangkan aku, pacarnya sendiri, bahkan tidak tahu sama sekali.’ Begitulah pikir Samuel, sembari menoleh kearah Fanny, dengan perasaan sedikit jengkel pada Fanny.
“Iya, Jor, kok kamu bisa tahu? Sedangkan kami saja, yang merupakan sahabat baiknya Fanny, tidak tahu tentang itu.” kata Chelsea.
“Eh? Kok … Kok, jadi itu? Eh, maksud saya bukan itu, loh …” jawab Jordi, dengan raut wajah yang sedikit kebingungan, bercampur takut.
“Hah? Bukan itu? Maksudnya? Maksudnya bagaimana? Sayang, bagaimana maksudnya?” tanya Samuel pada Jordi, sembari melemparkan pertanyaan juga pada Fanny.
“Ah, jadi begini, sayang. Kemarin kan, kita semua mengantarkan tuan William, ke pantai Hotel Mendez. Nah, setibanya kita di Hotel, itu kan, kalia
“Jadi begini, ketika anda dan nona Angel, berjalan bersama menuju lantai 1, nona Fanny, langsung masuk ke kamarnya, untuk mengganti pakaiannya. Itu lah yang di katakannya, kepada anda, dan juga nona Angel. Benar kan, tuan?” tanya Jordi pada William.“Ah, iya Jordi, tepat sekali.” jawab William.“Nah, kemudian, nona Fanny mengatakan, kalau dia ingin mengganti pakaiannya, tapi nyatanya? Dia sama sekali tidak mengganti pakaiannya. Dan, apa yang dilakukan nona Fanny, ketika di kamar? Oke, saya bongkar saja semuanya ya, nona Fanny, hehe … Ini, demi keselematannya nona Angel. Jadi, nona Fanny, mengirimkan pesan kepada seseorang menggunakan ponsel, pesannya berisi seperti ini, ‘Rencana terbongkar. Aku sempat mendengar pembicaraan Angel dengan William, dia mengatakan kalau William harus berhati-hati, ketika sampai di pantai nanti. Tidak tahu bagaimana caranya, tapi, rencana kamu terbongkar. Untuk rencana selanjutnya, nanti akan ku kab
Sesampainya di lokasi, tempat Angel berada, yang tak lain, bangunan lama, bekas perusahaan milik tuan Ford, William langsung memerintahkan Komandan Bradley, untuk mengumpulkan pasukannya.“Komandan, segera perintahkan ke seluruh pasukan, untuk bergegas berkumpul kesini!”“Baik, tuan.” kata Komandan Bradley.“Emm … Bagaimana bisa, masyarakat yang tinggal di sekitar bangunan ini, tidak menyadari kalau ada segerombolan penjahat, di dalam bangunan ini, ya? Atau, mereka sebenarnya sudah tahu, tapi sengaja berpura-pura tidak tahu?” kata William.Jordi memarkirkan mobil, di tepi jalan, dengan jarak sekitar 20 meter sebelum bangunan. Rumor mengatakan, kalau gedung itu dibakar oleh masyarakat sekitar. Harusnya, perusahaan milik tuan Ford, memiliki pagar besi yang mengelilingi bangunan perusahaannya. Namun, karena amukan masyarakat, pagar-pagar yang harus nya mengelilingi bangunan, kini tidak ada lagi. Jadi, jika ingin mas
“Jadi, kak Angel dimana, Sam?” tanya William pada Samuel.“Eh!? Oh iya, tuan, saya sampai lupa! Nona Angel, berada di lantai paling atas, di ruangan pertama, tuan.” jawab Samuel, sembari menepuk jidatnya.“Issshhh … Kamu ini! Komandan Bradley, ayo!” kata William.“Baik, tuan!”William, bersama dengan Komandan Bradley, langsung bergegas naik ke lantai 4, menuju ruangan, yang dikatakan oleh Samuel tadi.“2 orang, ikut dengan saya! Kita akan ikut bersama dengan tuan William.” kata Samuel pada pasukan milliter itu.Lalu, Samuel, bersama dengan 2 orang pasukan, langsung berlari naik, menyusul William, dan Komandan Bradley.***Sesampainya di lantai 4,“Tuan, ini ruangan yang di maksud oleh Samuel tadi.” kata Komandan Bradley pada William.“Kamu yakin, ini ruangannya, Komandan?” tanya William.“Sangat yakin, tuan. Beb
Keesokan harinya …Tit-tit … Tit-tit …“Huaaahhhh … Hmm? Sudah pagi,ya?” kata Angel, baru saja terbangun dari tidurnya, sambil melihat kearah Alarm yang tengah berbunyi.Setelah mematikan Alarm, Angel duduk di tempat tidurnya terlebih dahulu, sambil merenung.‘William sudah kembali ke kota asalnya. Ace, tuan Ford, dan Mike, sudah masuk ke penjara. Besok, aku juga sudah masuk ke kampus. Ingatanku, juga sudah kembali. Tapi … Kok, bosen, ya?’ gumam Angel, sambil merenung, memandang kearah pintu.Lalu, Angel berdiri, dan berjalan keluar kamar, dan langsung menuju dapur, yang ada di lantai 1.Jeglek!Baru saja Angel sampai di lantai 2, pintu kamar Chelsea, tiba-tiba terbuka.“Huaaaahhhh … Perasaan, baru aja tidur? Kok, sudah pagi saja, ya?” kata Chelsea, baru saja keluar kamar. Lalu, Chelsea, menoleh kearah Angel, yang sedang berdiri di dekat tangga, sambi
“Apaan sih, dia … Hanya 200 ribu dolar saja, marahnya sampai sebegitunya. Bagaimana kalau harganya, mencapai berjuta-juta dolar, ya, Chel? Emm … Mungkin, dia langsung pingsan kali, ya?” bisik Angel pada Chelsea, memandang pria itu, yang tengah berdiri, di pinggir jalan, sambil menenteng bungkusan makanan di kedua tangannya.“Hahaha … Mungkin sih, Ngel. Padahal kan, kalau seandainya makanannya tumpahpun, kan kamu bisa menggantinya, mungkin bisa yang lebih mahal lagi kan ya?” kata Chelsea.“Hahaha … Eh, tidak boleh begitu ah. Mungkin, dia di perintahkan oleh atasannya, untuk membelikan makanan, dan membawanya kembali ke kantor, dalam kondisi utuh, tanpa rusak sedikitpun. Emm … Entahlah.” kata Angel.Lalu, saat Angel dan Chelsea sedang asik membahas pria itu, sambil memandanginya yang tengah berdiri di luar restaurant, tiba-tiba,“Selamat pagi , nona-nona. Ada yang bisa saya bantu?&
Setelah selesai makan, mereka semua kembali ke kesibukan masing-masing. Angel memilih duduk di sofa, di sebelah lemari sepatu, di ruang tamu seorang diri, sambil merenung. Kemudian, Chelsea berjalan menghampiri Angel, sambil memegang segelas air minum miliknya,“Srruuppp … Ngel, sendirian aja?” tanya Chelsea, sambil meminum segelas air, dan kemudian, dia duduk di samping Angel.Namun, Angel tidak menjawab pertanyaan Chelsea, dan hanya termenung saja, sambil memandang kearah pintu keluar rumah.Puk!“Hei! Kok kamu diam aja, sih?” kata Chelsea, sambil menepuk lembut, pundak Angel.Angel tersadar dari lamunannya, karena tepukan lembut dari Chelsea.“Eh? Iya, Chel? Sejak kapan kamu berada di sampingku?” tanya Angel, yang baru saja tersadar dari lamunannya.“Hah? Loh, jadi kamu tidak mendengar, apa yang aku katakan tadi, Ngel?”“Hah? Memangnya, kamu mengatakan apa, Chel?&r
Jeglek!“Rachel!!!” teriak Angel, sambil menutup pintu mobilnya.Mendengar itu, Rachel, yang tadi berdiri di tengah-tengah pembatas jalan bersama dengan teman-teman sebayanya, langsung menoleh kearah Angel. Tapi, sepertinya Rachel tidak begitu mengenali Angel.Karena warna rambut Angel yang sudah berubah menjadi warna kuning kecoklatan, tampilan Angel berubah. Secara, sudah berapa lama, sejak terakhir kali, Rachel bertemu dengan Angel, di restaurant milik sepupunya Angel, Tom Tuesday Dinner.Melihat Angel berjalan mendekat, bukannya malah menghampiri Angel, Rachel malah berlari bersama teman-temannya, meninggalkan Angel. Melihat itu, Angel langsung mengejar Rachel dan teman-temannya, sampai ke sebuah lorong sempit, dengan dinding pembatas di ujung lorongnya. Seketika, langkah Rachel dan teman-temannya terhenti.“Rachel, mengapa kamu berlari? Kamu tidak mengenal kakak?” tanya Angel, sembari perlahan berjalan mendekati Rachel.
Sesampainya di rumah Rachel,“Ayo, kak, kita masuk. Mama sepertinya, sedang tidur di kamar.” kata Rachel, sambil menarik tangannya Angel.Angel menganggukkan kepalanya, lalu mengikuti Rachel, masuk ke dalam rumah. Lalu, baru saja beberapa langkah mereka masuk ke dalam rumah, tiba-tiba,Pyaaarrrr!!!“Eh? Suara apa itu!?” tanya Angel pada Rachel, dengan raut wajah yang panik.“Tidak tahu, kak! Sepertinya, suara itu berasal dari dapur.”“Ah, ayo kita lihat!”Tanpa berlama-lama, Angel berlari bersama Rachel menuju dapur. Dan,“Mama!?”“Nyonya Karin!?”Kata Angel dan Rachel, secara serentak.“Yahhh … Piringnya pecah, hehe …” kata Nyonya Karin.“Aduh, Mama … Mengapa Mama ada disini? Kan, aku sudah menyuruh Mama untuk istirahat di kamar.” kata Rachel, sambil membersihkan serpihan-serpihan pec
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri