“Halo, Joe, sepertinya saya agak sedikit terlambat nih … iya, ponsel saya tadi ngga sengaja terjatuh dan layarnya retak. Jadi, saya ingin menggantinya terlebih dahulu … iya, kalau kamu sudah tiba di W Mall, pesan minum atau makan saja, nanti saya yang akan membayarnya.”
Pukul sepuluh lewat lima menit, Michael tiba di sebuah toko ponsel yang di temuinya di tepi jalan. Ponsel miliknya tidak sengaja terjatuh saat dia sedang berada di rumah, sebelum berangkat pergi menemui Joe.
“Selamat datang di toko kami, Tuan, ada yang bisa saya bantu?”
Setelah selesai menelfon Joe dan baru saja tiba di pintu masuk toko, Michael disambut oleh seorang wanita berparas cantik dengan mengenakan seragam khas toko ponsel itu.
“Hmm, layar ponsel saya retak seperti ini … apakah disini menjual layar ponsel yang seperti ini?” tanya Michael pada wanita itu, sambil menunjukkan ponselnya.
&nb“Permisi, Nona, maaf mengganggu perbincangan anda, tapi … pesawatnya sudah siap. Kita bisa berangkat langsung ke bandara kapan saja yang anda mau, Nona.”Pukul setengah sepuluh lewat sepuluh menit, Angel dan teman-temannya masih berada di halaman rumah Angel. Mereka mengobrol santai sembari menunggu Davin mempersiapkan pesawat yang nantinya mereka gunakan untuk terbang ke Venezuela, tepatnya ke kampung halaman Chelsea. Lalu, saat Angel dan teman-temannya sedang asik berbicara, Davin kembali bergabung dengan Angel dan yang lainnya, dan mengatakan kalau pesawatnya telah siap dan mereka bisa berangkat pergi kapan saja. “Hmm, memangnya … bandaranya berada dimana, Vin?” tanya Angel. “Bandaranya berada di WDC, Nona … jarak tempuh dari rumah anda ke bandara, sekitar enam setengah hingga tujuh jam,” jawab Davin. “Hah!? Tujuh jam perjalanan? Hmm, jauh juga ya &helli
“Sherl, Hann, bangun woi! Ayo berangkat!”Di dalam asrama kampus, terlihat Camille sudah berpakaian rapih, seperti hendak ingin bepergian. Dia sudah terbangun dari tidurnya lebih dulu dari kedua temannya yang masih berkelana di alam mimpi. “Woi, bangun dong! Ini sudah pagi, lho … kalian tidak ingat kita harus pergi kemana hari ini, hah!” teriak Camille, menggoyang-goyangkan tubuh temannya secara bergantian. “Huaaahhh … ck! Apaan sih, Cam, mmm … masih pagi juga, ah! Nanti saja deh!” sahut Sherly mengempas kesal, langsung menyelubungi seluruh tubuhnya menggunakan selimut. “Tahu tuh! Pagi-pagi buta sudah teriak-teriak …,” sahut Hanny. “Eh, kalian masih ingin kuliah atau tidak, hah!? Kita tidak memiliki banyak waktu, buruan!” kata Camille. “Ck! Apa sih, Cam … nanti deh, lima menit lagi,
“Kalian sedang apa disini, hah!” bentak Bu Jane, sambil bertolak pinggang dan melotot pada Camille dan kedua temannya. “A-anu, Bu … ka-kami diminta oleh Pak Rektor untuk membantu Ibu membersihkan ruangan, hehe … tadinya, kami sudah menunggu diluar karena tadi, kami melihat ruangan ini sedang kosong dan mungkin saja Bu Jane sedang keluar,” jawab Camille dengan sedikit gugup. “Hah? Sejak kapan Pak Rektor meminta kepada para Mahasiswi untuk membantu saya? Selama hampir sepuluh tahun saya menjaga asrama puteri ini, sekalipun tidak pernah para Mahasiswa membantu saya untuk membersihkan ruangan ini,” kata Bu Jane, dengan raut wajah bingung. “I-iya, Bu, ta-tapi … kemarin ‘kan kami baru saja membuat masalah di kampus ini. Jadi, kami ingin menyelesaikannya dan kami pun datang ke ruangan Pak Rektor untuk meminta maaf atas perlakuan kami kemarin. Nah, Pak Rektor mau mem
“Cam? Kok kamu bisa ada disini dan … eh, itu kaki dan tanganmu berdarah! Hmm …, ah! Tuan, saya pinjam kotak obat anda sebentar,” “Hah? Oh, nih …,”Chelsea mengambil kotak obat yang sedang dipegang oleh Michael, lalu menghampiri Camille yang tengah terduduk dengan raut wajah lesuh serta pucat. “Duh! Ssshhh … sakit, Chel!” “Eh, hmm … tahan sedikit ya, Cam …,”Chelsea mengeluarkan sedikit kapas dan meneteskan obat merah ke kapas dan langsung mengusapkannya ke luka-luka yang ada di kaki dan tangan Camille secara perlahan. “Kalian … kenapa bisa ada disini dan kamu, Camille, kenapa bisa sampai terluka seperti itu?” Tanya Michael dengan raut wajah curiga, sambil melipat kedua tangannya ke depan. “Eh, apa maksud dari pertanyaan kamu, hah!” sahut Sherl
“Hah!? Hmm … i-itu ….”Chelsea terlihat gugup saat dilontarkan pertanyaan oleh Camille. Terlihat, Michael dan yang lain masih menunggu penjelasan dari Chelsea dengan raut wajah yang sangat terkejut dan penasaran. “Bagaimana, Chel?” lanjut Camille. “Hmm, pantas saja sejak dari tadi, aku nggak melihat Angel dan teman-teman kamu yang lainnya, Chel … memangnya, kenapa kamu kabur dari rumahnya Angel?” tanya Sherly. “Hmm … ng-ngga kok, aku ngga kabur, hehe … aku hanya keluar tanpa pamit saja dan …,” “Permisi, Nona, ini koper milik anda tertinggal di toko. Saya sempat berkeliling ke sekitar toko dan untungnya saya menemukan anda disini.”Bersamaan dengan itu, tiba-tiba seorang pekerja di toko ponsel yang tadi sempat dikunjungi oleh Chelsea dan Michael dating sembari membawa tas koper milik Chelsea y
“Huh! Pantas saja dia sulit sekali dihubungi, ternyata sedang bersama si orang gila itu!”Saat dalam perjalanan menuju bandara, tiba-tiba Angel marah-marah tanpa sebab di dalam mobil milik Davin. Awalnya, dia terlihat tengah menghubungi adiknya yang tak lain adalah William. “Ada apa, Ngel?” tanya Cassey yang tengah duduk di samping Angel. “Enggak! Pantas saja si William sulit sekali dihubungi, ternyata dia sedang bersama dengan si Pelacur itu!” “Hah?”Mendengar itu, Samuel yang sedang duduk di kursi depan tepat di samping Davin yang tengah mengemudi mobil, langsung menoleh ke belakang. “Oh, wanita yang berkelahi denganmu saat di W Mall kemarin, Ngel?” lanjut Samuel, bertanya pada Angel. “Iya lah! Lalu, dia memanggilku dengan sebutan kakak, lagi! Ih, ngga banget deh!” jawab Angel mengempas kesal. &n
“Michael dan Chelsea sudah pergi tuh, bagaimana?” tanya Sherly sambil melipat kedua tangannya ke depan. “Ya seperti itu lah, Sherl … mau bagaimana lagi? Mereka juga sudah pergi, sshhh …,” sahut Camille, perlahan mendudukkan tubuhnya lagi ke atas jalan sambil menahan rasa sakit dari luka miliknya. “Kamu sudah menolongnya dan … apa yang kamu dapatkan? Hanya luka-luka itu saja, Cam? Hahaha, kalau aku jadi kamu sih, lebih baik ku biarkan saja dia ditabrak mobil tadi,” kata Sherly dengan sedikit tertawa kesal. “Hussh! Kamu ngga boleh begitu ah! Yah sudah, setidaknya ‘kan kita sudah dipandang baik oleh Chelsea dan Michael, hmm … mungkin saat kita masuk ke kampus nanti, mereka bakal membela kita saat para Mahasiswa-Mahasiswa itu menghina kita nanti … Pak Rektor juga bakal memaafkan kita, iya ‘kan?” tanya Camille. &n
“Ih, kok aku kesal banget, ya!? Sam, pinjem muka kamu dong …,” “Eh, mau ngapain, Ngel?” “Aku sedang kesaaaaaal sekali. Izinkan aku menampar pipimu ya, sekaliiii saja,” “Heh! Dia itu pacarku, ya, Ngel! Enak saja kamu mau menamparnya! “Huuu, takuuut … hahaha ….”Selesai berbicara dengan William melalui ponselnya, Angel merasa sangat kesal. Tidak tahu apa yang membuatnya merasa sangat kesal pada saat itu. “Oh iya, apa yang dikatakan Tuan William tadi, Ngel?” tanya Samuel sambil menoleh kearah belakang. “Entah! Dia hanya mengatakan kalau dia ingin meminta maaf. Terus, setelah ku jawab iya, percakapannya langsung ku tutup. Ngga tahu lah, intinya seperti itu!” kesal Angel. “Hah!? Apaan sih, Ngel? Hanya itu saja?” sahut Cassey, berta
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri