Tamparan yang sangat keras, lagi-lagi kembali mendarat ke pipi mereka berdua. Telapak tangan Joe sampai memerah dan seketika, para pengunjung itu langsung perpelongo mendengar perkataan Joe. Mata dan mulut mereka terbuka lebar, seakan mereka tengah berpimpi dan kejadian yang baru saja mereka saksikan itu, seakan hanyalah mimpi semata.
“Joe, hmm …, saya rasa, kamu tidak perlu berlebihan seperti itu,” kata Angel, berjalan menghampiri Joe.
“Nona, kalau anda mau, saya akan langsung menutup restoran ini dan bahkan kalau anda izinkan, saya akan langsung menghancurkan restoran ini tanpa tersisa sedikit pun!” “Hmm …, tidak usah, deh. Lagi pula, saya datang kesini hanya untuk makan dan … ya, hanya untuk makan. Terima kasih karena kamu sudah repot-repot datang kesini, hehe … wah, kalau tidak ada kamu, mungkin saya sudah dibawa ke kantor polisi,” potong Angel, mencoba untuk"Saya? Hmm ..., kemarin, saya sempat memulai sebuah projek pembangunan yang ... melibatkan Nona Angel. Nah, kebetulan, Nona Angel bersedia untuk bekerja sama dengan saya dalam projek pembangunan itu. Beliau pun ikut menaruh uang dengan nominal yang sangat besar ke dalam projek itu. Setelah itu, saya membuat surat perjanjian kerjasama dan ditanda tangani oleh beliau. Akan tetapi, baru-baru ini, saya bernasib buruk," jelas Michael. "Hah? Bernasib buruk bagaimana, Michael?" tanya si Manager itu dengan raut wajah terkejut. "Yah ... gara-gara termakan omongan dari salah seorang pemilik restoran yang tak jauh dari lokasi pembangunan projek itu, saya ...."Michael menghela nafas penuh penyesalan sambil mengelus-elus kening dan menggelengkan kepala. Dia seakan tak sanggup melanjutkan perkataannya. Lalu, "Hufffttt, sudah lah, Michael ... yang berlalu biarkan lah berlalu. Tidak ada gunanya kamu menyesali itu. Toh juga s
Vroom-vroom … “Oke, kita sudah tiba di Mendez Hotel.”Pukul sebelas malam, William dan Sonia tiba di depan pintu masuk Hotel. Kemudian, mendengar William yang mengatakan kalau mereka sudah sampai di tujuan, seketika Sonia langsung menoleh kearah Hotel itu sembari melepaskan sabuk pengamanan mobil. “Sayang, Hotel ini beneran milik kakakmu?” tanya Sonia sambil menatap kearah Hotel dengan mata yang terbelalak. “Iya, bagiamana? Bagus bukan?” tanya balik William sambil tersenyum pada Sonia.Sonia mengangguk dengan raut wajah yang sangat kegirangan sembari sesekali menoleh kearah Hotel. Tidak tahu kenapa, dia terlihat sangat bahagia sekali saat mengetahui kalau Hotel yang sangat mewah itu adalah milik kakaknya William. “Yah sudah, ayo kita lihat-lihat ke dalam,” ajak William.Tanpa berpikir panjang, Sonia langsung mengangguk dan mengiyak
Tok … tok … tok … “Eh!?”Sepuluh menit kemudian, Samuel selesai memesan makanan dan minuman, lalu dia pun ke luar dari restoran itu sambil membawa satu bungkus plastik berisi dua kotak makanan di tangan kanannya dan satu bungkus plastik berisi dua gelas plastik berisi Coffee hangat berukuran sedang. Dia berjalan menghampiri mobil Angel, lalu mengetuk kaca pintu mobil dan setelah itu, Angel pun membukakan pintu mobilnya. “Kamu beli apa, Sam?” tanya Angel. “Mengingat kalau kamu itu adalah seorang wanita, tadinya aku berpikir untuk membeli salad. Karena ini sudah malam dan kamu pastinya tidak ingin makan makanan yang berlemak di malam hari. Akan tetapi, tadi kamu mengatakan kalau kamu sudah sangat lapar, jadi … aku beli satu porsi kecil Meatloaf(daging giling panggang) dengan beberapa sayuran. Jadi, kamu tidak perlu takut gemuk dan kamu bisa kenyang d
“Sam, kebetulan besok kita libur kuliah. Hmm, aku berniat untuk jalan-jalan, yah … supaya beban pikiran ini sedikit berkurang. Lumayan tuh libur dua hari.”Setelah selesai makan, Samuel dan Angel mengemas semua bungkus bekas makan mereka dan membuangnya ke tempat pembuangan sampah terdekat, setelah itu mereka melanjutkan perjalanan pulang dengan Samuel menggantikan Angel untuk mengemudi mobil. “Hmm, iya sih, aku juga awalnya juga berpikiran seperti itu, Ngel, tapi … mau liburan kemana? Tempat liburan disini paling hanya pantai? Club malam? Kalau ingin berenang, kita bisa ke Hotel Mendez. Tidak ada yang special di kota ini, Ngel,” sahut Samuel sambil mengemudi mobil. “Hmm …, bingung juga, ya …,” kata Angel. “Iya, masalahnya hanya dua hari. Semisalkan hari liburnya lebih dari dua hari sih, mungkin kita bisa jalan-jalan ke luar Negeri. Yah, setidaknya k
Setelah mendengar itu, si Pelayan itu langsung melambaikan tangannya kearah para pelayan lain, meminta mereka untuk langsung mendekat. Kemudian, para pelayan itu pun langsung menyusun meja dan kursi yang mereka bawa, tepat di sebelah William. Membersihkan dan menghias sedikit meja bundar itu, lalu menyusun beberapa cemilan dan beberapa botol Anggur ke atas meja. “Meja, beberapa cemilan dan beberapa botol Anggur telah siap, Tuan William. Maaf, apakah ada lagi, Tuan?” tanya si Pelayan yang menghampiri William tadi. “Hmm ….” William berjalan menghampiri meja makan itu, melihat cemilan dan Anggur yang telah dibawakan oleh para pelayan itu. “Sepertinya sudah. Terima kasih, ya,” lanjutnya. “Baik, Tuan William. Sekiranya ada hal lain yang anda perlukan, anda bisa melambaikan tangan saja. Saya akan berdiri di depan pintu masuk Hotel itu, agar anda tidak susah-susah mencari saya, Tuan,&
“Iya, dia tak lebih dari seorang teman biasa saja. Kamu tidak dengar … saya saja, memanggilnya dengan sebutan nama. Dia saja yang memanggilku dengan sebutan ‘Sayang’. Lagi pula, saya belum pernah menyatakan cinta padanya, kok,” jawab William. “Lho? Bagaimana bisa beliau sudah memanggil anda dengan sebutan Sayang, padahal anda sama sekali belum pernah menyatakan cinta padanya? Duh, perkataan anda semakin membuat saya pusing, Tuan, hahaha …,” kata Davin. “Ck! Begini … kedua orangtuanya adalah salah satu Client saya, Vin. Seorang Client besar yang menaruh separuh hartanya di perusahaan saya, dengan catatan … saya harus menjadi pacar atau bahkan menikahi puteri mereka. Nah, padahal … maksud saya mengiyakan perkataan mereka itu hanya bercanda saja, lho! Eh, tapi mereka malah serius dan langsung memperkenalkan puterinya pada saya. Yah, mau bagaimana lagi? Dengan terpaksa, say
“Kurang ajar kamu!” Plak! Plak! “Ih, sialan! Berani sekali kamu, ya!” Sreek! Syuuu … syuuu … “Aaaarrrgghhh!” “Eh?! Woi, berhenti! Hei! Kalian ini apa-apaan, sih! Ngel! Udah, woi! Angel! Angeeeeel!” “Angel!!! Eh?”Pukul setengah tujuh pagi, masih di ruang tamu rumah Angel. Chelsea baru saja terbangun dari tidurnya. Di dalam tidurnya itu, dia bermimpi tentang Angel yang tengah berkelahi dengan seorang wanita yang wajahnya tidak begitu jelas. Si wanita itu menampar Angel, lalu Angel membalas dengan menarik rambut si wanita itu dan mengayun-ayunkannya ke kiri dan kanan.Chelsea yang pada saat itu tengah melihatnya, mencoba untuk melerai mereka berdua sembari meneriaki Angel, agar si Angel melepaskan tangannya dari rambut sj wanita itu. Namun, tiba-tiba saja, Chelsea terbangun dari ti
“Hmm? Ck! Apaan sih, Sonia … aku masih ngantuk! Kamu duluan saja.”Tiba-tiba, William terbangun dari tidurnya. Namun, bukannya langsung bangkit, dia malah membentak Sonia, lalu kembali tidur. “Sayang, ayo kita sarapan dulu, makanannya sudah tiba itu … entar keburu dingin, lho … nanti setelah makan, kamu bisa kembali tidur lagi. Ayo dong, Sayang, perutku udah laper banget ini …,” kata Sonia yang masih berusaha mengajak William. “Ck! Kalau kamu lapar, yah sudah sana duluan! Aku mau tidur dulu, kepalaku pusing banget ini, ah!” kesal William dengan mata terpejam sambil memiringkan tubuhnya membelakangi Sonia.Lagi-lagi, Sonia dibentak oleh William. Sikap William seakan berubah padanya. Namun, mendapatkan bentakan-bentakan itu, Sonia hanya diam dan masih berdiri sembari menatap kearah William. Pikirnya, wajar saja kalau William bersikap seperti itu padanya, karena mungkin
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri