Share

31. Teman lama

Penulis: Damaya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Jika dengan mengatakan apa yang diinginkan bisa mempermudah keadaan, kenapa harus uring-uringan sebagai cara penyampaian?

Tidak semua individu bisa memahami apa yang diinginkan hanya lewat ekspresi maupun gestur tubuh, melainkan butuh penjelasan yang eksplisit. Begitu juga dengan Leon.

Kendati hubungan mereka tidak dalam fase baik-baik saja, tetapi Leon yang menyukai ketenangan akan menganggap tidak pernah terjadi apapun pada mereka, jika Luna tetap bisa bersikap baik. Terlebih ketika itu berada di atas ranjang.

Ranjang seringkali menjadi solusi memecah masalah dalam rumah tangga, hanya saja tidak sedikit yang mengesampingkan kesenangan itu lantaran adanya tekanan yang sulit dikendalikan. Sampai akhirnya berujung perpisahan.

Namun, sekeras apapun Luna mengingkari pernikahan mereka, sekeras itu pula Leon akan menunjukkan kuasanya. Jika ia bisa merebut Luna, maka ia juga pasti bisa mendapatkan hati wanitanya.

"Ada lagi yang Anda inginkan?"

"Tidak. Sudah cukup. Kita pulang sekarang."

Se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   32. Sesuatu yang sama

    Brak!!"Apa maksudnya ini!"Kerasnya suara gebrakan meja mengejutkan Sesil yang tengah serius berbalas pesan. Ia seketika mendengus begitu mengangkat kepala, dan mengetahui siapa pelakunya."Bukankah sudah kukatakan sebelumnya. Aku tidak mau lagi bekerja untukmu. Jangan khawatir, aku belum menggunakan uang itu sepeserpun. Akan lebih baik jika kau menghitungnya lagi," jelas Sesil lugas. Memilih kembali ke layar gawainya yang masih menyala.Namun, sikap tak acuh Sesil kian memancing amarah wanita di depannya."Bukan itu masalahnya, Sesil. Kenapa kau tiba-tiba berhenti tanpa memberi kejelasan apapun padaku. Katakan saja jika kau meminta lebih dari ini."Melihat Sesil masih cukup tenang, wanita itu bertambah geram. "Sesil!""Pelankan suaramu. Kau menyakiti telingaku." Seraya meletakkan ponsel ke atas meja, Sesil menatap malas wanita itu yang masih menggebu—-seakan ingin melumat Sesil bulat-bulat."Aku tidak bisa mengambil resiko sekecil apapun. Terlebih jika itu menyangkut masa depan Salo

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   33. Leon yang dominan

    Gugup sekaligus ragu, membuat Luna bimbang hendak membuka pintu ruang kerja Leon, dan menemui empunya yang mungkin saja masih serius mengerjakan sesuatu di dalam sana. Namun, ia tidak bisa menunggu lagi demi mengutarakan apa yang diinginkan. Mengingat esok Leon akan pergi ke luar kota untuk beberapa hari kedepan.Sebenarnya tidak penting akan berapa lama pria itu pergi. Hanya saja, Luna tetap harus mendapat persetujuan Leon agar nanti bisa membungkam mulut semua penjaga, terlebih Pak Jang ketika kembali memperoleh sesuatu yang diinginkan.Setelah beberapa saat menimang, Luna akhirnya memberanikan diri memutar knop pintu. Begitu terbuka, kepalanya menyembul lebih dulu untuk memastikan kondisi di dalam. Terlihat di meja kerjanya, Leon tampak serius memperhatikan layar laptop. "Sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat," ujarnya ragu seraya kembali menarik kepala keluar. "Tapi aku tidak bisa menundanya lagi. Aku harus mendapatka itu malam ini juga, atau paling tidak besok pagi sebelum d

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   34. Pria bipolar

    Lagi-lagi akal sehat dan hati Luna tidak bisa sinkron. Keduanya bertentangan dengan apa yang Leon lakukan pada tubuhnya sekarang. Seharusnya hal tersebut tidak perlu terjadi, mengingat hanya seks yang Leon inginkan darinya—-mengabaikan perasaan yang sebenarnya tengah dilanda duka nestapa. Semestinya Luna menolak, lantaran setiap kali Leon menjamah tubuhnya, ketidakrelaan selalu meronta di dalam sana. Tapi apa yang terjadi sekarang, sungguh berbeda. Luna justru mendamba Leon segera menenggelamkan dirinya hingga mereka bisa menyelamai kenikmatan bersama. Apa yang terjadi?"Le," rintih Luna gelisah. Pria itu sudah sangat sinting dengan terus mempermainkan Luna tanpa berniat berhenti meski tahu wanitanya sudah kehilangan akal."Oh.. ." Belum juga berniat berhenti, Leon benar-benar tidak memperdulikan Luna yang sudah luluh lantah sejak beberapa saat lalu. Pria kejam itu telah berhasil memporak porandakan pertahanan gadis lugu yang hanyut dalam permainan kotornya."Hentikan. Aku mohon."

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   35. Barang bukti

    "Apa dia belum berniat turun?"Bertanya pada Leon, tetapi pandangan Emma tertuju ke lantai dua. Luna-lah yang dimaksud. Pasalnya tidak biasanya sang nyonya tidak ikut turun untuk sarapan. Sedikit kekhawatiran Emma rasakan. Namun, melihat ketenangan Leon, Emma bisa menyimpulkan tidak ada yang serius dengan pasangan suami-istri tersebut."Sepertinya akan terlambat." Leon menjawab tak acuh setelah mengusap mulut menggunakan tisu. Ia baru menyelesaikan sarapannya.Emma mengangguk sekali saat beralih pada Leon yang tengah melirik arloji di tangannya. "Kau sudah akan pergi?""Masih ada sepuluh menit lagi.""Tapi aku belum melihat asistenmu?""Dia ada di paviliun."Sebenarnya Emma merasa heran, sekaligus janggal. Setiap datang, Gerry selalu menyempatkan diri mendatangi paviliun. Seolah ada yang menunggunya di sana. Tapi siapa?Jangankan dirinya, Pak Jang saja tidak tahu apa yang sebenarnya Gerry tunggu. Tapi dari desas-desus yang sempat beredar, seorang pelayan pernah memergoki pria bertubuh

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   36. Ruang rahasia

    "Apa ini, Kak?"Beralih dari paper bag di depannya, Luna menatap penuh tanya Emma yang baru meletakan benda tersebut di atas meja. "Itu ponsel Anda, Nyonya. Tuan Le sudah kembali memberi izin Anda menggunakan alat komunikasi," balas Emma setelah berdiri dengan benar.Alih-alih senang, wajah Luna justru merengut kecewa. "Tapi aku menginginkan ponselku, Kak. Bukan yang baru." Sampai butuh beberapa kali Luna mengatur nafas, agar kekecewaan itu tidak meruntuhkan benteng hatinya. Ia sudah tidak ingin menangis lagi, terlebih jika itu berhubungan dengan manusia bernama Leon."Mungkin sebagian orang menganggap ponsel benda yang sangat mudah diganti, selain dengan fitur yang lebih memadai, ponsel keluaran terbaru juga selalu diminati. Sehingga tidak heran jika satu orang saja bisa memiliki dua bahkan lebih benda itu, "lanjut Luna. "Apalagi bagi orang seperti Leon, ponsel dengan harga puluhan juta pun tidak ada artinya. Tapi tidak untuk kaum rendahan sepertiku.""Untuk ponsel dengan harga tere

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   37. Peran Tari

    "Luna, tolong bersihkan ruangan Tuan Le." Perintah Pak Jang yang langsung Luna sanggupi.Sebenarnya tugas Luna membersihkan halaman depan dan taman. Tapi karena hari itu pelayan yang bertugas membersihkan semua ruangan sedang mengambil libur, akhirnya Luna yang dipercaya oleh Pak Jang. Luna memang dinilai rajin oleh pelan lain, bahkan belum genap sebulan bekerja. Luna tak segan membantu temannya ketika pekerjaannya sudah selesai. Hal itulah yang membuat Luna disukai para pelayan senior, tak terkecuali Tari.Begitu memastikan mesin penyedot debu bekerja sesuai fungsinya, Luna dengan cekatan mengerjakan yang lain. Membuka kedua hordeng, lantas membersihkan sofa yang sebenarnya juga masih bersih setelah pelayan membersihkannya kemarin. Ruangan itu hanya akan dimasuki baik Leon maupun Pak Jang, jika ada yang perlu dibicarakan, dan itu tidak setiap hari. Selain berukuran luas, dilengkapi set sofa, dan sofa tunggal di dekat dinding kaca, ruangan itu juga terdapat kamar mandi yang pastinya

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   38. Hamil?

    Luna baru akan bangkit ketika tiba-tiba merasakan kepalanya berdenyut-denyut. Tidak tahan dengan rasa itu, ia pun kembali berbaring. Luna memang belum sadar, jika dirinya sudah berada di ruangan berbeda. Kepalanya yang berdenyut juga tubuhnya yang terasa lemas, membuat Luna hanya ingin berbaring. Mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang dimiliki. Namun, tiba-tiba apa yang membuatnya takut luar biasa hingga tidak sadarkan diri, menghantam ingatan. Seketika itu ia pun membuka mata.Sadar dirinya berbaring dengan nyaman di atas kasur yang empuk, Luna mulai mengitari pandangan pada sekitar. "Ssttt… Ini seperti kamarku." Detik berikutnya terjingkat duduk, Luna sudah sangat sadar untuk mengenali itu memang benar kamarnya bersama Leon. "Mustahil. Bagaimana bisa aku ada disini?"Kali ini tidak hanya kepala yang masih berdenyut, tapi juga jantungnya berdegup kencang. Terakhir sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, Luna masih terkurung di ruang rahasia Leon. Memasuki ruangan itu memang sangat m

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   39. Rooftop

    Siang itu selesai pertemuan, Leon langsung kembali ke hotel. Masih memiliki jeda waktu satu jam lagi setelah makan siang, sebelum pertemuan keduanya, Loen ingin mengetahui apa yang sedang Luna kerjakan. Mengingat saat pergi tadi, ia yang buru-buru tidak sempat kembali ke kamar untuk memastikan istri kecilnya itu sudah bangun atau masih bergelung dibawah selimut.Sayangnya, setelah memastikan seluruh sudut kamar melalui cctv yang terhubung ponselnya, Leon tak juga menemukan keberadaan Luna."Apa dia ada di bawah?" Untuk memastikan itu, Leon segera mengambil ponselnya yang lain, dan tidak lama melakukan panggilan. Setelah dua kali berdering, panggilan terhubung. "Dimana Luna?" Leon langsung menanyakan tujuannya."Dia belum turun lagi setelah sarapan," balas Emma dari seberang sana."Kemana dia?""Aku pikir masih di kamar kalian. Karena aku rasa dia marah setelah kuberikan ponsel baru seperti perintahmu tadi."Sambil mendengarkan penjelasanya Emma, dahi Leon mengerut. Tidak mengerti kena

Bab terbaru

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   79. Perlu memastikan

    “Bukankah itu Max?” Leon terkejut begitu turun dari mobil, mengetahui keberadaan pria bertato hampir sekujur tubuh itu ada tidak jauh dari tempat pameran. Meski terhalang mobil-mobil para pengunjung, tapi Leon yakin tidak salah mengenali.Gerry yang sudah berdiri di samping Leon ikut memperhatikan arah yang sama, dan sepertinya juga menunjukan reaksi yang tidak jauh berbeda. Mustahil pria seperti Max mau repot-repot menunjukkan diri di tempat keramaian jika memang tidak ada yang diincar.“Oh sial!”Leon bergegas lari saat melihat Luna dari kejauhan. Gerry juga tak mau ketinggalan untuk ikut menyelamatkan sang nyonya.******Luna panik begitu sadar telah kehabisan peluru, sedangkan pria itu sudah semakin mendekati dirinya sambil memainkan pisau lipat milik Emma.“Kau pikir bisa lolos dariku?”“Kita tidak saling mengenal. Kenapa kau begitu ingin membunuhku?” Luna berkata gugup.Melihat pria itu belum menyerah untuk melukai Luna, tentu saja Emma tidak tinggal diam dengan menyambar satu p

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   78. Kembali diserang

    “Sepertinya nyonya belum datang.” Gerry ikut memperhatikan pengunjung yang melintas di depan mereka, dan ternyata tidak menemukan Luna ataupun Emma. “Saya akan memberitahu Emma jika Anda sudah menunggu.” Leon mengangguk setuju.Namun, sudah dua kali panggilan Emma tak juga menjawab.“Ada apa?” Leon melihat Gerry bolak-balik menempelkan ponsel ke telinga setelah memastikan layarnya.“Emma tidak menjawab, Tuan.”Leon lantas melirik arloji di pergelangan tangannya. Semalam Luna meminta izin hanya akan satu jam mengunjungi tempat itu, sedangkan sekarang sudah hampir lewat tiga puluh menit Luna belum juga terlihat datang. Sementara Emma malah mengabaikan panggilan Gerry. Leon merasa pasti ada yang tidak beres.“Tuan—”“--kita pergi sekarang.” Belum sempat Gerry menyelesaikan kalimatnya, Leon sudah lebih dulu pergi seraya memberi perintah.*******“Tetap diam di tempat kalian!” Pria itu memperingatkan semua orang. “Dan kau!” Beralih pada Emma yang juga masih bergeming. “Jangan coba-coba me

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   77. Bunga istimewa

    Tidak mudah mencari tahu kehidupan seorang Leon Smith. Kendati sudah bukan rahasia umum lagi pria itu memiliki kebiasaan bergonta-ganti wanita, tapi sampai detik ini belum ada yang tahu pasti siapa wanita yang sedang bersamanya dan memiliki hubungan khusus dengannya. Atau memang tidak pernah ada komitmen setia dalam diri pria seperti Leon.Selain Ayumi, ada beberapa wanita dari kalangan pebisnis maupun artis yang mengaku pernah memiliki hubungan dekat dengan Leon. Namun, Leon sendiri enggan menanggapi kabar tersebut. Tidak hanya sulit didekati, Leon juga terlalu dingin pada siapa saja, tak terkecuali para pemburu berita yang ingin mengulik kehidupan pribadinya.Sampai ketika berita kehamilan Ayumi mencuat ke publik, tidak sedikit yang menduga Leon lah ayah bayi itu. Pasalnya jika dihitung dari usia kehamilan Ayumi, dan hari dimana wanita itu menyebut dirinya tengah memiliki hubungan Leon. Untuk itu tidak heran jika Leon kandidat yang paling tepat."Belum diketahui dengan siapa dia tin

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   76. Mata-mata

    Hari sudah lewat tengah malam, tapi Luna belum juga bisa tidur setelah keluar dari ruang rahasia Leon dua jam lalu. Luna masih belum tenang memikirkan untuk apa Leon menyimpan senjata sebanyak itu. Belum lagi rasa penasaran akan rahasia Leon, benar-benar membuat Luna terus memikirkannya."Aku ragu kematian Nyonya Lauren ada hubungannya dengan Pak Jang. Dilihat bagaimana sikap Leon begitu menghormati Pak Jang, sepertinya semakin tidak mungkin." Lelah hanya duduk bersandar di ranjang, Luna memilih bangkit lantas berjalan mendekati pintu balkon."Lalu bagaimana dengan Kak Emma? Bukankah mereka berteman?"Pertanyan itu masih saja mengusik Luna, sebagaimana yang ia ketahui, Emma dan Leon bahkan sudah berteman sejak remaja. "Astaga! Atau jangan-jangan dia?"Tiba-tiba saja Luna merasakan panas di sekujur tubuh. Pendingin ruangan seakan tidak mampu menghalau rasa panas yang sekarang menjalar hingga pembuluh darah. Luna lantas membuka satu daun pintu kaca, demi mendapat udara dari luar. "Te

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   76. Bimbang

    Luna jadi tahu apa fungsi ruang rahasia Leon. Digunakan untuk penyimpanan senjata-senjata mematikan. Ternyata selain dingin dan menyebalkan—Leon memiliki hobi diluar nalar manusia dengan menjadi kolektor senjata api."Apa dia segila itu?" Belum hilang keheranan Luna atas apa yang dilihatnya.Pemikiran sederhana Luna belum bisa memahami untuk apa Leon menyimpan senjata sebanyak itu, dengan jenis yang sama."Tapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan setelah aku mengetahui semua ini." Luna kembali bermonolog. "Yang terpenting aku harus bisa membuatnya tunduk, dan menuruti apa saja yang aku inginkan." Untuk pertama kali seringai licik muncul di ujung bibir Luna, mengingat rencana yang sudah tersusun rapi di kepala. Kali ini Luna harus berhasil, lantaran tidak hanya untuk keselamatan dirinya, melainkan juga seseorang yang sampai saat ini masih sering ia khawatirkan. Sadar tidak bisa pergi dari jalan manapun, Luna mulai berpikir cerdas dalam menentukan sikap. Jika tidak bisa melepaskan diri

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   75. Hal tak terduga

    Luna sudah berdiri di depan pintu ruang rahasia Leon. Setelah mendorongnya, dan terbuka, Luna tidak langsung masuk. Melainkan mencari tahu bagaimana bisa membuka pintu itu lagi ketika dirinya sudah ada di dalam. "Apa mungkin ada tombol tertentu di dalam?" Luna dilema. Masih sangat takut untuk masuk lagi. Tapi juga tidak bisa menunda waktu demi menuntaskan rasa ingin tahunya. Luna harus bergerak cepat sebelum Leon kembali.**********Leon mengendarai sendiri kendaraan roda empatnya. Setelah menyelesaikan pekerjaannya bersama Gerry. Leon memutuskan memutar arah untuk menuju suatu tempat.Suara mesin mobil Leon berdengung sangar, saat membelah jalanan yang sepi di bawah naungan langit cerah. Cepatnya laju kendaraan setara angin beliung yang bisa menyapu jalanan ketika melintas. Leon yang sudah tidak sabar ingin segera sampai tujuan, tidak mengurangi kecepatan sedikitpun meski kondisi jalan menikung. Tak ayal lantaran ketidak sabarannya itu, mobil Leon sempat menabrak pembatas jalan, lan

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   74. Penasaran

    "Aku bosan di dalam." Sebelum Emma bertanya, Luna lebih dulu menjelaskan. "Terkadang saya juga suka duduk disini untuk sekedar menikmati malam, Nyonya." Emma ikut duduk di kursi seberang Luna. "Melihat langit saat malam hari memberi saya ketenangan." Luna balas tersenyum ringan. Apa yang Emma katakan memang benar, baru saja beberapa menit ada disana, Luna merasa suasana hatinya sedikit membaik. Tidak hanya itu, sejenak Luna juga bisa mengalihkan keingintahuannya akan rahasia Leon. Tapi sayangnya, ketika menatap langit bertabur bintang, mendadak Luna mengingat satu orang yang paling dirindukan. Ibu. Sosok yang paling berpengaruh dalam hidup Luna sampai akhirnya takdir memaksa mereka untuk perpisah. Namun, kendati demikian, Luna merasa sosok itu akan selalu ada di hati serta ingatannya. "Apa benar, setelah meninggal orang bisa melihat kita dari atas sana?" Emma terhenyak, meski tak ayal ikut mendongak. Sejenak Emma berpikir, lantaran belum memiliki jawaban yang tepat. "Saya

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   73. Wanita itu

    "Kau sudah terlalu banyak bicara, Luna. Aku tidak suka itu." Tidak bisa disangkal lagi, memang ada rahasia yang sengaja Leon tutupi. Luna hanya semakin penasaran meski tahu itu bukan urusannya."Kau cuma perlu menjadi istri yang baik, hanya itu."Seharusnya Luna paham, sekalipun hubungan mereka membaik, tetap ada batasan yang harus dipatuhi. Mendapat pengecualian untuk bisa bergerak bebas kemanapun, baik luar maupun dalam mansion, bukan berarti Luna juga berhak mengetahui apa yang Leon rencanakan, juga apa yang menjadi tujuan utamanya selama ini."Segeralah turun untuk sarapan," kata Luna lantas melangkah pergi.Leon tidak menjawab, hanya masih menatap datar kepergian Luna. Sampai kemudian perhatiannya teralihkan oleh suara panggilan dari ponselnya yang ada di atas meja kerja. Leon segera mendekat untuk memastikan siapa yang menelpon."Ada apa?" ujarnya begitu sambungan terhubung."Wan

  • Pemuas Hasrat Tuan Majikan   71. Ratu di hatimu

    "Apa dia akan baik-baik saja? Aku lihat lukanya lumayan dalam." Bruri benar-benar khawatir sesuatu yang buruk bisa saja terjadi, setelah dengan mata kepalanya sendiri, ia melihat pria itu menggores lengan yang terbungkus jaket kulit, hingga darah segar merembes keluar."Dia sendiri yang menolak dibawa ke rumah sakit. Aku bisa apa." Darma tidak mau disalahkan setelah niat baiknya ditolak tegas.Berdiri di samping Darma yang sedang mengaduk kopi, Bruri kembali memperhatikan Emma yang duduk sendiri di kursi."Setidaknya lakukan sesuatu agar lukanya tidak infeksi. Jika terjadi sesuatu padanya, kita juga dalam masalah."Alih-alih menanggapi kecemasan Bruri, selesai mengaduk dan meletakkan dua gelas kopi di atas nampan, Darma lantas mengangkat nampan tersebut menggunakan kedua tangan. "Milikmu aduk sendiri," ujarnya memberitahu sebelum berlalu."Baiklah. Kopi hitam di pagi hari memang selalu dinanti," celoteh Bruri setelah sempat mendesak nafas sekali."White kopi untukmu. Maaf hanya ini y

DMCA.com Protection Status