Share

Bab 0002

Penulis: Nadira Dewy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Belle menyeka air matanya. Dia gagal mendapatkan perlindungan dari adik angkat Ibunya, dan kini dia harus kembali kerumah Ayah serta Ibu tiri yang begitu tidak nyaman. Dia, berjalan menuju pintu utama dengan langkah kakinya yang berat. Air matanya yang terus jatuh bergelimangan itu dia biarkan saja tanpa dia seka.

Kembali kesana, apakah artinya dia akan tetap dinikahkan dengan si tua mata keranjang itu?

Kesedihan Belle seketika berkali lipat rasanya saat kembali membayangkan hal itu.

Belle membuka pintu rumah, dan dia benar-benar merutuki dirinya sendiri karena harus melihat pria sialan yang baru saja dia batinkan ada disana, tengah mengobrol dengan Ayahnya.

"Belle, sudah datang? Ayo sini, Sapa calon suamimu!" ucap Ayahnya Belle ramah.

Pria itu melambaikan tangan, dan menunjuk pria yang akan dinikahkan dengan Belle.

Jangan tanya kenapa bisa Belle akan dinikahkan dengan pria tua hidung belang yang kini tengah menatapnya dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Pria tua itu menawarkan uang mahar yang cukup banyak, juga berjanji akan menjalin kerja sama dengan baik kepada Ayahnya Belle. Tentu saja Ayahnya Belle tergiur, makanya itu dia menjemput Belle untuk tinggal bersama dengannya dan menjodohkan Belle dengan pria itu. Yah, tentu saja dia tidak akan menyudutkan saudari tirinya yang bernama Jenie karena anak itu di anggap sangat berharga bukan?

Belle terdiam di tempatnya, jangankan untuk menyapa pria tua yang bahkan semua rambutnya sudah beruban, sekedar untuk melihat ke arahnya saja sangat malas rasanya.

"Belle, kau tidak dengar Ayah bilang apa?" tanya Ayahnya Belle dengan sorot matanya yang terlihat begitu mengancam.

Belle menarik nafasnya dalam-dalam, membuangnya dengan cepat. Dia berjalan masuk, lalu tersenyum sembari menatap pria tua yang akan dinikahkan dengannya lalu berkata,"Senang bertemu dengan anda lagi, Kek. Senang juga karena ternyata, anda dalam keadaan yang sehat."

Pria itu membulatkan matanya dengan tatapan terkejut, begitu juga Ayahnya Belle.

"Apa-apaan ini, Bram?" Tanya pria itu kepada Ayahnya Belle.

"Ah, sebentar saya akan berbicara dengan Belle. Mohon tunggu sebentar, Tuan." Ucap Ayahnya Belle dengan mimik wajahnya yang terlihat tidak enak, dia juga merasa bersalah kepada pria itu.

Tuan Bram bangkit dari posisinya, segera dia meraih tangan Belle, menariknya untuk ikut dengannya masuk kedalam kamar.

Bruk! Tuan Bram menghempaskan tubuh Belle ke lantai cukup kuat, tidak perduli akan menyakiti Belle atau tidak. Dia kesal, sungguh dia kesal sekali dengan anak pertamanya yang sangat susah di atur dan selalu saja bersikap buruk, membangkang tidak tahu aturan.

Belle mendesis, memekik kesakitan. Tapi, jangankan merasa kasihan, dia bahkan seperti ingin menendang wajah Belle sampai hancur. Untung saja dia Ingat benar bahwa rekan bisnisnya menyukai wajah Belle, maka dari itu dia menahan diri untuk tidak melukai wajah Elle.

"Dasar tidak tau aturan! Dia itu calon suamimu, kenapa kau memanggil namanya dengan kakek?! Kau kan bisa memanggilnya dengan, kak, Tuan, atau apapun selain kakek!" ucapnya sembari terus menahan kepalan tangannya agar tak melayang ke wajah Belle.

Belle menahan tangisnya, sungguh rasanya sakit sekali bagian bokong dan punggungnya karena membentur lantai. Tapi, kenapa Ayahnya tidak perduli sama sekali?

"Ingat, kalau kau bersikap kurang ajar seperti ini lagi, hari pernikahanmu dengan Tuan Feto akan di majukan jauh lebih cepat dari rencana!" Ancam Tuan Bram.

Belle mendongak, menatap Ayahnya dengan tatapan tak percaya juga kecewa. Kenapa bisa Ayahnya sangat kejam? Rasanya dia ingin berlari ke dapur, mengambil pisau dan menusukkan pisau itu ke dada Ayahnya. Tapi, Belle juga tidak ingin Ayahnya mati dengan begitu mudah setelah apa yang dia lakukan kepada dia, dan juga Ibunya.

Belle mencoba untuk menatap kedua bola mata ayahnya dengan tatapan yang terlihat berani dan juga yakin lalu berkata, "Aku sudah bilang, aku tidak mau menikah! Kalau Ayah memang mau menikahkan putri Ayah, maka nikahkan saja kakek tua itu dengan Jenie!" Protes Belle yang sudah tidak bisa menahan diri lagi untuk diam.

Tuan Bram membuang nafas kasarnya, sungguh dia kesal!

Jenie? Yah, kalau saja Jenie bukanlah anak dari wanita yang dia cintai, dan sedang dalam kondisi baik, tentu saja dia sudah menyodorkan Jenie. Tapi, wajah Belle jauh lebih baik, dia mirip dengan Ibunya yang menyebalkan. Jadi, akan lebih baik kalau Belle saja yang akan dia nikahkan dengan Tuan Feto, toh, dia juga akan mendapatkan keuntungan besar nantinya.

"Kau berani protes? Kau tidak memiliki Pilihan selain mengikuti perintahku! Kalau kau ingin sertifikat rumah Ibumu dikembalikan, tentu saja kau harus melakukan apa yang aku katakan! Ingat, rumah itu akan melayang saat kau menolak perintahku!"

Belle menggigit bibir bawahnya menahan pilu. Kenapa hidupnya jadi semenderita ini? Padahal, dia dan Ibunya sudah mencoba untuk menerima keputusan Ayahnya yang lebih memilih untuk pergi bersama selingkuhannya. Ibunya juga tidak pernah mengusik kehidupan mereka semua tapi kenapa? Kenapa Ayah serta Ibu tirinya seolah tak ada lelahnya membuat hidup mereka menderita? Sekarang, Ibunya sudah tidak ada. Sekarang, Belle harus menderita seorag diri, dan tidak akan ada yang perduli padanya sama sekali. Bahkan, jika Belle mati, maka tidak akan ada yang kehilangan dan mencari keberadaannya bukan?

Sungguh memilukan!

Tapi, Belle juga tidak akan tinggal diam! Dia tidak akan membiarkan kesengsaraan dari Ayahnya datang padanya. Ini sudah cukup, Ibunya sudah cukup menderita dan pasti, Ibunya juga tidak ingin kalau Belle merasakan apa yang dirasakan oleh Ibunya.

"Gantilah bajumu, perbaiki riasan wajahmu!

Lalu, turun lagi kebawah untuk menemui Tuan Feto!" Titah Tuan Bram dengan tatapan mengancam.

Setelah mengatakan itu, Tuan Bram keluar dari kamar Belle untuk kembali menemui Tuan Feto di ruang tamu.

Belle menyeka air matanya, dia bersumpah kepada dirinya sendiri bahwa, dia tidak akan kehilangan apapun termasuk, rumah yang penuh kebahagiaan, kenangan bersama dengan ibunya. Terlebih, dia tidak akan pernah membiarkan dirinya kehilangan harga diri di hadapan Ayahnya. Dia akan tetap mencari cara untuk menyerang balik dan memberikan pelajaran kepada Tuan Bram yang begitu gatal dan tidak sabaran ingin menjual putrinya sendiri.

"Ckckck.... Kasihan, sepertinya sebentar lagi kau harus sering mondar-mandir kerumah sakit menemani kakek Feto berobat deh!"

Ledek Jenie yang entah sejak kapan berada di ambang pintu, menatap Belle dan berucap dengan ekspresi menghina seperti biasanya.

Belle tersenyum miring, kalaupun dia akan menikah dengan pria matang, tentu saja tidak mungkin dia menikahi pria yang terlalu matang, bahkan busuk karena berlebihan matang.

"Masih belum terjadi, Jenie. Terlalu cepat untuk banyak omong. Lebih baik, kita lihat saja nanti! Apakah aku akan mondar-mandir ke rumah sakit untuk menemani kakek tua itu berobat, atau aku hanya lelah mondar mandir ke pusat belanja untuk menghabiskan uang!" Ucap Belle dengan tatapan penuh keyakinan.

Setelah mengatakan itu, Belle bangkit dari posisinya, berjalan mendekati pintu dan menutupnya dengan kasar.

Bab terkait

  • Pemuas Hasrat Sang Paman    Bab 0003

    Jelios memegangi kepalanya yang terasa sakit, lalu mengendurkan dasinya yang terasa begitu menyesakkan. Hawa panas yang semakin meningkat kini tengah dirasakan benar oleh Jelios. Entah, siapa yang memberikan obat perangsang padanya saat dia sedang di bar tadi, tapi orang-orang Jelios sedang mencoba

  • Pemuas Hasrat Sang Paman    Bab 0004

    "Kenapa Paman melakukan ini padaku?!" Tanya Belle marah, "Aku memang pernah mengatakan siap menjadi pembantu bahkan budakmu. Tapi, Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku siap untuk menjadi budak seksmu!" Protes Belle sembari terus menitihkan air matanya. Jelios menghela nafasnya, matanya terus terar

  • Pemuas Hasrat Sang Paman    Bab 0005

    Dilarang untuk menuntut apapun di luar kesepakatan, tidak boleh ikut campur dalam urusan pribadi, juga tidak boleh menuntut untuk sebuah hubungan atau status resmi. Seperti itulah, perjanjian yang dibuat oleh Jelios untuk Belle. Belle tak merasa keberatan. Baginya, yang paling penting adalah menga

  • Pemuas Hasrat Sang Paman    Bab 0006

    Belle tersenyum sinis. Tamparan itu tidak akan dia balas dengan tamparan juga. Dia akan berusaha sebaik mungkin menahan diri, berusaha untuk tenang dan akan membalas dengan cara yang menyakitkan nanti. Akan dia habisi, tanpa ada yang tersisa selama dia memiliki kekuatan yang di pinjamkan Jelios pada

  • Pemuas Hasrat Sang Paman    Bab 0007

    "Kembali kau, Belle! Dasar anak tidak berguna! Berani sekali kau melangkah keluar, lihat saja apa yang akan kulakukan kepada sertifikat rumah Ibumu, dan aku juga akan membongkar kuburan Ibumu! Aku, akan melempar mayat Ibumu, dan membuangnya ke tempat anjing yang terkena rabies!" Ucap Tuan Bram denga

  • Pemuas Hasrat Sang Paman    Bab 0008

    Belle meringis menahan rasa pegal yang terasa pada pinggangnya. Saat ini, dia tengah berada di dalam kamar mandi setelah gempuran yang dilakukan Jelios kepada tubuhnya. Entahlah, setiap kali Jelios melakukan itu padanya, tubuhnya akan benar-benar remuk seperti terlindas ban truk. Belle membuang na

  • Pemuas Hasrat Sang Paman    Bab 0009

    "Belle sudah tidak akan bisa kita jual lagi, kau tahu kalau kita harus segera megambil tindakan untuk menyelamatkan Jenie, kan?" Ucap Nyonya Kelly kepada Tuan Bram. Tuan Bram menghela nafasnya, sebenarnya kalau di pikirkan lagi, baik Belle maupun Jenie sudah tidak akan bisa digunakan lagi untuk din

  • Pemuas Hasrat Sang Paman    Bab 0010

    Jhon menyerahkan sertifikat rumah milik Ibunya Belle kepada Jelios. Dia sebentar menatap Jelios lalu berkata, "Sertifikat rumah, serta beberapa aset penting milik mendiang Ibunya Nona Belle sudah di amankan, Tuan."Jhon memundurkan langkah kakinya, berdiri dengan sopan berjarak beberapa langkah dari

Bab terbaru

  • Pemuas Hasrat Sang Paman    Bab 0165

    Setelah beberapa saat, Belle sudah mulai tenang jadi, Jelios juga sudah bisa kembali berbicara. "Aku perlu melakukan itu, sayang. Wanita itu harus diberikan pelajaran yang menyakitkan agar tidak bisa macam-macam. Jadi, sekarang sudah saatnya istriku yang manja ini berhenti murung kan?" bujuk Jelios

  • Pemuas Hasrat Sang Paman    Bab 0164

    Jelios mengusap kepala istrinya lalu berbisik, "karena anak-anak sudah tidur, ayo ikut aku sebentar. Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu," ucap Jelios lalu tersenyum meski ucapannya itu tak mendapat respon apapun dari istrinya. Perlahan, Jelios memindahkan putri keduanya ke box bayi, lalu berge

  • Pemuas Hasrat Sang Paman    Bab 0163

    Jenie tersenyum, dan rona malu yang timbul di wajahnya itu benar-benar bisa terlihat dengan jelas. Rasanya, debaran jantungnya seperti akan meledak karena perasaan gugup dan juga bahagia yang menjadi satu. Saat ini, Jenie tengah bersama dengan Jelios setelah beberapa saat yang lalu Jelios menghubun

  • Pemuas Hasrat Sang Paman    Bab 0162

    Belle semakin menjadi saat dia kembali melihat unggahan Jenie pada akun media sosial miliknya. Jenie mengatakan bahwa, dia merindukan pria yang memberikan kenangan indah di dalam kamar hotel. Sungguh, Belle menjadi semakin menjadi-jadi dengan segala pemikiran negatifnya kepada Jelios. Apalagi, saat

  • Pemuas Hasrat Sang Paman    Bab 0161

    "Sayang?" panggil Jelios begitu dia sampai di kamar. Yah, karena istrinya tidak menyambut kepulangannya, maka Jelios bergegas menjalankan kakinya menuju ke kamar. Biasanya, Belle akan menunggu Jelios pulang di depan pintu rumah mereka, tapi karena tidak ada Belle saat Jelios pulang, maka Jelios han

  • Pemuas Hasrat Sang Paman    Bab 0160

    Sudah tiga hari berlalu, dan jenie masih belum mendapatkan kabar apapun dari Jelios membuat dia benar-benar gelisah sepanjang hari. Jenie benar-benar ingin dengan segera menjalin hubungan yang sebenar-benarnya bersama dengan, Jelios. Namun, karena tiga hari ini masihlah tidak ada kabar sama sekali,

  • Pemuas Hasrat Sang Paman    Bab 0159

    Jenie terbangun dari tidurnya. Perlahan dia membuka matanya, dan ternyata Jelios sudah tak lagi ada di atas tempat tidur. Jenie bangkit dari posisinya, dia mencari keberadaan ponselnya. Mendapatkan ponselnya, akhirnya Jenie bisa melihat pukul berapa sekarang ini. "Ya ampun..... " ucap Jenie keheran

  • Pemuas Hasrat Sang Paman    Bab 0158

    Jenie mengeratkan genggaman tangannya yang sejak tadi jemari di tangannya saling bertautan erat. Mendengar apa yang diucapkan oleh Jelios barusan, bohong saja kalau dia tidak merasa sangat gugup, dan juga takut. Bagaimanapun, sosok Jelios yang dewasa, dan juga terlihat sekali penuh dengan makna seti

  • Pemuas Hasrat Sang Paman    Bab 0157

    "Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik. Saya harap, kejayaan Horrison Food akan lebih maju kedepannya. Jadi, mohon kerja samanya," ucap Jelios kepada anggota dewan direksi. Jelios yang baru saja mengenalkan diri, dan memberikan sepatah dua patah kata untuk mengatakan beberapa hal yang perlu dia

DMCA.com Protection Status