Share

85. Antara Amarah dan Kebencian

Selena masih terbaring di ranjang, napasnya lemah dan tak beraturan. Waktu seolah berhenti, hanya bunyi mesin monitor jantung yang monoton menjadi satu-satunya suara di dalam kamar itu. Tangannya yang kurus menggenggam selimut dengan erat, tubuhnya yang lemah tampak lebih rapuh dari biasanya. Di balik kelopak matanya yang tertutup, air mata mengalir perlahan, mengkhianati perasaan sakit yang tak tertahankan di hatinya—rasa sakit yang lebih mendalam dibandingkan luka fisik yang merobek tubuhnya. Setiap ingatan tentang Christopher membawa luka yang semakin menganga, luka yang mungkin tidak akan pernah sembuh.

Di sudut ruangan, Christopher berdiri dengan gelisah, memandangi Selena dengan campuran perasaan marah, frustasi, dan penyesalan. Dalam benaknya, ia memutar kembali setiap kata kasar yang keluar dari mulutnya, setiap ejekan yang ia lontarkan, dan setiap perlakuan buruk yang ia berikan. Selama ini, dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua itu dilakukan demi cinta, tapi kin
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status