Nina memeriksa kembali perlengkapan yang akan mereka bawa untuk berlibur di Bali. Tiba-tiba saja tepukan pelan dari sebuah tangan mungil mendarat di punggungnya.
“Ada apa anaknya Mama? Kamu udah gak sabar ya? Pengen cepat-cepat liburan?” Nina menoleh dan tersenyum ke arah Brianna yang saat ini tengah digendong oleh Bryan.
“Sudah siap? Gak ada yang ketinggalan kan, sayang?” tanya Bryan memastikan. “Kalau semuanya udah beres, aku akan menyuruh Pak Jaka untuk mengangkat koper dan tas kita.”
“Semuanya sudah siap, Mas,” sahut Nina.
“Oke deh, aku mau panggil Pak Jaka dulu ya.” Bryan lalu berjalan ke ruang tamu, di mana sopir pribadinya itu sudah menunggunya dari tadi.
Setelah semua perlengkapan dimasukkan ke dalam bagasi, Nina dan Bryan beserta anak mereka berangkat menuju bandara. Mereka terbang ke Bali menggunakan jet pribadi milik keluarga Lawrence.
Setelah selesai urusan administrasi
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam, jet yang mereka tumpangi akhirnya mendarat di Bandara Ngurah Rai International, Bali.Nina dan Bryan pun bangkit dari sofa, ingin mengambil Brianna yang masih tertidur pulas di stroller bayi.“Biar aku aja yang gendong anak kita, sayang.”“Terima kasih, Mas.” Nina mengecup bibir Bryan tepat di depan pramugari tadi yang telah membuatnya kesal. Pramugari itu segera melenggang pergi dari hadapan mereka setelah melihat pemandangan mesra itu.‘Pergi sana kau, dasar cewek ganjen!’ batin Nina merasa menang.Setelah mengurus di bagian administrasi dan lainnya, mereka kemudian berjalan menuju lobi bandara. Di sana terlihat seorang pria muda dengan menggunakan papan bertuliskan nama Bryan, berdiri di antara banyak orang yang ada di lobi bandara tersebut.“Pak Bryan!” teriak pria itu sampai Bryan menoleh ke arahnya. Bryan bersama Nina bersama-sama me
Nina menautkan alisnya. Ingin menjawab jujur, tapi sama saja aibnya akan terkuak. “I-iya, emm, baru dua tahunan sih,” jawab Nina berbohong.Pria itu mengangguk pelan. “Ohh, dua tahunan ya. Berarti kamu setelah lulus SMA kemarin, langsung nikah ya? Tapi kok aku gak diundang ya? Hehe. Teman-teman sekolah juga gak ada yang ngasih kabar soal pernikahan kamu di grup alumni.”“Emm, soalnya aku nikahnya bukan di kampung. Tapi di Jakarta. Jadi aku gak ngundang kalian semua. Maaf ya. Aku pergi dulu, suami aku udah nungguin di lobi,” pungkas Nina ingin segera mengakhiri percakapan mereka.Baru saja Nina mengangkat bokongnya dari kursi itu, Brianna langsung merengek. Perhatian Nina pun teralihkan. Nina mencoba menenangkan anaknya itu, namun Brianna tetap menangis.“Ndu, nduu, anaknya Mama kenapa menangis? Mau minum susu ya?”Nina pun berniat mengambil botol susu berisi ASI-nya yang sudah ia siapkan sebelumnya se
‘Siapa sih pria itu? Kok akrab banget sama Nina? Cuman office boy kok berani-beraninya gendong anakku pula?’ batin Bryan kesal.Bryan lalu melangkah ke arah Nina dan Dicky. Tanpa sadar, tangannya terkepal ketika melihat posisi istrinya sangat dekat dengan pria itu, apalagi Nina memamerkan senyum lebarnya.“Ehhem!” Suara dehaman Bryan membuat Nina dan juga pria itu menoleh ke belakang.Nina sedikit terkejut bercampur panik karena melihat raut wajah suaminya yang tidak ramah. Tatapan Bryan saat ini begitu tajam dan sinis. Nina sudah bisa memastikan bahwa saat ini Bryan tengah salah paham terhadapnya.“Eh, Mas Bryan. Akhirnya kamu balik juga, Mas. Kok kamu lama sih di atas? Katanya cuman ngambil dompet,” tanya Nina basa-basi, berusaha menghilangkan rasa gugupnya.“Hm, aku ada urusan sebentar. Makanya lama,” sahut Bryan ketus.Sebagai seorang ayah protektif, Bryan langsung mengambil alih Brianna da
Sementara itu, Nina dan Bryan berjalan berdiam-diaman. Bryan enggan membuka suaranya sama sekali. Hati Bryan masih terasa panas, mengetahui kalau istrinya tadi mengobrol dengan lelaki yang pernah dicintainya. Bryan terus berjalan lurus tanpa menghiraukan sang istri yang berada di belakangnya. Sedangkan Brianna masih anteng di dekapan Bryan.“Loh, katanya kita mau ke pantai, Mas?” tanya Nina heran ketika Bryan berjalan kembali ke lobi hotel dan hendak menuju lift.Nina menatap suaminya yang masih diam seribu bahasa. Bahkan Bryan sepertinya enggan untuk menatapnya balik. Nina menghela napas panjang. Nina juga sedikit kecewa karena rencananya untuk menikmati view sunset sore ini harus gagal.“Padahal bentar lagi sunset loh, Mas,” gumam Nina lirih.Bryan tetap tak peduli. Telinganya seolah-olah tertutup rapat. Bryan langsung berjalan mendahului istrinya saat mereka sudah keluar dari dalam lift. Bryan terus melangkah dengan cepat menuju
Sesaat kemudian, Nina mendapatkan ide cemerlang.Dua puluh menit kemudian, Nina akhirnya selesai mandi. Padahal sebelumnya, dia sudah mandi setelah maghrib, tapi sekarang Nina mandi lagi. Ruangan kamar tidur itu seketika dipenuhi oleh aroma wangi parfum yang Nina kenakan.“Mas Bryan? Kamu sudah tidur, Mas?” panggil Nina lembut seraya mencolek-colek pipi suaminya.Bryan sedari tadi juga belum tidur, karena masih kepikiran dengan kejadian tadi, Nina yang bertemu ex-crush nya saat di sekolah.“Mas, kamu beneran tidur?” panggil Nina lagi.Bryan menoleh ke samping dan perlahan membuka matanya. Bryan agak terkejut melihat istrinya yang sudah siap diterkam.Saat ini Nina tampak menawan dan seksi menggunakan lingerie bermodelkan seragam suster. Lingerie cosplay suster itu lumayan ketat, sehingga tubuh montok Nina tercetak dengan jelas. Nina juga memakai riasan tipis di wajahnya agar dirinya semakin cantik. Bibirnya juga dipoles dengan lipstik merah merona agar terkesan makin menggoda.“K-kamu
Bryan merasakan tepukan pelan di pipinya. Dia mencoba mengabaikannya karena rasa kantuk yang masih menyerangnya. Namun dia membuka matanya juga kala sebuah celotehan menggemaskan keluar dari bibir Brianna yang kini terus memukulkan tangan mungilnya ke wajahnya.Bryan tersenyum simpul ketika melihat sosok Brianna tengah berada di samping tubuhnya.“Anak Papa sudah bangun rupanya.” Bryan lalu mencium anaknya gemas dan itu membuat Brianna memekik saat bulu-bulu halus yang ada di rahang kokoh Bryan mengenai wajahnya.Bryan terus menggoda anaknya dengan menciumi pipinya.“Brianna mandi dulu ya. Nanti main lagi,” ucap Nina yang tiba-tiba muncul dari dalam kamar mandi. Dia langsung mengambil Brianna. Seketika anak itu menangis. Sepertinya Brianna belum mau berpisah dengan ayahnya.“Anak Papa mandi dulu ya. Atau mau Papa temenin?” Bryan lalu menggendong anaknya menuju kamar mandi, diikuti oleh Nina dari belakang.Dengan dibantu oleh Nina, Bryan melucuti pakaian tidur anaknya dan segera memasuk
“Kita nanti jalan-jalan kemana saja, Mas?” tanya Nina saat mereka sarapan pagi di restoran hotel itu.“Terserah dari kamu saja, sayang. Kamu mau ke mana?” tanya Bryan balik.“Hmm, aku mana tau, Mas. Aku baru pertama kali menginjakkan kaki di sini.”Sembari menyuapi bubur ke mulut Brianna, Bryan memberi usul. “Bagaimana kalau kita ke Kintamani saja? Di sana banyak objek wisatanya, kita bisa santai-santai sembari menikmati view gunung dan danau yang ada di sana. Kamu pasti suka deh.”“Apa pun asal bersama kamu, aku pasti suka, Mas,” imbuh Nina dengan tatapan penuh cinta.Setelah sarapan selesai, Bryan membawa keluarga kecilnya meninggalkan restoran hotel. Bryan sebelumnya sudah menghubungi sopir agar menyiapkan mobil, karena hari ini mereka akan jalan-jalan mengunjungi destinasi wisata yang ada di Bali. Dan yang lebih menyenangkan lagi, sopir itu bersedia menjadi pemandu tour selama dalam perjalanan wisata mereka.Pagi ini, mereka mengunjungi Desa Penelokan, salah satu tempat yang paling
Sore menjelang maghrib, setelah berganti pakaian, Bryan beserta keluarga kecilnya mengunjungi Jimbaran. Sederet restoran sudah siap menggoda lidah para wisatawan yang berkunjung di sana. Sembari menyantap makanan, mereka juga bisa menikmati view sunset yang keren dari area pantai. Tidak lupa juga Nina mengeluarkan ponselnya untuk mengabadikan momen-momen kebersamaan mereka.Setelah puas menikmati view sunset, Nina dan Bryan memutuskan untuk singgah di toko souvenir. Mereka membeli berbagai macam barang untuk dibawa pulang ke Jakarta nantinya, mulai dari tas anyaman, dompet, kain khas Bali, serta cinderamata khas Bali lainnya yang cocok dijadikan oleh-oleh.Setelah puas melakukan perjalanan wisata, mereka kembali ke hotel untuk membersihkan diri dan beristirahat.*Keesokan malamnya, Bryan mengajak istrinya makan malam di sebuah restoran yang lokasinya berada di tepi tebing. Dari atas sana, mereka bisa menikmati pemandangan laut yang indah. Restoran itu me
Dua bulan kemudian, kini usia kandungan Nina sudah menginjak sembilan bulan. Mereka baru saja pulang dari rumah sakit setelah mengontrol kehamilannya. Kata dokter, kira-kira dua minggu lagi Nina akan melahirkan kedua bayinya.Dan saat ini Nina sedang melihat-lihat kamar bayi untuk kedua calon buah hatinya itu. Nina berjalan mengelilingi kamar bayi yang didominasi warna pink. Nina semenjak tau kedua bayinya berjenis kelamin perempuan, langsung berbelanja perlengkapan bayi untuk bayi perempuan, mulai dari baju, kaos kaki, kupluk dan lainnya. Saat berbelanja, Nina ditemani oleh ibunya, karena saat itu Bryan sedang ada urusan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.“Kenapa kamu berbelanja sebanyak ini, Nak? Beli bajunya beberapa pasang saja. Jangan terlalu boros!” imbuh Aliyah memberi saran kala itu.“Bayinya kan ada dua, Bu. Kalau beli sedikit, mana cukup.”“Baju bayi Brianna dulu kamu simpan di mana? Itu kan bisa kamu gunakan kembali untuk bayimu nanti, Nak
Waktu terus berjalan hingga tak terasa kehamilan Nina telah memasuki usia 7 bulan. Hari ini rumah Bryan dan Nina terlihat ramai dipenuhi oleh para tamu undangan. Kedua pasangan itu mengadakan syukuran atas kehamilan Nina yang sudah berusia 7 bulan.Acara itu Nina serahkan sepenuhnya kepada Even Organizer sehingga dia tidak perlu repot mengurus segala pernak-pernik acara itu.Nina tampil cantik dengan balutan kaftan berwarna baby pink. Dia sengaja memilih warna baby pink karena menurut hasil USG, kedua bayinya berjenis kelamin perempuan. Sedangkan untuk riasan rambutnya, disanggul yang menampilkan leher jenjangnya yang putih dan mulus. Riasan wajahnya tipis tapi elegan yang membuat Nina semakin mempesona. Sedangkan Bryan mengenakan kemeja batik dengan motif dan warna yang senada, begitu pula dengan Brianna yang juga memakai kaftan yang persis dengan ibunya.Bryan menatap istrinya yang tampil cantik hari ini. Hari di mana dia menjadi sorotan di acara tujuh bulanan
Setelah obat sudah ada di tangan Bryan, pria itu menghampiri istrinya yang sedang duduk manis di kursi tunggu.“Yuk kita pulang sekarang!” ajak Bryan.Bryan lalu menggandeng tangan istrinya menuju lobi rumah sakit. Sesekali dia mengecup kepala Nina dengan lembut. Hal itu tentu saja menjadi perhatian orang yang melintas dan berpapasan dengan mereka. Nina berusaha melepaskan diri dari suaminya. Nina merasa malu karena Bryan berlaku mesra di depan umum. Namun usahanya sia-sia karena lengan kiri Bryan segera memeluk pinggang Nina. Hal itu justru membuat mereka tampak semakin mesra, sehingga banyak pasang mata mengulum senyum ketika bertemu pandang dengan mereka. Sebagiannya lagi ada yang tampak iri hati melihat kemesraan pasangan suami istri itu.“Mas, kamu bikin malu saja ihh.”“Kenapa malu? Aku memeluk istriku sendiri, bukan istri orang lain,” elak Bryan. Dia menatap istrinya kemudian mengerlingkan sebelah mata pada Nina.
Hari demi hari terlewati. Tak terasa kini kandungan Nina sudah masuk pada usia 10 minggu. Bryan kembali membawa istrinya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.“Ibu Nina Anatasya, silakan masuk,” panggil suster di depan pintu ruang prakter dokter kandungan.Nina bangkit dari kursi dan melangkah ke arah pintu ruang praktek tersebut, diikuti oleh Bryan. Nina melakukan pemeriksaan tensi darah terlebih dahulu oleh suster tersebut sebelum bertemu dengan dokter kandungan itu.“Tensinya normal ya, Bu. Silakan bertemu dengan dokter.”“Baik, Sus.” Nina lalu melangkah menghampiri sang dokter.Dokter kandungan itu tersenyum ramah kala Nina sudah duduk di kursi, di depan meja kerjanya.“Ada yang bisa dibantu?” tanya dokter.“Saya ingin kontrol kehamilan, Dok. Sekalian ingin melakukan pemeriksaan USG. Saya dan suami saya ingin tau, apakah janin saya baik-baik saja.”
Hari ini, Nina sudah siap dengan pakaian casual dilengkapi jaket kulit warna hitam. Rambutnya diikat seperti ekor kuda. Membuat penampilannya semakin cantik dan segar. Dia berjalan menuju halaman rumah untuk menemui Bryan yang sudah menunggunya di sana. Sesampainya di halaman rumah, Nina tertegun melihat penampilan Bryan yang tampak seperti aktor hollywood yang tampan dan gagah.Sama seperti istrinya, Bryan juga mengenakan pakaian casual dan jaket warna hitam. Suaminya itu tengah duduk di atas motor gede yang baru saja dia beli.Senyum mengembang terbit dari bibir Bryan kala melihat istrinya sudah sampai di teras rumah.“Bagaimana dengan Brianna? Aman gak kalau kita tinggal? Kita akan lama nanti, karena aku akan mengajak kamu keliling kota Jakarta.”“Brianna sedang tidur, Mas. Aku menitipkan dia sama Mbak Siti. Jadi kamu tenang saja. Semuanya pasti aman terkendali.”“Oke. Sekarang kamu pakai ini. Setelah itu kita berangkat.” Bryan menyerahkan helm full face yang sudah dia siapkan untu
“Ya aku membelinya di restoran.”“Terus kenapa harganya bisa semahal mobil sport?” tanya Nina bingung.“K-karena tadi uangku kurang dan aku meminjamnya pada Jonas. Lalu aku memberikan mobilku kepada Jonas sebagai bentuk pelunasan utang.”“Astaga, Mas. Apa itu tidak terlalu berlebihan? Kenapa semudah itu kamu memberikan mobil kepada karyawanmu?”“Mobilku kan masih banyak, sayang.”“Itu di Indonesia, Mas. Tapi di sini, hanya itu mobil kamu. Masa harus dikirim lagi sih dari Jakarta? Atau kamu mau membeli baru? Boros dong.”“Udahlah, sayang. Jangan dipikirin. Kamu habiskan saja gulai kambingnya biar aku gak kecewa karena telah mengorbankan mobilku untuk beliin kamu gulai kambing ini.”Akhirnya mereka menghabiskan gulai kambing itu berdua dan saling menyuapi secara bergantian. Suatu hal yang sering mereka lakukan dari awal kenal dan hal sekecil itu mampu membuat suasana menjadi lebih berkesan dan romantis.“Terima kasih ya, Mas. Hamil kali ini terasa beda. Karena ada kamu yang bakalan menem
“Selamat! Istri Anda hamil, Pak,” ucap dokter kandungan yang kini memeriksa Nina.Melalui USG yang dilakukan, walau janin Nina masih kecil, tapi hasil gambar yang ditangkap di layar cukup membuktikan bahwa saat ini Nina tengah hamil lagi.“Apa istri saya mengandung bayi kembar, Dok?”“Saya belum bisa memastikan, Pak. Karena kehamilan istri Bapak masih berusia 4 minggu. Sulit untuk dideteksi. Bapak dan ibu bisa kembali lagi untuk melakukan pemeriksaan USG di usia kehamilan 10 minggu untuk memastikan apakah benar ada janin kembar atau tidak,” jawab dokter.Bryan menganggukkan kepalanya, tanda paham. “Oh begitu ya. Baiklah.”“Dok, kami di Sydney ini hanya sementara. Mungkin dalam minggu ini kami akan kembali ke Jakarta. Apa kondisi istri saya yang hamil ini, aman untuk bepergian naik pesawat dalam waktu yang lama?” tanya Bryan lagi. “Oh ya, kami menggunakan pesawat pribadi,” timpa
Melihat raut wajah Nina yang kebingungan, Jonas pun kembali berbicara sembari memasang senyum tipisnya. “Silakan berbicara bahasa Indonesia saja, Nyonya. Kebetulan saya menguasai bahasa Indonesia juga.”Nina menghela napas lega. “Baguslah. Saya hari ini ingin jalan-jalan, bisakah kamu rekomendasikan tempat menarik yang bisa kami kunjungi hari ini?”“Tentu. Saya akan mengantar dan memandu Nyonya ke tempat wisata yang menarik di kota ini. Mari kita berangkat sekarang. Pertama saya akan mengantar Anda untuk mengunjungi Museum dan Galeri Australia. Lalu Anda bisa ke Taronga Zoo Sydney. Kemudian Anda juga bisa mengunjungi pasar budaya Sydney, di sana Anda bisa berbelanja produk buatan suku Aborigin.” Jonas menjelaskan sambil berjalan menuju area parkir tempat mobilnya berada.“Oh, baiklah. Saya mau mengunjungi tempat yang kamu maksud. Lalu kalau saya mau berbelanja bahan makanan sehari-hari, apa bisa di pasar yang kamu sebutk
“Hari ini aku akan meeting dengan pegawaiku di kantor. Jadi aku tidak bisa ikut makan siang bersamamu. Kamu makan siang sama Mbak Siti saja ya. Mungkin besok kesibukanku sudah berkurang. Rencananya besok aku akan mengajak kamu berkunjung ke kantor. Aku ingin memperkenalkanmu kepada rekan kerjaku. Mereka sangat penasaran dengan sosok Nina Anatasya, istri dari Bryan Lawrence.” Bryan berkata sambil mencium bibir istrinya.“Kalau begitu, hari ini aku jalan-jalan bertiga ya, Mas. Aku mau jalan-jalan sekalian makan siang di luar. Setelah makan siang, rencananya aku akan belanja bahan makanan untuk kita makan malam nanti.” Nina berkata sambil menatap kagum pada suaminya yang sudah berpenampilan rapi.“Oke. Nanti aku akan menyuruh Jonas untuk mengantar kamu ke tempat yang akan kamu kunjungi hari ini.”“Iya, Mas. Terima kasih.”Setelah itu mereka keluar dari kamar untuk sarapan bersama. Mereka sarapan bersama B