Mata Nina langsung memelotot karena terkesiap mendengar permintaan aneh dari Bryan. “Sembarangan aja kamu ini, Mas! Kalau kamu mau nyusu, cari sapi betina aja sana! Jangan minta sama aku! ASI-ku ini khusus untuk Brianna aja!”Bryan tertawa kecil mendengar respon Nina yang kepanikan. “Heheh. Aku hanya bercanda, sayang. Jangan dianggap serius. Mana mungkin aku tega mengambil hak anakku sendiri. Dia harus tumbuh besar dan sehat seperti kita.”Tak lama kemudian, Brianna melepaskan tautan bibirnya dari dada ibunya. Pertanda bahwa ia sudah kenyang dan sementara ini tidak ingin menyusu lagi.Nina melihat mata anaknya yang setengah terpejam, tampaknya Brianna sudah mulai mengantuk. Nina pun membaringkan Brianna di atas ranjang.“Oh ya, aku lupa siapin ayunan buat Brianna. Nanti sore aku bawain ya, sekalian sama tempat tidurnya.”“Gak perlulah, Mas. Selama ini juga Brianna tidurnya di kasur. Kamu gak perlu beliin ayunan sama tempat tidurnya segala,” tolak Nina.“Beda dong, sayang. Ini bukan ka
“Maaf, Pa. Aku dp duluan.”Bryan lalu mengambil Brianna dari Nina dan menggendongnya mendekati Fredrinn. Brianna sangat anteng di dekapan Bryan. Anak kecil itu tidak rewel, apalagi menangis.“Gimana, Pa? Anakku cantik, kan? Kalau ibunya bukan Nina, mana mungkin anak aku secantik dan selucu ini, Pa. Jadi Papa jangan protes lagi, kalau Papa mau nambah cucu yang cantik dan ganteng tinggal request saja ke aku, Pa. Nanti aku dan Nina buatin sesuai permintaan Papa!”“Kamu pikir anak kamu ini donat jco apa? Pake request segala!” sanggah Fredrinn.Saking kesalnya, Fredrinn menjitak kepala Bryan. “Sontoloyo kamu ini!”Brianna tertawa kencang melihatnya.“Wuaduh. Sepertinya Brianna suka kalau kamu ngejitak Bryan. Coba jitak lagi kepala Bryan, Fred!” ucap Jenna.Bryan menatap tantenya memelotot. “Aunty ini malah ngompor!”Fredrinn kembali menjitak kepala Bryan dengan pelan. Tawa Brianna semakin kencang.“Udah dong, Pa. Jangan jitak kepalaku terus! Nanti otakku kegeser gimana?” protes Bryan.“Ota
Malam semakin larut, Nina dan Bryan memutuskan untuk masuk ke dalam rumah. Fredrinn pun sudah puas bermain-main bersama Brianna. Fredrinn lalu menyerahkan cucunya itu kembali kepada ibunya. Fredrinn pun beranjak pergi, hendak beristirahat di kamarnya.Saat Nina hendak membawa Brianna masuk ke dalam kamar, Bryan menahannya.“Kamu gak tidur di kamar aku aja, sayang?”“Gaklah, Mas. Ngapain coba? Kan di sini juga banyak kamar kosong, Mas.”“Tapi di kamar aku nyaman, sayang. Ada AC-nya.”“Di kamar lain kan juga ada AC-nya, Mas! Bukan di kamar kamu doang!”“Tapi di kamar yang lain, gak ada aku-nya,” ucap Bryan gombal.“Hishh! Aku gak mau kemakan rayuan setan kamu lagi, Mas! Aku belum siap punya anak lagi! Lagian kita juga belum halal!”“Ayolah, sayang. Please. Malam ini aja. Besok pagi kan kamu kembali ke apartemen.”Bryan menarik-narik lengan Nina dengan manja. “Ayo, sayang. Skuy, kita goyangkan ranjang malam ini.”Nina menepis tangan Bryan dengan kesal. “Ihh, otak kamu kenapa mesum terus
Hari ke hari, waktu terus berjalan. Hubungan Fredrinn dan Nina semakin baik, berkat kehadiran Brianna. Bahkan sesekali Fredrinn mengunjungi cucunya di apartemen yang Nina tinggali. Di sana, Fredrinn juga ikut mengobrol bersama dengan keluarga Nina.Bryan yang melihatnya, semakin merasa bahagia. Akhirnya, sang ayah yang awalnya angkuh dan enggan menerima keluarga Nina lantaran miskin dan tidak sederajat dengannya, mulai membuka hatinya perlahan. Fredrinn mulai ikhlas menerima perbedaan yang ada. Fredrinn sangat menyayangi cucunya yang menggemaskan itu dan tidak mau melihatnya hidup susah.Fredrinn bahkan memberikan uang dalam jumlah lumayan banyak kepada Nina. Fredrinn berpesan agar uang itu digunakan untuk keperluan Brianna. Fredrinn pun membantu mensponsori biaya pernikahan Bryan dan Nina, padahal Bryan sudah berulang kali menolak, tetapi Fredrinn tetap berpendirian teguh.Fredrinn menyerahkan black card miliknya kepada Bryan, kartu yang hanya bisa dimiliki ole
Junot pun ikut memuji kecantikan kakak perempuannya itu. Junot lalu memeluk erat sang kakak saking bahagianya.“Kak Nina, kalau Bang Bryan nyakitin kakak, lapor sama aku ya! Biar aku tonjok dadanya!”Nina tertawa kecil mendengar ancaman yang keluar dari mulut adiknya yang masih duduk di bangku SMP itu.“Iya, iya. Nanti kakak laporin ke kamu ya, kalau suami kakak jahatin kakak!”Aliyah turut tersenyum mendengar percakapan anaknya itu.“Oh ya, Brianna sama siapa, Bu?” tanya Nina.“Brianna lagi digendong sama tantenya Bryan.”“Dia gak rewel, Bu?”“Dia kalem-kalem aja kok, Nak. Sepertinya Brianna juga tau kalau hari ini adalah hari bahagia orang tuanya. Brianna juga tersenyum dengan para tamu. Banyak tamu undangan mau minta foto bareng sama anak kamu, Nina!” celetuk Aliyah senang.Nina tersenyum mendengar cerita ibunya. Hatinya terasa ringan. Dia sangat
“Iya, Pak. Aku janji akan menjaga Nina sepenuh hati. Aku juga berjanji tidak akan menyakiti hati anak Bapak, karena kalau Nina terluka, aku pun ikut mengalami hal yang sama,” jawab Bryan.Rozak menganggukkan kepalanya, kemudian beralih kepada anak sulungnya. Rozak memeluk dan mencium kening putri kesayangannya itu. Rozak tak kuasa menahan air mata haru dan bahagia melepas anaknya itu.Begitu pula dengan Aliyah yang turut menjatuhkan air mata penuh harunya saking bahagianya, karena anak perempuannya itu akan memulai hidup baru bersama suaminya.“Tolong jaga anak ibu, ya!” ucap Aliyah pada menantunya.“Siap, Bu. Laksanakan.”Setelah sungkeman dengan orang tua Nina selesai, kedua mempelai beralih ke keluarga Bryan. Posisi ibu Bryan sudah tiada, kini digantikan oleh Jenna, tante Bryan sendiri.Jenna memeluk Nina erat-erat. “Selamat datang di keluarga Lawrence, ya. Jadilah istri yang baik dan penuru
Singkat cerita, Nina dan Bryan akhirnya mengganti kostum mereka untuk resepsi nanti malam. Tim MUA memperbaiki riasan Nina. Sedangkan asistent designer memakaikan gaun pengantin di tubuh Nina.Bryan tak henti-hentinya memandangi istrinya yang tampak memukau saat mengenakan gaun pengantin. Aura kecantikan Nina memancar dari dalam dirinya.Saat ini Nina mengenakan gaun pengantin rancangan seorang designer ternama. Gaun pengantin itu berbahan satin dengan detail lace di bagian sisi dan di bagian dadanya serta heart neckline yang terlihat elegan. Gaun itu terlihat mengembang sedikit dengan veil yang tidak terlalu panjang. Ditambah dengan mahkota yang membuat Nina tampak semakin cantik dan elegan. Tak lupa juga dengan buket bunga mawar segar sebagai pelengkap yang akan dibawa oleh Nina menuju ke pelaminan.Bryan sendiri terlihat gagah dengan tuxedo berwarna hitam, dihiasi bunga kecil di bagian dada kirinya. Tuxedo itu dipadu dengan kemeja putih serta dasi kupu-kupu b
Setelah beberapa lama, para tamu undangan sudah tak lagi naik ke atas panggung untuk memberikan ucapan selamat, mereka semuanya sudah pada sibuk sendiri, ada yang menikmati prasmanan, ada yang berdansa, ada yang selfie-selfie dan lain-lain. Nina dan Bryan bernapas lega, karena akhirnya mereka bisa turun dari pelaminan dan mengambil makan.Setelah keduanya makan, maka tiba saatnya mereka untuk berdansa di tengah ruangan. Tangan Bryan melingkari pinggang Nina. Sedangkan tangan Nina mengalung di leher kokoh Bryan. Mereka bergerak sangat pelan seirama dengan alunan suara musik. Musik romantis yang dialunkan oleh para pemain biola, mengiringi dansa mereka.“Kamu cantik sekali, sayang. Aku beruntung memilikimu,” bisik Bryan di telinga istrinya. Dia lalu mencium bibir istrinya yang sontak membuat para tamu undangan histeris dan bertepuk tangan.“Ya ampun, Mas. Ini kita sedang di tengah ruangan dan jadi perhatian banyak orang. Kamu mencium tidak lihat tempat!” sungut Ni
Dua bulan kemudian, kini usia kandungan Nina sudah menginjak sembilan bulan. Mereka baru saja pulang dari rumah sakit setelah mengontrol kehamilannya. Kata dokter, kira-kira dua minggu lagi Nina akan melahirkan kedua bayinya.Dan saat ini Nina sedang melihat-lihat kamar bayi untuk kedua calon buah hatinya itu. Nina berjalan mengelilingi kamar bayi yang didominasi warna pink. Nina semenjak tau kedua bayinya berjenis kelamin perempuan, langsung berbelanja perlengkapan bayi untuk bayi perempuan, mulai dari baju, kaos kaki, kupluk dan lainnya. Saat berbelanja, Nina ditemani oleh ibunya, karena saat itu Bryan sedang ada urusan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.“Kenapa kamu berbelanja sebanyak ini, Nak? Beli bajunya beberapa pasang saja. Jangan terlalu boros!” imbuh Aliyah memberi saran kala itu.“Bayinya kan ada dua, Bu. Kalau beli sedikit, mana cukup.”“Baju bayi Brianna dulu kamu simpan di mana? Itu kan bisa kamu gunakan kembali untuk bayimu nanti, Nak
Waktu terus berjalan hingga tak terasa kehamilan Nina telah memasuki usia 7 bulan. Hari ini rumah Bryan dan Nina terlihat ramai dipenuhi oleh para tamu undangan. Kedua pasangan itu mengadakan syukuran atas kehamilan Nina yang sudah berusia 7 bulan.Acara itu Nina serahkan sepenuhnya kepada Even Organizer sehingga dia tidak perlu repot mengurus segala pernak-pernik acara itu.Nina tampil cantik dengan balutan kaftan berwarna baby pink. Dia sengaja memilih warna baby pink karena menurut hasil USG, kedua bayinya berjenis kelamin perempuan. Sedangkan untuk riasan rambutnya, disanggul yang menampilkan leher jenjangnya yang putih dan mulus. Riasan wajahnya tipis tapi elegan yang membuat Nina semakin mempesona. Sedangkan Bryan mengenakan kemeja batik dengan motif dan warna yang senada, begitu pula dengan Brianna yang juga memakai kaftan yang persis dengan ibunya.Bryan menatap istrinya yang tampil cantik hari ini. Hari di mana dia menjadi sorotan di acara tujuh bulanan
Setelah obat sudah ada di tangan Bryan, pria itu menghampiri istrinya yang sedang duduk manis di kursi tunggu.“Yuk kita pulang sekarang!” ajak Bryan.Bryan lalu menggandeng tangan istrinya menuju lobi rumah sakit. Sesekali dia mengecup kepala Nina dengan lembut. Hal itu tentu saja menjadi perhatian orang yang melintas dan berpapasan dengan mereka. Nina berusaha melepaskan diri dari suaminya. Nina merasa malu karena Bryan berlaku mesra di depan umum. Namun usahanya sia-sia karena lengan kiri Bryan segera memeluk pinggang Nina. Hal itu justru membuat mereka tampak semakin mesra, sehingga banyak pasang mata mengulum senyum ketika bertemu pandang dengan mereka. Sebagiannya lagi ada yang tampak iri hati melihat kemesraan pasangan suami istri itu.“Mas, kamu bikin malu saja ihh.”“Kenapa malu? Aku memeluk istriku sendiri, bukan istri orang lain,” elak Bryan. Dia menatap istrinya kemudian mengerlingkan sebelah mata pada Nina.
Hari demi hari terlewati. Tak terasa kini kandungan Nina sudah masuk pada usia 10 minggu. Bryan kembali membawa istrinya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.“Ibu Nina Anatasya, silakan masuk,” panggil suster di depan pintu ruang prakter dokter kandungan.Nina bangkit dari kursi dan melangkah ke arah pintu ruang praktek tersebut, diikuti oleh Bryan. Nina melakukan pemeriksaan tensi darah terlebih dahulu oleh suster tersebut sebelum bertemu dengan dokter kandungan itu.“Tensinya normal ya, Bu. Silakan bertemu dengan dokter.”“Baik, Sus.” Nina lalu melangkah menghampiri sang dokter.Dokter kandungan itu tersenyum ramah kala Nina sudah duduk di kursi, di depan meja kerjanya.“Ada yang bisa dibantu?” tanya dokter.“Saya ingin kontrol kehamilan, Dok. Sekalian ingin melakukan pemeriksaan USG. Saya dan suami saya ingin tau, apakah janin saya baik-baik saja.”
Hari ini, Nina sudah siap dengan pakaian casual dilengkapi jaket kulit warna hitam. Rambutnya diikat seperti ekor kuda. Membuat penampilannya semakin cantik dan segar. Dia berjalan menuju halaman rumah untuk menemui Bryan yang sudah menunggunya di sana. Sesampainya di halaman rumah, Nina tertegun melihat penampilan Bryan yang tampak seperti aktor hollywood yang tampan dan gagah.Sama seperti istrinya, Bryan juga mengenakan pakaian casual dan jaket warna hitam. Suaminya itu tengah duduk di atas motor gede yang baru saja dia beli.Senyum mengembang terbit dari bibir Bryan kala melihat istrinya sudah sampai di teras rumah.“Bagaimana dengan Brianna? Aman gak kalau kita tinggal? Kita akan lama nanti, karena aku akan mengajak kamu keliling kota Jakarta.”“Brianna sedang tidur, Mas. Aku menitipkan dia sama Mbak Siti. Jadi kamu tenang saja. Semuanya pasti aman terkendali.”“Oke. Sekarang kamu pakai ini. Setelah itu kita berangkat.” Bryan menyerahkan helm full face yang sudah dia siapkan untu
“Ya aku membelinya di restoran.”“Terus kenapa harganya bisa semahal mobil sport?” tanya Nina bingung.“K-karena tadi uangku kurang dan aku meminjamnya pada Jonas. Lalu aku memberikan mobilku kepada Jonas sebagai bentuk pelunasan utang.”“Astaga, Mas. Apa itu tidak terlalu berlebihan? Kenapa semudah itu kamu memberikan mobil kepada karyawanmu?”“Mobilku kan masih banyak, sayang.”“Itu di Indonesia, Mas. Tapi di sini, hanya itu mobil kamu. Masa harus dikirim lagi sih dari Jakarta? Atau kamu mau membeli baru? Boros dong.”“Udahlah, sayang. Jangan dipikirin. Kamu habiskan saja gulai kambingnya biar aku gak kecewa karena telah mengorbankan mobilku untuk beliin kamu gulai kambing ini.”Akhirnya mereka menghabiskan gulai kambing itu berdua dan saling menyuapi secara bergantian. Suatu hal yang sering mereka lakukan dari awal kenal dan hal sekecil itu mampu membuat suasana menjadi lebih berkesan dan romantis.“Terima kasih ya, Mas. Hamil kali ini terasa beda. Karena ada kamu yang bakalan menem
“Selamat! Istri Anda hamil, Pak,” ucap dokter kandungan yang kini memeriksa Nina.Melalui USG yang dilakukan, walau janin Nina masih kecil, tapi hasil gambar yang ditangkap di layar cukup membuktikan bahwa saat ini Nina tengah hamil lagi.“Apa istri saya mengandung bayi kembar, Dok?”“Saya belum bisa memastikan, Pak. Karena kehamilan istri Bapak masih berusia 4 minggu. Sulit untuk dideteksi. Bapak dan ibu bisa kembali lagi untuk melakukan pemeriksaan USG di usia kehamilan 10 minggu untuk memastikan apakah benar ada janin kembar atau tidak,” jawab dokter.Bryan menganggukkan kepalanya, tanda paham. “Oh begitu ya. Baiklah.”“Dok, kami di Sydney ini hanya sementara. Mungkin dalam minggu ini kami akan kembali ke Jakarta. Apa kondisi istri saya yang hamil ini, aman untuk bepergian naik pesawat dalam waktu yang lama?” tanya Bryan lagi. “Oh ya, kami menggunakan pesawat pribadi,” timpa
Melihat raut wajah Nina yang kebingungan, Jonas pun kembali berbicara sembari memasang senyum tipisnya. “Silakan berbicara bahasa Indonesia saja, Nyonya. Kebetulan saya menguasai bahasa Indonesia juga.”Nina menghela napas lega. “Baguslah. Saya hari ini ingin jalan-jalan, bisakah kamu rekomendasikan tempat menarik yang bisa kami kunjungi hari ini?”“Tentu. Saya akan mengantar dan memandu Nyonya ke tempat wisata yang menarik di kota ini. Mari kita berangkat sekarang. Pertama saya akan mengantar Anda untuk mengunjungi Museum dan Galeri Australia. Lalu Anda bisa ke Taronga Zoo Sydney. Kemudian Anda juga bisa mengunjungi pasar budaya Sydney, di sana Anda bisa berbelanja produk buatan suku Aborigin.” Jonas menjelaskan sambil berjalan menuju area parkir tempat mobilnya berada.“Oh, baiklah. Saya mau mengunjungi tempat yang kamu maksud. Lalu kalau saya mau berbelanja bahan makanan sehari-hari, apa bisa di pasar yang kamu sebutk
“Hari ini aku akan meeting dengan pegawaiku di kantor. Jadi aku tidak bisa ikut makan siang bersamamu. Kamu makan siang sama Mbak Siti saja ya. Mungkin besok kesibukanku sudah berkurang. Rencananya besok aku akan mengajak kamu berkunjung ke kantor. Aku ingin memperkenalkanmu kepada rekan kerjaku. Mereka sangat penasaran dengan sosok Nina Anatasya, istri dari Bryan Lawrence.” Bryan berkata sambil mencium bibir istrinya.“Kalau begitu, hari ini aku jalan-jalan bertiga ya, Mas. Aku mau jalan-jalan sekalian makan siang di luar. Setelah makan siang, rencananya aku akan belanja bahan makanan untuk kita makan malam nanti.” Nina berkata sambil menatap kagum pada suaminya yang sudah berpenampilan rapi.“Oke. Nanti aku akan menyuruh Jonas untuk mengantar kamu ke tempat yang akan kamu kunjungi hari ini.”“Iya, Mas. Terima kasih.”Setelah itu mereka keluar dari kamar untuk sarapan bersama. Mereka sarapan bersama B