Share

Bab 7

"Mas, ini bekal buat kamu," ucap Flora sambil memberikan wadah bekal pada suaminya.

Bukannya menerima dengan senang hati. Arifin malah menatap sinis ke arah sang istri yang masih mengembangkan senyumnya. "Gak usah, aku bukan anak kecil yang harus bawa bekal." 

Arifin meninggalkan Flora begitu saja. Flora sudah seringkali menerima penolakan seperti ini, tapi kali ini rasanya sangat menyakitkan. Padahal ia berharap, sekotak bekal ini bisa membuat sang suami memperlakukannya sedikit lebih baik.

Namun, jangankan menerima, melirik saja tidak mau.

"Sampai kapan kamu akan memperlakukan aku seperti ini, Mas? Apa kamu masih menganggap kalau aku ini istrimu?"

"Kita menikah atas dasar cinta, bukan perjodohan seperti di novel-novel, tapi kenapa kamu tidak pernah memperlakukan aku dengan baik. Mas? Bolehkah aku cemburu ketika melihat wanita lain diperlakukan dengan istimewa oleh suaminya?" gumam Flora sambil menatap kepergian Arifin yang sudah mengendarai motornya menjauh dari rumah.

Perempuan itu mengusap air matanya yang menetes tanpa bisa dicegah, rasanya sangat sakit dan menyesakkan. Apakah dirinya salah kalau ingin memperhatikan suaminya sendiri? Kenapa selalu penolakan yang dia terima?

"Kenapa berdiri di situ, hmm?"

Flora langsung mengusap air matanya dengan jemarinya. Dia berbalik dan melihat Abian yang berdiri gagah di belakang tubuhnya.

"T-tidak kok, cuma lihatin Mas Arifin pergi kerja."

"Bekalnya kok gak di bawa?" Abian menunjuk ke arah kotak bekal yang berisi nasi dan lauk itu.

"Katanya Mas Arifin mau makan di kantor aja," jawab Flora berbohong. Kalau ia mengatakan yang sejujurnya, bisa-bisa Abian marah seperti waktu itu.

Abian tidak mengucapkan apapun seetelah itu, hanya memasang wajah yang sulit diartikan oleh Flora. Wanita itu pun mengalihkan pandangannya. Ia tidak bisa menatap mata Abian terlalu lama.

"Sudah, sini. Biar aku saja yang membawa bekalnya." Tanpa menunggu persetujuan Flora, Abian mengambil kotak bekal itu dari tangan Flora.

"Memangnya Mas Abian mau ke mana?" tanya Flora.

"Ke cabang perusahaan, ada barang datang yang harus dicek langsung."

"Tapi kan Mas udah makan tadi."

"Lalu apa salahnya? Atau kamu tidak ingin memberikan bekal itu padaku? Ya sudah, lagipula aku tidak ingin memaksa." Jawab Abian, dia bersiap untuk pergi meninggalkan Flora yang masih berdiri di tempatnya.

"I-ini buat Mas aja." Akhirnya, Flora memberikan bekal itu pada Abian. Rasanya tidak masalah bukan? Toh. Arifin saja menolak bekal buatan nya itu.

"Terima kasih. Kamu mau jalan-jalan gak?"

Flora mengerutkan dahi karena pertanyaan tiba-tiba Abian. "K-ke mana?" 

Ini adalah pertama kalinya ada orang yang menawarkan hal itu padanya. Sejak menikah, dia hanya berada di rumah, mengurus pekerjaan rumah yang seolah tiada habisnya.

"Ngikut Mas ke kantor, sekalian jalan-jalan. Mau?"

"Tapi gimana sama Ibu dan Mbak Winda?" tanya Flora khawatir.

Sebenarnya, dia ingin pergi bersama Abian untuk sekedar menghilangkan penat. Tapi dia takut kalau ibu mertua dan iparnya itu akan marah besar kalau sampai dia pergi, meskipun bersama Abian.

"Mbak Santi ke mana?"

"Tadi katanya mau ke cafe buat reunian."

Abian mengangguk-anggukan kepalanya, berarti di rumah ini hanya ada Ibu dan Mbak Winda.

"Biar Mas yang izin. Kamu masuk, terus siap-siap."

Hanya dengan satu kalimat itu, Flora sudah merasa lebih tenang. Entah kenapa ia merasa kalau Abian akan melindunginya dari omelan mertua dan iparnya itu.

"I-iya. Mas." jawab Flora.

Abian tersenyum lalu mengacak rambut Flora dengan gemas, membuat wanit itu mematung. Kenapa hatinya tiba-tiba berdebar tak karuan ketika Abian melakukan hal itu? Apa hanya karena terkejut dan tidak menyangka kalau Abian akan melakukan hal itu?

***

"Gak boleh. Abi. Flora harus tetap di rumah. masih banyak pekerjaan rumah yang belum dia selesaikan."

Ranti langsung menolak permintaan Abian untuk membawa Flora keluar dari rumah. Mendengar jawaban itu, Abian menghela napas sambil memutar bola matanya. Kakak dan ibunya ini benar-benar sangat menyebalkan.

"Bagaimana kalau kalian berdua juga ikut?" tantang Abian.

"Tidak, pasti membosankan!" jawab Winda cepat.

"Jadi kalian berdua maunya ke mana?" Abian tersenyum miring, dia tahu benar apa kelemahan keduanya dan dia tidak keberatan jika harus mengeluarkan sejumlah uang untuk bisa mengajak Flora jalan-jalan berdua.

"Mall. Beli baju, beli tas," jawab Winda dan diangguki oleh Ranti.

"Ya udah. Aku trasnfer lima juta buat berdua. Habisin aja."

"Santi?"

"Nanti Abi kasih bagiannya."

Ranti berdeham untuk menyembunyikan rasa senangnya yang padahal sudah ketara sekali. "Ya udah. sana berangkat."

Benar, kan. Sangat mudah menyogok ibu dan kakak-kakaknya. Hanya dengan uang dan ancaman, mereka akan tunduk. Kalau begini, akan sangat mudah Abian untuk mendapatkan Flora.

"Ingat, jangan kasih tahu sama Arifin, atau uang ini Abi anggap hutang," ucap Abian dan langsung diangguki oleh keduanya.

Abian tersenyum lalu berbalik dan pergi dengan wajah berseri-seri.

"Sudah?" Abian menyapa Flora yang baru keluar dari kamarnya. Ia memakai dress yang waktu itu dibelikan oleh Abian sebagai oleh-oleh.

"S-sudah, ibu sama Mbak Winda ngizinin?" tanya Flora khawatir.

"Ngizinin kok. jangan khawatir. Ayo kita pergi." Ajak Abian, dia meraih tangan Flora dan menggenggamnya.

"Mas, lepasin. Gak enak dilihat orang nanti."

"Ehh iya, maaf itu refleks."

Abian berjalan lebih dulu, lalu diikuti Flora dengan langkah kecilnya. Di halaman rumah, pria itu membukakan pintu mobil untuk Flora. Setelah memastikan perempuan itu duduk dengan tenang, Abian pun memutari mobil dan masuk di balik kemudi.

"Pasang dulu seatbelt nya itu penting untuk keselamatan."

Flora menganggukan kepalanya. Ini bukan pertama kalinya dia naik mobil ,jadi dia tahu bagaimana cara memasang seatbelt. Tapi sepertinya agak macet sedikit hingga membuat perempuan itu kesulitan.

"Susah ya?"

"lya, Mas. Kayaknya agak macet."

Abian pun mendekatkan tubuhnya untuk membantu Flora memasang seatbelt, membuat perempuan itu harus menahan nafasnya untuk sejenak. Jarak tubuh mereka sangat dekat bahkan nyaris menempel. Flora bisa merasakan kalau tubuh mereka bersentuhan.

"Sudah. sekarang kamu bisa bernafas." Ucap Abian yang membuat wajah Flora memerah.

Dia mengambil nafas, namun sialnya yang dia hirup adalah aroma parfum milik Abian yang wanginya sangat menenangkan dan.. menggairahkan?

"Kenapa diam saja?" Tanya Abian sambil sesekali melirik ke arah Flora yang sedari tadi hanya diam saja dan sibuk melihat ke arah jendela yang menunjukkan pemandangan di sekelilingnya.

"Enggak kok."

Abian terkekeh, lalu wajahnya mendadak serius. "Omong-omong, bagaimana jawabanmu tentang ucapanku tempo hari?"

"Jangan dibahas dulu, Mas. Aku tidak ingin tegang di sini."

Abian terkekeh kecil. "Baiklah. Beritahu aku kalau kau sudah mendapatkan jawabannya. Jangan terburu-buru. Aku bersedia menunggu sampai kau siap dengan jawabanmu."

"I-iya, Mas." 

Setelahnya hanya ada keheningan yang menyelimuti keduanya. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing. Hingga Flora melihat ada motor yang melintas tepat di pinggir mobil yang dia tumpangi.

"Kamu tidak asing dengan motor itu. Flora?" tanya Abian, seolah dia tahu apa yang tengah di pikirkan oleh Flora.

"Iya. Mas."

"Itu suamimu."

Flora mengerutkan dahi. "Tapi bersama wanita, Mas. Mungkin saja Mas salah lihat."

"Ohh ya? Kau yakin?"

"I-iya. Mas."

"Aku lebih yakin, karena motor itu aku yang membelikannya untuk Arifin."

"Tapi...."

"Oke, kita pastikan." Abian menginjak pedal gas guna mempercepat laju kendaraannya.

Flora merasakan hatinya berdebar tak karuan. Bagiamana jika itu memang suaminya? Lalu. siapa wanita yang memeluk tubuh sang suami dari belakang dengan erat itu?

Aneh saja, jika mungkin rekan kerja tak mungkin memeluk seerat dan semesra itu, sedangkan dirinya saja yang merupakan istrinya. tidak pernah memeluk suaminya sendiri seperti itu.

Hingga akhirnya, motor itu berhenti di sebuah penginapan. Hati Flora semakin tak karuan saat ini, ke penginapan? Kenapa ke Penginapan? Padahal suaminya izin untuk ke kantor hari ini.

"Kenapa ke sini, Mas?"

"Ya karena suamimu ke sini, jadi kita harus memastikannya." Abian memarkirkan mobilnya di parkiran penginapan itu.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
nurdianis
emang suami mu dajjal flo..
goodnovel comment avatar
Mood Die
tuh kan Arifin ternyata selingkuh kasihan flora
goodnovel comment avatar
Tari Emawan
hah, kirain si Ifin kaya, cuman naek motor ke kantor..! tokoh mu aneh thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status