"Ini uang untuk membeli perhiasan." Arifin memberikan sejumlah uang pada Flora yang sedang berhias diri di depan kaca rias.
Flora berbalik dan mengambil uang dari tangan suaminya itu. Dia menghitungnya dan tersenyum kecil."Hanya segini, Mas?" Tanya Flora, Arifin hanya memberikan uang sebanyak dua juta saja."lya..""Kamu yakin?" Wanita itu beranjak dari duduknya lalu berjalan mendekat dan meraba tubuh suaminya. Pria itu memejamkan matanya, jujur saja sentuhan Flora membuatnya sedikit bergairah. Terlebih lagi, dia sudah lama tidak menyalurkan hasratnya.Selama di luar kota, ternyata asistennya itu pulang ke rumah saudaranya, jadi dia tidak memiliki kesempatan untuk melakukan rencana jahatnya itu.Dia berharap pada Flora, tapi istrinya juga tidak mau melayaninya sama sekali. Jadi harapannya satu-satunya sekarang hanyalah Arina. Tapi dia tidak mungkin datang hanya untuk meminta tubuhnya bukan? Dia harus membawa sejumlah uang untukn"Hai, Mas. Aku kangen.." Ucap Arina sambil menggelayut manja di lengan Arifin. Pria itu terlihat sedikit cemas, pasalnya dia tidak membawa uang sepeserpun, satu lembar uang yang di berikan Flora padanya tadi di belikan bensin dan sialnya, ban motornya malah bocor dan harus di tambal."Mas, kenapa diam saja?" Tanya perempuan itu sambil mengamati lamat-lamat wajah Arifin yang terlihat tidak bergairah sama sekali."Tidak apa-apa, sayang.""Kenapa pulang gak ngabarin hmm? Kamu juga gak ada nelepon aku? Kamu udah bosan sama aku ya, Mas?" Tanya Arina lagi."Mas kecapean, sayang. Jadi pas sampai ke rumah, langsung tidur.""Ckk, tidur sama istri kamu ya?" Perempuan itu terlihat merajuk saat ini."Ya sama siapa lagi, tentu saja sama Flora, sayang.""Jangan-jangan, kamu masih mencintai istrimu itu ya?""Tidak kok, dari awal aku menikahinya karena ingin membuat saudara kembarku menderita, itu saja." Jawab Arifin sambil mem
"Ini uangnya." Ucap Flora sambil memberikan uang itu pada Winda."Heh, apa-apaan ini? Uang segini mana cukup buat jalan-jalan." Sewotnya sambil melempar uang itu."Lah, buat jalan-jalan toh? Kalo gitu gak ada, Mbak. Sayang banget kalau di pakai foya-foya, aku aja gak jalan-jalan tuh." Jawab Flora dengan tenang, Abian sendiri memilih diam dan menyimak."Heh, aku berhak mendapatkan bagian dari uang itu.""Ohh ya? Mana yang lebih berhak, aku sebagai istrinya atau Mbak sebagai saudaranya? Semua orang juga tahu, kalau yang harus di prioritaskan itu ISTRI, bukan saudari!" Ucap Flora dengan menekankan kata Istri di depan Winda. Tapi sepertinya wanita itu tidak ingin kalah."Kau hanya istri, orang asing yang kebetulan menjadi bagian dari keluarga ini, Flora. Jangan besar kepala!""Aku? Besar kepala? Apa Mbak tidak salah mengatakan hal seperti itu di hadapan ipar Mbak sendiri? Kalau aku yang jadi Mbak, aku pasti malu bukan main. Tapi pada
Flora yang mendapatkan serangan dari pria itu pun mau tak mau akhirnya membalas dan terbuai dengan apa yang di lakukan oleh Abian. Pria itu memang sangat lihai, membuat Flora bergairah bukanlah hal yang sulit baginya. Itu adalah keahliannya, terbukti saat ini Flora mulai membalas tak kalah liarnya dari Abian.Siang hari yang cukup terik itupun tak mampu menghalangi kedua sejoli yang asik melepas hasrat masing-masing, Abian terlihat sangat bersemangat menggerakkan tubuhnya, Flora juga sangat menikmati apa yang di lakukan oleh Abian pada tubuhnya.Beberapa kali, wanita itu mendesaah keras ketika berhasil mendapatkan klimaksnya dan itu membuat Abian tersenyum karena dia merasa sukses membuat wanitanya puas dengan servis yang dia berikan. Pada akhirnya, Flora menikmati permainan Abian meskipun tadi dia sempat menolak karena cuaca sedang panas terik."Aku mandi dulu, sayang. Kamu istirahat aja dulu.""Hmm, sakit juga pinggang aku, Mas." Lirih Flora yan
"Kelihatannya kau mulai terpancing, Abi." Perempuan itu tersenyum kecil sambil menyedekapkan kedua tangannya di dada."Jelas, aku tidak akan diam saja saat wanita yang aku cintai di perlakukan seperti ini, Arina!""Sepertinya, aku akan mendapatkan partner untuk misiku." Arina menyeringai kecil, membuat Abian terdiam. Dia mengernyitkan keningnya dengan heran, apa maksud ucapan Arina?"Apa maksudmu?""Kau ingin menghancurkan Arifin?""Tidak perlu menanyakan hal yang kau sudah tahu jawabannya, Arin!""Aku anggap jawabannya iya." Jawab perempuan itu, dia mengulurkan foto seorang gadis ke arah Abian. Pria itu mengambilnya, lalu mengernyitkan keningnya."Wajahnya tidak asing, apa itu hanya perasaanku saja ya?""Kau mungkin pernah bertemu dengannya, coba kau ingat-ingat lagi, Abi." Ucap Arina. Dia menunggu dengan sabar, perempuan itu dengan tenang menyesap jus alpukat di depannya. Dia memesan jus itu, karena memang itu
"Kenapa kau mau menjadi simpanan pria kaya, Arina? Kau ternyata semurahaan itu?""Hmm, aku tidak peduli apapun pendapatmu, Abi. Aku hanya perlu uang untuk menunjang hidupku, jadi simpanan pria seperti Arifin tidak mampu memenuhi semua kebutuhanku, dia pelit bukan main." Ucap Arina sambil terkekeh."Jangankan denganmu, dengan istrinya saja dia pelit.""Sudah kuduga, dia memang pria gila. Mau enaknya aja, tapi gak mau bayar. Cowok gila, otak selangk ngan." Cibir perempuan itu dengan kesal."Tapi kau mau di bawa ngamar tuh.""Hmm, soalnya gede. Tapi gak tahan lama.""Gobl"k, disini yang otak selangk ngan itu Lo, Arin. Cocok sih kalian berdua, sama-sama doyan celup." Ucap Abian yang membuat Arina mendelik kesal."Gue jualan yee, pastinya gue mau di begituin berarti harus bayar. Lo mau nyoba kagak?""Dih, gue gak demen barang bekas.""Alah, si Flora Lo embat juga. Bekas kembaran Lo itu, jangan lupa."
Abian mengecupnya lalu meletakkan tangannya di kening Flora, memang demamnya sudah mulai turun, tapi ketika melihat wajahnya yang pucat, membuat Abian tak tega jika harus meninggalkan wanitanya sendirian dalam keadaan sakit seperti ini."Mas, aku gapapa kok.""Ayo Mas gendong..""Kemana, Mas?""Ke rumah sakit aja ya? Biar kamu di rawat disana.""Gak mau, Mas. Aku gapapa kok, nanti juga sembuh sendiri. Lagipun ini bukan pertama kalinya aku demam seperti ini dan setiap kali demam, aku selalu sendirian kok.""Sekarang ada aku, sayang. Mas gak mau kamu merasa sendirian.""Jadi, Mas maunya gimana?""Kamu pindah tidur di kamar Mas ya?" Bujuk Abian yang membuat Flora akhirnya pasrah. Lagipun benar, dia memang membutuhkan Abian."Yaudah iya, Mas.""Nah gitu dong, nurut sama laki sendiri. Kan cantiknya jadi nambah berkali lipat kalau begini." Ucap Abian sambil mencolek gemas dagu lancip wanitanya.
Di tempat lain, Arifin tengah jalan-jalan bersama Arina ke mall, dia akan membelikan tas yang selama ini di incar oleh Arina, selingkuhannya.Darimana uangnya? Yaps, Arina berhasil membuat Arifin menggelapkan sejumlah dana perusahaan. Dana yang harusnya masuk ke laporan keuangan, tapi malah masuk ke rekening milik Arifin. Gila, uang milyaran untuk investasi itu di gelapkan oleh Arifin atas hasutan Arina yang berada di bawah perintah Abian.Rencana mereka benar-benar sudah terlaksana dengan rapi, tidak ada yang curiga kalau sebenarnya Arina dan Abian adalah sekutu. Keduanya memiliki dendam masing-masing pada pria itu, tapi untuk meluruskan niat mereka, maka mereka bekerja sama untuk hal itu."Mas, aku pingin ini. Boleh kan?""Tas yang kamu incar itu, ini?" Tanya Arifin ketika melihat tas selempang kecil berwarna putih yang ada di tangan Arina."Bukan, Mas. Tapi aku pingin ini sekalian, boleh kan? Bagus Iho ini tasnya, bakalan cantik banget
"Mas, gimana kalau aku minta Mas Arif beliin aku rumah?" Tanya wanita itu."Bagus, sayang. Setidaknya, jikapun nanti kamu cerai dengan suamimu itu, kamu punya tempat tinggal." Jawab Abian sambil tersenyum kecil."Ngarep banget aku bakalan cerai, Mas?""Lalu, kamu mau rujuk hmm? Laki-laki ringan tangan, tukang selingkuh pula. Apa yang mau di pertahankan hmм?" Tanya Abian yang membuat Flora terkekeh pelan."Uangnya banyak.""Hey, uangku lebih banyak, sayang. Mau apa hmm? Aku belikan sekarang juga.""Hahaha, tidak Mas. Aku memang berniat melepaskan diri dari Arifin, tapi mungkin memerlukan sedikit waktu.""Tunggu sampai dia hancur, sayang. Setelah dia hancur, mari kita lihat siapa yang masih mau bertahan dengan pria yang sudah tidak memiliki apa-apa." Ucap Abian sambil tersenyum smirk. Dia sendiri kesal pada Ibunya juga saudarinya yang menyanjung Arifin seolah dia adalah malaikat penolong.Padahal hanya jadi direkt