"Kenapa kau mau menjadi simpanan pria kaya, Arina? Kau ternyata semurahaan itu?"
"Hmm, aku tidak peduli apapun pendapatmu, Abi. Aku hanya perlu uang untuk menunjang hidupku, jadi simpanan pria seperti Arifin tidak mampu memenuhi semua kebutuhanku, dia pelit bukan main." Ucap Arina sambil terkekeh."Jangankan denganmu, dengan istrinya saja dia pelit.""Sudah kuduga, dia memang pria gila. Mau enaknya aja, tapi gak mau bayar. Cowok gila, otak selangk ngan." Cibir perempuan itu dengan kesal."Tapi kau mau di bawa ngamar tuh.""Hmm, soalnya gede. Tapi gak tahan lama.""Gobl"k, disini yang otak selangk ngan itu Lo, Arin. Cocok sih kalian berdua, sama-sama doyan celup." Ucap Abian yang membuat Arina mendelik kesal."Gue jualan yee, pastinya gue mau di begituin berarti harus bayar. Lo mau nyoba kagak?""Dih, gue gak demen barang bekas.""Alah, si Flora Lo embat juga. Bekas kembaran Lo itu, jangan lupa."Abian mengecupnya lalu meletakkan tangannya di kening Flora, memang demamnya sudah mulai turun, tapi ketika melihat wajahnya yang pucat, membuat Abian tak tega jika harus meninggalkan wanitanya sendirian dalam keadaan sakit seperti ini."Mas, aku gapapa kok.""Ayo Mas gendong..""Kemana, Mas?""Ke rumah sakit aja ya? Biar kamu di rawat disana.""Gak mau, Mas. Aku gapapa kok, nanti juga sembuh sendiri. Lagipun ini bukan pertama kalinya aku demam seperti ini dan setiap kali demam, aku selalu sendirian kok.""Sekarang ada aku, sayang. Mas gak mau kamu merasa sendirian.""Jadi, Mas maunya gimana?""Kamu pindah tidur di kamar Mas ya?" Bujuk Abian yang membuat Flora akhirnya pasrah. Lagipun benar, dia memang membutuhkan Abian."Yaudah iya, Mas.""Nah gitu dong, nurut sama laki sendiri. Kan cantiknya jadi nambah berkali lipat kalau begini." Ucap Abian sambil mencolek gemas dagu lancip wanitanya.
Di tempat lain, Arifin tengah jalan-jalan bersama Arina ke mall, dia akan membelikan tas yang selama ini di incar oleh Arina, selingkuhannya.Darimana uangnya? Yaps, Arina berhasil membuat Arifin menggelapkan sejumlah dana perusahaan. Dana yang harusnya masuk ke laporan keuangan, tapi malah masuk ke rekening milik Arifin. Gila, uang milyaran untuk investasi itu di gelapkan oleh Arifin atas hasutan Arina yang berada di bawah perintah Abian.Rencana mereka benar-benar sudah terlaksana dengan rapi, tidak ada yang curiga kalau sebenarnya Arina dan Abian adalah sekutu. Keduanya memiliki dendam masing-masing pada pria itu, tapi untuk meluruskan niat mereka, maka mereka bekerja sama untuk hal itu."Mas, aku pingin ini. Boleh kan?""Tas yang kamu incar itu, ini?" Tanya Arifin ketika melihat tas selempang kecil berwarna putih yang ada di tangan Arina."Bukan, Mas. Tapi aku pingin ini sekalian, boleh kan? Bagus Iho ini tasnya, bakalan cantik banget
"Mas, gimana kalau aku minta Mas Arif beliin aku rumah?" Tanya wanita itu."Bagus, sayang. Setidaknya, jikapun nanti kamu cerai dengan suamimu itu, kamu punya tempat tinggal." Jawab Abian sambil tersenyum kecil."Ngarep banget aku bakalan cerai, Mas?""Lalu, kamu mau rujuk hmm? Laki-laki ringan tangan, tukang selingkuh pula. Apa yang mau di pertahankan hmм?" Tanya Abian yang membuat Flora terkekeh pelan."Uangnya banyak.""Hey, uangku lebih banyak, sayang. Mau apa hmm? Aku belikan sekarang juga.""Hahaha, tidak Mas. Aku memang berniat melepaskan diri dari Arifin, tapi mungkin memerlukan sedikit waktu.""Tunggu sampai dia hancur, sayang. Setelah dia hancur, mari kita lihat siapa yang masih mau bertahan dengan pria yang sudah tidak memiliki apa-apa." Ucap Abian sambil tersenyum smirk. Dia sendiri kesal pada Ibunya juga saudarinya yang menyanjung Arifin seolah dia adalah malaikat penolong.Padahal hanya jadi direkt
Keesokan harinya, akhirnya Flora sudah bisa pulang karena demamnya sudah turun. Suhu tubuhnya kembali ke suhu normal, wanita itu pulang dengan di gandeng oleh Santi. Namun, bukannya sambutan hangat yang menyambut kedatangannya, justru tatapan sinis dan kata-kata pedas nan tajam itu sudah menunggu."Baru pulang, Nyonya?" Sindir Winda sambil bersedekap dada. Tatapannya terlihat sinis.Flora memutar matanya jengah, jujur saja dia merasa sangat muak dengan tingkah laku Winda. Dia ingin segera pisah rumah agar terhindar dari kata-kata pedas Winda yang benar-benar menyakitkan, untung saja Flora sudah kebal."lya nih." Jawab Flora sambil tersenyum."Sudahlah, gak usah di ladenin, Flora. Kamu baru saja pulang dari rumah sakit, masuk dan beristirahatlah." Ucap Abian, Flora mengangguk dan masuk dengan langkah perlahan. Tubuhnya masih terasa lemas sekarang."Enak banget jadi Flora ya, demam doang langsung di bawa ke rumah sakit. Padahal kalo cuma de
Pagi harinya, Flora terbangun dengan tubuh yang terasa pegal-pegal seluruhnya. Tubuhnya seakan remuk redam, padahal dirinya yang memancing Abian, tapi dirinya juga yang kewalahan. Memang hanya satu ronde pria itu mengerjainya, tapi durasinya sangat lama."Aduh, pegel.." Gumam Flora. Dia beranjak dari tidurnya, lalu menatap ranjang yang terlihat berantakan karena ulah Abian semalam. Dia menundukkan kepalanya, lalu melihat ada kissmark yang di tinggalkan Abian di dadanya."Nakal.." Flora bergumam sambil tersenyum. Wanita itu membuka jendela dan di sambut dengan semilir angin sejuk khas pagi hari. Dia memejamkan matanya, sambil berdiri di dekat jendela itu.Hingga, kedua mata itu membeliak saat merasakan ada tangan yang melingkar di perutnya. Wanita itu terlihat khawatir, dia takut kalau Abian nekat masuk ke kamar padahal sudah pagi."Lagi ngapain?" Tanyanya, membuat Flora menghela nafasnya lega. Dia hafal benar seperti apa suara Abian dan ini bukanl
"Kita harus bicara nanti." Ucap Abian tanpa suara dan segera di angguki oleh Flora. Dia rasa, dia juga harus bicara dengan Abian tentang kelangsungan rencana yang tengah mereka lakukan saat ini.Setelah selesai makan, Flora pun memilih untuk membantu Santi beberes. Wanita itu mencuci piring dan Santi tengah merapikan meja juga mengelapnya hingga bersih."Mbak, pingin bikin stuff roti deh. Ada roti gak di kulkas?" Tanya Flora pada Santi."Ada, Flo. Susu sama keju juga masih ada.""Bikin yuk?" Ajak Flora pada Santi."Boleh, ayo kita buat." Jawab Santi. Keduanya pun segera membuat Fla untuk di siramkan ke roti tawar yang sudah di potong-potong dan di masukkan ke dalam wadah.Flora menuang susu cair, susu kental manis juga gula pasir dengan takaran yang sudah dia ketahui pastinya lalu mengaduknya dengan perlahan. Setelah mendidih, barulah dia menuangkan semua itu ke dalam wadah yang sudah ada roti di dalamnya."Kita masukkan
Flora memejamkan matanya ketika bibir nakal Abian mulai menjamah bagian lain, sasarannya adalah leher. Pria itu mencium dan menyesapnya hingga meninggalkan bekas kemerahan, satu area yang tidak pernah tersentuh bahkan oleh suaminya sendiri pun, kini di jamah dengan begitu liarnya oleh pria yang menjadi selingkuhannya itu.Apa terlalu kejam untuk menyebutkan kalau Abian adalah selingkuhan? Rasanya tidak, tidak sama sekali karena pada dasarnya, keduanya memang berselingkuh atas dasar apa yang di lakukan Arifin lebih dulu. Flora membalas akan apa yang sudah pria itu lakukan padanya. Flora rasa itu cukup setimpal, penghianatan di balas penghianatan.Setelah beberapa menit berlalu, Abian menyudahi permainannya, dia menatap intens wajah Flora yang memerah. Sebagai wanita dewasa, tentunya ketika di sentuh sedemikian intimnya, Flora pasti berhasrat, tapi sayang sekali fisiknya belum terlalu mampu untuk mengimbangi permainan panas Abian di atas ranjang.Jemari besa
Keesokan harinya, Flora sudah bersiap dan dia pun pergi bersama Arifin dengan mobil baru milik pria itu. Flora duduk nyaman di kursi samping kemudi."Bau parfum cewek disini, siapa yang udah duluan naik mobil ini sebelum aku, Mas?" Tanya Flora, katanya mendelik ke arah Arifin yang terlihat fokus mengemudi."Parfum cewek apa sih? Mobilnya aja baru Mas beli, belum ada seminggu." Kilah pria itu, padahal kemarin dia membawa selingkuhannya itu jalan-jalan dengan menaiki mobil ini. Dia mengajak selingkuhannya itu belanja di mall, gila saja bukan?"Ohh, yaudah." Jawab Flora, dia memilih untuk percaya saja meskipun dia tahu kalau suaminya pasti tengah berbohong. Arifin sendiri merasa tenang, karena seperti biasa, Flora pasti mudah mempercayai sesuatu. Hanya perlu berbohong sedikit saja, dia takkan banyak bertanya lagi.'Gampang banget di bohongin.' Batin pria itu sambil tersenyum kecil.Sedangkan Flora, dia juga sibuk dengan pemikirannya sendiri.