Abian pergi ke parkiran dan mengemudikan kendaraannya menjauhi perusahaan, tapi saat di dalam perjalanan dia mendapatkan pesan dari seseorang yang membuat hatinya berbunga-bunga.
'Mas, dimana? Apa sudah mau pulang? Aku tunggu di kamar kamu ya, kalau boleh bawain martabak dong. Lagi pengen makan martabak.' Isi pesan yang di kirimkan oleh Flora, membuat Abian tersenyum kecil.Dia pun berhenti di sebuah kedai makanan bercita rasa manis itu dan bersiap memesan, tapi dia lupa rasa apa yang di inginkan oleh wanitanya."On my way, sayang. Martabaknya mau rasa apa? Ini Mas udah di depan tukang martabaknya." Balas Abian. Dia menunggu dengan sabar hingga akhirnya kesabaran nya berbuah manis.'Rasa coklat keju. Mas.''Hati-hati di jalannya, Mas. Aku menunggumu juga martabaknya, hehe. Balas Flora yang membuat Abian kembali tersenyum kecil.Dia menjadi tak sabar bertemu dengan sang wanita."Astaga, kenapa Flora begitu menggemaskan? Aku ta"Gimana martabaknya, enak gak?" Tanya Abian sambil mengusap rambutnya dengan handuk kecil. Pria itu baru saja selesai keramas, aroma shampoo nya menguar lembut membuat Flora tersenyum kecil."Enak, Mas. Manisnya pas, mana masih anget lagi. Mau?" Tawar Flora sambil mengulurkan sepotong martabak ke arah sang pria. Abian duduk di samping sang wanita dan menerima suapan dari tangan wanitanya."Enak sih, tapi kayaknya ada yang lebih enak deh..""Apa, Mas?" Tanya Flora sambil menyandarkan kepalanya di pundak Abian."Martabak kamu, sayang.""Aku mana punya martabak, Mas. Ada nya kan cuma ini yang kamu beliin.""Terus yang itu apa kalau bukan martabak?" Tanya Abian sambil tersenyum nakal. Abian menatap ke arah bawah, tepat di area sensitif milik Flora yang rasanya jauh lebih enak dari martabak yang tengah mereka makan sekarang.Flora mengikuti arah pandang sang pria, membuat wanita itu seketika mencebikkan bibirnya. Dia refleks
"Permisi, Pak. Selamat pagi.." Sapa seorang perempuan berwajah cantik dengan pakaian kerja rapi nya."Iya, selamat pagi." Jawab Arifin, pria itu tengah bekerja di depan laptopnya saat ini."Ada apa?""Anda di panggil oleh Tuan Robi ke ruangannya." Jawabnya sambil tersenyum."Oh, baiklah. Saya kesana sekarang, kamu asisten saya kan?" Tanya Arifin membuat perempuan itu mengangguk, masih dengan senyum manisnya."Kemarilah." Pinta Arifin, membuat sang perempuan melangkah ragu, mendekat ke arah meja Arifin."Jangan canggung seperti itu, siapa namamu? Aku lupa.""Vania, Pak.""Duduklah disini." Arifin menepuk-nepuk pahanya, membuat perempuan bernama Vania itu terhenyak. Ini adalah hari pertamanya bekerja tapi dia sudah mendapatkan godaan tak senonoh dari atasannya."T-tidak, Pak. Saya ada pekerjaan yang harus di selesaikan, anda juga harus segera ke ruangan Tuan Robi karena beliau sedang terburu-buru." Ucap V
'Hmmm, jadi bantulah aku. Kau jangan khawatir karena semua kerugian yang di lakukan Arifin, semuanya akan aku ganti.'"Baiklah, senang bisa membantumu berjuang, Abi." Ucap Robi.Terimakasih, Robi.'Setelahnya panggilan pun selesai, di ruangan itu Abian tersenyum menyeringai. Sedikit lagi semua rencananya akan berhasil, selama Arifin pergi dari rumah untuk urusan pekerjaan, maka dia akan merombak habis-habisan penampilan Flora."Baiklah, ayo kita mulai Arifin!" Ucap Abian sambil tersenyum smirk. Pria itupun kembali menghubungi beberapa orang suruhannya untuk memantau keadaan keluarga Wicaksana, itu adalah keluarga Arina, selingkuhan Arifin.Kedua mata Abian memicing ketika melihat kediaman itu terlihat sangat sepi. Bahkan tidak ada satupun petugas keamanan yang berjaga disana, sangat aneh bukan? Di rumah sebesar itu tapi tidak ada yang menjaganya."Apa rumor itu benar-benar nyata? Keluarga Wicaksana bangkrut?" Gumam Abian, dia sen
"Kalo pesan es jeruk sama Mas Abi, kira-kira dia mau gak ya?"Flora merogoh ponselnya, wanita itu menatap ragu ke arah ponsel yang tengah dia pegang. Dia takut kalau keinginannya itu membebankan Abian, meskipun sebenarnya pria itu takkan keberatan sama sekali.Akhirnya, Flora pun mengetikan pesan lalu mengirimnya. Hanya satu kata saja, 'Mas.'Tapi rupanya, pesan itu cukup ampuh juga. Terbukti, hanya beberapa detik kemudian pria itu menghubunginya. Dengan hari ceria, Flora pun segera mengangkat panggilan dari sang pria."Hallo, Mas.."'Ada apa, sayang? Kamu pengen sesuatu? Tanya Abian yang seolah tahu kalau dirinya tengah menginginkan sesuatu tapi mungkin malu untuk memintanya secara langsung."Mas kok tahu sih kalo aku lagi pengen makan sesuatu?" Tanya Flora.'Enggak sih, Mas nebak aja. Jadi kenapa, sayang?' Balik tanya Abian."Pengen es jeruk, Mas. Boleh beliin gak?"'Boleh, sayang. Sebentar lagi Mas p
"Haruskah aku melempar makanan itu agar dendamku terbalaskan?" Gumam Flora, dia berjalan mendekat dan membuka bungkusan plastik itu. Ternyata, isinya sup dengkul sapi."Maaf, Mbak Winda. Tapi malam ini kamu hanya akan makan terong balado!" Ucap Flora tersenyum jahat, dia pun melempar bungkusan plastik itu hingga pecah berhamburan."Aassshhh.." wanita itu menjerit dan kebetulan, Winda langsung datang ke dapur dan melihat kalau sup pesanannya sudah pecah berhamburan di lantai."Flora! Itu sup punya Mbak kenapa kamu pecahin sih." Teriak Winda dengan marah, membuat Arifin yang baru saja bersiap mandi langsung keluar dari kamar begitu mendengar suara lengkingan Mbaknya."Salahin tuh kucing, mana aku tahu kalau kucingnya suka sup!" Jawab Flora membuat Winda marah dan berjalan mendekat, dia berusaha menjambak rambut Flora. Tapi wanita itu berhasil mengelak dan tak berselang lama tubuh wanita itu tertarik ke belakang saat tangan besar itu menarik pakaiann
Di dalam kamar, Arifin menatap wajah cantik istrinya. Entah kenapa, wajah Flora kenapa terlihat semakin cantik saat ini? Wajahnya bersih dengan semburat-semburat kemerahan yang membuat wajahnya semakin cantik."Ada apa, Mas? Kenapa menatapku seperti itu?""Wajahmu berubah, Flora. Tapi Mas suka, kamu terlihat cantik."'Ckk, sebel banget. Muji cantik, tapi dia gak mau modalin? Udah di modalin laki-laki lain, baru muji cantik. Situ sehat? Batin Flora dengan kesal."Dari dulu aku memang cantik, hanya saja KURANG MODAL" Jawab Flora dengan menekankan kata kurang modal pada suaminya, membuat Arifin terdiam."Kalau memang kamu cantik, ya gak perlu di modalin kali." Celetuk Arifin yang membuat Flora tertawa."Hah, gak salah Mas? Hahaha..""Dengerin ya, Mas. Kalau mau punya istri cantik, ya jelas harus di modalin. Kamu pikir beli skincare itu pake daun atau dapet minta? Enggak, Mas. Semua pake duit!" Ucap Flora membuat Arifin kemb
Malam harinya, Flora masuk ke dalam kamarnya. Wanita itu melihat Arifin sedang sibuk menata pakaiannya ke dalam tas besar. Dia akan pergi cukup lama, itu akan membuatnya harus membawa barang yang cukup banyak."Gak kurang banyak itu bawa baju? Kenapa gak sekalian aja bawa lemarinya juga?" Tanya Flora sambil melihat kuku-kukunya yang dia poles menggunakan cat kuku berwarna merah terang."Aku disana dua minggu, Flora.""Kerja doang kan, bukan pindah? Kenapa bawa baju sebegitu banyaknya? Kan bisa beli disana sebagian.""Hemat uangnya." Jawab Arifin membuat Flora mencebikkan bibirnya."Iyalah harus hemat, soalnya selingkuhan kamu itu gaya hidupnya mahal.' Batin Flora. Dia tahu kalau selingkuhan suaminya itu merengek meminta di belikan tas keluaran terbaru yang harganya menembus belasan juta.Dia tidak iri, lagi pula dia tidak terlalu suka membeli barang-barang mewah seperti itu. Karena apa? Fungsinya sama, hanya untuk membawa barang-
"Habis darimana, cantik?""Nganter Mas Arif didepan""Ohh, di dapur ada makanan gak?" Tanya Abian."Ada dong, tadi kan Mbak yang masak. Flora bangun kesiangan!" Sinis Winda yang membuat Flora mendelik. Wanita menyebalkan itu memulai lagi aksinya untuk memojokkan dirinya."Masak apa memangnya, Mbak?""Oseng telur buncis sama cumi saus asam manis." Jawab Winda dengan bangga, membuat Abian mengangguk-anggukan kepalanya. Pria itu pun memberikan kode pada Flora agar pergi sebelum Winda kembali memercikan api perdebatan nantinya."Baiklah, mari kita coba." Gumam Abian, dia harus menyiapkan lidah dan perutnya sekarang untuk mencoba masakan buatan Winda. Semua orang yang ada di rumah pun tahu kalau masakan Winda sudah pasti tidak enak karena dia tidak bisa memasak.Itulah akibatnya jika saat masih kecil hingga remaja dan dewasa, orang tuanya terlalu memanjakan Winda maupun Santi, jadi keduanya sama-sama tidak bisa memasak. Kalau