Waktu terus berlalu dengan begitu cepat, tidak terasa kalau hari ini kandungan Flora sudah menginjak usia sembilan bulan. Dengan penjagaan super super ketat dari sang suami, Flora akhirnya bisa melewati setiap fase kehamilannya dengan lancar tanpa hambatan, meskipun beberapa kali drama terjadi.
Hari ini, Abian sedang mengantar istrinya untuk periksa. Mungkin lebih tepatnya periksa terakhir karena usia kandungannya sudah mencukupi untuk melahirkan."Sayang, gimana perasaanmu sekarang?" Tanya Abian sambil tersenyum menatap sang istri yang terlihat duduk dengan nyaman di samping sang suami yang tengah mengemudikan kendaraannya."Jujur, aku sangat gugup, Mas." Jawab wanita itu sambil tersenyum kecil, jujur saja dia merasa sangat gugup sekarang. Tapi rasa ingin bertemunya dengan kedua buah hatinya."Mas juga, tapi rasanya Mas sangat excited menunggu kelahiran keduanya. Mas gak sabar.""Aku juga, semoga saja mereka cepat lahir dengan selamat daKini, hari yang telah di tunggu-tunggu oleh Flora dan Abian telah datang. Pagi ini, Flora merasakan perutnya mulas. Dia sudah bolak balik ke kamar mandi tapi rasa sakit di perutnya tidak kunjung hilang juga, malah sakitnya semakin terasa. Akhirnya, dengan perasaan tak enak Flora pun membangunkan suaminya. Sejujurnya, dia tidak ingin membangunkan sang suami.Dia tahu kalau suaminya pasti lelah setelah seharian bekerja di perusahaan, dia membutuhkan waktu beristirahat yang cukup untuk menghadapi banyaknya pekerjaan yang telah menunggu di perusahaan. Tapi rasa sakit di perutnya benar-benar sudah tidak tertahankan hingga dia tidak bisa menahan keseimbangan tubuhnya. Flora ambruk di lantai sambil memegangi perutnya."Mas, tolong.." Lirihnya sambil terus memegangi perutnya."Mas.." panggilnya lagi, membuat tidur Abian terusik. Pria itu membuka kedua matanya secara perlahan lalu melirik kesana kemari mencari keberadaan sang istri. Dia beranjak dari tidurnya sambi
"Keluarga Pasien?" Tanya seorang perawat yang keluar dari ruangan dengan pakaian sterilnya."Saya suaminya, sus.""Pembukaan pasien sudah lengkap, sudah bisa melahirkan sekarang. Harap ada yang bisa menemaninya di ruang persalinan sekarang.""Saya, Sus.""Baik, mari ikut saya." Jawabnya, Abian menoleh ke arah sang ibu dan dia menganggukan kepalanya, Abian menghela nafasnya lalu berjalan masuk ke dalam ruangan mengikuti perawat itu.Abian berjalan masuk, seketika suasana ruangan itu terasa mencekam, ada banyak alat-alat yang terlihat asing bagi penglihatan Abian yang memang bukanlah dokter. Wajahnya berubah pucat, membuat dokter yang biasa dia temui setiap bulan itu tersenyum kecil."Jangan gugup, tenang saja. Mendampingi istri saat melahirkan adalah salah satu kewajiban suami karena ingin di temani saat melahirkan adalah keinginan semua wanita. Sayangnya, tidak semua suami bisa mendampingi istrinya.""Iya, Dok."
Setelah bayinya tertidur pulas di box baginya, Abian berjalan mendekat ke arah sang istri dan duduk di brankar dekat sang istri berbaring."Maaf kalau Mas punya banyak salah selama ini sama kamu, mungkin yang sengaja atau tidak di sengaja.""Kenapa harus minta maaf, Mas?""Entahlah, Mas pikir kalau Mas harus melakukannya. Mas merasa punya banyak salah sama kamu, sayang.""Aku sudah memaafkan semuanya, Mas. Jangan merasa bersalah apapun, Mas tidak memiliki kesalahan apapun padaku, apalagi sampai di sengaja.""Melihat perjuangan kamu tadi, membuat Mas semakin sadar kalau kamu adalah wanita yang kuat. Setelah ini, Mas mohon jangan hamil lagi ya?" Ucap Abian yang membuat Flora terkekeh pelan, dia tidak bisa tertawa dengan bebas karena bagian bawahnya masih terasa sangat ngilu."Kenapa, Mas?""Melahirkan itu sakit, sayang. Mas gak tega lihat kamu kesakitan, jadi udahan ya? Dua anak lebih baik.""Kalau ada rezekinya,
Hanya satu Minggu saja, kini Flora telah bisa pulang karena keadaannya yang sudah membaik. Tubuhnya memang mudah beradaptasi, meskipun masih merasakan sedikit ngilu di bagian tertentu, tapi tubuhnya telah pulih sepenuhnya."Bobo sana.." Ucap Abian sambil mengusap puncak kepala sang istri dengan lembut."Mau sama Mas, yuk?" Ajak wanita itu sambil tersenyum."Gak usah senyum kayak gitu, kamu masih nifas. Jadi jangan godain Mas yaa..""Siapa juga yang godain kamu, Mas. Gak ada tuh..""Hmm, yaudah bobok sana. Nanti Mas nyusul, ini anak bayi kelihatan nyenyak sekali." Jawab pria itu sambil membiarkan istrinya tidur terlebih dulu. Dia paham benar kalau istrinya kelelahan setelah seharian menjaga kedua buah hati mereka yang sekarang sering mengajak begadang. Bahkan seringkali Flora tidak tidur malam hari, kekurangan tidur sudah biasa bagi ibu muda tapi tetap saja Abian merasa kasihan pada istrinya. Jadi sebisa mungkin dia membantu sang istri mes
Abian menjelma menjadi seorang ayah yang siaga, pria itu selalu sigap untuk bangun tengah malam bahkan dia tidak pernah mengeluh. Setelah seharian bekerja di kantor, malam nya dia juga mengurus kedua buah hatinya dengan telaten.Bahkan, Flora saja jarang bersama kedua buah hatinya. Ibu mertuanya sering mengambil alih kebersamaan mereka, alasannya hanya karena tidak ingin membuatnya kecapean, memang fisik Flora jadi lebih lemah saat ini. Kelelahan sedikit saja langsung drop, demam adalah penyakit yang sering di alami Flora.Kata dokter, itu biasa terjadi karena hormon tubuh ibu menyusui bisa bertambah dan berkurang secara signifikan. Beberapa kasus juga pernah terjadi dan itu di alami oleh Flora."Sayang.." Panggil sang suami. Pria itu menggendong putri perempuannya, dia mendekat ke arah sang istri yang tergolek lemah di atas ranjang."Mas.""Gimana, udah baikan?""Udah kok, aku kenapa sering sakit gini yaa?" Tanya Flora.
Setahun telah berlalu, kini Hanan dan Hanin telah berusia satu tahun, keduanya menjadi bayi yang sangat menggemaskan. Flora saja tidak tahan melihat kegemasan kedua buah hatinya. Mereka tengah belajar berjalan saat ini, sungguh waktu benar-benar berlalu tanpa terasa. Perasaan baru kemarin dia melahirkan dua buah hati yang sangat menggemaskan, sekarang mereka sudah satu tahun dan tak lama lagi akan bisa berjalan."Ma-ma.." Kata pertama yang di ucapkan Hanan membuat Flora histeris saking senangnya, dia segera mendekat tubuh gembul putranya itu lalu menangis sambil tertawa. Hanya satu kata tapi mampu membuatnya merasa sangat bahagia."Kenapa nangis, Flo?" Tanya Ranti. Selama ini, wanita paruh baya itu memilih untuk tinggal di rumah ini bersama Flora dan Abian, tentunya atas permintaan wanita itu karena sudah terbiasa dengan kehadirannya membuat Flora akan kesepian jika ibu mertuanya itu pergi.Rumah lama, kini di tinggali oleh Santi. Rencananya, rumah itu aka
"Mas, aku izin beli tanaman lagi. Boleh gak?" Tanya Flora. Dia sedang melihat-lihat tanaman yang belum dia miliki di halaman rumahnya."Boleh, hobi kamu bermanfaat juga kok. Biar gak jenuh juga di rumah sambil ngurusin si kecil." Jawab Abian sambil mengusap kepala istrinya dengan lembut."Mau bunga aster, Mas. Boleh kan?""Boleh, sayangku. Beli aja apapun yang bisa bikin kamu happy, Mas gak akan ngelarang, sayang.""Hehe, makasih, Mas.""Sama-sama, sayang. Mas kerja juga buat kalian, buat apa Mas banyak uang kalo istri sama anak-anak Mas gak seneng?""Yaudah, baguslah.""Weekend nanti kita jalan-jalan ke mall yuk? Ajakin si kembar.""Pasti mereka borong mainan." Ucap Flora seakan tahu apa yang akan di lakukan oleh baby twins nanti. Tapi sepertinya Abian juga sudah menebak kalau itu akan terjadi dan dia tidak mempermasalahkannya sama sekali."Gapapa, sayang. Kan Mas mau nyenengin mereka, biar gak rewel d
"Ibu, udah belanjanya?" Tanya Flora sambil keluar dan berjalan mendekat ke arah ibu mertuanya lalu mengambil alih Hanan dari tangan Ranti."Udah. sayang. Atau mau yang lain? Nanti ibu masakin." Ucap Ranti sambil memperlihatkan barang belanjaan yang ada di dalam kresek hitam."Ibu bell cumi asin?""Iya, tadinya mau bikin sambel cumi. Gimana?""Mantep itu, tapi di rumah habis daun bawang, ibu beli?""Lah. lupa. Sebentar yaa.." Ranti berbalik dan membeli satu ikat daun bawang, setelahnya keduanya pun berjalan beriringan dengan Flora yang menggendong Hanan di pelukannya. Dilihat sekilas mata saja sudah terlihat bahwa menantu dan mertua itu sangatlah akur, mereka tidak tahu saja kalau dulu Flora pernah di perlakukan secara tidak adil oleh mertuanya ini. Sejak dulu. Flora tidak pernah berganti mertua hanya berganti suami saja."Hanin mana?""Sama Mas Abi.""Hati-hati di gigit lagi. Abi itu orangnya memang gemesan gitu