Home / Romansa / Pemilik Hati Sang Naga / Menyelamatkan Jendral Tertinggi: Menang dan Kemegahan!

Share

Menyelamatkan Jendral Tertinggi: Menang dan Kemegahan!

Author: Zaid Zaza
last update Last Updated: 2023-11-04 13:21:13

Aku sengaja meninggalkan dua sisanya.

Meski Kewaspadaan mereka meningkat. ketakutan mereka juga. Aku harus memanfaatkan semuanya dengan sebaik mungkin.

Baik kewaspadaan ataupun ketakutan mereka.

Akupun bersembunyi lagi. Kuharap mereka akan terkena trikku untuk yang kedua kalinya.

Sesuai dugaanku. Terikan tadi pastilah menarik perhatian pembunuh lainnya.

Anehnya hanya ada satu pembunuh yang datang. Tapi itu bagus juga, setelah mengalahkan satu orang lagi, hanya akan tersisa satu orang saja.

"CK sialan!" Umpat pembunuh itu saat melihat dua pembunuh yang tergeletak di tanah.

Dari suaranya aku bisa melihat kekesalan. Rupanya dia belum takut.

Sama seperti sebelumnya, aku segera menarik talinya agar semak-semak itu bergerak. Dengan begitu pembunuh itu akan datang.

Saat datang, pembunuh itu segera mengarahkan pistolnya ke arah semak-semak. Saat aku memeperhatikannya, Aku melihat seringai di wajahnya.

Saat itulah aku sadar. Bukannya dia tidak takut. Dia hanya meyembunyikan ketakutannya saja.

Aku berlari cepat untuk menarik perhatiannya. Kewaspadaannya memang meningkat, begitu juga dengan rasa takutnya yang juga meningkat.

Walaupun dia seorang pembunuh, aku yakin ketakutannya sebagai manusia tidaklah hilang.

Dia benar-benar profesional. Bahkan setelah melihat semua itu, dia tidak menembak dengan sembarangan.

Saat Kewaspadaan dan ketakutannya semakin meningkat. Saat itulah aku melemparkan pakaianku ke arahnya.

Dor! Dor! Dor!

Dia menembak sebanyak tiga kali. Mustahil ada yang keempat kalinya. Karena di dunia profesional baik kau penjahat atau pahlawannya, peluru bukan hanya kematian musuhmu, tapi juga nyawamu.

Aku senang. Tiga tembakan itu pertanda bahwa ketakutannya saat memikirkan, bahwa sosok kuatlah yang mengalahkan dua pembunuh itu, lebih besar dari kewaspadaannya.

Saat dia melihat bahwa itu hanya baju belaka. Dia berteriak kesal, "Heyy! Keluarlah! Jangan bersembunyi seperti pengecut! Tikus sialan! Keluarlah! Apa kau tahu sedang berhadapan dengan siapa! Sampai aku menangkapmu, kau akan berakhir mengerikan!" Ucapnya dengan nada yang menjengkelkan.

Aku tahu dia mencoba memprovokasi ku, tapi kau salah orang. Hal seperti itu, tidak akan memprovokasiku.

Aku kembali menggerakkan semak-semak untuk mengalihkan perhatiannya. Begitu perhatiannya teralihkan, aku segera melompat ke arahnya, bersama dengan cahaya lampu hp yang mengarah tepat ke matanya.

Dengan mengacaukan penglihatannya. Sehebat apapun dia menembak, tembakannya pastilah meleset, atau dia tidak menembak karena terkejut dengan cahaya itu.

"Sialan!" Umpatnya lagi. Pembunuh itu tidak menembak.

Kumanfaatkan itu. Saat ini bagian paling berbahaya adalah pistolnya. Karena saat dia sadar untuk menggunakan telinganya dan memejamkan matanya. Aku akan habis saat dia menarik pelatuknya.

"Anak kecil? Hmmph! Hari ini kau pasti mati!" Ucapnya saat melihatku. Dia nampak sangat marah.

Karena aku hanya seorang anak kecil, kewaspadaanya menurun hebat, dia langsung mendatangiku seperti orang bodoh.

Kemarahannya telah menghilangkan akalnya. Artinya, sekarang orang ini bukan lagi seorang profesional.

Tentu saja ini kesempatan terbaikku untuk menjatuhkannya.

"Jangan terlalu percaya diri, paman!" Ucapku lagi seraya lari ke arahnya.

"Anak nakal! Kau tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa!"

"Hmmph!" Ketika jarak kami sudah sangat dekat. Kunyalakan lagi cahaya lampu hp yang ada di tanganku. Ketika dia menutup matanya, aku segera mengambil kayu yang ku sembunyikan di semak-semak dan memukulnya.

Sial sekali aku, dia dapat menghindari itu lalu menangkapku.

Dia berhasil menangkap tangan kananku. "Tertangkap!" Ucapnya dengan senyum menjengkelkan.

Senyuman jeleknya itu membuatku jengkel saja. Padahal dia belum menang tapi dia bersikap seperti itu.

Aku segera menancapkan pisau di tangannya, membuatnya berteriak kesakitan. Rasakan! Pikirku.

"Dasar kau anak sialan! Kurang ajar! Aku akan membunuhmu!" Teriaknya dengan amarah memuncak.

Segera aku bergantung ke punggung pembunuh itu, lalu ku lilitkan tali di lehernya. Aku pegang dengan kuat hingga pembunuh itu kehabisan nafas.

Dor!

Tiba-tiba peluru berbunyi, menghabisi pembunuh lainnya. Pembunuh itu diam-diam ada di belakangku dan akan menembakku, untung saja jendral Satya menembaknya lebih dulu, aku pun selamat.

Hampir saja pikirku! Jika jendral Satya tak menembak, aku pasti mati.

Lagi-lagi aku ceroboh.

Di balik semak-semak jendral Satya tersenyum padaku sambil memberikan jempolnya.

Tak lama setelah itu, lilitan tali tadi sudah membuat pembunuh itu kehabisan nafas.

Aku menghela nafas lega, begitu pembunuh itu jatuh. Dia sangat kuat.

Setelah itu, Akupun bergegas mendatangi jendral Satya.

Dia memegang kedua bahuku dengan penuh kebanggaan. Rasanya hatiku sangat senang, tapi aku menyembunyikan itu. Sulit begitu menunjukkan apa yang kurasakan dengan begitu mudahnya. Baik itu perasaan sedih, gembira, haru, maupun cinta, aku berusaha untuk tidak menunjukkannya sebisaku. Hanya dengan begitulah aku bisa bertahan.

Karena aku tak perlu menunjukkan kesedihanku saat kedua orang tuaku meninggalkanku.

Aku tak perlu menunjukkan ketakutanku saat kumpulan preman-preman jahat itu akan memukuliku.

Aku juga tak perlu menunjukkan kebahagiaanku saat ada yang bersikap baik padaku. Dengan begitu aku tidak akan tertipu saat mereka hanya berpura-pura saja. Aku tak ingin dimanfaatkan.

"Tak kusangka, negara punya pemuda hebat dan berani sepertimu! Mengagumkan! Mengagumkan! Tapi Nak! Kita harus segera pergi dari sini!"

"Mhm, iya!" Jawabku seraya memapah tubuh jendral.

"Tak kusangka nak! Kau juga kuat! Oh ya Nak, siapa namamu?"

"Aku Aditya!"

"Aditya! Hahaha! Nama yang bagus! Cocok untukmu!"

"Jendral hati-hati," ucapku dengan sedikit khawatir. Tak kusangka, bahwa orang kekar yang berwajah garang ini sebenarnya seorang yang hangat dan humoris. Lukanya sangat parah, tapi dia sangat bersemangat. Aku benar-benar tak habis pikir.

Akan tetapi .... Menyelamatkannya memang keputusan paling berbahaya dan paling hebat dalam hidupku ini.

Aku juga sudah menghubungi polisi yang di sarankan jendral padaku. Syukurlah semua ini berakhir.

Beberapa hari setelah hari itupun berlalu.

Apa kabar jendral sekarang. Apa dia sudah pulih? Apa dia sudah menyerahkan chipnya pada jendral yudha. Wajar kan kalau aku mengkhawatirkannya.

Tiba-tiba, Seseorang mendatangi rumah nenekku. Seseorang yang tidak kukenal.

"Aditya, temanmu mencarimu," panggil nenekku. Dia membawa orang itu masuk ke dalam rumah.

"Iya nek," jawabku seraya keluar untuk melihatnya. Dari penampilannya, dia seumuran denganku, hanya saja wajahnya tampan, penampilannya juga rapi.

Cih! Apa wajah tampan tidak selangka pikiranku. Mereka ada di mana-mana, membuatku kesal saja.

"Nak, duduk di sini yah, nenek akan bawakan cemilan," ucap nenekku dengan ramah. Beginilah nenekku, dia adalah orang yang ramah dan baik. Jika tidak ada orang seperti nenek, entah sehancur apa hidupku sekarang.

Aku sangat menyayangi nenek.

"Mau apa!" Jawabku acuh, sambil menyandarkan tubuhku di dinding.

"Aditya!" Panggil nenekku untuk memperingatiku agar bersikap baik.

Segera akupun duduk di kursi tamu, berhadapan dengan tamu menyebalkan itu.

"Apa anda adalah Aditya?" Tanyanya.

"Ya! Kenapa!" Jawabku malas.

Nenek tiba-tiba datang dan menarik telingaku. "Anak ini! Temanmu datang ke sini, bersikaplah yang baik," tegur nenek.

"I-iya nek," jawabku meringis sakit.

"Nak, biarpun Aditya bicara begitu, dia adalah anak yang baik, kalian bertemanlah dengan baik ya!" Ucap nenek dengan lembut, nenek menaruh kue dan susu coklat di meja.

Aku tahu nenek senang, karena sekarang ada seorang teman yang mendatangiku. Karena selama hidupku ini, selain Meera, tak ada satu orangpun yang sudi menjadi temanku.

Sebenarnya aku sama sekali tak masalah dengan itu. Aku juga tidak perlu sedih. Hanya saja nenek mengkhawatirkanku.

"Iya nek! Saya juga senang berteman dengan Aditya," jawabnya dengan senyuman.

'Bajingan ini!' Pikirku kesal. Ingin sekali aku memukul wajah menyebalkan itu. Aku bahkan tak mengenalnya.

Setelah nenek pergi, barulah aku bicara dengannya.

"Katakan, siapa kau! Mau apa kau di sini!" Tanyaku dengan waspada.

Tiba-tiba wajahnya menjadi cerah. "Jadi anda benar-benar Aditya, saya sangat mengagumi anda!"

Ada apa dengan anak ini? Pikirku heran. Sikapnya aneh.

"Perkenalkan! Saya adalah, Leon, saya di sini untuk menyampaikan pesan dari jendral Satya--"

"Jendral Satya? Bagaimana keadaannya sekarang!" Aku menyela dengan spontan.

"Anda bisa tenang, Jendral Satya sudah baik-baik saja! Beliau ingin menemui anda, saya di sini untuk menyampaikan pesan itu secara khusus, dia meminta maaf karena tidak menyampaikannya secara langsung!" ucapnya seraya beridiri lalu membungkuk.

"Eh apa yang--"

"Terimakasih!" Ucapnya lalu melanjutkan, "saya berharap anda datang!"

"Hyyh! Baiklah, aku akan datang!"

"Mari!"

"Sebelum pergi, makanlah dulu, nenek sudah menyiapkannya," ucapku.

"Baik!" Jawab Leon dengan tegap.

Ada apa dengan sikap anak ini, pikirku heran.

Setelah makan, kami pun pergi keluar.

"Nenek, aku pergi dengan temanku!"

"Iya! Jangan pulang terlalu larut!" Sahut nenekku.

Saat keluar rumah. Aku sangat terkejut, di halamanku sebuah mobil hitam yang keren terparkir di sana. Di samping mobil hitam itu, seorang supir dengan pakaian rapi berdiri dengan tegap.

'Kerren!' Pikirku dengan takjub. "Leon ini ... Jangan bilang kita akan memakai ini?"

"Silahkan masuk," ucap Leon dengan penuh hormat. Dia lalu tersenyum bengis ke arahku.

"Hah! Woah! Ayo!" Sial ini benar-benar keren. Aku masuk seperti orang yang tak tahu malu. Tapi perasaan ini memanglah sangat menakjubkan.

Related chapters

  • Pemilik Hati Sang Naga   #6. Rencana Bertanding

    Mobil hitam yang mengkilap itu berjalan dengan cepat dan halus, bahkan ruangan di dalamnya juga begitu berkelas, sangat mewah. Banyak tombol-tombol yang tidak begitu aku pahami.Ada AC yang membuat aku merasa agak dingin di dalamnya. Bukannya aku tidak pernah melihat dunia, hanya saja aku baru merasakannya. Menjadi kaya memanglah menyenangkan."Aditya, jika kau menyukai mobil ini, aku akan memberikannya padamu.""Apa!" Aku terkejut, memberikan mobil ini? Padaku? Apa maksudnya?Otaknya, masih baik-baik saja kan? Aku menatapnya, heran.Pak supir yang sedang menyetir mobil bahkan memperhatikan kami.Mendengar Leon akan memberikan mobilnya, aku melihat pak supir nampak khawatir, keringat nampak mengalir di pelipisnya."Ekhem," pak supir itu berdeham kecil memperingatinya.Tapi Leon tak mendengarkan peringatan itu, dia malah menanyaiku lagi, "Bagaimana?" Ucap Leon, wajahnya nampak sangat bersemangat.Ada apa dengannya, dia tidak gila kan, apa otaknya sedikit bergeser, ah masa? Apa mungkin

    Last Updated : 2023-12-29
  • Pemilik Hati Sang Naga   #7. Dua Jendral Hebat Lainnya!

    Leon menyunggingkan senyum dan berkata, "Bagaimana? Hebat kan? Setelah melihat ini, kau tidak akan mengingkari janji tarung denganku kan?""Cih! Aku akan bertarung, jangan terlalu percaya diri."Ak benar-benar tidak menyangka, dia sudah menjadi seorang tentara bintang dua.Dia tersenyum percaya diri ke arahku lalu masuk ke dalam.Ketika aku melangkah masuk, para tentara itu langsung merentangkan tangannya menahanku untuk masuk."Dia bersamaku," ucap Leon.Setelah Leon mengatakan itu, dua penjaga itupun berhenti menghalangiku dan membiarkan aku masuk ke dalam ruangan itu.Akhirnya aku melihat jendral Satya lagi, Di atas kasur rumah sakit itu, jendral Satya duduk dengan satu tangan dan kaki yang memakai gips. Dia masih sakit.Benar juga, ini baru beberapa hari, keadaan seperti ini saja sudah cukup bagus.Aku bersyukur bisa melihat jendral Satya lagi."Jendral ...." Ucapku dengan suara pelan. Di sana bukan hanya ada jendral Satya saja, tapi juga beberapa orang, 'Siapa mereka?' Aku berp

    Last Updated : 2023-12-29
  • Pemilik Hati Sang Naga   #8. Harga Diri Harus Dipertahankan!

    Rasanya aku ingin pergi saja saat itu. Aku merasa sedikit tertekan oleh aura mereka yang kuat, berbeda dengan jendral Satya yang cukup bersahabat dan ramah.Mau apa Marsekal Zidan ke arahku. Aku meneguk salivaku berat.Glek!Orang itu tiba-tiba mengait leherku dan tertawa, "Hehe! Apa ini anak yang kau maksud Satya!" Ucapnya seraya menyeretku untuk mendekati jendral Satya."???"Tunggu dulu! Apa-apaan ini? Dia mengait leherku? Menyeretku?Walaupun dia cukup kuat dan terlihat menakutkan, aku memberanikan diri untuk berhenti.Entah apa yang akan terjadi nantinya, tapi aku tak suka seseorang melakukan itu padaku."Kenapa berhenti? Ayo?" ucapnya dengan seringai bengis.Walaupun takut, aku memberanikan diri untuk melihatnya dan mengatakan,"Tolong lepaskan," ucapku.Saat aku melakukan itu, matanya malah menampilkan semangat, "oho! Ternyata anak ini seorang predator juga!" Ucapnya.Marsekal Zidan terlihat lebih bersemangat dari sebelumnya, "kalau aku tidak mau bagaimana!" ucapnya.Dia menantan

    Last Updated : 2024-01-01
  • Pemilik Hati Sang Naga   #9. Tawaran Masuk Militer

    Aku terkejut saat dia menatapku lagi dengan mata misteriusnya itu, seolah dia menelisik ke dalam pikiranku, dan menemukanku.Jendral Haris lalu bicara padaku dengan suaranya yang tenang, "jika tadi kau ingin menekan titik mati tangannya, kau tidak akan bisa melakukan itu, kulit dan daginya itu tebal! Seperti mukanya yang tak tahu malu itu, mungkin jarimu yang akan patah nanti," Jelasnya seraya berjalan ke arah marsekal Zidan yang saat itu juga bicara."Apa katakamu! Tak tahu malu! Dasar tidak punya hati kau! Tapi Haris, anak ini memang cukup kejam, sama sepertimu, mons--" sebelum marsekal Zidan menghabiskan ucapannya, Jendral Haris menekan titik tubuhnya yang membuat marsekal Zidan tak bisa bergerak sedikitpun.Dia berhasil? Batiku mengaguminya. Tubuh Marsekal Satya itu sangat sulit ditembus dengan teknik itu."Asalkan tanganmu cukup kuat, kau akan bisa melumpuhkannya," jelasnya lagi dengan tenang. Sementara itu Marsekal Zidan nampak berusaha keras untuk bergerak, tapi dia tak bisa m

    Last Updated : 2024-01-01
  • Pemilik Hati Sang Naga   #10. Meminta Maaf

    Kebingunganku itu dapat dilihat dengan jelas oleh Jendral Satya, dia lalu mendatangiku dan mengatakan, "bisakah kalian bersikap biasa saja, nak pikirkanlah dulu, ini kartu namaku, jika kau setuju hubungi aku atau datang ke kamp militer angkatan darat A11," jelasnya lalu pergi keluar."Haris, kau mau kemana?" Tanya marsekal Zidan segera."Aku mau mencari udara segar, lagipula dia baik-baik saja," ucapnya. Dia yang dimaksud Jendral Haris adalah Jendral Satya."Tunggu aku!""Satya, kalau begitu aku akan pulang, hey nak! Kalau kau tertarik, kau juga bisa datang ke tempatku, aku ada di kamp militer udara B40, nah lalu ini nomorku, hubungi saja aku kalau kau perlu sesuatu yahhh!" Ucapnya seraya pergi menyusul Jendral Haris.Begitu menyusul Jendral Haris, marsekal Zidan segera mengait lehernya, sama seperti yang dia lakukan padaku tadi. Sikapnya ternyata memang seperti itu pada siapapun yah, pikirku berusaha untuk memakluminya."Heyy Hariss, hari ini kau mau menyatakan cinta pada ABG itu ya

    Last Updated : 2024-01-01
  • Pemilik Hati Sang Naga   #11. Tentang Jendral Haris

    Akupun berdiri lalu menyatukan kedua tanganku lagi, "jendral aku benar-benar berterimakasih padamu," ucapku lagi."Ternyata kau juga salah salah satu dari anak-anak itu, bersyutmelihatmu baik-baik saja sekarang, syukurlah," ucap Jendral Satya dengan senyuman lega."Ini ambilah untukmu," Jendral Satya memberikan sebuah kunci mobil dan kartu ATM padaku."Sandinya 111111," lanjutnya.Apa ini? Batinku."Jendral, aku tidak bisa menerima ini, tolong anda ambillah kembali.""Aditya ambillah, ini adalah hadiahku untuk prajurit pemberani sepertimu, kau pantas untuk mendapatkannya.""Tapi Jendral!""Aku juga berharap kau akan setuju untuk masuk militer dan dibimbing oleh Jendral Haris, dia juga tidak hidup dengan mudah," Jendral Satya lalu menggeleng, aku tak mengerti mengapa ekspresinya seperti itu."Ini ambillah! Jangan menolaknya!" Ucap Jendral Satya sembari mendorong kunci mobil dan kartu ATM itu padaku."Tapi menyetir mobil aku tidak bisa, aku juga belum cukup umur untuk melakukannya," uc

    Last Updated : 2024-01-01
  • Pemilik Hati Sang Naga   #12. Tak Sengaja Melihat Meera

    Aku berniat untuk nekad keluar, akan tetapi sebelum aku melakukan itu, Leon meminta supir itu untuk berhenti."Pak supir berhentilah," ucap Leon. Begitu dia yang memintanya, dengan sigap supir itu pun berhenti."Baik tuan muda," jawab supir dengan sopan."Tuan muda?" Pikirku sembari melirik ke arah Leon sejenak. Orang ini sebenarnya adalah seorang tuan muda. Dilihat dari penampilannya, bahkan lebih baik daripada Reihan.Dengan melihat penampilannya saja aku bisa menebak kalau dia adalah tuan muda dari keluarga yang sangat kaya dan berkuasa.Akan tetapi aku tak memikirkannya lebih lanjut. Saat supir itu berhenti, aku segera keluar dari sana, diikuti dengan Leon di belakangku."Kenapa kau mengikutiku?" Tanyaku heran."Apa tidak boleh?" Sahut Leon."Terserah," jawabku dengan sedikit malas. Aku memilih untuk tidak terlalu memedulikan itu, sekarang aku hanya ingin menemui Meera saja.Tiba-tiba terlintas sejenak di dalam pikiranku. Kalau aku menemuinya sekarang, apa yang akan kukatakan, ak

    Last Updated : 2024-01-01
  • Pemilik Hati Sang Naga   #13. Ragu untuk menemui

    Setelah Leon sedikit lebih tenang, Akupun kembali memperhatikan Meera."Lagipula Iri? Tuan muda yang hidup nyaman sepertimu iri padaku? Kau lihat aku baik-baik, hyyh! Sudahlah, dan lagi, siapa bilang aku menyukainya, aku ini masih anak-anak, dan tugasku adalah belajar," gerutuku lalu menoleh ke arah Leon, "kau mengerti?"Aku kembali memperhatikan Meera. Saat itu dia sedang bersiap untuk pulang.Ketika aku hendak beranjak dari tempatku berada, Leon malah kecikikan tertawa di sampingku, "pffft! Belajar? Kau? Ma-maaf, tapi Aditya, kau terlihat tidak meyakinkan, kau bahkan tidak sekolah hari ini," ucapnya."Kau ini!" Aku ingin sekali memukulnya, tapi kuurungkan itu, dia benar, mungkin itu hanya alasanku saja, hah ~ yang benar saja.Ah sudahlah, saat itu, meera akan segera pergi. Aku harus bergegas."Kau mau menghampirinya?" Pertanyaan Leon, membuatku kembali menghentikan langkah kakiku.Jika aku berpikir lagi, apa yang akan kukatakan jika menemuinya nanti, aku masih belum memikirkannya, a

    Last Updated : 2024-01-02

Latest chapter

  • Pemilik Hati Sang Naga   #22. Itulah yang Pantas Kau Dapatkan!

    "Tapi apa? Kurasa nenekmu akan mencemaskanmu jika kau tidak pulang sekarang.""Kalau begitu baiklah.""Selamat jalan Bos!" Ucap anak SMA itu serentak ketika kami keluar dari ruangan itu."Bos?" Tanyaku.Leon menggaruk kepalanya, "yah begitulah, hehe.""Leon sebenarnya kau tak perlu melakukan ini, aku ini sudah cukup besar untuk pulang sendiri," ucapku."Ah tidak apa-apa, santay saja.""Bukan itu maksudku."Ah sudahlah ....Tapi, aku merasa ada sesuatu yang kurang di tempat itu. Aku tak melihat kapten polisi itu."Leon ....""Apa?""dimana kapten polisi itu?" Tanyaku heran, mencoba melihat-lihat lagi, tapi aku tak menemukan apapun. Aku menjadi penasaran, di mana kapten polisi tadi. Setelah aku selesai berganti baju, aku tak melihatnya dimanapun juga.Leon pun menjawabku, "Kami sudah mengurusnya, kau tenang saja," ucapnya dengan senyuman yang aneh, bahkan akupun merasa merinding melihatnya."Ah sungguh! Kau tenang saja, masalah tentang orang menjijikan itu sudah beres!" Lanjutnya dengan

  • Pemilik Hati Sang Naga   #21. Maaf ...

    "Aditya! Kau ini kenapa!" Leon mengguncang tubuhku, berusaha untuk membuat aku sadar, dan berhenti. Tapi sulit bagiku, kejadian itu sangat menyakitkan untukku.Buaaak!Leon meninju wajahku, teman-teman yang tadi duduk, mereka semua serentak berdiri, terkejut dengan apa yang Leon lakukan padaku."Aditya hentikan!" Tegas Leon padaku.Aku tersentak lalu kembali menangis, aku menangis sangat banyak. Aku meluapkan semuanya, rasa sakit yang menumpuk di dalam dadaku ini."Kau seperti ini? Sebenarnya kenapa?"Saat itu Rian mencoba bicara, "Leon biarkan dia."Teman-temannya yang lain juga mengaguk setelahnya.Saat itu aku mendengar Leon berkata, "membiarkannya? Sudahlah!" Setelah itu dia kembali duduk, dan membiarkanku. Anak-anak lainnya juga duduk, mereka semua menungguku menjadi lebih tenang."Leon, apa kau punya orang yang sangat kau sayangi," tanyaku setelah sekian lama mengeluarkan air mata."Tentu saja aku memilikinya," jawab Leon, dia memalingkan wajahnya setelah melihatku.Aku sedikit

  • Pemilik Hati Sang Naga   #20. Munculnya Kenangan Buruk

    "Oh ya Aditya! Kau harus melihat ini," ucap Leon seraya menunjukkan sebuah Vidio padaku.Vidio itu berisi bukti kejahatan kapten polisi itu, bukan hanya satu vidio saja, tapi banyak. "Coba kau lihat juga yang ini.""Nah lalu yang ini.""Menjijikan!" Aku spontan mengatakannya, dia telah melakukan banyak sekali kejahatan. Memperdaya banyak wanita, menerima suap dari narapidana, menyuap hakim, bahkan juga melakukan banyak sekali kekerasan.Kenapa orang seperti ini, masih belum ketahuan juga sampai sekarang, padahal dia sudah melakukan banyak sekali kejahatan."Bagaimana? Aku keren kan! Mulai sekarang, orang itu tidak akan bisa mengganggumu lagi, bukan hanya Vidio ini saja, aku masih punya bukti lainnya," ucap Leon seraya memeprlihatkan lembaran-lembaran kertas yang berisi jejak bukti dari kejahatan yang dilakukan oleh kapten polisi itu."Dengan ini, tidak akan ada yang bisa menyelamatkannya, dia akan mendekap selamanya di dalam penjara, tak kusangka orang ini telah melakukan banyak seka

  • Pemilik Hati Sang Naga   #19. Berkumpul dan Bersenang-senang

    Aku tahu bahwa yang kulakukan itu tak akan mengembalikan apa yang terjadi pada Meera. Tapi setidaknya itu membuat hatiku yang terasa sangat sesak menjadi lebih nyaman, setidaknya sedikit rasa bersalah yang kumiliki di hatiku ini sedikit berkurang."Kalian tadi bilang ingin membantuku kan?" Tanyaku pada anak-anak SMA itu.Mereka semua mengangguk, salah seorang di antara mereka berkata dengan yakin padaku, "tentu saja! Katakan, apa yang perlu kami lakukan?""Orang ini, bisakah kalian membantuku untuk mengurusnya, pukulan ini masih tidak cukup untuk menghukumnya!" jawabku seraya melangkahkan kaki untuk pergi dari sana. Sudah cukup untuk hari ini, aku ingin pulang. Aku merasa lelah."Tentu saja! Serahkan pada kami! Kami pasti akan mengurusnya!"Aku berhenti sejenak, dan berbalik. "Dia adalah seorang kapten polisi, apa kalian masih ingin membantuku? Jika kalian tidak ingin mendapatkan masalah, belum berlambat untuk berhenti, sekarang katakan apa kalian masih ingin melakukannya?" Tanyaku la

  • Pemilik Hati Sang Naga   #18. Dia Tak Pantas!

    "Apa hah! Kau marah! Cih!"Plak!Leon menepak kepalanya lagi, dia tak hanya melakukannya sekali, tapi berkali-kali.Setelah puas Leon mengatakan, "Dasar memalukan! Dimana tanggung jawabku hah! Kau ini seorang pelindung! Tapi kau malah melakukan hal yang sebaliknya! Copot saja gelarmu itu! Kau tak pantas memilikinya! cih!" Ucapnya."Kau!"Leon tak memedulikan kemarahan kapten polisi itu, dia lalu bicara padaku, "Aditya! Bagaimana? Rencanaku?"Aku meregahkan pandangan di tempat kami sekarang, tempat itu benar-benar sudah kosong, selain kami tak ada orang lain lagi di sana. "Jangan khawatir, tempat ini aman! Percaya padaku! Beri dia pelajaran yang tak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya!" Ucap Leon, dia kembali menanyakannya padaku, "Sekarang katakan, bagaimana dengan rencanaku, apa kau merasa kagum? Ayo katakan?""Hmm ya, lumayan," ucapku dengan tangan yang mengepal sempurna, sekali lagi kuhantamkan tinju pada kapten polisi itu."Oughh!" Rintih kapten polisi itu, kesakitan."Jika k

  • Pemilik Hati Sang Naga   #17. Memberikan Pelajaran!

    "Nah sekarang, kau bisa sepuasnya memukulinya, tapi jangan membunuhnya," ucap Leon."Tentu saja," aku merasa tidak sabar, tanganku rasanya sudah panas.Kami pun mendatangi kapten polisi itu setelah dia menghabiskan minumannya.Melihatku datang, Kapten polisi itu segera menyeringai, aku bisa melihat dari wajahnya yang menjijikan itu, dia masih merasakan kesakitan."Kau datang, jalang itu tidak tahu apa yang baik baginya," hinanya.Aku mengepalkan tinjuku dengan erat lalu menghantam wajahnya dengan sangat keras. Tak hanya sekali, aku melakukannya hingga kapten polisi itu tak sanggup membuka matanya lagi.Di sebelahku Leon berbisik, "Aditya jangan sampai kau membunuhnya."Aku memecahkan sebuah gelas hingga tanganku berdarah."Aditya kau! Apa yang kau lakukan, tanganmu?" Aku bisa merasakan dari suara Leon, dia mencemaskanku. Tapi aku benar-benar tidak tahan dengan tatapan orang menjijikan yang ada di hadapanku ini. Rasanya aku ingin menghabisinya saat itu juga.Aku menyodorkan pecahan g

  • Pemilik Hati Sang Naga   #16. Apa ini racun?

    Meera menampar keras wajah kapten polisi itu, dia lalu menendang masa depannya, membuat kapten polisi itu meringkuk kesakitan setengah mati."Wuakh!"Setelah melakukan itu Meera pergi sambil berkata, "menjijikan!"Melihat itu aku sangat puas, tubuhku bergetar menahan tawa. 'Mampus Kau!' Batinku.Urat marah di wajah kapten polisi itu seakan mau keluar, "Kau! Kalian akan menderita! Bocah itu berhutang padaku, tapi malah gadis sepertimu yang menanggung untuknya! Heyyy! Jika kau tidak bisa membayarnya, aku akan membuat bocah itu masuk penjara selamanya! Cih Sial! Aku benar-benar sial! Heyy! Argh! Ini sakit sekali! Gadis itu!"Leon tak bisa menahan diri untuk berkata, "Woaww," memberi jempol lalu melanjutkan, "hebat, kuyakin dia tak akan mampu lagi untuk melakukan hal-hal itu, Meera sudah menuntas habis keturunannya.""Aditya, apa semua wanita memang semenakutkan ini, dia mengerikan, aku sampai merinding, dia benar-benar telah menghancurkannya."Saat itu yang ada pikiranku adalah memberika

  • Pemilik Hati Sang Naga   #15. Pengorbanan Meera!

    Leon lalu berbicara, "Tadi dia mengatakan fokus belajar, sekarang dia mengatakan patah hati, ternyata benar kata wanita, omongan lelaki memang tidak bisa dipercaya," dia menyindirku."Diamlah," pintaku dengan hati yang terasa pahit. Aku tak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh Reihan dan Meera saat itu, tapi tak lama setelah itu Reihan pergi.Akhirnya dia pergi juga pikirku. Aku pun berjalan ke arah Meera. Namun saat aku hendak memanggilnya, Meera menerima telpon, raut wajahnya terlihat memburuk. Entah siapa yang meneleponnya saat itu, kukira dia bukan orang baik, apa dia yang menyusahkan Meera? Pikirku. Setelah selesai dengan panggilan itu, Meera bergegas pergi. Akupun bergegas masuk ke mobil, begitu juga dengan Leon. Kali ini kemana kau akan pergi Meera, hatiku mengkhawatirkannya."Pak! Ikuti dia!" Pinta Leon. Segera mobil itu pun pergi.Tak jauh dari tempat sebelumnya, Meera berhenti di sebuah restoran yang cukup besar.Apa yang Meera lakukan di sini, pikirku penasaran. Aku ber

  • Pemilik Hati Sang Naga   #14. Reihan Datang!

    Meera, aku memanggilnya dalam hatiku. Aku menyesal karena berpikir begitu sebelumnya. Sekarang aku jadi tahu kenapa dia jarang menemuiku, aku bahkan hanya memikirkan perasaanku saja, jika aku tidak mengikutinya seperti ini, aku tidak akan pernah tahu, dan terus menduga-duga saja.Meera, ternyata dia sedang dalam masalah.Meera seharusnya kau menceritakan ini padaku, bukankah katamu kita teman, teman macam apa yang membiarkan temannya menderita begini.Aku memikirkan hal lain, memang apa yang bisa kulakukan jika Meera menceritakan ini padaku. Aku hanya seorang anak nakal dengan kehidupan hancur, aku tidak punya apa-apa untuk membantunya ataupun melindunginya.Tanpa sadar tanganku mengepal erat dan Leon menyadarkanku dengan panggilan pelan."Aditya, apa kau baik-baik saja? Psst! Aditya?" Tanyanya."Leon aku ini tidak berguna ya," jawabku dengan pahit.Plak!Leon menamparku dengan keras."Kau!" Ucapku spontan. Aku terkejut dan aku tak mengerti kenapa dia menamparku seperti ini.Itu tamp

DMCA.com Protection Status