Share

Bab 2: Tak terduga.

"Takdir akan selalu mempertemukan dua insan yang saling mencintai, walaupun jarak mereka berjauhan"

-IRIS AGLAEA-

#

Iris Aglaea-anak dari sebuah kesalahan, yang seharusnya tidak pernah ada. Sampai detik ini Iris tidak pernah tahu bagaimana rupa Ibunya, selama ini Iris dirawat oleh Agon Elpis dan saat usia Iris 3 tahun, Agon menikah dengan Athena Gaia. Mereka pun memiliki dua anak yaitu Nike dan Thalia.

Walaupun Iris bukan anak kandung Athena, Iris sangat menyayangi ibu tirinya itu. Athena selalu menganggap semua anaknya sama, dan selalu bersikap adil.

Dua tahun yang lalu, Athena diambil oleh sang pencipta karena penyakit tumor otak yang di deritanya lebih dari tiga bulan. Dua bulan yang lalu, Agon tewas dibakar oleh keluarga Alex, sesuai kontrak awal.

Kini, peluang Iris untuk mencari tahu ibu kandungnya semakin kecil. Surat kelahiran Iris disimpan dengan aman oleh Agon dan Athena. Tidak ada bukti yang tersisa, agar Iris bertemu dengan ibunya.

"Iris!" suara perempuan memanggil Iris yang tengah melamun sembari berjalan.

Iris menoleh ke belakang dan mendapati teman dekatnya semasa SMA.

"Muses?" Iris nampak terkejut melihat penampilan sahabatnya yang nampak glamour.

Muses dan Iris sudah lama tidak bertemu, karena Muses mengambil salah satu fakultas di Jerman.

"Iris, sudah lama kita tidak bertemu." gadis bernama Muses itu memeluk erat tubuh kecil Iris.

"Muses, kamu semakin cantik." puji Iris melihat penampilan Muses. Muses begitu tinggi dan ramping seperti model.

"Hahaha, kamu sendiri tidak ada perubahan." Muses adalah gadis yang jujur dan tidak munafik.

"Memang tidak ada perubahan dalam hidupku," Iris tersenyum miris.

"Oh ayolah Iris, kamu itu cantik! pasti banyak yang mengincarmu," Muses menyemangati Iris.

"Aku tidak terlalu memikirkan hal itu, karena aku harus terus bekerja untuk Nike dan Thalia," Iris tersenyum tulus.

"Kamu bekerja? Aku kira kamu kuliah," Muses bertanya dengan wajah heran. Karena selama ini yang ia tahu keluarga Iris dibiayai oleh Alex.

"Jika aku kuliah, siapa yang membiayai mereka?" ucap Iris.

"Emm, ngomong-ngomong apa pekerjaanmu?" tanya Muses.

"Kemarin aku bekerja di toko bunga, tapi sekarang aku pengangguran," ujar Iris dengan tatapan sedih.

Muses kembali meluncurkan pertanyaan lagi dengan antusias, "Kamu dipecat karena Zeus menabrakmu?" 

"Kemarin memang aku ditabrak. Tapi aku tidak tahu siapa nama penabrak itu?" 

Iris teringat nasibnya akhir-akhir ini yang buruk. Ayahnya meninggal, sang adik diculik, dipaksa membunuh orang dan dipecat dari pekerjaan. Lengkap sudah kehidupannya yang sial.

"Kamu sudah melihat sosial media hari ini?" Muses bertanya dan mengambil ponselnya dari saku jaket denimnya.

"Memang kenapa?" Iris balik bertanya. 

Ia tidak terlalu mempedulikan sosial media, dunia nyatanya sudah rumit dengan permasalahan yang pelik.

"Iris, beritamu yang membogem pengusaha sukses bernama Zeus sudah viral!" Muses menunjukkan video Iris yang tengah berdebat dengan pria berpakaian serba hitam.

"What? kenapa bisa tersebar?" Iris terkejut melihat wajahnya berada di video.

Iris sepertinya tidak sadar. Jika orang-orang di tempat kejadian itu merekam dan menyebarluaskan peristiwanya yang membogem pengusaha kaya itu.

"Apa disaat kejadian ada banyak orang?" Muses bertanya lagi.

"Ya, banyak." 

Iris merasa malu dengan kelakuannya, tapi pria itu memang pantas mendapat bogeman.

Muses menggelengkan kepala dengan heran, sahabatnya terlalu berani membuat masalah dengan orang terkaya nomor satu di dunia, "Ya ampun Iris, sekarang hidupmu dalam bahaya."

"Kamu benar," Iris tahu bila pria yang kemarin bukanlah pria biasa, dia adalah pengusaha kaya dan bisa jadi hidup Iris akan diincar.

#

Setelah bertemu Muses di jalan, Iris kembali melanjutkan langkahnya menuju kantor Alex. Dia sudah memikirkan semua yang harus ditanggungnya menjadi pembunuh bayaran.

Selain karena dosa yang membuatnya masuk neraka. Iris pun harus berani mengambil risiko bila tertangkap, jelas Iris akan dihukum mati atau dipenjara seumur hidup.

Iris berusaha untuk tidak melakukan hal gila seperti ini. Tapi, setelah melihat Alex yang berani membakar ayahnya Agon, ia tidak berani mengambil risiko bila kehilangan kedua adiknya.

"Selamat pagi Iris Aglaea," sapa Alex ketika Iris masuk kedalam ruang kerjanya.

"Tidak usah banyak basa-basi," Iris menatap kesal kearah Alex.

"Okey, jadi apa keputusanmu?" Alex mulai serius.

"Aku akan menjadi pembunuh bayaran," Iris berucap dengan lantang.

"Bagus," Alex tersenyum senang.

"Tapi ada syaratnya." 

"Apa syaratnya?" Alex mengangkat sebelah alis.

"Aku mau kamu memberikanku rumah yang aman bersama adik-adikku. Jika aku tertangkap polisi, kamu harus membiayai Nike dan Thalia. Jika dalam jangka satu bulan, aku gagal menghabisi nyawa targetmu, aku mau kita memutus hubungan dan anggap saja perjanjian ini tidak pernah ada." Iris menjelaskan panjang dan lebar.

"Apa keuntunganku?" tanya Alex dengan mengangkat kedua kakinya ke atas meja kerja.

Iris mengembuskan nafas pelan, lalu menjawab, "Namamu akan bersih dari masalah ini dan aku tidak akan membocorkan identitasmu." 

"Hanya itu?" Alex bertanya.

"Jika kamu membiayai Nike dan Thalia, mereka akan berhutang budi padamu dan akan setia bekerja denganmu," ujar Iris dengan mantap, memang dari kecil ia, Nike dan Thalia sudah diajarkan membalas budi.

"Baiklah, sekarang tanda tangani perjanjian ini, dan dibawahnya tulis syarat yang tadi kamu ucapkan" Alex tersenyum gembira.

Setelah Iris menulis syarat yang ia ajukan, Alex memberikan foto target pertama Iris.

"Ini orangnya, Zeus Astraea- CEO Astraea Group. Dia orang kaya nomor satu di dunia," baru mendengar nama itu, Iris langsung tegang.

"Diakan yang menabrakku kemarin," Iris bergumam.

"Yap betul, malah videomu yang membogem Zeus itu, sudah viral dimedia sosial. Pasti dia akan mencarimu dan disaat itulah kamu membunuhnya." Alex mengeluarkan kotak hitam dari laci meja.

"Apa itu?" tanya Iris.

"Perlengkapanmu," Alex membuka kotak hitam yang isinya terdapat pistol dengan peluru, terdapat tiga pisau dari mulai pisau lipat, pisau besar dan pisau berukuran sedang. Setelah itu Alex mengambil kota biru dilaci yang sama, isinya perlengkapan intel.

"Wow banyak sekali." Iris terkejut melihat perlengkapan yang begitu banyak.

"Ini adalah baju anti peluru untukmu, agar tidak terlihat mencolok, kamu bisa memakai baju biasa lagi. Ini jaket untuk menyimpan sarung tangan, pisau, obat tidur, pistol dan serbuk beracun," Alex mengeluarkan semua barang-barang itu.

"Entah mengapa aku ragu Al," Iris ragu untuk membunuh Zeus.

"Kamu harus maju, jangan takut! Karena aku selalu ada dibelakangmu," Alex menenangkan Iris dengan memegang bahunya.

#

Iris memandangi langit sore di tepi jembatan. Aliran sungai kecil mengalir di bawahnya. Pemandangan indah terpampang jelas di Los Angeles.

Iris nampak frustasi, ia bingung dan bimbang, apakah pilihannya ini jalan yang terbaik?

Iris merasa, ia tidak akan mampu membunuh manusia, dia tidak seperti Ayahnya. Ia masih memiliki hati nurani dan rasa kasih sayang.

Dulu Iris melihat Ayahnya yang ketakutan ketika melihat berita penemuan mayat di televisi dan sekarang Iris akan merasakan hal yang pernah dilalui Ayahnya.

Keluarga besar Alex tidak akan pernah tahu rasanya ketakutan, ketegangan yang dirasakan oleh seorang pembunuh. Mereka hanya akan bergembira bila taget itu mati, dan mereka hanya membayar mahal untuk kerja keras itu.

Tanpa tahu bagaimana rasanya mimpi buruk yang hadir di tengah malam. Itu semua seperti roh yang datang di dalam mimpi.

"Aku tidak bisa." Iris meneteskan air mata, ia tidak sanggup untuk membanyangkan itu semua.

#

Jauh dari tempat Iris berada, seorang pria tengah menatap kesal kearah televisi di depan matanya.

"Bagaimana bisa berita murahan ini cepat tersebar?" laki-laki itu bertanya dengan kesal dan bingung. Pasalnya berita yang di tayangkan tentang dirinya itu tidak berbobot dan memalukan nama baiknya.

Laki-laki itu bernama Zeus Astraea-pria berhati beku yang menjadi CEO Astraea Group.

"Media sosial yang menyebabkan berita ini menjadi viral," ucap pria berambut cokelat.

"Apollo, cari gadis itu!" Zeus menunjuk gambar Iris yang terpampang jelas dimatanya.

"Baik Mr. Zeus," Apollo keluar dari ruangan majikannya.

"Aku akan mendapatkanmu." Zeus menatap garang ke arah televisi.

Zeus Astraea adalah putra tunggal dari Artemis Astraea. Dia memiliki kekayaan terbanyak di dunia tahun ini. Mengalahkan para CEO perusahaan ternama lainnya di Amerika dan benua Eropa. Bahkan ia dijuluki The King of Billionaire.

Kekayaanya melimpah hingga tujuh keturunan pun belum tentu habis. Walaupun dia seorang CEO, tugasnya penuh dengan tanggung jawab yang besar. Menjadi CEO berusia dua puluh tiga tahun, tidaklah mudah. Zeus bersekolah secara private dan berkuliah dengan waktu yang lebih singkat dari mahasiswa umumnya. Ia sudah terlatih sejak dini untuk belajar bisnis disela waktu sekolah. Usahanya tidak akan menghianati hasil, walaupun beberapa perusahaan ternama masih meragukannya, ia tetap bangkit dan membuktikan usahanya benar-benar serius.

Ia berhasil melakukan komunikasi atas nama perusahaan dengan pemegang saham, pemerintah, maupun entitas publik lainnya. Ia memimpin pengembangan strategi jangka pendek dan panjang perusahaan. Zeus pun membuat dan melaksanakan visi misi perusahaan atau organisasi. Bahkan ia melakukan evaluasi pekerjaan pemimpin eksekutif lainnya dalam perusahaan, termasuk direktur, wakil direktur, dan presiden.

Hal tersulit yang tidak semua orang bisa adalah mempertahankan kesadaran mengenai gambaran persaingan pasar yang kompetitif, peluang ekspansi, dan perkembangan industri. Setiap hari Zeus ke kantornya untuk memastikan perusahaan dapat mempertahankan tanggung jawab sosial yang tinggi di mana pun bisnis itu dilakukan.

Setiap hari pun, Zeus harus menilai risiko yang dapat ditanggung oleh perusahaan, serta terus melakukan pemantauan dan berusaha untuk meminimalisir risiko atau dampak buruk yang akan terjadi.

Menjadi CEO kaya nomor satu di dunia itu tidaklah mudah, ia harus menetapkan tujuan strategis dan memastikannya dapat diukur dan dijelaskan dengan baik. Hingga tiada waktu untuk keluarga dan mencari pasangan. Dia gila kerja dan ambisius menjadi yang pertama.

Zeus dikenal banyak orang sebagai pria berhati dingin, hampir tidak pernah tertawa, ia hanya tersenyum bila berhasil memenangkan projek besar. Selama Zeus hidup dimuka bumi ini, ia tidak pernah sekali pun berbuat curang kepada lawan bisnisnya, ia selalu menggunakan cara yang jujur.

Namun, ia sangat kejam kepada karyawan yang berani korupsi, dan berbohong. Ia tidak segan-segan membunuh dengan cara perlahan-lahan, hingga korban bertekuk lutut dan memohon untuk mati.

#

You shoot me down

But I won't fall

I am titanium..

I am titanium..

#

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status