"Letakkan di sini!" perintah Carlos. Wanita cantik yang membawa Barnard itu mengikuti Edward yang sedang menggendong tubuh Barnard menuju ruangan khusus di rumah Carlos. "Kau bisa pergi," kata Carlos saat menatap wanita cantik yang masih berdiri menunggu keadaan Barnard membaik. Wanita cantik itu terperangah, ia tak percaya kalau Carlos mengusirnya begitu saja tanpa rasa terimakasih. "Hey, apa dia akan baik-baik saja?" "Tentu." Carlos menjawab santai. Wanita cantik yang itu pergi begitu saja dan memanggil taksi tak jauh dari rumah Carlos, sebenarnya ia ingin memastikan keadaan Barnard namun dirinya tidak di izinkan sama sekali. Sementara di dalam ruangan Barnard mendapatkan penanganan dari Carlos. Barnard menerima suntikan di punggung bekas lukanya untuk menetralkan racun yang hampir menyebar ke jantungnya. Napas Barnard yang sebelumnya melambat kini sudah mulai normal, namun Barnard belum sadarkan diri. "Kapan dia akan sadar, Bos?" tanya George yang baru saja tiba. "Atau dia
Sebulan telah berlalu, kondisi Barnard kini sudah membaik. Lukanya telah mengering dan bola mata Barnard yang kemarin agak menguning akibat racun yang menyebar kini sudah mulai cerah kembali karena rutin mengonsumsi obat pemberian Carlos. "Jemput saya sekarang!" perintah Barnard pada laki-laki di sebrang sana, siapa lagi kalau bukan orang yang memegang sahamnya sementara di perusahaan MARPE yang kini telah berganti nama menjadi nama KENKO GROUP, secara resmi kini perusahaan itu sudah milik Barnard sepenuhnya. Barnard kini sudah tinggal di rumah mewah miliknya sendiri yang baru saja ia beli beberapa hari lalu, tinggal bersama Carlos sungguh membuatnya tidak nyaman karena Carlos ingin Barnard menjalankan misi yang ia berikan setiap hari untuknya. Padahal Barnard saat ini ingin melakukan misinya sendiri tanpa campur tangan Carlos lagi. Jas mewah dan dasi yang telah di padu padan kan dengan kemeja putih menempel rapi dan terlihat gagah di tubuh Barnard. Langkah Barnard begitu elegan s
"Selamat siang, Bos." Frans membawa masuk beberapa berkas, salah satunya adalah berkas tentang surat perjanjian yang telah lama ia tanda tangan. "Sial!" teriak Barnard saat menatap berkas yang ada di hadapannya saat ini, Barnard berpikir ia tidak akan lagi mendapatkan ganguan jika ia sudah memiliki harta namun Barnard salah besar, jika bukan harta yang melimpah yang mampu membeli harga diri seseorang maka harta itu tak ada arti apa-apa."Siapkan mobil!" perintah Barnard saat menatap Frans yang tidak beranjak dari hadapannya. "Baik." Frans keluar terlebih dahulu dari kantor Barnard lalu Barnard menyusul di belakang Frans yang berjalan cepat. Kenapa harus ada perjanjian tertentu dan tertanda tangan dalam satu jasa walaupun itu tentang satu kekekrasan, padahal ssat ini Barnard ingin lepas dan bebas dari kehidupannya yang menghancurkan dan mencuri namun keadaan sepertinya mendukung perbuatan bejad yang Barnard lakukan. Barnard bukan ingin menemui orang yang mengirimkan dirinya berka
Pagi menjelang, Barnard masih terlelap di rumahnya. Seolah ia lupa dengan pertemuan yang telah ia janjikan. Jika hari ini Barnard tidak menemui laki-laki yang telah membuat ancaman untuk membuat Barnard terjatuh lagi kemungkinan besar Barnard akan mendapatkan masalah dalam hidupnya. Tak lama setelah tubuh Barnard menggeliat dia dikejutkan dengan hadirnya seseorang sambil bertolak pinggang di sampingnya saat ini. "Hey ... jangan lupa pada janji, kau pikir orang yang akan kau temui akan diam saja? lihatlah di lantai bawah, dia telah datang bersama .... " Belum selesai Frans berbicara, Barnard sudah turun dari atas ranjang dan membuka tirai jendela lalu melihat ke lantai bawah. Seseorang membawa dua pengawal sambil menempelkan ponsel di telinganya membuat Barnard tergesa mengenakan pakaiannya lalu turun ke lantai bawah. "Selamat datang di ...." Barnard hendak menjabat tangan Xiauli namun pria itu segera menepis tangan Barnard. "Kau ... kita masih terikat kontrak kerjasama bukan?"
Duar .... Barnard terperanjat saat ia baru saja hendak memejamkan mata karena rasa lelah, bukan tubuh tapi hatinya yang lelah mengingat siapa dan dari mana asalnya. Asap mengepul setelah ledakan di lantai bawah, tak lama setelahnya Barnard terhuyung. Lantai dua rumahnya ambruk Barnard juga terjatuh bersama reruntuhan bangunan. "Kupikir dia sudah mati." Jack menyapu kedua tangannya setelah melepaskan sarung tangan lalu memberikan pada anak buahnya. Sementara dalam reruntuhan gedung, Barnard berusaha bangkit. Keseluruhan tubuhnya yang tertimpa puing-puing bangunan membuat Barnard sedikit sulit bergerak terlebih Barnard menghirup debu reruntuhan. Jack yang merasa puas pun meninggalkan rumah Barnard tanpa jejak namun ia telah menjatuhkan sesuatu di halaman rumah Barnard tanpa ia sadari, mobil Jack menjauh dalam gerimis yang menyapa, meninggalkan jejak misterius pada orang yang sedang berdiri jauh memperhatikan mobil Jack yang berlalu. "Bos... kau mendengarkan aku?!" Bos." Frans ter
Dua hari telah berlalu, Barnard melihat dan menjenguk Shua di rumah sakit karena mendengar kabar kecelakaan yang berada tidak jauh dari bar, awalnya Barnard berpikir kalau pelakunya adalah Jack tapi saat ia melihat keadaan Shua pikirannya berbalik pada Xiauli, Barnard begitu yakin kalau Xiauli yang telah membuat Shua seperti sekarang ini. Tubuh shua masih terbaring tidak berdaya sementara Xiauli kini telah berada di kantor Shua dan memindahkan semua data-data penting perusahaan. Daripada memikirkan adiknya Xiauli lebih memikirkan harta orang tuanya yang tidak boleh jatuh ke tangan adiknya sepeserpun. Sebenarnya Barnard tidak ingin ambil pusing dengan urusan Xiauli dan adiknya tapi Xiauli yang menginginkan Barnard hadir dalam perseteruan antara kakak dan adik yang begitu seru. Barnard kini memiliki ide cemerlang, melalui temannya ia akan mencari tahu siapa orang di balik kecelakaan Shua dan memeras Xiauli, jika pun Xiauli enggan memberikan uang untuknya setidaknya ia bisa lepas dari
"Apa Anda sendirian tuan, Jack?" tanya Barnard sesaat setelah menghampiri Jack yang baru saja keluar dari dalam kamar. Jack baru saja menikmati kehangatan bersama beberapa orang wanita sekaligus, itu membuatnya lelah. Jack mengabaikan Barnard yang berada di depannya lalu berjalan meninggalkan Barnard begitu saja. "Tuan Jack!"Jack menghentikan langkahnya saat suara Barnard terdengar meninggi, sementara Barnard memberikan kode pada asistennya untuk mengantarkan segelas air ke pada Jack, air itu tak lain adalah bir. "Silakan diminum, itu permohonan maaf dari saya, bagaimana kalau malam ini saya yang mentraktir Anda untuk minum sepuasnya?!" Barnard mengangkat alisnya saat melihat Jack menerima minuman yang disuguhkan oleh Frans padanya. "Ide bagus, aku harus memberimu pelajaran." Jack tersenyum sinis lalu berjalan terhuyung menuju salah satu pintu yang tertera nomor setelah mengatakan itu di dalam hatinya. Barnard mengusap rambutnya lalu mengikuti langkah Jack yang berjalan sempoyon
Dua hari berlalu, Jack terbaring di rumahnya. Jack sama sekali tidak di bawa ke rumah sakit karena pesan Jack pada anak buahnya jika ia terkena peluru atau dalam masalah ia tidak akan bisa berobat ke rumah sakit karena tidak akan aman, walau pun anak buahnya menjaga dengan ketat karena Jack begitu banyak musuh di setiap pelosok kota. Hari ini Jack sudah sedikit membaik, namun tidak dengan perasaannya saat ini. Jack memikirkan putrinya yang saat ini entah di mana. "Kemarilah!" perintah Jack saat melihat Elvaro berada di ambang pintu. Menantu yang sebelumnya ia banggakan itu terlihat begitu takut, dengan langkah ragu Elvaro mendekati Jack yang masih terbaring di ranjang. Saat melihat Elvaro mendekat, Jack segera bangkit lalu mencekik leher Elvaro dengan gerakan cepat. Walau dalam keadaan sakit tapi Jack begitu kuat, ia mampu membuat Elvaro tidak dapat berkutik karena cekikan yang begitu mematikan. "Ergh .... lepaskan aku, Daddy." Suara Elvaro terdengar lirih. "Katakan di mana kau
Malam dengan gemerlap lampu diskotik menerangi ruang penuh dengan suara musik dan tawa, terdengar samar seseorang sedang berbisik di ujung bar sambil melirik ke arah seorang pria yang duduk sendiri. "Bawa minuman ini padanya!" Seorang laki-laki berpakaian jas rapi menyuruh seorang pelayan mengantarkan minuman padanya. Barnard duduk sambil menatap gelas yang berisi anggur di tangannya, pikirannya tak luput pada wanita yang kini menjadi sekretarisnya, Barnard menaruh kecurigaan kalau wanita itu menginginkan sesuatu yang lebih darinya. "Tuan, mau anggur dengan rasa khas yang agak klasik namun menarik untuk rasa yang lebih baru," ucap salah seorang pelayanan bar yang sebelumnya adalah suruhan laki-laki misterius itu. Suara pelayan itu cukup membuat Barnard terkejut namun ia masih bisa mengontrol emosinya. Barnard menegak dengan cepat minuman yang baru saja diberikan oleh pelayan namun minuman itu justru membuatnya begitu cepat pusing dan rasa ingin muntah. "Oh, Tuhan! Aku sepert
"Caline, apa kau yakin bisa membuatnya tunduk padamu?" tanya Carlos sesaat mereka tiba di rumah. Berlian yang baru saja mereka curi segera mereka simpan di salah satu tempat yang begitu rahasia. Carlos tidak begitu yakin dengan rencana yang di susun oleh Caline. "Aku yakin, aku tahu siapa Barnard, satu langkah lagi ...." Bragh .... Suara pintu di dobrak begitu memekakkan telinga, terlihat seseorang berdiri sambil menodongkan pistol ke arah mereka berdua, senyum penuh kemenangan terlihat jelas di wajah itu walaupun terlihat sedikit ada dendam. "George!""Kau terkejut?" George terkekeh lalu mendekati mereka berdua. "Harusnya kau bekerja dan mengandalkan aku, bukan wanita jalang ini. Wanita bisa saja berkhianat bukan?" George terlihat begitu kesal pada Carlos namun Caline hanya diam saja. "Bukan begitu, Caline akan membuat Barnard jatuh lagi. Caline mampu menguras semua harta yang Barnard miliki dan kita akan kaya raya," terang Carlos namun George hanya diam saja. Rasa dendamnya
Setelah satu tahun berlalu dari hadapan Jack dan Starla kini Barnard kembali muncul dengan gaya baru. Ia begitu muak dalam gangguan Jack dan orang-orang yang membuatnya tidak nyaman, maka sementara ia menghindari mereka karena ingin hidup tenang. Di negara ini tak cukup membuat Barnard senang, ia masih memikirkan apa yang seharusnya ia dapatkan, kini bersama dua orang pengawal yang telah menemaninya hampir dua tahun Barnard ingin membalas dendam pada Jack. "Ternyata kau lagi," ucap Jack yang sedang merapikan jasnya.Bagaimana bisa Jack lupa dengan kerja sama yang mengatasnamakan nama samaran lagi, ini kali ke dua Jack tertipu oleh Barnard, Barnard menggunakan nama pengawalnya untuk kerjasama dengan Jack, tak lain tujuannya untuk merebut perusahaan Jack lagi. "Ada masalah kah, Tuan? Bisnis tetaplah bisnis sedangkan aku akan tetap menjadi musuhmu bukan?" Barnard terlihat santai menanggapi perkataan Jack. Tampilan dan gaya Barnard saat ini sungguh bukan lagi dirinya yang dulu, pakaia
Dor.... Dor.... Brandal yang sebelumnya telah di bayar oleh nyonya besar yang memiliki banyak uang dalam jumlah besar kini telah mendatangi rumah Barnard dan mereka mencari keributan dengan Barnard. "Banjingan kau, Jack!" umpat Barnard lalu bangkit dari duduknya. Cukup lama ia tidak menyelesaikan laporan keuangan di kantornya, kini pekerjaannya menumpuk tapi pengacau datang dan merusak konsetrasi yang ada. Sebelumnya Barnard berpikir kalau yang datang mengacau adalah Jack tapi ia salah, nyatanya ada beberapa berandal yang sedang terbahak di luar rumahnya sementara Jack masih berada di rumah Edgar. "Berani sekali!" Barnard tersenyum sinis lalu berjalan masuk ke dalam ruangan rahasianya dan mengambil sejatanya. "Tuan ... Tuan belum sehat betul, jadi saya mohon jangan seperti ini." Salah satu dari pengawal yang mengikutinya kini berucap sambil meraih senjata yang Barnard simpan juga. "Lalu, apa kalian berdua rela mati demi aku?" Keduanya saling menatap namun Barnard justru menin
"Tak ada wanita yang setia, semuanya pelacur ketika uang yang berbicara," maki Barnard lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa. Ia teramat kesal pada Flow saat ini, ia berpikir kalau Flow hanya menginginkan harta dan harta. Tak lama masuk kedua orang yang sebelumnya mengawal Barnard. Meraka terlihat tergesa-gesa dan saling dorong mendorong. "Mau apa lagi!" Barnard memasang wajah kesalnya. "Kami bertugas melindungi Anda, Tuan." Kedua pengawal yang di tugaskan untuk melindungi Barnard sama-sama membungkuk di hadapan Barnard. Laki-laki yang bernama Bobby dan Candra itu terseyum ke arah Barnard seolah mengisyaratkan agar diri mereka tidak di usir sari rumah Barnard. "Baiklah, duduk! Tapi jika kalian berani macam-macam maka kalian berdua yang akan aku habisi dengan tanganku sendiri," pungkas Barnard lalu pergi meninggalkan mereka berdua setelah mengepalkan tangannya, kedua pengawal itu bergidik ngeri tapi mereka harus melakukan ini semua karena perintah. ***Di tempat lain, wanita yang be
"Kau sudah sadar?" Edgar tersenyum sinis menatap Jack yang terbaring lemah di atas ranjang tanpa alas, sementara Starla terikat di kursi besi di sudut kamar. Wanita itu terlalu banyak bicara sejak kemarin hingga membuat Edgar muak. Sebelumnya Starla menolak kalau ayahnya di bawa ke dalam rumah oleh Edgar karena Starla ingin ayahnya mendapatkan perawat yang layak dan hendak membunuh Edgar menggunakan pisau dapur namun Edgar yang licik tidak membiarkan Starla begitu saja lolos dari genggamannya. "Bajingan. Aku menyesal telah percaya padamu!" pekik Starla yang baru saja tersadar dari pingsannya, namun Edgar bersifat masa bodo pada wanita yang sempat ia katakan cinta itu. "Apa? Menyesal? Sudah terlambat, aku ingin melakukan apa yang ingin aku lakukan. Aku cukup puas atas pelayanan yang kau berikan jadi ...." "Diam!" Jack berteriak lalu memegang tangan Edgar yang berada tidak jauh dari ranjang di mana ia tertidur. Walaupun hanya tangannya yang bisa ia gerakkan namun Jack tidak ingin d
"Kenapa kita ada di sini?" tanya Barnard pada Flow yang datang menjenguk Barnard dalam ruangan pengobatan. "Aku yang membawa kau kemari, itu pun karena mereka," tutur Flow, ia merasa begitu canggung karena ada Carlos yang mendengarkan percakapannya. Di samping Flow ada Carlos yang menatap ke arahnya sembari mencoba membuang angin dalam suntikan. Setiap dia jam sekali Carlos akan mengecek keadaan Barnard. "Mereka." Barnard mencoba mengingat dua orang yang di tunjukkan oleh Flow. Orang-orang itu tak terlihat begitu asing, Barnard yakin pernah melihat mereka tapi ia tidak bisa memastikan di mana. "Maaf, Tuan. Beberapa bulan lalu kami ingin membawa Anda pada seseorang namun Anda memberontak," terang dua orang yang kini berada tidak jauh dari Flow. Pikiran Barnard kembali berputar pada beberapa bulan silam, ia mengingat kembali kejadian yang membuatnya jatuh ke dalam sungai hingga terhanyut ke lautan dan berakhir terdampar di bibir pantai dengan luka sayatan ranting dan gigitan binat
Dua kali tembakan ke arah Jack. Jack segera bersembunyi di balik tembok untuk menghindari tembakan mereka, Jack pun segera mengeluarkan senjatanya yang berada dalam saku jasnya dan segera menembak ke arah dua orang yang mengikuti Barnard sebelumnya, namun saat Jack menoleh ia terkejut karena telah kehilangan jejak sosok pelindung Barnard. Begitu pun dengan Barnard yang sudah tidak ada lagi di lantai, Flow juga ikut menghilang. "Bajingan!" Jack berdecak kesal, ia seakan tidak percaya telah kehilangan dua tawanannya sekaligus. "Di mana kalian?" tanya Jack sesaat setelah panggilan di terima oleh anak buahnya. "Di luar bos, kami melihat Barnard dan wanita itu di bawa oleh orang suruhanmu. Mereka sepertinya melebihi kami hebatnya, kami berdua salut, Bos," jelas anak buah Jack, Jack berdecak kesal, giginya menggertak. Ia tidak menyangka kalau anak buahnya benar-benar bodoh, kedua anak buahnya membiarkan orang asing yang telah membawa Barnard begitu saja tanpa ada pencegahan sedikit pu
"Misi apa lagi?" Barnard menghela napas berat, ia menatap lurus ke depan walaupun lawan bicaranya saat ini berada di sampingnya. Sejujurnya Barnard cukup muak dengan printah dari orang yang menindas dirinya terus menerus. Walaupun telah melakukan apa yang di mau oleh pria yang berada di sampingnya namun pria itu masih bersikeras untuk membuat Barnard hancur. Xiauli tersenyum menatap wajah Barnard yang kini terlihat kesal. "Tidak banyak, aku hanya ingin kau membunuh wakil pejabat negeri, dia terlalu banyak alasan dan menghindar dariku," ucap Xiauli lalu tersenyum. Bukan tanpa alasan, Xiauli ingin membunuh pejabat negara sekaligus temannya itu agar ia dapat bebas dari hukuman yang telah di tetapkan, namun Barnard tidak menyadarinya, Barnard hanya menganggap Xiauli terlalu serakah dengan kedudukan dan tahta. "Bagaimana?" lanjut Xiauli saat melihat Barnard terdiam. Tidak mudah bagi Barnard untuk menerima misi lagi dari Xiauli karena ia akan mendapatkan lebih banyak musuh dan masalah