Duar .... Barnard terperanjat saat ia baru saja hendak memejamkan mata karena rasa lelah, bukan tubuh tapi hatinya yang lelah mengingat siapa dan dari mana asalnya. Asap mengepul setelah ledakan di lantai bawah, tak lama setelahnya Barnard terhuyung. Lantai dua rumahnya ambruk Barnard juga terjatuh bersama reruntuhan bangunan. "Kupikir dia sudah mati." Jack menyapu kedua tangannya setelah melepaskan sarung tangan lalu memberikan pada anak buahnya. Sementara dalam reruntuhan gedung, Barnard berusaha bangkit. Keseluruhan tubuhnya yang tertimpa puing-puing bangunan membuat Barnard sedikit sulit bergerak terlebih Barnard menghirup debu reruntuhan. Jack yang merasa puas pun meninggalkan rumah Barnard tanpa jejak namun ia telah menjatuhkan sesuatu di halaman rumah Barnard tanpa ia sadari, mobil Jack menjauh dalam gerimis yang menyapa, meninggalkan jejak misterius pada orang yang sedang berdiri jauh memperhatikan mobil Jack yang berlalu. "Bos... kau mendengarkan aku?!" Bos." Frans ter
Dua hari telah berlalu, Barnard melihat dan menjenguk Shua di rumah sakit karena mendengar kabar kecelakaan yang berada tidak jauh dari bar, awalnya Barnard berpikir kalau pelakunya adalah Jack tapi saat ia melihat keadaan Shua pikirannya berbalik pada Xiauli, Barnard begitu yakin kalau Xiauli yang telah membuat Shua seperti sekarang ini. Tubuh shua masih terbaring tidak berdaya sementara Xiauli kini telah berada di kantor Shua dan memindahkan semua data-data penting perusahaan. Daripada memikirkan adiknya Xiauli lebih memikirkan harta orang tuanya yang tidak boleh jatuh ke tangan adiknya sepeserpun. Sebenarnya Barnard tidak ingin ambil pusing dengan urusan Xiauli dan adiknya tapi Xiauli yang menginginkan Barnard hadir dalam perseteruan antara kakak dan adik yang begitu seru. Barnard kini memiliki ide cemerlang, melalui temannya ia akan mencari tahu siapa orang di balik kecelakaan Shua dan memeras Xiauli, jika pun Xiauli enggan memberikan uang untuknya setidaknya ia bisa lepas dari
"Apa Anda sendirian tuan, Jack?" tanya Barnard sesaat setelah menghampiri Jack yang baru saja keluar dari dalam kamar. Jack baru saja menikmati kehangatan bersama beberapa orang wanita sekaligus, itu membuatnya lelah. Jack mengabaikan Barnard yang berada di depannya lalu berjalan meninggalkan Barnard begitu saja. "Tuan Jack!"Jack menghentikan langkahnya saat suara Barnard terdengar meninggi, sementara Barnard memberikan kode pada asistennya untuk mengantarkan segelas air ke pada Jack, air itu tak lain adalah bir. "Silakan diminum, itu permohonan maaf dari saya, bagaimana kalau malam ini saya yang mentraktir Anda untuk minum sepuasnya?!" Barnard mengangkat alisnya saat melihat Jack menerima minuman yang disuguhkan oleh Frans padanya. "Ide bagus, aku harus memberimu pelajaran." Jack tersenyum sinis lalu berjalan terhuyung menuju salah satu pintu yang tertera nomor setelah mengatakan itu di dalam hatinya. Barnard mengusap rambutnya lalu mengikuti langkah Jack yang berjalan sempoyon
Dua hari berlalu, Jack terbaring di rumahnya. Jack sama sekali tidak di bawa ke rumah sakit karena pesan Jack pada anak buahnya jika ia terkena peluru atau dalam masalah ia tidak akan bisa berobat ke rumah sakit karena tidak akan aman, walau pun anak buahnya menjaga dengan ketat karena Jack begitu banyak musuh di setiap pelosok kota. Hari ini Jack sudah sedikit membaik, namun tidak dengan perasaannya saat ini. Jack memikirkan putrinya yang saat ini entah di mana. "Kemarilah!" perintah Jack saat melihat Elvaro berada di ambang pintu. Menantu yang sebelumnya ia banggakan itu terlihat begitu takut, dengan langkah ragu Elvaro mendekati Jack yang masih terbaring di ranjang. Saat melihat Elvaro mendekat, Jack segera bangkit lalu mencekik leher Elvaro dengan gerakan cepat. Walau dalam keadaan sakit tapi Jack begitu kuat, ia mampu membuat Elvaro tidak dapat berkutik karena cekikan yang begitu mematikan. "Ergh .... lepaskan aku, Daddy." Suara Elvaro terdengar lirih. "Katakan di mana kau
Barnard seolah tidak percaya, saat ini dia berada di kota Zeile setelah dua hari perjalanan. Ada rasa menyesal di hati Barnard saat menerima tawaran dari Xiauli, bagaimana bisa ia akan membunuh satu keluarga hari ini, terlebih Barnard harus melupakan janjinya pada Frans untuk kembali lebih awal. "Permisi." Barnard berada di ambang pintu. Benar saja, dirinya di sambut oleh seorang wanita tomboy, Barnard sejujurnya kagum namun ia harus bisa membuat misi ini selesai demi perhiasan dengan harga yang fantastis. "Kau mencariku atau mereka?" tanya wanita yang ada di foto yang ditunjukkan oleh Xiauli. "Kalian semua." Barnard mengeluarkan pistol lalu menembak ke arah Jhesi. Diiringi dengan suara tembakan Barnard Jhesi pun menundukkan kepalanya hingga Jhesi mampu menghindari tembakan Barnard. Tidak puas di situ, Barnard justru mendekati Jhesi lalu menembak dari arah dekat namun Jhesi yang lincah segera melompat ke balik sofa untuk bersembunyi. Barnard berpikir, jika Jhesi di balik sofa ma
Barnard melemparkan beberapa beberapa patung berharga do depan Xiauli, "Bagaimana? Kau masih meragukanku?" "Wah, kupikir kau akan mati di tangan wanita itu." Xiauli meraih patung kuno yang Barnard lemparkan di depannya lalu melihat-lihat. Semua perhiasan patung terlihat begitu mewah dengen desain kuno, harga yang ditawarkan oleh musium begitu fantastis namun tujuan Xiauli yang sebenarnya bukan itu, ia ingin membuat Barnard terjebak dalam satu masalah namun Barnard tidak menyadarinya. "Jadi aku sudah bebas dari kontrak yang kau buat bubukan?" Barnard menatap Xiauli lalu beranjak dari tempatnya. Memberanikan diri lagi datang ke rumah Xiauli setelah beberapa lama Barnard tidak datang ke rumah itu, mata Barnard menatap kamar yang sebelumnya berpintu baja namun kini sudah berganti dengan pintu biasa. "Apa yang kau lihat?" tanya Xiauli saat ia menyadari Barnard menatap pintu kamar. "Tidak ada." Barnard meninggalkan Xiauli begitu saja. "Tunggu!" Langkah Barnard terhenti saat mendengar
Di ruangan gelap kini Barnard berada, ia telah sadar dari pingsannya, beberapa jam yang lalu George membawanya pada Carlos dan berharap Carlos segera membuat Barnard tunduk pada salah satu bosnya namun pikiran George tidak sama dengan apa yang Carlos pikirkan. Mata Barnard menatap sekeliling, ada cahaya remang-remang di sudut ruangan, ruangan yang ia tempati saat ini begitu dingin dan tidak memakai penutup tubuh sama sekali selain pakaiannya. Barnard menggerakkan kakinya namun ia tidak bisa melakukannya sama sekali. Tak lama terlihat cahaya begitu terang, nyatanya seseorang membuka pintu namun Barnard justru memejamkan matanya kembalikembali sampai lampu ruangan telah dinyalakan. "Masih saja tertidur padahal sudah 24 jam lebih, kupikir kau akan segera sadar setelah ini." Suara yang cukup ia kenal membuat Barnard bertanya-tanya kenapa sampai ia bisa ada di ruangan gelap seperti ini. Berlahan Barnard menyipitkan matanya, ia melihat Carlos menggantikan perban yang membalut kakinya ya
Sebulan telah berlalu, setelah penyiksaan yang membuat Starla kini berada di ruang operasi Jack justru mencari cara untuk membuat Barnard jatuh ke dalam kemiskinan kembali. Sampai saat ini Jack tidak ingin hartanya jatuh ke tangan Barnard walaupun itu sudah hak Barnard sepenuhnya. "Bangsat! keluar kau!" Jack saat ini bertolak pinggang di depan perusahaan KENKO. Berharap Barnard yang keluar namun justru seseorang yang tidak ia harapkan keluar dari dalam perusahaan itu. "Panggil Barnard, aku akan membuatnya meregang nyawa detik ini itu juga," kata Jack lalu mengambil pistol di dalam saku jasnya. "Bos sedang ada di luar kota untuk pemu ...." Nyaris saja Frans mengatakan kalau Barnard sedang berada di luar kota untuk pemilihan kondisi kesehatannya yang smakin menurun. "Pemu? Apa dia pemuja wanita? Haha ini lebih bagus, aku akan lebih mudah membuatnya jatuh." Jack terkekeh lalu melangkah meninggalkan perusahaan yang dulu begitu ia pertahankan. Penanaman modal atas janji palsu yang ia
Malam dengan gemerlap lampu diskotik menerangi ruang penuh dengan suara musik dan tawa, terdengar samar seseorang sedang berbisik di ujung bar sambil melirik ke arah seorang pria yang duduk sendiri. "Bawa minuman ini padanya!" Seorang laki-laki berpakaian jas rapi menyuruh seorang pelayan mengantarkan minuman padanya. Barnard duduk sambil menatap gelas yang berisi anggur di tangannya, pikirannya tak luput pada wanita yang kini menjadi sekretarisnya, Barnard menaruh kecurigaan kalau wanita itu menginginkan sesuatu yang lebih darinya. "Tuan, mau anggur dengan rasa khas yang agak klasik namun menarik untuk rasa yang lebih baru," ucap salah seorang pelayanan bar yang sebelumnya adalah suruhan laki-laki misterius itu. Suara pelayan itu cukup membuat Barnard terkejut namun ia masih bisa mengontrol emosinya. Barnard menegak dengan cepat minuman yang baru saja diberikan oleh pelayan namun minuman itu justru membuatnya begitu cepat pusing dan rasa ingin muntah. "Oh, Tuhan! Aku sepert
"Caline, apa kau yakin bisa membuatnya tunduk padamu?" tanya Carlos sesaat mereka tiba di rumah. Berlian yang baru saja mereka curi segera mereka simpan di salah satu tempat yang begitu rahasia. Carlos tidak begitu yakin dengan rencana yang di susun oleh Caline. "Aku yakin, aku tahu siapa Barnard, satu langkah lagi ...." Bragh .... Suara pintu di dobrak begitu memekakkan telinga, terlihat seseorang berdiri sambil menodongkan pistol ke arah mereka berdua, senyum penuh kemenangan terlihat jelas di wajah itu walaupun terlihat sedikit ada dendam. "George!""Kau terkejut?" George terkekeh lalu mendekati mereka berdua. "Harusnya kau bekerja dan mengandalkan aku, bukan wanita jalang ini. Wanita bisa saja berkhianat bukan?" George terlihat begitu kesal pada Carlos namun Caline hanya diam saja. "Bukan begitu, Caline akan membuat Barnard jatuh lagi. Caline mampu menguras semua harta yang Barnard miliki dan kita akan kaya raya," terang Carlos namun George hanya diam saja. Rasa dendamnya
Setelah satu tahun berlalu dari hadapan Jack dan Starla kini Barnard kembali muncul dengan gaya baru. Ia begitu muak dalam gangguan Jack dan orang-orang yang membuatnya tidak nyaman, maka sementara ia menghindari mereka karena ingin hidup tenang. Di negara ini tak cukup membuat Barnard senang, ia masih memikirkan apa yang seharusnya ia dapatkan, kini bersama dua orang pengawal yang telah menemaninya hampir dua tahun Barnard ingin membalas dendam pada Jack. "Ternyata kau lagi," ucap Jack yang sedang merapikan jasnya.Bagaimana bisa Jack lupa dengan kerja sama yang mengatasnamakan nama samaran lagi, ini kali ke dua Jack tertipu oleh Barnard, Barnard menggunakan nama pengawalnya untuk kerjasama dengan Jack, tak lain tujuannya untuk merebut perusahaan Jack lagi. "Ada masalah kah, Tuan? Bisnis tetaplah bisnis sedangkan aku akan tetap menjadi musuhmu bukan?" Barnard terlihat santai menanggapi perkataan Jack. Tampilan dan gaya Barnard saat ini sungguh bukan lagi dirinya yang dulu, pakaia
Dor.... Dor.... Brandal yang sebelumnya telah di bayar oleh nyonya besar yang memiliki banyak uang dalam jumlah besar kini telah mendatangi rumah Barnard dan mereka mencari keributan dengan Barnard. "Banjingan kau, Jack!" umpat Barnard lalu bangkit dari duduknya. Cukup lama ia tidak menyelesaikan laporan keuangan di kantornya, kini pekerjaannya menumpuk tapi pengacau datang dan merusak konsetrasi yang ada. Sebelumnya Barnard berpikir kalau yang datang mengacau adalah Jack tapi ia salah, nyatanya ada beberapa berandal yang sedang terbahak di luar rumahnya sementara Jack masih berada di rumah Edgar. "Berani sekali!" Barnard tersenyum sinis lalu berjalan masuk ke dalam ruangan rahasianya dan mengambil sejatanya. "Tuan ... Tuan belum sehat betul, jadi saya mohon jangan seperti ini." Salah satu dari pengawal yang mengikutinya kini berucap sambil meraih senjata yang Barnard simpan juga. "Lalu, apa kalian berdua rela mati demi aku?" Keduanya saling menatap namun Barnard justru menin
"Tak ada wanita yang setia, semuanya pelacur ketika uang yang berbicara," maki Barnard lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa. Ia teramat kesal pada Flow saat ini, ia berpikir kalau Flow hanya menginginkan harta dan harta. Tak lama masuk kedua orang yang sebelumnya mengawal Barnard. Meraka terlihat tergesa-gesa dan saling dorong mendorong. "Mau apa lagi!" Barnard memasang wajah kesalnya. "Kami bertugas melindungi Anda, Tuan." Kedua pengawal yang di tugaskan untuk melindungi Barnard sama-sama membungkuk di hadapan Barnard. Laki-laki yang bernama Bobby dan Candra itu terseyum ke arah Barnard seolah mengisyaratkan agar diri mereka tidak di usir sari rumah Barnard. "Baiklah, duduk! Tapi jika kalian berani macam-macam maka kalian berdua yang akan aku habisi dengan tanganku sendiri," pungkas Barnard lalu pergi meninggalkan mereka berdua setelah mengepalkan tangannya, kedua pengawal itu bergidik ngeri tapi mereka harus melakukan ini semua karena perintah. ***Di tempat lain, wanita yang be
"Kau sudah sadar?" Edgar tersenyum sinis menatap Jack yang terbaring lemah di atas ranjang tanpa alas, sementara Starla terikat di kursi besi di sudut kamar. Wanita itu terlalu banyak bicara sejak kemarin hingga membuat Edgar muak. Sebelumnya Starla menolak kalau ayahnya di bawa ke dalam rumah oleh Edgar karena Starla ingin ayahnya mendapatkan perawat yang layak dan hendak membunuh Edgar menggunakan pisau dapur namun Edgar yang licik tidak membiarkan Starla begitu saja lolos dari genggamannya. "Bajingan. Aku menyesal telah percaya padamu!" pekik Starla yang baru saja tersadar dari pingsannya, namun Edgar bersifat masa bodo pada wanita yang sempat ia katakan cinta itu. "Apa? Menyesal? Sudah terlambat, aku ingin melakukan apa yang ingin aku lakukan. Aku cukup puas atas pelayanan yang kau berikan jadi ...." "Diam!" Jack berteriak lalu memegang tangan Edgar yang berada tidak jauh dari ranjang di mana ia tertidur. Walaupun hanya tangannya yang bisa ia gerakkan namun Jack tidak ingin d
"Kenapa kita ada di sini?" tanya Barnard pada Flow yang datang menjenguk Barnard dalam ruangan pengobatan. "Aku yang membawa kau kemari, itu pun karena mereka," tutur Flow, ia merasa begitu canggung karena ada Carlos yang mendengarkan percakapannya. Di samping Flow ada Carlos yang menatap ke arahnya sembari mencoba membuang angin dalam suntikan. Setiap dia jam sekali Carlos akan mengecek keadaan Barnard. "Mereka." Barnard mencoba mengingat dua orang yang di tunjukkan oleh Flow. Orang-orang itu tak terlihat begitu asing, Barnard yakin pernah melihat mereka tapi ia tidak bisa memastikan di mana. "Maaf, Tuan. Beberapa bulan lalu kami ingin membawa Anda pada seseorang namun Anda memberontak," terang dua orang yang kini berada tidak jauh dari Flow. Pikiran Barnard kembali berputar pada beberapa bulan silam, ia mengingat kembali kejadian yang membuatnya jatuh ke dalam sungai hingga terhanyut ke lautan dan berakhir terdampar di bibir pantai dengan luka sayatan ranting dan gigitan binat
Dua kali tembakan ke arah Jack. Jack segera bersembunyi di balik tembok untuk menghindari tembakan mereka, Jack pun segera mengeluarkan senjatanya yang berada dalam saku jasnya dan segera menembak ke arah dua orang yang mengikuti Barnard sebelumnya, namun saat Jack menoleh ia terkejut karena telah kehilangan jejak sosok pelindung Barnard. Begitu pun dengan Barnard yang sudah tidak ada lagi di lantai, Flow juga ikut menghilang. "Bajingan!" Jack berdecak kesal, ia seakan tidak percaya telah kehilangan dua tawanannya sekaligus. "Di mana kalian?" tanya Jack sesaat setelah panggilan di terima oleh anak buahnya. "Di luar bos, kami melihat Barnard dan wanita itu di bawa oleh orang suruhanmu. Mereka sepertinya melebihi kami hebatnya, kami berdua salut, Bos," jelas anak buah Jack, Jack berdecak kesal, giginya menggertak. Ia tidak menyangka kalau anak buahnya benar-benar bodoh, kedua anak buahnya membiarkan orang asing yang telah membawa Barnard begitu saja tanpa ada pencegahan sedikit pu
"Misi apa lagi?" Barnard menghela napas berat, ia menatap lurus ke depan walaupun lawan bicaranya saat ini berada di sampingnya. Sejujurnya Barnard cukup muak dengan printah dari orang yang menindas dirinya terus menerus. Walaupun telah melakukan apa yang di mau oleh pria yang berada di sampingnya namun pria itu masih bersikeras untuk membuat Barnard hancur. Xiauli tersenyum menatap wajah Barnard yang kini terlihat kesal. "Tidak banyak, aku hanya ingin kau membunuh wakil pejabat negeri, dia terlalu banyak alasan dan menghindar dariku," ucap Xiauli lalu tersenyum. Bukan tanpa alasan, Xiauli ingin membunuh pejabat negara sekaligus temannya itu agar ia dapat bebas dari hukuman yang telah di tetapkan, namun Barnard tidak menyadarinya, Barnard hanya menganggap Xiauli terlalu serakah dengan kedudukan dan tahta. "Bagaimana?" lanjut Xiauli saat melihat Barnard terdiam. Tidak mudah bagi Barnard untuk menerima misi lagi dari Xiauli karena ia akan mendapatkan lebih banyak musuh dan masalah