Share

Potongan 65

Penulis: nana28
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Nyla terus membayangkan kemungkinan di kampus tanpa adanya Vika dan Parta. Dia sudah terlampau berteman baik dengan keduanya dan dia tidak pernah memiliki teman sedekat hubungan mereka. Teman-teman di organisasi pun seolah menjaga jarak dengannya sejak kabar tentang Parta merebak. Semua tidak seindah yang dialami sebelumnya. Dia benar-benar tidak memiliki teman.

Kegiatan bakti sosial tetap berjalan sesuai rencana. Namun di tempat acara, Nyla seolah tidak memiliki teman. Rara menjaga jarak dan seolah bermuka dua. Dengan tidak adanya Parta dan Vika, ia merasa bisa memperlakukan Nyla dengan sesuka hati. Dia dengan berani menyuruh banyak hal kepada Nyla dan parahnya dia mendapat dukungan dari yang lain.

Nyla benar-benar merasa bahwa selama ini ia diberi kemudahan karena hubungan dekatnya dengan Vika dan Parta. Sungguh teramat sedih, tapi dia berusaha untuk tetap kuat. Bukan salah merak bukan pula salah dia, semua itu sudah dianggapnya sebagai hukum alam untuk orang biasa

nana28

Katakan sesuatu supaya penulis tidak semakin buntu (LOL)

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembohong yang Sempurna   Pot. 66

    “Jadi kemarin itu salah satu sponsor? Penyokong dana? Keren sih, tapi ...” Pergunjingan itu jelas bersumber dari salah satu gadis berambut panjang yang duduk di bagian tengah. Yang menjadi pusat perhatian dan dengan bangga menunjukkan kepiawaiannya dalam bergosip. Sangat tidak bermutu, tapi hal seperti itulah yang dicari dalam sebuah hubungan sosial. Untuk apa sebuah kualitas jika pada akhirnya tak ada yang berminat mencurahkan perhatiannya, mengakui keberadaannya. Eksistensi memang sangat berperan dan bagaimana cara mendapatkannya bukan lagi hal yang harus dipikirkan dengan kehati-hatian ekstra. Bukankah jika dipikirkan terlalu lama maka semua justru tidak akan terjadi? Semua ada masanya begitu juga dengan eksistensi itu sendiri. Dia Rara yang dengan senyum tersunggingnya sengaja menatap Nyla yang sedang melewati jalan setapak menuju arah basecamp. Dia mengarahkan semua yang ada di sampingnya untuk menunjukkan tatapan mencemooh pada objek yang sama, Nyla.

  • Pembohong yang Sempurna   Pot. 67

    “Bisa ikut masuk ke mobil? Kita bisa cari tempat yang lebih nyaman untuk berbincang.” “Aku sudah pesan ojek dan ini sudah sore. Sudah seharusnya aku pulang,” tolak Nyla. Yang dia dengar dari Vika beberapa hari lalu, wanita ini menjadi saksi atas peristiwa yang terjadi, tapi sepertinya dia tidak pernah berniat untuk membantu Parta. Nada kesal merambati garis wajah Bela. Ia mencoba bersabar dengan gadis pujaan temannya itu. Terlebih di situasi semacam ini. Bukan saat yang tepat untuk menunjukkan keegoisan dan di depan Nyla, tidak akan pernah itu terjadi. Dia harus mengalah sebagai orang yang lebih dewasa. “Tidak ada orang yang menunggumu dan kamu cukup cerdas untuk membagi waktu. Soal ojek kamu bisa membatalkan tanpa merugikan mereka dan soal Parta aku tidak akan mengemis perbincangan lagi denganmu. Jika kali ini kamu bersikeras untuk tetap pulang.” Sekilas Nyla lupa bahwa Parta begitu percaya dengan temannya ini. Teman yang saling menguntungkan setidak

  • Pembohong yang Sempurna   Pot. 68

    Kita tidak pernah tahu hal apa yang membuat kita bahagia sebelum kita benar-benar melakukannya. Bertemu dengan Bela membawa angin segar tersendiri bagi Nyla yang tadinya enggan untuk bertegur sapa. Kesepiannya mulai terobati. Masih ada yang secara langsung meluangkan waktu untuk peduli dengan keadaannya alih-alih mencemooh dan merendahkan seperti halnya sebagian orang di kampus. Bela memesankan taksi untuk Nyla sekaligus membayar ongkosnya meskipun dia tidak bisa turun mengantar gadis itu. Ibu Bela justru dengan cekatan, meskipun duduk di kursi roda, memberi bekal kepada Nyla setelah dia tahu bahwa Nyla tinggal tanpa keluarga. “Kalau ada waktu, sering-sering lah main ke mari. Tante akan sangat senang walaupun tante ditinggal sendirian,” candanya pada Nyla. Tapi itu benar, terkadang orang hanya perlu ditemani tidak harus didengarkan, tidak harus diperhatikan, dan mereka tetap merasakan kebahagiaan. Bukankah itu relasi matang yang sesungguhnya, menghargai keberadaan d

  • Pembohong yang Sempurna   Pot. 69

    “Aku pikir Kak Bela tidak akan menghubungi aku.” Meskipun baru sekali berkunjung, dan ini kedua kalinya, Nyla sudah merasa nyaman bertamu di apartemen Bela. Itu semua karena keramahan Bela dan ibunya. Begitu Bela membukakan pintu Nyla langsung mengekor Bela dan duduk di sofa tanpa perlu dipersilakan. Sementara itu Bela terus berjalan ke kamarnya. “Jangan konyol. Aku bukan orang yang suka ingkar janji,” jawab Bela sesaat setelah ia kembali dari kamarnya. Ia keluar dengan membawa sebuah kotak kemudian duduk di sebelah Nyla dan membuka kotak itu. Nyla melihat isinya dengan sangat takjub. Botol-botol kecil beraneka bentuk dan warna yang sangat menarik. Benda-benda yang semakin menunjukkan sisi feminim seorang wanita. Jika hanya satu atau dua dia pernah melihatnya, tapi sebanyak itu, satu kotak penuh, ia hanya pernah melihatnya di toko bukan milik seseorang. “Mau coba?” tawar Bela, tetapi Nyla hanya tersenyum dan menggeleng. Ia merasa tidak cocok menyapukan kuteks

  • Pembohong yang Sempurna   Pot. 70

    Parta mencerna setiap informasi yang diberikan oleh Robi. Dialah satu-satunya jalan untuk bisa mendengar kabar tentang gadis itu, Nyla. Sementara tentang hubungan Robi dan Bela, baginya itu tidak mengejutkan, ia sudah pernah menduga bahwa kedua orang itu saling menyukai dan beruntungnya kepercayaan Bela tidak berkurang sedikit pun sehingga Robi pun juga menaruh perhatian padanya. Akan berbeda cerita, jika Bela tidak menjadi saksi kejadian malam itu maka bisa dipastikan pikiran negatif tidak bisa ditepis. Robi dan Bela pun juga tidak seserius sekarang ini. Dampak positif untuk orang lain dari kejadian yang dialami Parta. Menitipkan Nyla pada Bela membawa angin kelegaan bagi Parta. Meskipun keduanya sangat berbeda, tapi Parta yakin mereka bisa saling mengisi apalagi Robi sendiri mengatakan bahwa dia sudah tidak mengizinkan Bela pergi ke tempat hiburan malam. Sepenuhnya Parta percaya Bela bisa menjadi teman untuk Nyla. Sekarang tinggal kabar tentang Yoga. Meskipun Vika

  • Pembohong yang Sempurna   Pot. 71

    Beny’s Books & Coffee. Sebuah papan nama terpampang jelas di depan ruko berlantai tiga tak jauh dari kampus Nyla. Sebuah gambar buku terbuka di samping secangkir kopi melengkapi tampilan papan nama yang membentang sepanjang dua meter. Itulah tempat usaha yang diberikan Robi untuk Bela, toko buku sekaligus mini kafe dengan nama yang jelas dipaksakan, tapi itulah pilihan Robi dan Bela tidak bisa bernegosiasi untuk hal itu. Semuanya sudah satu paket. Bela tampak mengembuskan napas begitu turun dari mobil merah kesayangannya. Sama seperti yang dilakukan Nyla, Ia memandangi papan nama itu dengan enggan dan kemudian hanya mampu mengangkat kedua bahu saat Nyla memicingkan mata dan menaruh tanya pada tatapannya. “Kita masuk saja!” ajak Bela yang langsung menggamit lengan Nyla. Melangkah ringan memasuki tempat yang akan menjadi milik mereka. Sepi. Masih sepi. Bela kembali memasukkan kunci ke dalam tas mungilnya dan membiarkan pintu

  • Pembohong yang Sempurna   Pot. 72

    Parta terus tersenyum saat melihat ekspresi terkejut Nyla. Satu-satunya potret yang dikirim Bela begitu ia keluar dari jeruji besi. Dua bulan berada di ruang yang dingin dan engap itu dengan mudah dilupakan begitu mendapati kerinduannya sedikit terpenuhi. Gadis yang terlihat semakin cantik di matanya. “Kamu yakin? Dia akan sangat senang kalau kamu datang atau setidaknya temui aku. Ingat, aku ini temanmu, bukan sekadar orang suruhanmu!” oceh Bela saat Parta melakukan panggilan video dengannya. “Dia tidak akan mengenaliku,” kata Parta sambil menunjukkan jambang yang mulai memenuhi wajahnya. Ia sedikit bercermin melalui tampilan layar handphonenya. Benar, selama ditahan hingga sudah seminggu keluar, ia hanya beberapa kali mencukur jambangnya. “Dan kamu ... ayolah, masa hanya ada satu foto?” gerutu Parta. Ia merengek meminta foto Nyla yang lainnya. “Kamu pikir Nyla mau difoto? Sekali pun aku bilang untuk ditunjukkan padamu, pasti dia tidak akan mau. Kalau memang

  • Pembohong yang Sempurna   Pot. 73

    “Ayolah, Pa. Ajari anak kesayangan papa ini untuk merayu wanita.” Parta merengek pada ayahnya yang sibuk merapikan koper sementara dirinya duduk santai sambil memeluk ibunya. Ia mengatakan itu dengan sengaja dan menantang. Ia ingin memancing ayahnya untuk bersikap romantis pada ibunya. “Singkirkan harapanmu itu! Cepat cukur kumis dan jambangmu itu. Kamu kelihatan lebih tua dari papa,” sentak Panji. Raut wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun karena dia terus menunduk merapikan koper yang masih saja susah untuk ditutup. “Wow. Aku tak pernah menyangka papa akan menggunakan nada tinggi saat bicara padaku di depan mama. Tapi aku beruntung karena mama pasti selalu membelaku.” Parta mendongak sambil tersenyum untuk melihat ibunya. “Bukan lebih tua. Seperti ini dia lebih dewasa. Kita tidak perlu banyak cerewet lagi padanya,” jawab Ratna sambil tersenyum dan mengelus punggung Parta. Sedari tadi Panji hanya berfokus pada tugasnya merapikan isi koper hingg

Bab terbaru

  • Pembohong yang Sempurna   Pot. 85

    “Selamat datang.” Parta membuka pintu mobilnya dan mempersilakan Nyla untuk turun. Setelah menunda dua hari, akhirnya Parta berhasil meyakinkan Nyla untuk pergi ke rumah ibunya. ‘Menginap’ kata itulah yang membuat Nyla harus berpikir ulang untuk mengatakan mau atau tidak mau. “Ini rumah siapa?” tanya Nyla yang masih belum diberitahu Parta. Terdengar suara pintu dibuka dari rumah sederhana itu. Nyla pun menoleh dan melihat wanita paruh baya tersenyum serta melambai padanya. Mata Nyla beralih ke Parta dengan penuh tanya, sayangnya Parta hanya mengangkat bahu dan langsung menggandeng tangan Nyla dan membawanya menghampiri pemilik rumah itu. “Kalian sudah datang?” sapa Ratna yang langsung memeluk Nyla. “Kamu benar-benar cantik, persis seperti yang dikatakan Parta. Pantas saja dia tergila-gila sama kamu,” imbuh Ratna usai mereka berpelukan. “Mama,” kata Parta memberitahu Nyla yang masih kebingungan. “Mama?” tanya Nyla pada Parta de

  • Pembohong yang Sempurna   Pot. 84

    “Kak Parta? Ini benar, kan?” Nyla membulatkan matanya tak percaya. Pemuda yang berdiri tegap di depannya terlihat lebih sempurna daripada pemuda yang suka usil dan menyebalkan yang ada dalam ingatannya. Pemuda di depannya terlihat lebih ramah dan dewasa. Wajahnya lebih bersih seperti habis bercukur. Tatanan rambutnya juga lebih dewasa. Tapi, satu hal yang meyakinkan Nyla, aroma mint yang berhasil dihidunya. Sementara Nyla masih sibuk membandingkan pikiran dan kenyataan yang ada di depannya, Parta mengangguk dan melebarkan senyumnya sebagai jawaban.Angin kerinduan yang sangat lama bergemuruh di hati Nyla seperti mendapat kebebasan menyambut tuannya. Nyla merentangkan tangan dan langsung menghambur memeluk Parta. Menghirup sampai puas aroma yang menenangkan hatinya. Ia tidak peduli dengan orang di sekitarnya. Tidak peduli bahwa hal yang dilakukan mungkin akan membuatnya malu saat menyadarinya. Tidak peduli apakah akan mendapat penolakan—yang pa

  • Pembohong yang Sempurna   Pot. 83

    “Hai, Ny. Selamat, ya.” Renata dan Alex yang menggendong seorang anak kecil menghampiri Nyla. Hari itu Renata juga diwisuda. Berbeda dengan Alex yang justru menunda wisudanya karena lebih memilih untuk terus bekerja. Sudah hampir setahun ia menjadi kepala keluarga setelah pernikahan tiba-tiba yang mereka langsungkan karena kehamilan Renata yang di luar rencana.Nyla pernah menggeleng tak percaya waktu mendengar kabar itu, tapi melihat kebahagiaan keduanya rasanya tidak adil jika Nyla berpikir negatif tentang hubungan dan bentuk tanggung jawab yang sudah dengan berani mereka ambil. Sudah saatnya untuk berpikir terbuka, bukan berarti setuju dengan hal semacam itu, hanya perlu bijaksana untuk menyikapinya dan perlu menanggalkan pemikiran kolot yang sering mengatasnamakan kebenaran.“Terima kasih dan selamat juga untukmu, Ren. Kamu luar biasa,” tambah Nyla. Ia menggoda si kecil yang terlihat sibuk sendiri di gendongan Alex.Pertemuan

  • Pembohong yang Sempurna   Pot. 82

    Nyla menggeser ikon berwarna hijau dan mendekatkan benda kecil itu ke telinganya. “Halo,” kata Nyla dengan ragu-ragu. “Hai, Ny!” teriak orang di seberang telepon. Suaranya begitu renyah, semangat, penuh keceriaan. Namun demikian, Nyla masih sulit mengidentifikasi suara yang melewati jarak dan segala sistem untuk bisa sampai ke telinganya itu. Ada jeda beberapa saat ketika Nyla masih sibuk dengan pikirannya hingga suara di ujung telepon kembali mengambil alih suasana. “Ny, kamu masih di situ?” tanyanya dengan nada sedikit khawatir. “Kak Vika?” tanya Nyla dengan agak ragu. Cara pemilik suara itu khawatir mengingatkan Nyla pada sosok Vika yang memang sudah cukup lama tidak berkomunikasi dengannya, sama sekali setelah kepindahannya bersama dengan Yoga dan tepatnya setelah peristiwa yang dialami Parta di tempat usaha yang kelola oleh sahabatnya itu. “Iya, ini aku. Kamu apa kabar?” Nada khawatir itu sudah kembali cerita lagi. “Hai, Kak. Ya ampun. Se

  • Pembohong yang Sempurna   Pot. 81

    Percayalah, apa pun yang kita lakukan itu akan terasa menyenangkan dan menantang saat semuanya masih baru. Seperti halnya memuaskan rasa penasaran, kita ingin terus menaklukkan dan membuat diri kita menjadi pemenang. Mulai semester awal dengan segala ambisi yang tertanam, nyatanya Nyla mengalami banyak pengalaman dan rintangan yang semakin membuatnya merasa lengkap meniti setiap jejak langkah yang sudah disiapkan untuk dirinya. Teman yang semakin berkurang, tanggung jawab yang semakin bertambah dan hanya bisa diselesaikan, dilakukan, seorang diri. Benar-benar sendiri karena setiap orang memiliki kesibukan yang sama dan tanggung jawab yang sama beratnya. Mengabaikan semua perasaannya, Nyla berhasil membulatkan tekad awalnya. Kesibukan dan keberhasilan sudah di depan mata dan siap menyambut telapak tangannya. “Satu minggu ini kamu tidak perlu datang jika kedatanganmu hanya untuk bekerja. Kamu boleh datang jika kamu memang perlu untuk kebutuhan kuliahmu. Bukan u

  • Pembohong yang Sempurna   Pot. 80

    Nyla ikut merasakan kebahagiaan yang terpancar di senyum Bela saat sahabatnya itu mengenakan gaun sederhana yang akan digunakan untuk acara makan malam antara keluarganya dan keluarga Robi. Beberapa kali ia keluar dan masuk kembali ke kamar pas untuk mencoba beberapa gaun dan meminta pendapat Nyla. Ada rasa bangga yang terbersit di benak Nyla saat menyadari bahwa dirinya menjadi pribadi yang dipercaya untuk memberi pendapat dalam hal yang sangat penting bagi sahabatnya itu. “Bagaimana? Aku lebih suka yang warna emas, tapi kurasa aku tidak bisa menahan untuk mencoba yang satu ini dan rasanya sangat pas dan cantik,” celoteh Bela yang sedang memutar badannya dan memperhatikan penampilannya di depan cermin. Sementara itu Nyla duduk di belakangnya dan terus mengamati. “Kamu hanya mengagendakan untuk makan malam satu kali. Tidak mungkin dalam waktu yang sama kamu akan berganti pakaian.” Nyla menatap Bela yang sekarang membelakangi cermin dan sedang menunjukkan penampilanny

  • Pembohong yang Sempurna   Pot. 79

    Bela tidak berhenti berjalan ke sana ke mari di antara beberapa bangku pengunjung. Beberapa karyawan yang sedang membersihkan kafe malam itu sesekali mencuri pandang dan menaruh curiga pada sikap tidak biasa dari atasannya itu. Sesekali juga mereka berbisik, namun tak ada satu pun yang berani bertanya secara langsung. Biasanya Bela akan menyampaikan beberapa instruksi yang menurut karyawannya sangat membosankan, instruksi yang selalu diulang-ulang setiap mereka mulai menutup kafe. Nyla yang baru turun dari lantai dua melihat pemandangan itu. Matanya beralih dari satu sisi kafe ke sisi yang lainnya. Beberapa karyawan yang sudah selesai beres-beres namun masih berkumpul dan tidak segera pulang. Mereka saling mendorong satu sama lain untuk mendekati Bela. Bela yang mendapat perhatian dari karyawannya itu juga menjadi perhatian Nyla. Ada apa dengan mereka hari ini? “Ada apa? Mengapa kalian belum pulang?” tanya Nyla saat mendekati karyawannya yang sudah berganti

  • Pembohong yang Sempurna   Pot. 78

    Vika terbahak-bahak ketika mendengar Yoga menceritakan kemurungan Parta karena cemburu dan takut Nyla memiliki pacar baru. Suasana meja makan begitu renyah, tidak hanya dentang sendok garpu yang beradu dengan piring. Vika dan Parta pun lebih sengit, terutama Vika, mengejek satu sama lain. Parta terus memprotes masakan Vika yang jelas hanya mengada-ada karena buktinya ia melahap semua makanan. Belum lagi Yoga yang terus membela Vika membuat Parta semakin terpojok. Tapi tidak masalah, itu semua hanya canda. Mereka sadar bahwa jauh dari keluarga membuat mereka harus saling menguatkan satu sama lain. Dan itu cara yang mereka pilih. “Jadi? Bagaimana? Kamu mau balik, Par? Kalau kamu tidak balik, bisa-bisa Nyla diambil cowok lain.” “Dalam imajinasimu, Vik! Nyla tidak mungkin semudah itu melupakan cowok sekeren aku. Lagian aku yakin banget kalau itu cowok tidak bisa menyaingi kelebihanku.” “Ingat, Par. Nyla pernah suka loh sama aku,” sela Yoga memberi penekan

  • Pembohong yang Sempurna   Pot. 77

    “Apa?” Parta masih menyimak cerita Bela namun tidak yakin dengan pendengarannya saat ini. “Tidak perlu heran!” tegas Bela yang bisa dipastikan kekesalannya. Tidak ada orang yang suka mengulang-ulang perkataan yang baru saja selesai disampaikan, begitu juga dengan Bela. “Kamu jangan merusak semangat aku dong Bel! Yang benar saja? Nyla tidak mungkin semudah itu jatuh cinta sama orang lain.” Parta menghela napas dan menghentikan aktivitasnya. Fokusnya hanya pada earphone yang memenuhi telinganya. Cerita panjang yang disampaikan Bela diakhiri dengan berita yang ingin ditolak oleh Parta. Pemuda itu sudah tidak fokus membaca buku di depannya. Jemarinya juga beberapa kali salah mengetik. “Aku tidak bilang kalau Nyla jatuh cinta sama itu cowok. Aku cuma bilang kalau ada cowok yang suka sama Nyla dan berusaha mendekati Nyla.” “Terus?” tanya Parta. Ia tidak sungguh bertanya karena jawabannya tentu akan membuatnya berpikir lebih dalam. “Terus ak

DMCA.com Protection Status