Share

Part 62

Penulis: Ida Saidah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Inggih, Pak Ustadz," jawabku sambil menyeringai.

"Dinasehati malah meledek!" sungutnya kemudian.

"Iya, maaf. Mas juga sedang berusaha jadi orang soleh, supaya berjodoh dengan Kak Umay yang sholehah itu, kan? Ibadah juga nggak boleh pamrih. Harus diniatkan dengan lillahi ta'ala."

Mas Aldo mendelik mendengar jawaban dariku. Ia lalu mengambil roti yang ada di tangan, memakannya tanpa permisi. Dasar Kakak nggak ada akhlaq. Main rebut saja makanan adiknya.

Pria berusia tiga lima tahun itu lalu pergi begitu saja.

***

Robert sudah menunggu di dekat mobil ketika aku keluar bersama Maura. Senyum ramah terkembang di bibirnya, memamerkan deretan giginya yang putih dan rapi.

"Selamat pagi, Mbak Alin, Dek Maura?" sapanya kemudian.

Ia lalu membukakan mobil untukku, menutupnya kembali saat aku serta Maura sudah duduk manis di dalam.

Jujur sebenarnya aku merasa kurang nyaman diperlakukan secara berlebihan seperti ini
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 63

    Aku lekas pergi meninggalkan Tiara yang masih berdiri memaku setelah selesai membayar semua barang belanjaan, sambil menggandeng tangan Maura dan langsung masuk ke dalam mobil."Mbak Alin tidak apa-apa kan?" Robert bertanya seraya menatap wajahku melalui kaca spion depan."Seperti yang Mas Robert lihat. Saya tidak apa-apa. Sudah biasa ketemu antek-anteknya Mas Alex dan mendengar kata-kata pedas dari mulut mereka. Sudah kebal!" jawabku."Syukurlah kalau begitu. Yasudah, sekarang kita mau langsung ke toko apa mau ke mana lagi?""Ke toko saja.""Siap Mbak Bos!"Pria berambut cepak itu segera menyalakan mesin mobil dan melesakkan kendaraan roda empat tersebut meninggalkan parkiran swalayan.***#Alex.Mendengkus kesal, menendang botol yang tergeletak sembarangan di jalanan sambil mengumpat Dafa serta Alina.Belagu banget itu anak. Baru punya motor butut saja sudah sombong. Awas saja nanti kalau aku

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 64

    "Mau apa kamu datang ke sini, Mas?" tanya Tiara dengan suara bergetar. Gurat ketakutan terpancar jelas di wajah perempuan berwajah cantik meski tidak bisa mengalahkan kecantikan Alina itu."Mau menemui kamu, Tiara? Memangnya kamu nggak kangen sama aku? Apa kamu sudah lupa dengan apa yang selalu kita lakukan jika kamu pulang ke kampung halaman?" jawab si pria seraya menyeringai."Minggir kamu, Mas. Aku nggak mau sampai ada orang tahu kalau kamu ada di sini. Apa kamu nggak lihat di rumah ini sedang berduka?""Yang berduka itu Ibu, bukan kamu maupun aku. Ayolah...aku sudah kangen sama kamu. Apa kamu tidak kangen sama aku? Sudah lama pisau milikku tidak diasah, takut tumpul!"Aku mengepalkan tangan erat di samping tubuh. Apa maksud dari obrolan mereka? Apa jangan-jangan pria itu malah teman kencannya Tiara, dan dia bukan dirudapaksa tapi melakukannya suka sama suka.Daripada terus penasaran, aku lekas mengayunkan kaki menghampiri mereka, akan

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 65

    Pagi-pagi sekali, seluruh anggota keluarga juga kerabat terdekat sudah siap untuk memakamkan Siti di tempat pemakaman umum tidak jauh dari rumah mertua. Aku terus memeluk anak-anak ketika jasad ibunya dimasukkan ke liang lahat, mencoba menenangkan mereka yang selalu saja menangisi ibunya. Apalagi baik ibu maupun kakak Siti tidak ada yang perduli. Mereka seolah tidak mengenal aku juga kedua buah hati Siti, bahkan selama aku di rumah mertua tidak ada satu orang pun yang menyapaku, apalagi mengucapkan bela sungkawa.Tetapi biarlah. Nggak penting juga. Justru kalau begitu aku bisa langsung pamit pulang setelah selesai pemakaman nanti, tanpa harus menunggu acara tujuh harian atau ritual lainnya.Ah, akhirnya aku bebas dari belenggu Siti. Kini tinggal menyusun rencana untuk ke depannya, hidup bersama Tiara walaupun tidak ada ikatan cinta, juga akan membangun bisnis bersama hingga bisa menjadi kaya dan kembali menaklukkan hati Alina.Satu per

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 66

    "Jadi begini kelakuan asli kalian? Suasana lagi berduka, malah berbuat mesum seperti ini? Dasar murahan!" teriak Mbak Dewi sambil menampar wajah Tiara untuk yang kedua kalinya. Dia kemudian menyuruh warga untuk mengarak kami berdua keluar, akan tetapi aku menolak dan berdalih kalau kami sudah menikah secara siri di Jakarta."Mana buktinya kalau kalian sudah menikah?" teriak Mas Gazali muntap. Gurat cemburu tergambar jelas di wajah sangar pria itu."Ada di Jakarta. Kami sudah menikah beberapa bulan yang lalu atas permintaan Siti. Dia meminta saya untuk menjaga Tiara karena tidak ada orang perduli dengan Tiara!" dustaku."Bohong. Siti bukan perempuan bodoh yang rela menyerahkan suaminya kepada orang lain. Kalian jangan coba-coba membohongi kami. Dan kamu Tiara, apa belum puas menghancurkan rumah tangga aku? Sekarang, kamu malah menggoda suami Siti. Kamu rela menyerahkan raga hanya demi obsesi kamu memiliki lelaki yang sudah mempunyai istri. Du

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 67

    Aku menyeka sudut bibir yang terasa perih serta mengeluarkan sedikit darah, juga meraba beberapa bagian wajah yang sudah lebam-lebam karena terkena pukulan serta lemparan. Pun dengan Tiara yang terus saja meringis kesakitan karena ternyata pelipisnya mengalami luka lumayan cukup parah.Melihat keadaanku dan Tiara, Pak lurah menyuruh kami untuk segera berpakaian dan membawa kami ke puskesmas untuk diobati, sekaligus meminta maaf atas sikap warganya yang sudah main hakim sendiri.Ah, untung saja dia percaya dengan ucapanku. Kalau tidak, sudah habis diri ini dianiaya warga kampung dan bisa mati konyol di sini. Huh! Ini semua gara-gara aku tidak bisa menahan hasrat walau hanya sebentar saja. Padahal niatnya sore ini akan kembali ke Jakarta dan bisa menghabiskan waktu bersama dengan Tiara berdua di sana tanpa ada pengganggu karena anak-anak juga sudah diambil neneknya.Setelah selesai diobati, Tiara meminta salah se

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 68

    "Kamu itu kenapa sih, Mas? Kok malah bengong terus. Niat nggak sih, nikah sama aku?" sungut Tiara lagi."Ra, kenapa kita tidak menikah secara siri saja. Nanti kita resmikan kalau aku sudah punya uang. Aku malu kalau nikah tapi kamu yang membiayai.""Aku nggak mau nikah siri, soalnya nanti kalau punya anak malah ribet dan nggak bisa urus akta kelahiran. Aku maunya nikah secara resmi."Aku hanya bisa menghela napas pasrah. Ternyata Tiara begitu keras kepala, tidak seperti bayanganku yang selalu berpikir kalau dia itu mudah ditaklukkan juga dikendalikan.Kayaknya bakal ribet kalau aku memiliki pasangan seperti dia. Bisa-bisa malah aku yang selalu kalah berdebat jika bertengkar atau berbeda pendapat nanti. Tetapi mau bagaimana lagi, lagi-lagi keadaan memaksaku harus pasrah dan menerima apa pun keputusannya."Yasudah, terserah kamu lah, Ra. Yang pasti untuk saat ini aku sedang tidak punya uang buat ngurusin masalah ini," ucapku kemudian.

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 69

    Alina terus saja menatap dengan pindaian yang sulit sekali bisa diartikan. Entah merasa cemburu, atau merasa lega karena akhirnya aku kembali mendapatkan pendamping hidup dan dia benar-benar bisa terlepas dariku.Hingga akhirnya pak penghulu memulai acara sakral itu, akan tetapi aku masih belum bisa konsentrasi. Keringat dingin terus saja membanjiri sekujur tubuh, karena jujur belum ada kesiapan sama sekali dalam hati."Sudah siang, Mas, kita mulai ijab qobulnya sekarang," bisik salah seorang tetangga yang ditunjuk sebagai saksi oleh Tiara.Aku menatap perempuan yang tengah duduk anggun di antara keluarganya. Tidak ada senyum terkembang sama sekali di bibirnya, malah terlihat sekali raut kebencian terpancar di kedua netranya.Sementara Tiara, perempuan yang sudah duduk dengan kebaya pengantin dengan ronce melati menghiasi kerudungnya itu terus saja memperhatikan diriku, seolah mengerti apa yang sedang kurasakan saat ini.

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 70

    Suara cericip burung di pagi hari bagai alarm yang mengusikku dari lelapnya tidur. Aku lekas menyibak selimut yang menutupi tubuh, turun dari ranjang lalu segera keluar dari kamar dan membasuh tubuh di kamar mandi.Ibu sedang duduk di ruang tengah sambil menghitung uang yang entah itu milik siapa, tetapi jumlahnya lumayan cukup banyak.Dengan cepat kaki ini terayun menuju ke arahnya, kemudian menanyakan dari mana dia mendapatkan uang tersebut."Dari kotak amplop lah. Lumayan. Ibu sudah buka dua-duanya dan jumlahnya ada sekitar sebelas juta. Di sini ternyata pelit-pelit orangnya ya, Lex. Masa isi amplopnya banyak yang dua ribu perak, bahkan ada beberapa juga yang kosong. Paling besar itu isi amplopnya seratus ribu, lima puluh ribu, kebanyakan isinya dua puluh sama tiga puluh ribu. Tapi nggak apa-apa lah, lumayan bisa buat tambah-tambah!" jawab Ibu sambil memilah antara uang recehan dengan pecahan lima puluh serta ratusan ribuan.

Bab terbaru

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 133 (Extra Part2)

    Kamu sudah keluar dari penjara? Kenapa kamu tidak menghubungi Mas, Ran?" tanya Alex seraya membingkai wajah sang adik seiring dengan derasnya air mata yang mengalir dari kedua sudut netra."Aku nggak punya hape dan nggak berani menghubungi Mas karena takut Mas nggak mau lagi menerima aku, sebab aku sudah sering membuat kesalahan sama Mas!""Ya Allah, Rani. Seperti apa pun kamu dulu, kamu itu tetap adik Mas. Keluarga satu-satunya yang Mas miliki di dunia ini. Maaf ya, kalau selama kamu dipenjara Mas nggak jenguk kamu.""Iya nggak apa-apa. Bagaimana kabarnya Tiara, Mas? Kalian sudah punya anak berapa?""Tiara sekarang sedang dirawat di rumah sakit jiwa. Dia terkena gangguan mental dan juga sedang sakit kanker serviks stadium akhir.""Ya Allah... Kasihan sekali.""Iya, sekarang rumah miliknya juga sudah dijual untuk mengobati penyakit yang dia derita, karena Tiara tidak punya saudara maupun kerabat di sini. Mas juga kan sudah cerai

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 132 (Extra Part)

    POV Author.Rani menatap pintu keluar rutan sambil bernapas lega karena akhirnya bisa keluar dari dalam penjara. Hanya saja dia merasa bingung, setelah ini akan tinggal di mana karena rumah peninggalan orang tuanya sudah dijual dan dia juga tidak tahu alamat rumah Alex yang baru.Menatap dua lembar uang yang diberikan petugas lapas, Rani berniat pergi ke Jakarta untuk mencari sang kakak dan berniat tinggal di sana dan mencari pekerjaan.Tetapi bagi mantan narapidana seperti dia, masih adakah perusahaan yang mau menerimanya menjadi karyawan? Terlebih lagi dia hanya memiliki ijazah SMA karena sudah di-drop out oleh pihak universitas.Karena sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di Bandung, terlebih lagi sangsi sosial yang dia dapatkan di kota Kembang tersebut, perempuan berusia dua puluh delapan tahun itu akhirnya nekat pergi ke Jakarta untuk mencari keberadaan Alex.Rumah pertama yang dia sambangi adalah tempat tinggal lama sang kakak, ber

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 131 (Ending)

    "Ada apa, Mas?" tanyaku dengan nada ketus juta tanpa basa-basi."Alin? Kamu apa kabar?" Dia terus memindai wajahku, dan aku lihat ada rindu samar di kedua sorot netranya."Seperti yang kamu lihat. Aku sehat dan baik-baik saja. Kalau tidak ada hal penting yang mau kamu sampaikan, sebaiknya kamu pulang, Mas. Aku nggak mau timbul fitnah jika kamu berada di sini, sebab sekarang aku sudah menjadi istri orang!""Aku mau minta maaf sama kamu, karena sudah menyakiti hati kamu dan selalu berusaha mengusik kebahagiaan kamu. Bahkan aku juga berusaha mengacaukan pernikahan kamu kemarin dengan Dafa.""Aku sudah memaafkan kamu!""Alhamdulillah kalau begitu. Tolong setelah ini jangan benci aku, apalagi sampai menjauhkan Maura sama aku. Selamat juga atas pernikahan kamu dan Dafa. Semoga kalian berdua bahagia.""Aamiin, terima kasih!""Ini, aku ada rezeki sedikit. Nitip buat anak kita. Ya, walaupun aku tahu kalau Dafa bisa mencukupi semu

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 130

    "Sayang, bangun." Dafa mengusap lembut lenganku, menerbitkan senyuman manis menyapa hari saat pertama membuka mata."Sebentar lagi Subuh," ucapnya lagi.Aku segera menyibak selimut yang menutup hingga ke leher, duduk menyandar di headboard mencoba mengumpulkan nyawa sebelum turun dari tempat tidur.Mata ini tidak lepas dari tubuh Dafa yang sudah terlihat rapi dengan baju koko serta sarung membalut tubuh, menambah kesan tampan memesona wajah laki-laki itu."Aku mau ke mushola. Kamu buruan mandi, gih. Biar nggak telat salat subuhnya." Tangan kekar itu terulur mengusap lembut pipi ini."Iya, Daf. Kamu hati-hati. Habis salat mau aku bikinin apa?" tanyaku tanpa melepas selimut yang menutupi dada, merasa malu kepada suami, padahal jelas-jelas kami berdua sudah saling tahu semua yang ada di tubuh kami."Bikin anak saja!" Dia menjawab sambil menyeringai, dan aku langsung melotot menatapnya."Maruk banget kamu!""Bercand

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 129

    Malam kian merangkak larut. Jarum pendek jam sudah menunjuk ke angka sepuluh malam, dan aku sudah merasa lelah karena hampir seharian berdiri di atas pelaminan menyalami para tamu undangan yang datang silih berganti hampir tidak ada henti.Jantung ini berdegup kencang ketika pintu kamar terbuka seiring munculnya sesosok laki-laki bertubuh tegap dengan senyum terkembang di bibir.Segera kuhentikan aktivitas menghapus riasan di wajah, menatap Dafa dari pantulan cermin seraya mengatur napas juga detak jantung yang mulai terasa tidak karuan."Aku mandi dulu, habis ini kita salat sunah dua rakaat." Dafa berujar sambil mencium puncak kepalaku dengan penuh kelembutan serta cinta."Iya, Daf." Aku mendongak menatap wajah suami, hingga kini jarak kami tinggal beberapa centimeter saja, dan aku bisa merasakan hangat napas menerpa muka."Aku mencintai kamu, Alina. Terima kasih karena kamu sudah bersedia menjadi istri aku. Aku berjanji akan selalu

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 128

    "Ada ribut-ribut apa di depan, Kak? Siapa yang datang mengacau?" tanyaku kepada Kak Humaira."Alex datang dan berusaha menghentikan pernikahan kalian, Lin," jawab istri dari Mas Aldo membuat diri ini merasa geram.Untuk apa Mas Alex masih mengganggu hidupku? Padahal, sudah berkali-kali aku katakan tidak ingin kembali, dan dia juga kan sudah memiliki pasangan. Aneh memang pria satu itu."Tapi kamu tenang aja, Lin. Mas Aldo dan teman-temannya sudah mengurus dia. Sekarang Alex sudah pergi, dan di depan dijaga ketat sama orang-orang yang pernah menjadi bodyguard kamu."Aku sedikit bernafas lega mendengarnya. Semoga saja Mas Alex tidak kembali dan mengacaukan acara pernikahan aku dan Dafa.Melalui pengeras suara terdengar Dafa mulai mengucapkan qobul, mengalihkan tanggung jawab papa di pundaknya dan dijawab sah oleh hadirin yang ada.Tanpa terasa buliran-buliran air bening merembes dari balik kelopak membasahi pipi, merasa terhar

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 127

    "Memangnya kamu mau minta apa, Daf?" tanyaku sambil menatap curiga, takut dia meminta sesuatu yang tidak mungkin bisa aku berikan sebelum kami dihalalkan.Bibir plum calon suami melekuk senyum. "Aku mau kamu mengenakan hijab, karena jika nanti kita sudah menikah, dosa kamu itu menjadi tanggung jawab aku juga. Aku pernah melihat kamu berjilbab dan maa syaa Allah ... Cantik luar biasa, Alina. Jujur aku lebih suka penampilan kamu yang tertutup, biar cuma aku saja yang melihat aurat kamu," ungkapnya kemudian, membuat diri ini sedikit bernafas lega. Aku pikir dia ingin meminta apa.Duh, otak. Kenapa mendadak jadi ngeres kaya lantai belum disapuin sih?"Tapi aku tidak memaksa Alina. Itu hanya keinginan aku saja. Sebagai calon suami kamu, aku wajib mengingatkan, apalagi jika nanti kamu sudah menjadi pendamping hidup aku.""Insyaallah, Daf. Tapi pelan-pelan aja, ya? Mungkin nggak langsung tertutup kaya tante Farhana ataupun Tante Melinda. Tapi aku janji,

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 126

    "Daf, apakah aku harus mengumbar kata-kata cinta seperti anak remaja yang sedang kasmaran? Bukan kah cinta itu hanya perlu dirasakan, tanpa perlu diungkapkan apalagi diumbar-umbar?Jujur, aku sudah merasa nyaman sama kamu, merasakan rindu kalau kamu tidak menghubungi aku, apalagi jika seharian tidak melihat wajah kamu. Entahlah, semua itu termasuk rasa cinta atau apa aku tidak tahu. Aku juga sudah mantap dan merasa yakin kalau kamu adalah lelaki terbaik yang dikirimkan oleh Allah untuk mendampingi hidup aku, menjadi sandaran hati aku kelak, tempat berbagi suka maupun duka juga menjadi ayah sambungnya MauraTolong jangan hanya gara-gara aku menatap mas Umar membuat apa yang sudah kita bina bersama menjadi berantakan. Percayalah. Kalau hati aku ini mulai tertambat sama kamu, Daf. Tapi kalau kamu nggak percaya aku nggak maksa!" Beranjak dari kursi, hendak meninggalkan calon suami akan tetapi dengan sigap ia mencekal lengan ini, membalikkan tubuhku hingga kami berdiri

  • Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku   Part 125

    "Saya terima nikah dan kawinnya Hilda Humaira binti Ibrahim, dengan mas kawin tersebut tunai." Dengan sekali tarikan napas Mas Aldo mengucapkan janji suci di depan penghulu juga para saksi, memindahkan tanggung jawab dokter Ibrahim serta dosa-dosa Kak Humaira di pundaknya.Semua hadirin ramai gemuruh mengucap kata 'sah', diiringi lelehan air mata yang memburai di pipi pak dokter serta Ning Ranara juga mama.Pun dengan diriku yang merasa terharu karena akhirnya kakak satu-satunya yang kumiliki bisa mempersunting pujaan hatinya, mengakhiri kesendirian, mendapatkan pendamping yang begitu baik serta salihah seperti Kak Humaira."Aku jadi pengen segera menghalalkan kamu, Lin," bisik Dafa yang saat ini duduk memangku Maura di sebelahku.Aku menoleh dan tersenyum, hingga tanpa sengaja pandangan kami saling berserobok, menghadirkan gelenyar aneh dalam dada yang belum pernah aku rasa selama dekat dengan pria tersebut.Apakah ini yang dinamakan getaran asmara?"Insyaallah kita juga segera menyu

DMCA.com Protection Status