Home / Romansa / Pembantu Rasa Nyonya / Bab 573. Ada Apa?

Share

Bab 573. Ada Apa?

Author: Astika Buana
last update Last Updated: 2023-06-12 23:04:10

Ketakutan berasal dari ketidaktahuan.

Itu benar.

Namun, jangan dijadikan alasan untuk berpikir overthingking. Jatuhnya justru berujung dugaan yang jauh dari kata positif thingking.

Anak-anak datang dengan selamat dan tidak kurang suatu apa. Sengaja aku menunggunya di restoran depan, ingin melihat langsung kedatangan mereka. Aku tersenyum lega melihat Kevin di bangku depan bersama Wisnu, sedangkan para gadis di belakang.

Lega karena dugaan Dewi ternyata salah. Mereka tidak mengumbar kemesraan seperti yang dia takutkan. Lebih lega lagi, ternyata mereka terlihat akrab. Ini harapanku sebagai orang tua, mereka nantinya akan akrab seperti saudara, walaupun sebatas ipar, atau ipar dengan ipar. Bukankah itu kebanggaan orang tua.

Aku melambaikan tangan, dan mereka melihat dan menghampiriku.

“Hai, Ma! Tumben makan di sini?” seru Amelia sambil mengambil tempat duduk di sebelahku. Kevin tanggap, dia mengajak Wisnu untuk menggabungkan meja kecil dengan mejaku. Dan, sekarang kami berlima di satu me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Amanda Fitriasari
mamanya pakai jilbab. anaknya minum beer.. hmm agak rancu
goodnovel comment avatar
Ma En Top
drpd tampilin bram, laki kok gitu amat, lbh asik baca para eyang aja, seru lucu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 574. Teman Butuh

    Saat seseorang terbiasa di posisi puncak dan tiba-tiba jatuh, dunia seperti mengucilkannya. Sebelumnya dunia seperti berada digenggaman, dan tiba-tiba yang didapati hanyalah ruang hampa. Keadaan inilah yang sering memaksa seseorang butuh pengakuan. Seperti Papa Bram saat ini. [Maaf, Pa. Untuk apa Papa membutuhkan uang segitu? Apa bisa Wisnu mentransfer lima juta dan sisanya sesampai di sini?] Aku bertanya sehati-hati mungkin. Jangan sampai Papaku ini merasa tersinggung. [Duh! Bagaimana, ya? Soalnya Papa sudah janji kepada teman.] [Teman? Papa punya hutang?] tanyaku penasaran. Papa justru mengirim emoticon tertawa terbahak-bahak. [Dia ini temanku SD, Wis. Tidak mungkinlah aku meminjam uang kepada teman yang tidak beruntung seperti dia] [Terus untuk apa?] Dahiku semakin mengernyit. Maksud Papa apa? Dia tidak membutuhkan uang untuk membayar hutang. Terus untuk apa? Mata ini tidak sabar melihat layar yang bertuliskan 'typing'. Penasaran menunggu apa yang ditulis, tapi ini terasa

    Last Updated : 2023-06-14
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 575. Usil

    Lama aku menimbang apa yang seharusnya aku katakan ke ayah kandungku ini. Aku mengerti posisinya sekarang. Papa Bram yang terbiasa di posisi di atas. Tidak hanya uang, kekuasaanpun ada di tangannya. Apa yang dia perlukan tersedia. Bahkan dibilang berlebih. Aku tahu ini. Saat masih bersama Mama pun, secara material semua tercukupi. Perusahaan berkembang pesat. Begitu juga saat bersama dengan Tante Wulan. Pernah aku berkunjung ke rumah mereka. Adik-adik tiriku mendapatkan fasilitas yang semuanya ada. Tante Wulan berasal dari keluarga yang terpandang dan cukup berlebih. Pernah ada acara keluarga, aku pun diundang, berkenalan dengan keluarga besar yang ternyata juga tidak mengabaikan aku sebagai anak bawaan Papa Bram. Dari yang aku amati, perusahaan yang dijalankan Papa itu adalah milik keluarga Tante Wulan. Pantas saja, sekarang saat ada masalah pada keduanya, Papa Bram seakan dilucuti. Aku enggan bertanya banyak. Aku hanya menyiapkan telinga untuk mendengar saat Papa beberapa waktu

    Last Updated : 2023-06-15
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 576. Makan Bersama

    Hubungan darah itu tidak akan terhapus oleh apapun. Baik sebagai anak, saudara, ataupun orang tua. Ada mantan teman, mantan pasangan, tetapi hubungan darah tidak bisa menjadi mantan. Jadi terima bagaimanapun mereka.Semua pasti ada hikmahnya. Perbedaan kenyataan dengan kesempurnaan merupakah tantangan, yang patut disyukuri. Kalau seperti ini, kepala harus ditundukkan. Masih banyak di luar sana yang jauh dari kata beruntung. Dengan begitu, pasti puji syukur akan terlantun.Sekarang kami di meja makan yang dipesan khusus oleh Mama. Set-up meja tidak jauh dari kolam. Semua anggota keluarga berkumpul termasuk calon anggota-Kevin dan Rima.Ting! Ting! Ting!Papi Kusuma mengetuk gelas dengan sendok. Semua mata tertuju kepadanya.“Dalam kesempatan ini, Papi akan menyatakan kalau Papi dan Mama sangat bahagia. Kalian berkumpul dengan lengkap dan tidak kurang suatu apa,” ucap Papa sambil menebarkan senyuman.Tangannya meraih tangan Mama, menggenggam erat yang dipertunjukkan di atas meja.“Yang

    Last Updated : 2023-06-16
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 577. Terminal Keberangkatan

    Pertanyaan yang meletakkan aku di persimpangan. Sempat terbersit, darimana Papi Kusuma tahu tentang kedatangan Papa Bram. Aku lupa kalau Papi orang yang mempunyai koneksi luas. Minuman aku teguk, kemudian menyangga dagu sambil mencari kata yang tepat.“Itulah yang menjadi pikiran Wisnu, Pi. Sungguh, Wisnu sangat bulat tekadnya untuk mensegerakan proyek itu. Tapi__”“Tapinya Papa kamu?” sahut Papi Kusuma dan aku jawab dengan anggukan.“Seberapa parah keadaan Pak Bram? Mungkin Papi bisa meringankan sedikit.”Aku menatap ragu kearah ayah tiriku ini. Mulutku ingin segera bercerita, tapi ini apakah pantas? Namun, kepalaku mulai merasa pecah dengan masalah orang-orang dewasa ini. Ingin bercerita dengan Mama, itu tidak mungkin. Mama sudah mewanti-wanti tidak mau mendengar cerita tentang mantan suaminya.“Cerita saja. Papi akan keep silent,” ucap Papi dengan menggerakkan ibu jari terkatup dengan telunjuk. Dia juga mengangguk menyakinkan keraguanku.Aku segera menceritakan tentang keadaan P

    Last Updated : 2023-06-17
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 578. Ibu Tiri

    Seandainya cara dia bersama Papa Bram dengan jalan yang indah, pasti aku akan menyayanginya seperti sikapku terhadap Papi Kusuma.Sempat aku membencinya. Mengutuknya sebagai wanita kurang hati, karena merebut kebahagiaanku dan membuat Mama menangis. Akan tetapi seiring waktu, aku mulai mengerti urusan orang dewasa yang terkadang tidak sesuai dengan jalan pikiran.Selama aku mengenalnya, Tante Wulan wanita yang baik dan pintar. Tidak jauh dari Mama, yang membedakan Mama orang yang pintar memasak dan mengurus rumah. Sedangkan Tante Wulan lebih menjadi wanita karir.Dia tidak pernah melontarkan kata tidak tepat, bahkan terkesan menspesialkan aku. Sikap awalnya memang terlihat canggung, tetapi dari sikapnya itu menunjukkan kalau dia merasa berbuat keliru. “Tante tidak akan memaksa Wisnu memanggil mama atau semacamnya. Bagi Tante, kamu sudah mau berkunjung dan bercengkrama dengan adik-adikmu, itu sudah lebih dari cukup,” ucapnya kala itu. Perkataannya menunjukkan dia bukan wanita yang pi

    Last Updated : 2023-06-18
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 579. Waktunya

    “Papa membantu teman yang kemarin karena teringat kalian dulu saat tidak bersama Papa,” ucapnya dengan menunjukkan wajah sendu. Kami sekarang sudah di apartemen. Aku letakkan bawaan Papa di kamar tidur satunya. Setelahnya kami berbincang sambil menikmati nasi padang kotakan yang aku pesan lewat online. Lauk rendang daging, rendang jengkol, dan tidak lupa rebusan daun singkong dengan sambal hijau berlimpah. Ini kesukaan kami berdua. Dulu Mama sering memasak ini, sampai sekarang. Kecuali rendang jengkol yang dulu selalu di-request oleh Papa. Aku menatap Papa tidak mengerti. Apa hubungannya membantu teman dan diriku? “Teman Papa itu adik kelas, baru ditinggal suaminya menikah kembali. Dia yang murni ibu rumah tangga, pontang-panting mencari penghidupan. Sedangkan kedua anaknya masih sekolah. Dia yang sebelumnya hanya tulang rusuk, sekarang dipaksa keadaan menjadi tulang punggung,” ucapnya kemudian terdiam kembali. Papa menyeruput air putih kemudian ke dapur untuk membasuh tangan. Kemu

    Last Updated : 2023-06-18
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 580. Rencana

    Menjaga apa yang sudah ada di tangan, itu tidak gampang. Jauh lebih mudah saat meraihnya, padahal itu pun memerlukan upaya. Terlebih kalau itu berkaitan dengan hati. “Ada Mas Suma? Kok berpikir sampai dahinya berkerut begitu. Pak Presiden saja sampai kalah, lo,” celetuk Maharani sambil duduk di sebelahku. Setiba di rumah, rasa kangen dengan suasana biasanya begitu lekat. Setelah berbincang, kami pun masuk kamar masing-masing. Rima jadi ikut ke sini, dia sekarang bersama Amelia. Mereka terlihat akrab, mungkin ini menjawab kerinduan anakku dengan kakak perempuan. Pertanda baik, bukankah saudara dan ipar menjalin keakraban adalah sesuatu yang membanggakan? Aku dan Maharani bersantai di teras privat depan kamar kami. Seperti biasa, dia datang membawa teh hangat dan camilan. Kebiasaan yang menyebabkan perutku tidak se-sexy dulu. Kalau aku protes, istri selalu melempar kesalahan kepadaku. “Siapa suruh menghabiskan minuman dan camilan satu toples. Aku kan hanya menyediakan, tidak memaksa

    Last Updated : 2023-06-19
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 581. Malu

    Ingin aku igh!Dia memang tidak langsing atau ber-body bak gitar Spayol. Namun, kebersamaan dengannya membuat diri ini segar kembali. Harum dan hangat tubuh yang mampu melemparkan aku berenang di atas awan, mendaratkan ke taman indah yang tidak mampu menghentikan senyuman.“Selalu aku merindukan kamu,” bisikku sambil menarik tubuhnya yang masih lembab karena gerakan yang berlebih. Rambut ikal hitam menguar keharuman, tidak menyurutkan aku untuk menciumnya.“Kenapa?” Aku mengernyit saat dia beringsut memberi jarak. Dia meraih satu selimut untuk memberi batas.“Supaya tidak bersentuhan langsung,” jawabnya setelah menyelesaikannya.“Kamu takut?”“Kebiasaannya gitu, kan? Kalau deketan lagi, minta nambah.”Aku tertawa melihat matanya yang membulat sambil menggerakkan dagu. Terbersit untuk menggodanya. Kaki aku kalungkan di pinggangnya, membuatnya tidak bisa bergerak dan hanya bisa mendengus.“Mas lepaskan.”“Tidak,” ucapku sambil tersenyum dan menariknya ke dalam pelukan.“Kamu tidak malu?

    Last Updated : 2023-06-19

Latest chapter

  • Pembantu Rasa Nyonya   Extra Part

    POV Nyonya Besar "Jeng Sastro, bajuku gimana? Ini kok kayaknya miring, ya? Aku kok tidak pede." Ibunya Rani itu menoleh dan tersenyum, kemudian menunjukkan jempol tangannya. "Sudah bagus." Huft! Ibu dan anak memang sama, selalu santai kalau masalah penampilan. Aku kan harus perfekto dalam segala hal. La kalau difoto wartawan, terus dicetak sejuta exsemplar terus bajuku miring, saksakan rambutku mencong, kan tidak asyik. Aku melambaikan tangan ke Anita, memberi kode untuk membawa cermin ke kecil ke arahku. Dia ini memang sekretarisku yang jempolan. Sigap di segala suasana. Dia mendekat, kemudian menghadap ke arahku dengan cermin diletakkan di perutnya. Ini triknya, supaya orang lain tidak melihat aku lagi cek penampilan. Sekarang itu banyak nitizen yang usil. Orang ngupil difoto, bibirnya lagi mencong dijepret, terus diviralkan dan itu justru membanggakan. Menggumbar aib orang. Zaman sekarang itu konsep pikiran orang kok melenceng jauh, ya. "Sudah cetar?" tanyaku memastikan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 616. Ending

    Acara sudah tiba. Memang sangaja kami mengambil waktu pagi hari. Selain ini menyegarkan, ini juga tidak mengganggu kedua balitaku. Denish dan Anind. Pagi-pagi team perias sudah sampai. Satu persatu kami dirias, terlebih aku dikhususkan. “Jangan berlebihan make-upnya. Saya ingin natural dan terlihat segar.” “Siap, Nyonya Rani.” Claudia sibuk sana-sini memastikan team yang dia bawa bekerja dengan benar. Dia juga menfokuskan kepada diriku. “Artisnya sekarang ya Bu Rani dan Tuan Kusuma. Jadi harus maksimal,” ucapnya sambil membenahi gaun yang aku pakai. Gaun yang aku gunakan terlihat elegan. Berwarna putih tulang dengan aksen rajutan woll yang menunjukkan kehangatan. Yang membuatku puas, dia menyelipkan permata berkilau di sela-sela rajutan. Ini yang membuat terlihat mewah. Aku mengenakan kerudung warna hitam, dengan aksen senada di bagaian belakang. Keseluruhan, aku sangat puas. Jangan ditanya Mas Suma penampilannya seperti apa, dia seperti pangeran yang baru keluar dari istana. Ku

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 615. Anak-Anak

    Ingin aku mengabaikan apa isi kepalaku, tetapi bisikan-bisikan semakin riuh di kedua telinga ini. Kecurigaan mencuat begitu saja. Bisa saja mereka ada hubungan kembali. Cinta bersemi kembali dengan mantan. Cerita itu sering ada di sekitar kita. Semakin aku memusatkan pikiran untuk tidur, semakin nyaring tuduhan gila yang berjubal di kepala ini. Huft! Aku duduk tegak dan beranjak untuk minum air putih. Mungkin dengan ini, bisa membuatku tenang. Tapi, aku tetap gelisah. Daripada penasaran, lebih baik aku mengintip ada yang dilakukan Mas Suma di ruangan sebelah. Dengan berjingkat, aku keluar dari pintu belakang dan menuju ruang baca. Lamat-lamat terdengar suara Mas Suma. Sip! Dia load speaker. Suara teman dia bicara terdengar juga. Jadi aku bisa tahu apa yang dikatakan Dewi. Tunggu sebentar! Kenapa suaranya bukan perempuan? Tetapi terdengar seperti laki-laki. “Aku tidak mau tahu. Kamu harus melakukan itu untukku,” ucap Mas Suma. Kemudian terdengar suara lelaki satunya. “Tapi, Tu

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 614. Pesan Menyebalkan

    Bab 615.Aku bingung. Sungguh-sungguh bingung. Di depanku terhampar pilihan kain yang cantik-cantik. Dari pilihan bahan sampai pilihan warna. Mana yang aku pilih?“Ini untuk tahun ke berapa, Bu Rani?” tanya Claudia“Baru ke tujuh. Sebenarnya saya juga belum ingin merayakan. Tapi tahu kan, kalau Tuan Kusuma mempunyai niat?” Wanita cantik tersenyum sambil mengangguk. Dia pasti lebih mengerti bangaimana keluarga Adijaya sebenarnya. Termasuk Nyonya Besar.Pertanyaan Claudia memantik ide di kepalaku. Woll itu kan berwarna putih, jadi …. Sip!“Aku pilih warna putih. Nuansa putih yang dipadukan dengan bahan woll,” ucapku dengan mata menjelajah. Claudia bergerak sigap. Dia menyingkirkan semua selain berwarna putih. Ini membuatku mudah.Tangan Claudia mulai bergerak lincah menggambar apa yang aku inginkan. Bukan keinginan bentuknya, tetapi keinginanku pada pernikahan ini. Yang membuatku suka, dia merancang baju dengan filosofi di dalamnya. Semua ada artinya.“Keluarga besar menggunakan pilihan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 613. Persiapan

    “Berhasil?” tanya Maharani menyambutku.“Desi?”“Iya.”“Sangat-sangat berhasil. Dia juga titip salam untuk dirimu yang sudah memberikan ide ini,” ucapku sambil merangkul istriku.Kami masuk ke dalam rumah yang terasa lengang. Rima sudah kembali, begitu juga Amelia kembali ke apartemennya.“Anind dan Denish?”“Sudah tidur. Ini sudah malam,” ucapnya sambil menunjuk jam dinding yang menunjuk angka sembilan.“Wisnu masih lembur?”“Iya. Biarkan dia lagi semangat-semangatnya,” ucap Maharani melangkah mengikutiku.Aku langsung ke kamar mandi. Membersihkan badan dengan menggunakan air hangat. Badanku segar kembali.“Wisnu sudah mendatangkan teman-temannya. Jadi dia tidak merasa muda sendiri. Tapi Wisnu cepet adaptasi, lo. Aku juga memberikan team yang terbaik. Siapa nama teman-temannya? Aku kok tidak ingat. Padahal aku belum terlalu tua.”Ucapanku memantik tawa Maharani. Dia menyodorkan piayama tidur untuk aku kenakan.“Mereka itu teman-teman dekatnya Wisnu. Ada Lisa yang diletakkan di admini

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 612. Desi Pegawai Teladan

    Orang single tidak akan mati karena jomlo, tetapi banyak orang tersiksa karena hidup dengan orang yang salah. Itu yang dikatakan Tiok kepadaku. Dia sudah menentukan pilihan, dan aku tidak akan mempertanyakannya lagi. Katanya, surat cerai dalam masa pengurusan dan tinggal menunggu surat resmi dari pengadilan agama. Sekarang, permasalahan Tiok sudah selesai. Dia tinggal pemulihan saja.****Rezeki itu tidak melulu berupa materi. Adanya keluarga, itu rezeki. Begitu juga sahabat yang kita miliki. Ada lagi yang aku syukuri tidak henti-henti, karyawan yang setia. Seperti Desi, pegawai teladan.“Desi. Berapa lama kamu kerja di sini?”Aku bertanya saat dia memberiku setumpuk laporan yang harus aku tanda tangani. Dia sudah memilahnya. Ada yang tinggal tanda tangan, ada yang harus aku periksa dulu, dan ada yang urgent. Cara kerjanya bagus, membuat pekerjaanku semakin mudah. Aku seperti orang lumpuh kalau sekretarisku ini tidak masuk.Dia tersenyum.“Dari mulai fresh graduate sampai sekarang.”

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 611. Izin Kita

    Hati itu milik kita. Berada dalam tubuh kita sendiri, dan kitalah yang harus melindunginya dari apapun. Sedangkan kesenangan, kesedihan, itu adalah rasa yang ditimbulkan dari luar.Jadi, hati kita merasa sedih atau senang, tergantung dari izin kita. Apakah kita menerima atau mengabaikan hal yang menyebabkan rasa itu.*Aku dan Mas Suma tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Pak Tiok. Di luar nalar dan di luar jangkauan pikiranku. Kenapa ada orang yang tega mengorbankan hati orang lain demi kebahagiannya.“Jadi suami Kalila itu sudah menjatuhkan talak tiga?” tanya Mas Suma.Pak Tiok tertawa miris. “Iya. Karenanya mereka membutuhkan aku supaya bisa menikah lagi.“Gila!” seru Mas Suma geram.Akupun demikian. Tanganku terkepal keras merasa tidak terima dengan perlakuan mereka. Terutama si wanita. Bisa-bisanya memperlakukan itu kepada orang yang menolongnya.Masih ingat aku bagaimana dia menangis karena korban penganiayaan si mantan suami. Dia sampai masuk ke rumah sakit dan yang m

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 610. Pendengar

    Sampai di rumah, aku benar-benar capek jiwa raga. Kepaku dibebani dengan pikiran tentang Pak Tiok. Bisa-bisanya ada orang seperti dia yang terus-menerus mengalami kegagalan dalam percintaan.Wajah rupawan, perawakan juga seperti foto model, karir pun tidak diragukan lagi. Namun, kenapa bisa dia mengalami hal seperti ini?“Mama istirahat saja dulu. Belanjaannya, biar Rima minta bantuan Bik Inah,” ucapnya sambil membawa belanjaan ke arah dapur. Rumah masih lengang. Mas Suma dan Wisnu pasti belum pulang. Begitu juga Amelia.Aku mengangguk menerima anjuran gadis itu. Dia tahu apa yang aku pikirkan. Sepanjang jalan aku mengomel dan membicarakan tetang Pak Tiok. Bagaimana perjalanan kisah mereka sampai menikah. Bagaimana Pak Tiok melindungi Kalika yang mendapat perlakukan tidak baik dari mantan suami.Sempat Rima tadi menyeletuk.“Laki-laki itu jangan-jangan mantannya Mbak tadi.”“Mama tidak tahu benar, Rima. Saat dia datang mengacau pernikahan, dia dalam keadaan mabok dengan penampilan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 609. Mengagetkan

    Kembali dari galeri, aku dan Rima tidak langsung pulang. Kami singgah di mall.“Tidak usah, Ma.”“Kenapa? Mama ingin membelikan kamu baju. Kepingin saja,” ucapku bersikukuh. Akhirnya kekasih Wisnu ini membelokkan mobil ke mall yang ternama di kota ini.“Kita kemana, Ma?” ucapnya berlari mensejajariku. Dia pasti heran, aku berjalan ke arah kebalikan dari tempat yang menjual pakaian.“Kita ke butik langganan kami. Aku akan mengukur kamu untuk data mereka,” jawabku terus berjalan. Sebenarnya bisa parkir di depan butik Claudia, tapi itu membuatku jauh dari tempat belanjaan yang menjadi tujuan utama.Pegawai yang berjaga langsung membukakan pintu, mereka tersenyum dengan tangan menangkup di depan. “Selamat datang, Nyonya Maharani.”Aku mengangguk, Rima yang di belakangku langsung mensejajari.“Hai, Bu Rani. Lama tidak kesini!” seru Claudia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Rima.“Kenalkan ini Rima, calon mantu,” ucapku kemudian mendekat, “calonnya Wisnu.”Claudia langsung mengarahkan

DMCA.com Protection Status