Beranda / Romansa / Pembantu Rasa Nyonya / Bab 318.  Mantap Dengan Pilihan

Share

Bab 318.  Mantap Dengan Pilihan

Penulis: Astika Buana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-26 14:46:25

Masalah akan ada penyelesaian apabila dibicarakan. Membiarkan tanpa ada upaya, memang terlihat seperti sudah teredam. Namun, bisa jadi justru berkembang liar dan menimbulkan masalah baru.

“Jadi Papi memberikan izin ke Amel?” teriak Amelia seperti tidak percaya.

Matanya seketika berbinar dan dipermanis dengan senyuman yang menyembang. Jemari yang ditangkupkan tadi, sekarang diulurkan sambir menghampur ke dalam pelukan Mas Suma. Bertubi-tubi dia mencium pipi Papinya, seakan lupa dia sudah bukan anak kecil lagi.

Mas Suma yang kewalahan, menatapku sambil mengerlingkan mata. Terlihat dia juga bahagia sebahagia anak gadisnya. Senyumku pun mengembang dengan lega. Perselisihan mereka akhirnya ada titik temu, walaupun belum final.

Gara-gara insiden majalah kebalik itu, suasana yang sebelumnya kaku menjadi cair. Mas Suma berbincang dengan santai. Gaya sok arogan yang sepertinya dia rencananya, sukses batal.

“Kamu yakin dengan pilihanmu?” Itu yang ditanyakan Mas Suma tadi. Dia tidak banyak bert
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 319.  Syarat Wajib

    Kebebasan itu bukan berarti tidak ada aturan, tetap dalam pengawasan. Itu yang dinamakan bebas dalam batasan. Begitu juga mandiri, bukan berarti hidup sendiri tanpa ada orang yang menemani. Namun, ini berarti harus bisa mengatur apa yang akan kamu lakukan tanpa disuruh orang lain.*Yang membuat jengah Amelia, karena Mas Suma akan menggaet perusahaan keamanan seperti yang diperlakukan di rumah ini. Kemana-mana harus ada pengawalan. Ini tidak ada bedanya dengan tahanan.“Papi! Kalau seperti itu kan Amel malu ke teman-teman nanti. Seperti siapa saja.”“Loh, kamu kan anak Papi. Ya harus seperti itu. Biar aman, Mel.”“Tapi, Pa. Bukan segitunya menjaganya. Amel tahu Papi sayang, tapi kalau begitu kan berlebihan. Seperti drama Korea saja.”“Ya itu kamu tahu. Supaya kamu menjiwai juga. Katanya ingin bikin tontonan seperti orang sono.”Hmm…. Berdebat dengan Mas Suma tidak ada menangnya. Kalau dibiarkan, sampai malam dan pagi lagi, mereka tidak akan selesai. Aku harus mencoba menengahi.“Yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-26
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 320. Yang Tersingkir

    “Amel kan tidak mau jadi perawan tua,” celetuk Amel saat kami berbincang berdua.Seperti menyerahkan panggung, suamiku itu langsung masuk kamar meninggalkan kami berdua. Sengaja aku mengambil dua potong cake coklat untuk kami berdua, dan dua coklat panas yang mengeluarkan uap menenangkan. Aku ingin menggali apa yang ada di kepala anak gadisku ini.“Kak Amel sebenarnya ingin jauh dari rumah, untuk mencapai apa yang diinginkan kemarin, atau … karena di rumah merasa terkekang?” Mata ini menatapnya lekat. Mencari tahu apa yang sebenarnya.“Karena cita-cita Amel, lah, Ma. Tapi, kalau nanti ketemu jodoh, masak ditolak?” ucapnya sambil menangkup mug-cangkir besar-dengan minuman coklat yang mulai menghangat.Dia menyesap sedikit, kemudian melanjutkan bicara. “Amel kan ingin juga seperti di cerita-cerita atau di lagu-lagu. Jatuh cinta dan pacaran. Memang tidak boleh ya, Ma?”Aku menunjukkan senyuman dan mengusap lembut rambutnya. Gadis kecil yang dulu aku dapati, menjelma menjadi remaja yang b

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-26
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 321. Kenapa?

    Bicara dengan anak zaman sekarang, sering kali diakhiri dengan pertanyaan berawalan ‘kenapa’. Berbeda dengan zaman dulu yang ditanggapi dengan jawaban ‘iya’.Anak sekarang kalau penjelasan tidak masuk di otaknya, apa yang kita bicarakan dianggap angin lalu. Walaupun dipaksa menjawab iya, sejatinya masih ada keraguan di kepalanya. Seperti Amelia sekarang yang mempertanyakan jodoh itu bagaimana?Mau tidak mau, aku memutar otak dan mengingat apa yang pernah aku baca. Aku ingat, seorang pemuka agama menyatakan kalau jodoh itu takdir yang bisa diubah. Karena, jodoh dikukuhkan berdasarkan usaha dari makhluknya. Itu berbeda dengan kematian yang sudah ditetapkan sebelum lahir.“Begini, Amelia Sayang. Kamu bilang, lelaki yang tersisa itu yang selevel. Benar, kan?”“Iya.”“Jodoh itu takdir artinya begitu. Kalau kamu orang pintar, kamu akan dipertemukan dengan orang pintar juga. Begitu juga kalau kamu orang sukses. Makanya, untuk mendapatkan jodoh yang berkualitas seperti keinginanmu, kamu haru

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-26
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 322. Dia yang Mengesalkan

    Aku berusaha tidak menambah beban pikiran istriku. Dia sudah mengurus keperluan anak-anak, rumah, termasuk aku. Belum lagi Wisnu dan Amelia. Walaupun mereka sudah beranjak dewasa. Justru disaat itulah memerlukan pengawasan lebih ketat. Seringkali, aku angkat tangan menasehati mereka, terutama Amelia. Belum lagi urusan gallery. Memang sekarang sudah tahap pemasaran dan produksi, yang sudah dihandle oleh Aitu dan teamnya. Namun, tetap saja Maharani turun untuk mengawasi sekadar mengarahkan. Bukankah semua itu memerlukan pikiran? Sebenarnya, aku ingin berbagi cerita dengan Maharni tentang Patrick ini. Bagaimanapun, ini ada sangkut pautnya dengan Dewi, yang secara tidak langsung berhubungan dengan anakku, Amelia. Akan tetapi, bukankah ini semakin membebani Maharani? Karenanya, rencanaku untuk bercerita dengannya, aku tangguhkan setelah urusan Wisnu dan Amelia mereda. Siang ini, kantor sibuk sekali. Dead line pengiriman pertama sudah dekat. Aku melakukan pertemuan seperti yang dilakuk

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 323. Gelagat

    Apa yang terjadi di masa lalu seperti kumpulan raport yang tidak bisa dilupakan apalagi dihapus. Tidak hanya kita yang mengingat, orang lainpun berusaha tahu. Bahkan, mereka seenaknya memberikan asumsi yang belum tentu ketepatannya.Parahnya lagi, mereka sesuka hati memberikan penilaian dengan warna tinta sesuai keinginan hati.Seperti Dewi yang seenaknya menilai dan merendahkan Maharani. Padahal dia tidak sebanding dengan istriku ini. ***POV MaharaniPesan dari Desi yang membuatku was-was. Tanpa pikir panjang, aku mengajak Amelia ke kantor Mas Suma. Dengan gerakan cepat, dua toples kue kering aku masukkan tas kantong.[Bu Dewi datang ke kantor. Tadi bicara dengan saya sebentar, bertanya tentang Amelia. Kelihatannya seperti marah-marah] pesan yang masih tersimpan di ponsel ini.Di kepalaku masih berputar pertanyaan. Kenapa dia ke kantor Mas Suma untuk membicarakan Amelia. Bukan datang ke rumah saja. Atau, dia sengaja untuk menghindari aku? Karena ini tentang anak mereka berdua?“Ada

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 324. Apa Salah?

    Kecurigaan aku mulai terbukti. Dari berangkat menuju kantor, di kepala ini sudah bergulir pertanyaan kenapa dan apa. Aku pasti kena lagi. Memang ibu tiri dari dulu selalu di posisi salah. Apapun yang dilakukan selalu dicurigai dan dicap orang yang tidak baik“Aku mulai tahu cara bermainmu.”“Bermain apa? Tolong berkata langsung pada intinya. Kita sudah tua dan sudah bukan waktunya bicara berbelit-belit. Kalau ada yang mengganjal, uratakan saja.” Aku mengatakan sambil merapikan peralatan make-up ku. Memasukkan ke dalam tas jinjing berbahan kain yang disulam gambar bunga mawar.Dia menunjukkan tawa mengejek. “Kamu itu perempuan yang pintar. Amelia kamu usir secara halus dengan hasutan cita-cita yang tidak ada gunanya. Kamu sengaja alihkan kesukaan dia, sehingga dia nantinya tidak bisa mewarisi perusahaan yang menjadi haknya. Rencanamu terbaca jelas di mataku, Ran.”Aku menghela napas. Benar kan? Aku sebagai ibu tiri yang tidak ikut-ikut dengan pilihan Amelia saja masih mendapat tuduhan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 325. Menahan Amarah

    Membantu orang dalam diam dan apalagi dirahasiakan, sering kali tidak dianggap. Biarlah. Biarlah waktu yang akan terungkap dengan sendirinya. Toh melakukan hal baik ini bukan untuk mendapatkan penghargaan.Aku menatap balik Dewi dengan tatapan lekat. Bibir ini seakan tidak kuat menahan kata-kata ‘Patrick Suamimu!’ Lelaki yang menculik Mas Suma dan hampir mencelakainya di tangan Catherine. Dengan sekuat tenaga, aku menahan diri.“Kamu tidak bisa menjawab pertanyaanku, kan? Karena itu adalah kamu sendiri. Pembantu yang sok jadi NYONYA,” ucapnya dengan penekanan dan diakhiri mulut menyeringai.Kemudian dia yang lebih pendek dariku, menjinjitkan kaki sambil berbisik memberikan ancaman. “Awas kalau kamu bertindak macam-macam saat Amelia sekolah nanti. Aku akan mengawasimu.”Rahang ini mengetat, gigi bergeletuk melihat dia yang mengarahkan dua jari ke matanya, kemudian di arahkan kepadaku. Ingin aku balas ucapannya, tetapi otak warasku mencegah. Bicara dengan orang yang hatinya sudah dip

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 326. Tidak Tega

    Sering kali kita menjumpai ungkapan, “Tidak iklas, ya?”Kalimat yang dilontarkan saat si penolong mempertanyakan, “Kenapa dia yang ditolong tidak menunjukkan sikap yang benar? Tidak berucap berterima kasih, justru menunjukkan sikap yang menjengkelkan.”Seperti kejadian hari ini.“Apa aku buka saja rahasia mereka, ya?” ucap suamiku mengawali cerita tentang kasus Patrick, suami Dewi.Kemudian Mas Suma menceritakan skenario yang sudah berjalan dibantu Pak Tiok. Sebenarnya aku sudah tahu dari sahabatku itu, tetapi secara detail baru kali ini aku mendengarnya.“Maaf, ya. Aku tidak berterus terang kepadamu, apalagi meminta pertimbangan.”Aku tersenyum dengan tetap menatap dirinya. Menunjukkan rasa pemakluman, tetapi justru dia merasa bersalah. Buktinya dia mengucapkan alasan yang sebenarnya aku sudah mengerti.“Bukannya aku tidak percaya kepadamu, Ran. Aku hanya tidak ingin kamu kepikiran. Apalagi ini lumayan pelik dan berhubungan dengan masa laluku. Kamu tidak marah, kan?” Dia mengulurkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-28

Bab terbaru

  • Pembantu Rasa Nyonya   Extra Part

    POV Nyonya Besar "Jeng Sastro, bajuku gimana? Ini kok kayaknya miring, ya? Aku kok tidak pede." Ibunya Rani itu menoleh dan tersenyum, kemudian menunjukkan jempol tangannya. "Sudah bagus." Huft! Ibu dan anak memang sama, selalu santai kalau masalah penampilan. Aku kan harus perfekto dalam segala hal. La kalau difoto wartawan, terus dicetak sejuta exsemplar terus bajuku miring, saksakan rambutku mencong, kan tidak asyik. Aku melambaikan tangan ke Anita, memberi kode untuk membawa cermin ke kecil ke arahku. Dia ini memang sekretarisku yang jempolan. Sigap di segala suasana. Dia mendekat, kemudian menghadap ke arahku dengan cermin diletakkan di perutnya. Ini triknya, supaya orang lain tidak melihat aku lagi cek penampilan. Sekarang itu banyak nitizen yang usil. Orang ngupil difoto, bibirnya lagi mencong dijepret, terus diviralkan dan itu justru membanggakan. Menggumbar aib orang. Zaman sekarang itu konsep pikiran orang kok melenceng jauh, ya. "Sudah cetar?" tanyaku memastikan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 616. Ending

    Acara sudah tiba. Memang sangaja kami mengambil waktu pagi hari. Selain ini menyegarkan, ini juga tidak mengganggu kedua balitaku. Denish dan Anind. Pagi-pagi team perias sudah sampai. Satu persatu kami dirias, terlebih aku dikhususkan. “Jangan berlebihan make-upnya. Saya ingin natural dan terlihat segar.” “Siap, Nyonya Rani.” Claudia sibuk sana-sini memastikan team yang dia bawa bekerja dengan benar. Dia juga menfokuskan kepada diriku. “Artisnya sekarang ya Bu Rani dan Tuan Kusuma. Jadi harus maksimal,” ucapnya sambil membenahi gaun yang aku pakai. Gaun yang aku gunakan terlihat elegan. Berwarna putih tulang dengan aksen rajutan woll yang menunjukkan kehangatan. Yang membuatku puas, dia menyelipkan permata berkilau di sela-sela rajutan. Ini yang membuat terlihat mewah. Aku mengenakan kerudung warna hitam, dengan aksen senada di bagaian belakang. Keseluruhan, aku sangat puas. Jangan ditanya Mas Suma penampilannya seperti apa, dia seperti pangeran yang baru keluar dari istana. Ku

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 615. Anak-Anak

    Ingin aku mengabaikan apa isi kepalaku, tetapi bisikan-bisikan semakin riuh di kedua telinga ini. Kecurigaan mencuat begitu saja. Bisa saja mereka ada hubungan kembali. Cinta bersemi kembali dengan mantan. Cerita itu sering ada di sekitar kita. Semakin aku memusatkan pikiran untuk tidur, semakin nyaring tuduhan gila yang berjubal di kepala ini. Huft! Aku duduk tegak dan beranjak untuk minum air putih. Mungkin dengan ini, bisa membuatku tenang. Tapi, aku tetap gelisah. Daripada penasaran, lebih baik aku mengintip ada yang dilakukan Mas Suma di ruangan sebelah. Dengan berjingkat, aku keluar dari pintu belakang dan menuju ruang baca. Lamat-lamat terdengar suara Mas Suma. Sip! Dia load speaker. Suara teman dia bicara terdengar juga. Jadi aku bisa tahu apa yang dikatakan Dewi. Tunggu sebentar! Kenapa suaranya bukan perempuan? Tetapi terdengar seperti laki-laki. “Aku tidak mau tahu. Kamu harus melakukan itu untukku,” ucap Mas Suma. Kemudian terdengar suara lelaki satunya. “Tapi, Tu

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 614. Pesan Menyebalkan

    Bab 615.Aku bingung. Sungguh-sungguh bingung. Di depanku terhampar pilihan kain yang cantik-cantik. Dari pilihan bahan sampai pilihan warna. Mana yang aku pilih?“Ini untuk tahun ke berapa, Bu Rani?” tanya Claudia“Baru ke tujuh. Sebenarnya saya juga belum ingin merayakan. Tapi tahu kan, kalau Tuan Kusuma mempunyai niat?” Wanita cantik tersenyum sambil mengangguk. Dia pasti lebih mengerti bangaimana keluarga Adijaya sebenarnya. Termasuk Nyonya Besar.Pertanyaan Claudia memantik ide di kepalaku. Woll itu kan berwarna putih, jadi …. Sip!“Aku pilih warna putih. Nuansa putih yang dipadukan dengan bahan woll,” ucapku dengan mata menjelajah. Claudia bergerak sigap. Dia menyingkirkan semua selain berwarna putih. Ini membuatku mudah.Tangan Claudia mulai bergerak lincah menggambar apa yang aku inginkan. Bukan keinginan bentuknya, tetapi keinginanku pada pernikahan ini. Yang membuatku suka, dia merancang baju dengan filosofi di dalamnya. Semua ada artinya.“Keluarga besar menggunakan pilihan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 613. Persiapan

    “Berhasil?” tanya Maharani menyambutku.“Desi?”“Iya.”“Sangat-sangat berhasil. Dia juga titip salam untuk dirimu yang sudah memberikan ide ini,” ucapku sambil merangkul istriku.Kami masuk ke dalam rumah yang terasa lengang. Rima sudah kembali, begitu juga Amelia kembali ke apartemennya.“Anind dan Denish?”“Sudah tidur. Ini sudah malam,” ucapnya sambil menunjuk jam dinding yang menunjuk angka sembilan.“Wisnu masih lembur?”“Iya. Biarkan dia lagi semangat-semangatnya,” ucap Maharani melangkah mengikutiku.Aku langsung ke kamar mandi. Membersihkan badan dengan menggunakan air hangat. Badanku segar kembali.“Wisnu sudah mendatangkan teman-temannya. Jadi dia tidak merasa muda sendiri. Tapi Wisnu cepet adaptasi, lo. Aku juga memberikan team yang terbaik. Siapa nama teman-temannya? Aku kok tidak ingat. Padahal aku belum terlalu tua.”Ucapanku memantik tawa Maharani. Dia menyodorkan piayama tidur untuk aku kenakan.“Mereka itu teman-teman dekatnya Wisnu. Ada Lisa yang diletakkan di admini

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 612. Desi Pegawai Teladan

    Orang single tidak akan mati karena jomlo, tetapi banyak orang tersiksa karena hidup dengan orang yang salah. Itu yang dikatakan Tiok kepadaku. Dia sudah menentukan pilihan, dan aku tidak akan mempertanyakannya lagi. Katanya, surat cerai dalam masa pengurusan dan tinggal menunggu surat resmi dari pengadilan agama. Sekarang, permasalahan Tiok sudah selesai. Dia tinggal pemulihan saja.****Rezeki itu tidak melulu berupa materi. Adanya keluarga, itu rezeki. Begitu juga sahabat yang kita miliki. Ada lagi yang aku syukuri tidak henti-henti, karyawan yang setia. Seperti Desi, pegawai teladan.“Desi. Berapa lama kamu kerja di sini?”Aku bertanya saat dia memberiku setumpuk laporan yang harus aku tanda tangani. Dia sudah memilahnya. Ada yang tinggal tanda tangan, ada yang harus aku periksa dulu, dan ada yang urgent. Cara kerjanya bagus, membuat pekerjaanku semakin mudah. Aku seperti orang lumpuh kalau sekretarisku ini tidak masuk.Dia tersenyum.“Dari mulai fresh graduate sampai sekarang.”

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 611. Izin Kita

    Hati itu milik kita. Berada dalam tubuh kita sendiri, dan kitalah yang harus melindunginya dari apapun. Sedangkan kesenangan, kesedihan, itu adalah rasa yang ditimbulkan dari luar.Jadi, hati kita merasa sedih atau senang, tergantung dari izin kita. Apakah kita menerima atau mengabaikan hal yang menyebabkan rasa itu.*Aku dan Mas Suma tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Pak Tiok. Di luar nalar dan di luar jangkauan pikiranku. Kenapa ada orang yang tega mengorbankan hati orang lain demi kebahagiannya.“Jadi suami Kalila itu sudah menjatuhkan talak tiga?” tanya Mas Suma.Pak Tiok tertawa miris. “Iya. Karenanya mereka membutuhkan aku supaya bisa menikah lagi.“Gila!” seru Mas Suma geram.Akupun demikian. Tanganku terkepal keras merasa tidak terima dengan perlakuan mereka. Terutama si wanita. Bisa-bisanya memperlakukan itu kepada orang yang menolongnya.Masih ingat aku bagaimana dia menangis karena korban penganiayaan si mantan suami. Dia sampai masuk ke rumah sakit dan yang m

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 610. Pendengar

    Sampai di rumah, aku benar-benar capek jiwa raga. Kepaku dibebani dengan pikiran tentang Pak Tiok. Bisa-bisanya ada orang seperti dia yang terus-menerus mengalami kegagalan dalam percintaan.Wajah rupawan, perawakan juga seperti foto model, karir pun tidak diragukan lagi. Namun, kenapa bisa dia mengalami hal seperti ini?“Mama istirahat saja dulu. Belanjaannya, biar Rima minta bantuan Bik Inah,” ucapnya sambil membawa belanjaan ke arah dapur. Rumah masih lengang. Mas Suma dan Wisnu pasti belum pulang. Begitu juga Amelia.Aku mengangguk menerima anjuran gadis itu. Dia tahu apa yang aku pikirkan. Sepanjang jalan aku mengomel dan membicarakan tetang Pak Tiok. Bagaimana perjalanan kisah mereka sampai menikah. Bagaimana Pak Tiok melindungi Kalika yang mendapat perlakukan tidak baik dari mantan suami.Sempat Rima tadi menyeletuk.“Laki-laki itu jangan-jangan mantannya Mbak tadi.”“Mama tidak tahu benar, Rima. Saat dia datang mengacau pernikahan, dia dalam keadaan mabok dengan penampilan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 609. Mengagetkan

    Kembali dari galeri, aku dan Rima tidak langsung pulang. Kami singgah di mall.“Tidak usah, Ma.”“Kenapa? Mama ingin membelikan kamu baju. Kepingin saja,” ucapku bersikukuh. Akhirnya kekasih Wisnu ini membelokkan mobil ke mall yang ternama di kota ini.“Kita kemana, Ma?” ucapnya berlari mensejajariku. Dia pasti heran, aku berjalan ke arah kebalikan dari tempat yang menjual pakaian.“Kita ke butik langganan kami. Aku akan mengukur kamu untuk data mereka,” jawabku terus berjalan. Sebenarnya bisa parkir di depan butik Claudia, tapi itu membuatku jauh dari tempat belanjaan yang menjadi tujuan utama.Pegawai yang berjaga langsung membukakan pintu, mereka tersenyum dengan tangan menangkup di depan. “Selamat datang, Nyonya Maharani.”Aku mengangguk, Rima yang di belakangku langsung mensejajari.“Hai, Bu Rani. Lama tidak kesini!” seru Claudia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Rima.“Kenalkan ini Rima, calon mantu,” ucapku kemudian mendekat, “calonnya Wisnu.”Claudia langsung mengarahkan

DMCA.com Protection Status