Home / Romansa / Pembantu Rasa Nyonya / Bab 223.  Calon Mertua Tiok

Share

Bab 223.  Calon Mertua Tiok

Author: Astika Buana
last update Last Updated: 2022-12-12 19:11:18

Laki-laki menyunggar rambutnya ke belakang. Cara duduknya menyiratkan kegelisahannya.

Aku tidak pernah mendapati seorang Prasetyo bersikap seperti ini. Hilang, dia yang biasanya optimis dan bersemangat. Kedua kakinya yang panjang menopang kedua tangannya yang terkulai dengan kepala menunduk lunglai. Kepalanya dibebat dengan noda darah di bagian dahi.

“Tiok, gimana cerita kok sampai begini?” Mas Suma yang mendahuluiku langsung menghampirinya. Seperti tanaman layu yang mendapatkan air, dia langsung mendongakkan wajah dengan mata penuh harap.

Aku menepuk pungung suamiku, dan diapun duduk di sampingnya. Begitu juga aku yang0 mengekori Mas Suma.

“Aku tidak membayangkan kalau mantan suaminya sebrutal dan senekad ini,” ucapnya mengawali rentetan peristiwa yang menimpa keduanya.

Pertemuan yang direncanakan siang tadi gagal karena Kalila mengambil perceraian di pengacara. Karenanya, Pak Tiok menghampirinya sekaligus merencanakan makan malam. Ternyata, mantan suaminya menguntit sejak Kalila ber
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 224.  Foto Shooting

    Kehilangan kebahagiaan yang kita impikan, sering kali merujuk pada kebahagiaan yang tertepat. Yakin dengan apa yang ditetapkan dan berdamai dengan takdir adalah kuncinya.Begitu juga dengan pasangan baru ini, Prasetyo dan Kalila. Walaupun disertai dengan peristiwa tragis, tapi berujung kepada kebahagiaan.Pagi ini, dia meminta izin untuk tidak menyertai foto shooting produk baru yang sudah direncanakan di gallery. Juga, dia meminta izin kepada Mas Suma atas nama Kalila. Kabar bahagianya lagi, dia memberi tahu kalau orang tua Kalila memberikan lampu hijau untuknya.“Ini berkat aku, Bro. Mana ada calon mertua yang menerima laki-laki gondrong kayak kamu,” seru Mas Suma membanggakan dirinya. Dia menunjukkan tawa di layar ponsel. Wajahnya sudah menyiratkan kelegaan dan kebahagiaan. Aku merasa ikut senang dengan berita ini.“Thank you, Pak Suma. Aku baru menyadari kalau mengajukan diri jadi calon menantu membutuhkan koneksi dan referensi dari bos,” ucapnya berkelakar.“Pokoknya, aku tunggu

    Last Updated : 2022-12-12
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 225. Antara Papa dan Papi

    Mas Suma tertawa terbahak-bahak saat aku menceritakan kejadian tadi di gallery. Begitu juga Amelia. Aku yang akan menceritakan detail peristiwanya, terpaksa mengatup kembali, memberikan jeda mereka untuk meredakan tawa.“Trus hasilnya bagaimana?” tanya suamiku setelah tawanya mereda. Walaupun tangannya masih menangkup perutnya yang terlihat kaku.“Ya… sebelas duabelas sama Zaha Hadid lah. Cuma Mami lebih berumur sedikit,” jawabku kemudian membuka lap top. Aku ingin menunjukkan hasil foto yang menurutku lumayan unik.Aku masih teringat jelas, bagaimana hebohnya tadi. Semua orang sibuk menuruti apa kemauan Nyonya Besar, termasuk pengawal yang mengambil dan mengeluarkan isi koper dari mobil.“Di mobil aku selalu bawa perlengkapan ini. Jadi setiap ada acara mendadak, Mami sudah siap,” ucapnya sambil menunjuk ini dan itu. Koper yang berisi baju, selendang, dan perlengkapan mewah lainnya. Semua terlihat gemerlap yang menunjukkan kelas Nyonya Besar itu bagaimana.Anita-asisten Nyonya Besar-

    Last Updated : 2022-12-13
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 226. Satu-Satunya Cara

    Setelah perbincangan tentang undangan wisuda itu, aku berusaha menghindar untuk berdua dengan Mas Suma. Diri ini masih enggan bersitegang karena sesuatu yang di luar kuasaku. Tenaga dan pikiranku belum cukup untuk mengendalikan emosi. Aku memilih menyibukkan diri dengan Amelia dan Wisnu untuk membicarakan acara hari besuk.“Pokoknya Kak Wisnu menemani Andrew, ya. Amelia belum kenal sama anak itu. Apalagi cowok, Amel malas, ah.”“Mana boleh sama saudara malas,” celetuk Wisnu.“Ya, pokoknya Kak Wisnu nemenin Amel. Ya?” pinta Amelia sambil menunjukkan wajah memohon. Wisnu tertawa sambil mengacak rambut Amelia, sambil mengangguk mengiyakan permintaan adiknya itu.“Trus Mami Dewi sama Mama?”“Mama Cuma nemenin Mami Dewi sebentar. Setelah itu, Mami Dewi dengan Amelia. Kan memang tujuannya untuk bertemu Amel, kan?” Aku tersenyum kepadanya. Sorot matanya menunjukkan keraguan. Entah itu apa.“Udah jangan nervous. Jalanin aja hari besuk dengan santai. Memang kalau belum dijalani rasanya gimana

    Last Updated : 2022-12-13
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 227.  Mirip Cerita Film

    Menghanyutkan dia dengan sentuhan, sama saja menyerahkan diri untuk menyelesaikan sesuatu yang diawali. Berserah diri dan menautkan rasa dengan gairah yang mulai menghangatkan ruangan. Berselancar bersama di samudra indahnya cinta.Usahaku itu hanya membungkamnya untuk tadi malam saja. Pagi hari setelah membersihkan diri, aku sudah ditodong pertanyaan senada kembali. Tanganku yang sudah memegang pengering rambut, aku letakkan kembali.“Mas Suma masih merasa ada yang mengganjal?”“Iya, Ran. Apalagi saat nanti aku ada di luar negeri. Aku teringat cerita di film.” Dia menarik tangan ini untuk duduk mensejajarinya di tepian ranjang. Kekawatir terlihat jelas pada wajah yang dibingkai rambut yang masih lembab.“Film?” Aku tersenyum. Mana ada cerita film yang mirip dengan cerita hidupku? “Iya filmnya Meryl Streep sama Alec Baldwin. Aku inget cerita film itu saja bikin kesel!”“Alec Baldwin om yang ganteng itu, kan?” seruku penasaran.Aku beranjak dari duduk menuju laptop di meja kerja Mas S

    Last Updated : 2022-12-13
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 228. Demi Kebahagiaan Amelia

    Seperti kencan pertama, Amelia mondar-mandir ke sana-sini. Beberapa kali ke depan, dan sesekali memastikan persiapan semuanya sempurna.“Aduh!”“Kenapa, Sayang?”“Sakit perut, Ma. Amel ke kamar mandi dulu, ya?” serunya langsung melesat meninggalkan aku. Bersamaan teriakan dari Wisnu yang menyatakan mobil yang sudah ditunggu sudag datang.Hmm….Karena kegelisahannya, Amelia sakit perut. Giliran yang ditunggu datang, dia tidak bisa menyambut.Akhirnya, aku dan Wisnu yang menyambut keluarga Dewi.“Dewi, kenalkan ini anakku, Wisnu.” Aku mendorong Wisnu untuk segera menjabat tangan ibu kandung Amelia.“Eh sudah tinggi, ya. Terakhir kita bertemu ketika pernikahan Mamamu.”“Iya, Tante. Cuma saat itu kita belum sempat berbincang,” sahut Wisnu sambil menunduk hormat.Dari tempat parkir datang anak laki-laki usia ABG, tetapi dibawah usia Amelia. Perawakan dan wajahnya terlihat bule sekali, bisa dipastikan dia mirip ayahnya.“Andrew. Cepetan sini! Ini ada Kak Wisnu. Kamu bisa berteman dengan dia

    Last Updated : 2022-12-14
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 229. Seharusnya Semua Ini Milikku

    POV DewiMemasuki di pelataran parkir rumah Kusuma, aku sudah disambut dua satpam dan dipersilakan dengan hormat. Selintas aku teringat masa lalu. Penghormatan ini dulu pernah menjadi milikku. Dulu aku pun diperlakukan bak ratu di rumah itu. Semua pelayan tunduk dengan apa perintahku. Bagaimana tidak, yang ada di rumah besar hanya ada aku. Sedangkan Kusuma hanya malam dan pagipun sudah menghilang.Menapak ke halaman pertama, aku disambut taman yang asri. Pepohonan hijau dan bunga perdu ditata apik yang memanjakan. Angin semilir yang sejuk mengusir penat seketika.“Nyonya Dewi, masuk di pintu sebelah kanan,” ucap Pak Satpam yang berkumis.“Yang ini. Rumahnya orang lain?” Aku menunjuk gedung yang bernuansa entik. Ornamen batu dan kayu mendominasi di sela jendela kaca yang lebar.“Gedung ini kantornya Bu Rani. Beliau kalau di rumah kerja di sini.”“Oh gitu.” Aku bergegas menuju pintu besar yang dimaksud. Pintu yang dibingkai kayu utuh yang menunjukkan keangkuhan.Dalam hati terpatik ras

    Last Updated : 2022-12-14
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 230. Kecemburuan

    POV Dewi-Maminya AmeliaKecemburuan yang tidak tepat semakin membuat hati ini memberat saat Amelia bercerita muasal Aquarium besar yang di depan kami ini.“Ini dari Eyang Uti, Mi. Hadiah untuk adik Anind. Bagus, ya?” ucap Amelia dengan antusias. Bahkan dia berlanjut cerita bagaimana hebohnya mantan mertuaku itu menyambut kelahiran cucunya.Kembali, hati ini merasa tersisihkan karena perlakuan yang berbeda terhadapku dulu. Bagiku, ibu dari Kusuma merupakan momok terbesar bagiku. Mendengar suaranya saat datang saja membuatku sakit perut, apalagi saat diharuskan mendengarkan apa perintahnya. Harus ini dan itu.Namun, kenapa terhadap Maharani dia terkesan memanjakan? Dari cerita Amelia, menunjukkan betapa besarnya kasih sayang dia terhadap menantunya itu. Kenapa kepadaku tidak? Apa aku sebegitu tidak layak menjadi menantu keluarga Adijaya?Semakin kesini, semakin aku merasa dulu disengaja di posisi yang membuatku pergi dari keluarga mereka. Seakan-akan melepaskan diri atas kemauan sendiri

    Last Updated : 2022-12-15
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 231. Luruh

    POV Dewi-Maminya AmeliaHati ini semakin kesal saat mendengar percakapan setelahnya. Kecemburuan akan apa yang wanita ini dapatkan dari Kusuma. Pria yang dulu pernah aku harapkan perhatiannya yang tidak kunjung datang walaupun hanya sekadar untuk basa-basi saja.“Mas Suma yang mengusulkan semua ini. Dia ingin memberi yang terbaik untuk kalian,” ucap Maharani sambil mengatur peletakan makanan di meja.“Iya, Mami Dewi. Ini saja yang memilih masakannya Amel, lo. Tapi sebenarnya Mama pinter masak. Biasanya setiap ada tamu yang datang, yang masak Mama semua,” jelas Amelia dengan mata berbinar. Terlihat jelas bagaimana dia sangat mengagumi Maharani.“Oya? Kamu masih sempat melakukan kesibukan di dapur? PAsti asistenmu banyak yang bantu di dapur.”“Tidak Mami Dewi. Mama itu kalau di dapur, semua orang dilarang mendekat. Galaknya kumat.” Amelia tertawa menanggapi Maharani yang melotot sekaligus tersenyum padanya. “Kata Papi, karena di galleri sibuk lebih baik pesan di restoran. Soalnya, kalau

    Last Updated : 2022-12-15

Latest chapter

  • Pembantu Rasa Nyonya   Extra Part

    POV Nyonya Besar "Jeng Sastro, bajuku gimana? Ini kok kayaknya miring, ya? Aku kok tidak pede." Ibunya Rani itu menoleh dan tersenyum, kemudian menunjukkan jempol tangannya. "Sudah bagus." Huft! Ibu dan anak memang sama, selalu santai kalau masalah penampilan. Aku kan harus perfekto dalam segala hal. La kalau difoto wartawan, terus dicetak sejuta exsemplar terus bajuku miring, saksakan rambutku mencong, kan tidak asyik. Aku melambaikan tangan ke Anita, memberi kode untuk membawa cermin ke kecil ke arahku. Dia ini memang sekretarisku yang jempolan. Sigap di segala suasana. Dia mendekat, kemudian menghadap ke arahku dengan cermin diletakkan di perutnya. Ini triknya, supaya orang lain tidak melihat aku lagi cek penampilan. Sekarang itu banyak nitizen yang usil. Orang ngupil difoto, bibirnya lagi mencong dijepret, terus diviralkan dan itu justru membanggakan. Menggumbar aib orang. Zaman sekarang itu konsep pikiran orang kok melenceng jauh, ya. "Sudah cetar?" tanyaku memastikan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 616. Ending

    Acara sudah tiba. Memang sangaja kami mengambil waktu pagi hari. Selain ini menyegarkan, ini juga tidak mengganggu kedua balitaku. Denish dan Anind. Pagi-pagi team perias sudah sampai. Satu persatu kami dirias, terlebih aku dikhususkan. “Jangan berlebihan make-upnya. Saya ingin natural dan terlihat segar.” “Siap, Nyonya Rani.” Claudia sibuk sana-sini memastikan team yang dia bawa bekerja dengan benar. Dia juga menfokuskan kepada diriku. “Artisnya sekarang ya Bu Rani dan Tuan Kusuma. Jadi harus maksimal,” ucapnya sambil membenahi gaun yang aku pakai. Gaun yang aku gunakan terlihat elegan. Berwarna putih tulang dengan aksen rajutan woll yang menunjukkan kehangatan. Yang membuatku puas, dia menyelipkan permata berkilau di sela-sela rajutan. Ini yang membuat terlihat mewah. Aku mengenakan kerudung warna hitam, dengan aksen senada di bagaian belakang. Keseluruhan, aku sangat puas. Jangan ditanya Mas Suma penampilannya seperti apa, dia seperti pangeran yang baru keluar dari istana. Ku

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 615. Anak-Anak

    Ingin aku mengabaikan apa isi kepalaku, tetapi bisikan-bisikan semakin riuh di kedua telinga ini. Kecurigaan mencuat begitu saja. Bisa saja mereka ada hubungan kembali. Cinta bersemi kembali dengan mantan. Cerita itu sering ada di sekitar kita. Semakin aku memusatkan pikiran untuk tidur, semakin nyaring tuduhan gila yang berjubal di kepala ini. Huft! Aku duduk tegak dan beranjak untuk minum air putih. Mungkin dengan ini, bisa membuatku tenang. Tapi, aku tetap gelisah. Daripada penasaran, lebih baik aku mengintip ada yang dilakukan Mas Suma di ruangan sebelah. Dengan berjingkat, aku keluar dari pintu belakang dan menuju ruang baca. Lamat-lamat terdengar suara Mas Suma. Sip! Dia load speaker. Suara teman dia bicara terdengar juga. Jadi aku bisa tahu apa yang dikatakan Dewi. Tunggu sebentar! Kenapa suaranya bukan perempuan? Tetapi terdengar seperti laki-laki. “Aku tidak mau tahu. Kamu harus melakukan itu untukku,” ucap Mas Suma. Kemudian terdengar suara lelaki satunya. “Tapi, Tu

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 614. Pesan Menyebalkan

    Bab 615.Aku bingung. Sungguh-sungguh bingung. Di depanku terhampar pilihan kain yang cantik-cantik. Dari pilihan bahan sampai pilihan warna. Mana yang aku pilih?“Ini untuk tahun ke berapa, Bu Rani?” tanya Claudia“Baru ke tujuh. Sebenarnya saya juga belum ingin merayakan. Tapi tahu kan, kalau Tuan Kusuma mempunyai niat?” Wanita cantik tersenyum sambil mengangguk. Dia pasti lebih mengerti bangaimana keluarga Adijaya sebenarnya. Termasuk Nyonya Besar.Pertanyaan Claudia memantik ide di kepalaku. Woll itu kan berwarna putih, jadi …. Sip!“Aku pilih warna putih. Nuansa putih yang dipadukan dengan bahan woll,” ucapku dengan mata menjelajah. Claudia bergerak sigap. Dia menyingkirkan semua selain berwarna putih. Ini membuatku mudah.Tangan Claudia mulai bergerak lincah menggambar apa yang aku inginkan. Bukan keinginan bentuknya, tetapi keinginanku pada pernikahan ini. Yang membuatku suka, dia merancang baju dengan filosofi di dalamnya. Semua ada artinya.“Keluarga besar menggunakan pilihan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 613. Persiapan

    “Berhasil?” tanya Maharani menyambutku.“Desi?”“Iya.”“Sangat-sangat berhasil. Dia juga titip salam untuk dirimu yang sudah memberikan ide ini,” ucapku sambil merangkul istriku.Kami masuk ke dalam rumah yang terasa lengang. Rima sudah kembali, begitu juga Amelia kembali ke apartemennya.“Anind dan Denish?”“Sudah tidur. Ini sudah malam,” ucapnya sambil menunjuk jam dinding yang menunjuk angka sembilan.“Wisnu masih lembur?”“Iya. Biarkan dia lagi semangat-semangatnya,” ucap Maharani melangkah mengikutiku.Aku langsung ke kamar mandi. Membersihkan badan dengan menggunakan air hangat. Badanku segar kembali.“Wisnu sudah mendatangkan teman-temannya. Jadi dia tidak merasa muda sendiri. Tapi Wisnu cepet adaptasi, lo. Aku juga memberikan team yang terbaik. Siapa nama teman-temannya? Aku kok tidak ingat. Padahal aku belum terlalu tua.”Ucapanku memantik tawa Maharani. Dia menyodorkan piayama tidur untuk aku kenakan.“Mereka itu teman-teman dekatnya Wisnu. Ada Lisa yang diletakkan di admini

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 612. Desi Pegawai Teladan

    Orang single tidak akan mati karena jomlo, tetapi banyak orang tersiksa karena hidup dengan orang yang salah. Itu yang dikatakan Tiok kepadaku. Dia sudah menentukan pilihan, dan aku tidak akan mempertanyakannya lagi. Katanya, surat cerai dalam masa pengurusan dan tinggal menunggu surat resmi dari pengadilan agama. Sekarang, permasalahan Tiok sudah selesai. Dia tinggal pemulihan saja.****Rezeki itu tidak melulu berupa materi. Adanya keluarga, itu rezeki. Begitu juga sahabat yang kita miliki. Ada lagi yang aku syukuri tidak henti-henti, karyawan yang setia. Seperti Desi, pegawai teladan.“Desi. Berapa lama kamu kerja di sini?”Aku bertanya saat dia memberiku setumpuk laporan yang harus aku tanda tangani. Dia sudah memilahnya. Ada yang tinggal tanda tangan, ada yang harus aku periksa dulu, dan ada yang urgent. Cara kerjanya bagus, membuat pekerjaanku semakin mudah. Aku seperti orang lumpuh kalau sekretarisku ini tidak masuk.Dia tersenyum.“Dari mulai fresh graduate sampai sekarang.”

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 611. Izin Kita

    Hati itu milik kita. Berada dalam tubuh kita sendiri, dan kitalah yang harus melindunginya dari apapun. Sedangkan kesenangan, kesedihan, itu adalah rasa yang ditimbulkan dari luar.Jadi, hati kita merasa sedih atau senang, tergantung dari izin kita. Apakah kita menerima atau mengabaikan hal yang menyebabkan rasa itu.*Aku dan Mas Suma tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Pak Tiok. Di luar nalar dan di luar jangkauan pikiranku. Kenapa ada orang yang tega mengorbankan hati orang lain demi kebahagiannya.“Jadi suami Kalila itu sudah menjatuhkan talak tiga?” tanya Mas Suma.Pak Tiok tertawa miris. “Iya. Karenanya mereka membutuhkan aku supaya bisa menikah lagi.“Gila!” seru Mas Suma geram.Akupun demikian. Tanganku terkepal keras merasa tidak terima dengan perlakuan mereka. Terutama si wanita. Bisa-bisanya memperlakukan itu kepada orang yang menolongnya.Masih ingat aku bagaimana dia menangis karena korban penganiayaan si mantan suami. Dia sampai masuk ke rumah sakit dan yang m

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 610. Pendengar

    Sampai di rumah, aku benar-benar capek jiwa raga. Kepaku dibebani dengan pikiran tentang Pak Tiok. Bisa-bisanya ada orang seperti dia yang terus-menerus mengalami kegagalan dalam percintaan.Wajah rupawan, perawakan juga seperti foto model, karir pun tidak diragukan lagi. Namun, kenapa bisa dia mengalami hal seperti ini?“Mama istirahat saja dulu. Belanjaannya, biar Rima minta bantuan Bik Inah,” ucapnya sambil membawa belanjaan ke arah dapur. Rumah masih lengang. Mas Suma dan Wisnu pasti belum pulang. Begitu juga Amelia.Aku mengangguk menerima anjuran gadis itu. Dia tahu apa yang aku pikirkan. Sepanjang jalan aku mengomel dan membicarakan tetang Pak Tiok. Bagaimana perjalanan kisah mereka sampai menikah. Bagaimana Pak Tiok melindungi Kalika yang mendapat perlakukan tidak baik dari mantan suami.Sempat Rima tadi menyeletuk.“Laki-laki itu jangan-jangan mantannya Mbak tadi.”“Mama tidak tahu benar, Rima. Saat dia datang mengacau pernikahan, dia dalam keadaan mabok dengan penampilan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 609. Mengagetkan

    Kembali dari galeri, aku dan Rima tidak langsung pulang. Kami singgah di mall.“Tidak usah, Ma.”“Kenapa? Mama ingin membelikan kamu baju. Kepingin saja,” ucapku bersikukuh. Akhirnya kekasih Wisnu ini membelokkan mobil ke mall yang ternama di kota ini.“Kita kemana, Ma?” ucapnya berlari mensejajariku. Dia pasti heran, aku berjalan ke arah kebalikan dari tempat yang menjual pakaian.“Kita ke butik langganan kami. Aku akan mengukur kamu untuk data mereka,” jawabku terus berjalan. Sebenarnya bisa parkir di depan butik Claudia, tapi itu membuatku jauh dari tempat belanjaan yang menjadi tujuan utama.Pegawai yang berjaga langsung membukakan pintu, mereka tersenyum dengan tangan menangkup di depan. “Selamat datang, Nyonya Maharani.”Aku mengangguk, Rima yang di belakangku langsung mensejajari.“Hai, Bu Rani. Lama tidak kesini!” seru Claudia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Rima.“Kenalkan ini Rima, calon mantu,” ucapku kemudian mendekat, “calonnya Wisnu.”Claudia langsung mengarahkan

DMCA.com Protection Status