Vote yuuuk :)
Jelita duduk di tepi ranjang rumah sakit dengan tatapan lesu yang terpaku pada luar jendela. Dalam hatinya, ia merasa kehausan akan kebebasan dan keinginan yang tak terucap untuk segera meninggalkan ruang perawatan ini. Setelah berhari-hari menghadapi rutinitas medis dan kehampaan yang tak terucap, Jelita memutuskan sudah waktunya untuk pulang.Dokter yang memeriksanya datang menghampiri, memperhatikan gelisah di wajahnya. "Jelita, kondisimu membaik secara signifikan. Aku memahami keinginanmu untuk pulang, tapi ingatlah bahwa pemulihanmu masih memerlukan waktu dan istirahat yang cukup," ujar dokter Nirmala dengan suara lembut.Jelita menatap dokter spesialis penyakit dalam itu dengan penuh harap, "Tapi Dok, saya merasa cukup kuat untuk pulang. Saya bosan di sini."Dokter menggenggam tangan Jelita dengan lembut, menyampaikan kepedulian dan kebijaksanaannya. "Kamu telah melewati banyak hal, Jelita. Aku mengerti rasa bosan yang dirasakan di sini, tapi keputusan untuk pulang haruslah dida
Jelita membuka matanya dengan perasaan yang masih belum betul-betul nyaman. Tubuhnya masih terasa lemah, kondisinya belum sepenuhnya pulih setelah menjalani perawatan di rumah sakit. Dia mengingat jelas pesan dokter tentang apa yang harus dilakukannya di rumah untuk merawat dirinya agar lekas pulih. Jelita harus cukup istirahat dan makan teratur, tapi dia harus minum obat terlebih dahulu 30 menit sebelum makan.“Sepertinya tadi aku meletakkan obatku di ruang tamu,” gumamnya setelah sadar sepenuhnya.“Aku harus minum obat untuk lambung dulu, setelah itu pesan makanan lewat aplikasi.”Hidup seorang diri di apartemen dengan kondisinya sekarang ini ternyata tak selalu mudah baginya. Dengan setengah terhuyung, Jelita mengangkat tubuhnya dari tempat tidur dan berjalan perlahan keluar dari kamar. Saat dia memasuki ruang tamu, tatapannya terpaku pada pemandangan yang tak terduga. Ruangan apartemennya terlihat rapi dan teratur dengan sempurna. Bukan hanya itu, ada aroma lezatnya makanan yang m
Dina menggigit bibirnya dengan tegang, memeriksa pesan yang baru saja dia terima. Dia tidak bisa mempercayai dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa sampai pada titik ini? Diam-diam, dia telah membayar seseorang untuk menguntit William, orang yang seharusnya dia percayai sepenuhnya.Ketika laporan terbaru tampil di layar ponselnya, Dina merasa dunia seakan berhenti berputar. William, orang yang dicintainya, rutin mengunjungi sebuah apartemen yang tak dikenal. Kabarnya, ada seorang gadis cantik yang tinggal di sana. Hati Dina terbakar oleh api kemarahan dan kecemburuan.Tanpa ragu lagi, Dina mengendarai mobilnya menuju apartemen yang disebutkan dalam laporan itu. Hatinya berdebar-debar, mencoba menghadapi kebenaran yang mungkin menyakitkan. Dina menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian. Dengan mantap, dia mulai mengayunkan langkah menuju lift setelah melalui pemeriksaan keamanan di pintu masuk.“Unit 2105, di mana itu?” Dina melihat-lihat setiap nomor pintu yang dilaluinya. Ja
Dina tahu, William kecewa padanya karena ia melarang William untuk merawat Jelita karena penyakitnya yang menular. Dalam upaya untuk meredakan kekecewaan William, Dina mencoba merayu dan meyakinkannya. Dengan penuh kelembutan, Dina berkata, "William, aku sangat memahami perasaanmu. Aku peduli dengan Jelita dan ingin yang terbaik baginya. Aku sudah mengirim seorang suster untuk menjaga Jelita di apartemennya sampai dia benar-benar sembuh. Suster tersebut akan memberikan perhatian dan perawatan yang dibutuhkan untuk kesembuhannya. Aku berharap kamu bisa memahami niat baikku. Aku sayang kamu dan juga adikmu."Dina berharap penjelasan dan tindakan yang diambilnya dapat membantu William mengerti dan meredakan kekecewaannya. Dia ingin mendapatkan pengertian dan dukungan William.“Aku teringat suamiku, dia meninggal karena sakit. Aku tak ingin kau sakit, Will. Aku ingin kau selalu dalam keadaan sehat, karena itulah aku bersikap protektif seperti ini.”William akhirnya berterima kasih kepada
Dina meminta secara khusus kepada Jelita agar membantunya membuat kejutan untuk merayakan ulang tahun William. Tentu saja Jelita tak keberatan. Namun, saat Jelita melangkahkan kakinya kembali ke dalam rumah William, di mana segala kenangan manis mereka berdua terkumpul, rasa sedih dan kehilangan yang mendalam kembali menghantam hatinya. Setiap sudut ruangan mengingatkannya pada masa-masa indah yang pernah mereka lewati bersama.Jelita berusaha keras menyembunyikan kesedihannya. Ia merasa seperti merobek luka yang belum sembuh, menghadapi kenangan yang begitu kuat dan tajam. Segala perasaan pribadinya yang belum selesai dengan William melanda hatinya dengan keras. Namun, ia tak ingin menggagalkan kejutan ini, ingin memberikan kebahagiaan pada William di hari istimewanya.Nyonya Cindy yang juga datang dari Lampung meminta Jelita untuk membantunya memasak hidangan favorit William. Meski perasaannya terombang-ambing, Jelita dengan ringan tangan membantu. Sementara itu, Dina yang tak memil
Jelita seperti otomatis terbangun ketika waktu sudah menunjukkan jam empat pagi. Dilihatnya Dina masih bergelung di tempat tidur. Setelah mencuci muka, Jelita keluar kamar dan menuruni tangga.Jelita memasak untuk menyiapkan sarapan bagi orang-orang. Dilihatnya nasi semalam sudah tandas, tapi beberapa lauk masih ada. Dia menghangatkan lagi sebagian lauk yang masih enak buat dimakan dan membuang yang sudah tak layak dikonsumsi. Jelita mengolah makanan yang ada dengan bijaksana, dia menghargai makanan, dia tahu bagaimana rasanya kelaparan. Sewaktu kecil, orang tuanya sering meninggalkannya pergi bekerja begitu saja tanpa meninggalkan makanan untuknya.“Masak apa?”Jelita terkejut melihat William tiba-tiba berada di dapur, dia tak tahu sejak kapan pria itu ada di sana.“Nasi uduk.”“Sebanyak itu?”“Buat semua orang, tentu saja banyak.”“Cuma ada aku, kamu, dan Dina.”Jelita menoleh kepada William yang bersedekap memandangnya.“Hah? Ke mana yang lainnya?”“Mami dan rombongan sudah pergi k
“Astaga! Ma-maaf!” Jelita memalingkan mukanya yang merah padam digempur jengah. Demi apa! Dia melihat pemandangan tak senonoh sepagi ini. Jantungnya berdegup kencang dan lututnya gemetar. “A-aku cu-cuma … mau ambil … dompet, iya … cuma itu.” Jelita menjelaskan dengan terbata-bata seiring deru napasnya yang tersendat di tenggorokan. Jelita menunduk, menjaga matanya dari pemandangan yang tak enak buat dilihat. Tubuh bagian atas Dina sama sekali tak tertutup kain, demikian pula William. Jelita menatap lantai dan cepat-cepat menggerakkan kakinya yang gemetaran menuju tangga. ‘Duh, kenapa tangganya harus ada di dekat meja sialan itu sih!’ gerutunya. “Permisi!” Jelita menaiki anak tangga dua-dua sekaligus karena ingin kabur tak tahan jengah. Dia sampai tersandung setibanya di undakan tangga terakhir. “Awh!” pekiknya saat tersungkur, dia meringis mengusapi dengkulnya yang sakit membentur lantai. “Lita? Kamu jatuh?” tegur William dari bawah. “Nggak!” sahut Jelita sambil cepat-cepat ber
Pada hari yang ditunggu-tunggu, sinar mentari bersinar terang bagai menyambut wisuda Jelita. Dalam balutan toga wisudanya yang elegan, Jelita melangkah menuju panggung dengan penuh percaya diri ketika namanya dipanggil. Gelar sarjana dengan predikat cum laude menjadi tonggak keberhasilannya. Prestasi gemilang yang menggambarkan dedikasi dan ketekunan tanpa henti. Hatinya dipenuhi sukacita saat dia mendengar tepuk tangan meriah dari para hadirin yang kagum melihat prestasinya. Setelah ritual wisuda berakhir, suasana berubah menjadi riuh rendah di antara para tamu yang hadir. Bersama teman-teman seperjuangan, Jelita berpose di depan kamera yang siap menangkap momen bersejarah ini. Kebahagiaan Jelita terpancar jelas, memenuhi setiap pori-pori tubuhnya. Namun, kekosongan terasa menghampiri saat Jelita tak jua menemukan sosok William. Jelita mencari-carinya di antara kerumunan. Dia berusaha menelepon William, namun teleponnya hanya berdering panjang tanpa sahutan. Jelita menunggu, menole
Adam Ashford menikahi Laura dengan identitas barunya sebagai Keanu Royce. Hanya Laura dan Sam yang tahu bahwa Keanu Royce adalah Adam Ashford. Mereka menyimpan rahasia itu seumur hidup mereka. Demi melindungi rahasia itu, Laura memutuskan keluar dari lingkaran pertemanannya dengan para sosialita. Semakin sedikit teman yang mengenalnya, akan semakin aman bagi mereka. Laura tak mau terhubung dengan media sosial. Ia ingin hidupnya terlindungi dari mata publik dan jagat internet yang selalu penuh dengan gosip. Dia ingin melindungi sosok suaminya yang baru dari orang-orang yang mungkin memiliki niat jahat. Tak ada yang boleh tahu bahwa Adam masih hidup dalam sosok Keanu Royce. Karena itulah dia hanya mendaftarkan pernikahan resminya dengan Keanu Royce, tanpa perayaan pesta. Lagipula setiap malam bersama Adam adalah pesta baginya, suaminya itu menyentuhnya dengan penuh cinta dan mempersembahkan kepuasan yang tak tertandingi. Mereka berdua hidup bahagia dalam kedamaian dan kebahagiaan mer
Laura lega setelah bicara dengan Nicholas. Anak itu akhirnya melupakan permintaan hadiah ulang tahunnya berupa ‘daddy’. Sebagai gantinya, Laura mengajaknya pergi jalan-jalan ke taman safari. Nick senang sekali menikmati pemandangan satwa liar dari dalam mobil. Ditambah Keanu yang menjelaskannya tentang banyak hal tentang satwa-satwa itu. Nicholas semakin terpukau akan pengetahuan Keanu yang luas tentang dunia hewan.Sementara Laura yang berada di kursi belakang tersenyum melihat antusiasme Nicholas dan kesabaran Keanu dalam memaparkan wawasan tentang dunia satwa kepada Nicholas. Dalam hati Laura mengakui bahwa Keanu memiliki jiwa kebapakan yang sangat dibutuhkan putranya. Bukan hanya Nicholas, Laura juga merasa membutuhkan Keanu. Sejak kedatangan pria itu dalam hidupnya, hari-harinya mulai terasa berbeda. Ada satu ruang kosong di hatinya yang pelan-pelan mulai diisi oleh Keanu. Namun di sisi lain, Laura masih belum siap untuk melengserkan Adam Ashford yang selama ini bertahta dalam h
Ulang tahun Nicholas yang kelima menjadi sebuah perayaan yang berkesan. Meskipun pesta tersebut hanya dihadiri oleh teman-teman sekolah Nicholas, Laura telah merancang segalanya dengan sempurna. Rumahnya yang mewah dan luas menyediakan latar belakang yang indah untuk perayaan ini, tetapi Laura dan Nicholas tetap menjalankannya dengan kerendahan hati.Tamunya tiba dengan senyum penuh kekaguman saat mereka memasuki rumah besar Laura. Mereka melihat sentuhan berkelas dalam setiap sudut rumah Laura yang luas dan mewah. Dan Laura telah mendekor sebuah ruangan dengan dekorasi sederhana namun elegan. Souvenir yang disiapkan Laura untuk para tamu adalah barang-barang bermerk terkenal dan mahal, membuat semua orang terkesan, bahkan kado mereka untuk Nicholas saja tak semewah dan semahal ini. Tetapi mereka tahu, bahwa bagi Nicholas dan juga Laura, kehadiran mereka terasa lebih penting daripada kado apapun yang mereka bawa.Nicholas begitu bahagia, matanya berbinar-binar ketika ia menerima kado
Sambil bergandengan tangan, Laura dan Adam memasuki night club eksklusif dengan sinar lampu berkilauan yang memantulkan warna-warni ke seluruh lantai dansa. Musik berdentum keras menggema di seluruh ruangan, dan orang-orang berdandan glamor berdansa di lantai. Laura merasakan sensasi kebebasan yang luar biasa begitu ia melangkahkan kakinya ke dalam klub ini. Dia merasa begitu hidup, begitu bahagia, dan dia tak sabar untuk menari bebas seperti semasa mudanya dulu.Adam berdiri di sampingnya dengan sikap waspada yang tidak tergoyahkan. Dia berjanji untuk menjaga Laura malam ini, dan dia tak akan melupakan tugasnya. Laura tersenyum pada Adam dan menariknya ke tengah lantai dansa yang penuh dengan kerumunan.Segera setelah mereka tiba di lantai dansa, Laura mulai bergerak dengan bebas dan bersemangat. Laura mengekspresikan dirinya melalui gerakan tubuhnya yang meliuk indah mengikuti irama musik. Sementara itu, Adam berdiri di depannya dengan mata tajam yang memantau setiap gerakan di sek
“Laura, kenalkan ini sepupuku, namanya Nathan,” kata mamanya Carlos ketika Laura muncul di ruang tamu, menemui Mama Carlos yang sudah janjian dengannya untuk datang menjemput. Laura bersalaman dengan Nathan yang mengulurkan tangan padanya sambil tersenyum ramah. “Laura.” “Nathan.” Mama Carlos tersenyum memandangi keduanya secara bergantian. Dia berharap Laura akan tertarik dengan sepupunya yang tampan dan juga seorang artis terkenal asal Jakarta ini. “Sopirku sedang tidak enak badan dan Nathan dengan baik hati mau mengantar kita malam ini. Kebetulan dia baru menyelesaikan jadwal syuting filmnya di Bali dan dia tadi sedang mampir ke rumahku. Ayo, kau sudah siap, kan? Wah. Kau cantik sekali, Laura! Kau seperti masih gadis saja, tak ada yang menyangka kalau kau sudah menjadi seorang ibu,” puji Mama Carlos sambil melirik Nathan yang sedang memandang Laura dengan sorot kagum. Adam menyaksikan hal itu dari ruang tamu, rahangnya menggertak keras menahan marah dan cemburu. Rasanya dia in
Laura tercekat dan menggigit bibirnya.. Mendengar kata-kata Keanu, dia merasa buruk sekali sebagai ibu yang tak bisa menggali lebih dalam sisi psikologis putranya sendiri. Air mata Laura menggenang, merasa bersalah kepada Nick karena lebih mengkhawatirkan luka fisik Gabriel daripada luka batin yang dialami Nick hari ini.Melihat Laura menangis, Adam mengepalkan tangannya, menahan dirinya untuk tidak memeluk Laura detik itu juga. Dia tahu, bukan hal mudah bagi Laura untuk menjadi orang tua tunggal bagi anak lelaki yang aktif dan reaktif seperti Nicholas. “Bu Laura, tenanglah. Mungkin saat ini Anda merasa bersalah, tapi jangan larut dengan rasa bersalah itu. Anda hanya perlu bicara dan mengobrol dengan Nick setelah dia bangun nanti.”Laura mengangguk-angguk. “Terima kasih, Keanu. Kau telah membuka sebuah pemahaman penting yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku.”Adam mengangguk dan tersenyum. Dan melihat senyum Adam yang lembut dan terasa menenangkan hatinya, perasaan Laura seke
Jantung Laura berdebar kencang saat Keanu meraihnya, menghindarkannya dari tabrakan dengan si pelayan. Sensasi tangan besar dan kuat Keanu yang mendekapnya membuat Laura merasa aman terlindungi. Namun, saat Keanu berbicara dan suaranya berubah menjadi rendah dan tajam, Laura merinding. Dia seperti dalam pelukan Adam Ashford yang telah tiada.Sementara itu, pelayan yang tadi menabrak Laura berdiri ketakutan oleh aura dingin yang dipancarkan Keanu alias Adam. Dia segera membersihkan sisa-sisa gelas yang pecah dengan gemetar, tidak berani melihat langsung ke arah mereka berdua.Laura bisa merasakan kemarahan Adam yang terasa berbahaya. Dia mencoba menenangkan keadaan. "Bukan hanya dia yang salah, aku juga salah,” katanya.“Anda tidak salah,” tegas Adam. “Dia berjalan tanpa melihat ke depan dan mengambil jalur yang tak seharusnya.”“Ma-maaf. Tadi saya terburu-buru.” Si pelayan mengakui kesalahannya, dia sedang tidak fokus bekerja hari ini karena pikirannya sedang kacau memikirkan masalah
Para pelayan di rumah Laura dibuat geger melihat ketampanan bodyguard pribadi Laura yang baru. Mereka bukan hanya mengagumi ketampanannya, tetapi juga merasa heran oleh kemiripan pria itu dengan mendiang sosok suami nyonya mereka yang fotonya terpajang besar di ruang meditasinya. Bahkan Nicholas sempat bengong dan berkali-kali memanggil Keanu dengan tanda tanya yang menggantung di ujung kalimatnya, “Daddy …?”“He’s not your daddy, baby …,” tegas Laura seraya tersenyum kepada putranya yang salah paham melihat sosok bodyguardnya yang begitu mirip dengan Adam Ashford yang dia ketahui sebagai ayahnya.“Halo, Nick. I’m your friend, my name is Keanu.” Adam membungkuk dan mengajak Nicholas melakukan tos dengannya.Nicholas mengerutkan keningnya dengan bingung. Dia menerima ajakan tos Adam dengan ragu-ragu. Tapi dia menyukai keramahan teman barunya ini yang begitu mirip dengan daddy-nya yang sering menjenguknya di malam hari. Bahkan suara Keanu terdengar sama dengan suara daddy yang sering me
Senyum Sam terpancar penuh makna ketika ia menatap Adam. Ia ikut merasa lega akhirnya Adam mendapatkan kesempatan kedua dalam hidupnya, menjalani kehidupan barunya sebagai pria biasa dengan identitas Keanu Royce. Sam memahami bahwa keputusan Adam untuk menjalani "kematian" sebagai Adam Ashford adalah tindakan yang berani demi keselamatan Laura dan Nicholas. Dengan kematian sosok Adam Ashford dalam dunia mafia, kedua orang yang dicintainya itu tidak lagi menjadi buruan musuh-musuh sesama mafia. Sam tahu bahwa Adam telah mengorbankan identitasnya sebagai sosok Adam Ashford yang berkuasa dan kaya raya demi melindungi mereka, dan itulah salah satu tindakan paling mulia yang bisa dilakukan seseorang yang memiliki ketulusan cinta. Sam mengingat lagi bagaimana “transformasi” Adam Ashford menjadi Keanu Royce itu terjadi. Hari itu, setelah John Wick membantai seluruh pasukan Michael dan pasukan Damon Redwood, Laura keluar dari persembunyiannya dan memeluk tubuh Adam Ashford yang bersimbah d