Beranda / Romansa / Pembantu Kaya Tuan Tampan / Part - 04 Menuju Kota Violens

Share

Part - 04 Menuju Kota Violens

Penulis: ANATA MEGA
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-15 22:01:12

Kepergian Lala ke kota Violens sungguh sebuah dilema. Antara mewujudkan cita-cita orang tua atau mewujudkan cita-citanya sendiri. Ini sudah seperti makan buah simalakama.

Lala sudah resah, dalam otaknya banyak mengatur strategi. Pergi tidak, pergi tidak, kata-kata itu terus berputar di kepala cantiknya.

Nampaknya suasana pun mendukung rasa cemasnya. Terlihat di meja makan pagi itu, tidak ada kehangatan sama sekali. Biasanya mereka sarapan sambil membicarakan apa pun. Terkadang juga bercanda dan saling meledek.

Namun suasana pagi ini cukup dingin. Sedingin hati Harjito. Raut wajah lelaki itu memberitakan moodnya belum membaik.

Hampir setengah jam berlalu, hanya suara denting sendok dan garpu yang beradu dengan piring terdengar memenuhi ruangan itu.

Nasi goreng favorit buatan Bi Narti yang biasanya terasa lezat, pagi ini juga terasa begitu hambar bagi Lala. Lala menyendoknya dengan malas.

Padahal Bi Narti sudah memasak nasi goreng spesial sayur. Lala memang pecinta sayuran. Setiap kali Bi Narti bikin nasi goreng, Lala selalu meminta ditambahkan potongan wortel, tomat, sawi, dan kubis. Tapi selera makan pagi ini cukup buruk, sayuran yang menggodapun tidak berhasil menarik perhatian Lala.

Wajah Lala masih terlihat sembab dengan kantong mata yang terlihat jelas. Sepertinya ini dampak menangis semalam.

"Lala. Ayah minta berkas-berkasmu sudah siap, pukul sembilan nanti. Pak Dirman Akan menjemputmu!" ucap Harjito akhirnya memulai percakapan.

"Tapi, Yah," lirih Lala tanpa berani menatap sang Ayah.

"Ini perintah, Lala. Jangan kecewakan harapan Ayah! Seperti dua kakakmu!" ucap Harjito sambil melirik tajam ke arah Adrian.

Adrian yang merasa tersindir memperlambat gerakan mulut yang tengah mengunyah sarapannya. Tapi Adrian sudah terbiasa disindir-sindir seperti itu. Adrian tetap melanjutkan sarapannya tanpa sedikit pun terganggu.

"Putuskan sekarang, Lala!" Kembali suara Harjito menggema.

"A - aku ... tetap mau melanjutkan kuliah di fakultas sastra, Yah," jawab Lala masih teguh dengan pendiriannya.

"Lala, dengarkan kata ayahmu sekali ini saja, Nak," bujuk Iriani.

"Tapi Bunda, Lala sudah memutuskan," ucap Lala dengan tatapan memohon pertolongan pada sang Bunda.

"Ingat Lala, jika kamu melawan Ayah. Akibatnya Ayah akan mencabut semua fasilitas yang pernah Ayah berikan!" Tuan Harjito Pribadi meninggalkan meja makan, dalam hatinya berpikir pasti putri kecilnya itu akan mengurungkan niatnya. Dia masih terlalu kecil untuk hidup sendiri di luar tanpa fasilitas apa pun.

Harjito yakin, dengan sedikit ancaman Lala pasti menurut. Mengingat gadis itu begitu patuh padanya. Berbeda dengan ke dua anak laki-lakinya.

"Pikirkan baik-baik, Nak," ucap Iriani lembut. Kemudian menyusul langkah suaminya.

Pasangan suami istri itu segera bersiap berangkat. Keduanya memang selalu tepat waktu dalam bekerja. Mereka hanya punya waktu sebentar di rumah. Sisanya mereka dedikasikan waktunya untuk bekerja. Mungkin itu juga salah satu kesuksesannya.

Harjito dan Iriani mampu membangun 'Harani Hospital'. Sebuah harapan besar jika salah satu dari anaknya bisa meneruskan kerja keras mereka. Apa itu salah?

Namun sepertinya keberuntungan tidak berpihak pada mereka. Anaknya tidak satu pun yang tertarik pada dunia kedokteran.

Setelah kedua orang tuanya pergi, sepasang kakak beradik beda usia dua tahun itu saling pandang.

"Gimana dek? Sudah siap?!" tanya Adrian. Menanyakan misi mereka semalam.

"Sudah, Kak" jawab Lala pendek.

"Oh, kakak kira berubah pikiran. Ya sudah habiskan dulu nasi gorengmu, jangan cuma diaduk-aduk terus," kata Adrian. 

Lala kembali menatap nasi goreng di depannya dengan tatapan malas. Tapi, kata Bi Narti setiap makan harus habis. Mengingat itu Lala memaksa menghabiskannya. 

"Apa kamu yakin dengan keputusan ini, Dek?"

Lala mengangguk sebagai jawaban.

"Kita pergi sekarang saja kak, takut Pak Darmin keburu ke sini," ucap Lala.

Gadis itu melangkah menuju kamarnya dan mengambil ransel yang sudah dia siapkan semalam. Kemudian mencari Bi Narti.

"Bi, nanti jika Pak Darmin ke sini, tolong serahkan ini ya," Ucap Lala sambil mengulurkan amplop yang berisi sepucuk surat untuk kedua orang tuanya. Tekad Lala sudah bulat, pagi ini lala pergi.

Lala pergi dengan membawa ransel yang telah diisi dengan beberapa helai baju dan berkas-berkas kuliahnya.

Ini pertama kali Lala merantau, yang hanya berbekal uang tabungannya. Pikiran seorang gadis yang baru lulus SMU. Merasa tabungan yang hanya sedikit itu sudah cukup digunakan memenuhi semua kebutuhan di sana.

"Ingat, jangan bandel di kota orang ya, Dek,"

"Oke, Kak!"

"Jangan pacaran?!"

"Bagaimana denganmu, Kak?! Harusnya nasehat itu kakak ucapkan pada dirimu sendiri,"

"Aku laki-laki dek, tidak banyak resiko jika berpacaran!"

"Maksud, Kak Adrian?"

"Ya, kalo cewek 'kan bisa hamil dek. Kalo cowok 'kan tidak?"

"Maksudnya?!" Lala mencubit lengan kakaknya yang sedang menyetir mobil.

Ciiittttt!!!

Adrian kaget dan lengannya kesakitan bekas cubitan Lala. Reflek kakinya menginjak rem, dan mobil berhenti mendadak.

"Arggghh," tubuh Lala sampai menubruk dashboard. "Kakak, kenapa berhenti mendadak, sih!" 

"Dek, jangan bercanda! Bahaya, kakak lagi nyetir!" ucap Adrian kesal. "Untung saja kondisi jalan sepi!"

"Iya deh, maaf. Kak, jika Lala sudah nggak di rumah, jaga Bunda ya. Jangan cewek mulu yang diurus!

"Hmmmm....." jawab Adrian. 

“Jangan hmmm saja, aku tidak mau ponakanku lahir di luar nikah,”

"Jangan repot memikirkanku. Aku tahu batasan, yang penting jaga diri. Nanti sampai sana cari kos dulu, yang deket kampus. Terus istirahat."

"Lala sudah memikirkannya, kak,"

"Apa tabunganmu cukup, Dek?"

"Cukup kak, tabungan Lala banyak kok," ucap Lala percaya diri.

Mereka sudah sampai di terminal. Setelah memarkir mobilnya, Adrian menggandeng tangan kecil Lala. Memasuki terminal untuk mencari Bus menuju kota Violens.

"Sepuluh ribu tiga, sepuluh ribu tiga," para pedagang sibuk menawarkan dagangannya, asap knalpot dan deru mesin dari bus yang lalu lalang cukup menyambut tantangan bagi Lala.

"Mau ke mana, Bang?" tanya seorang lelaki berseragam biru, ditilik dari rupanya sedikit seram karena melihat kumis tebal yang membingkai bibir hitamnya. Tapi bapak itu kelihatan ramah dan baik, terlihat dari senyum yang selalu menghias wajahnya.

"Kota Violens, Bang!" jawab Adrian.

"Kota Violens. Sini, Bang!!" teriak seorang kondektur sambil melambaikan tangannya.

Adrian memeluk Lala kuat-kuat, setelah itu mengizinkan tubuh kecil itu masuk di Bus. 

Lala masuk ke dalam bus yang sudah hampir penuh itu, mata lentiknya mencari kursi yang masih kosong dan segera mendaratkan pantatnya.

Ranselnya dia peluk di pangkuan, kabarnya di bus banyak copet. Lala harus waspada dan tidak boleh lengah. Karena mulai sekarang dia harus bisa menjaga dirinya sendiri.

"Geser kak," seorang pria berperawakan gemuk mengagetkannya. Lala beringsut merapat ke dinding bus. Hingga dirinya masih menemukan Adrian berdiri di sana. Lala melambaikan tangan ke arah kakaknya. 

Adrian balas melambaikan tangan. Setelah Bus berjalan Adrian pun beranjak pulang, dengan segala doa yang dia panjatkan untuk adik tercintanya.

Hawa panas mulai terasa karena bus ini benar-benar sarat muatan. Tenggorokan Lala terasa begitu kering. Lala mengeluarkan botol air mineral dari dalam ransel dan meminumnya.

"Mau ke mana Dek?" tanya si Abang yang duduk di sebelahnya.

"Kota Violens, kak!" jawab Lala  sambil menutup kembali botol air mineralnya dan kembali menyimpan di dalam ranselnya. Kemudian Lala mengusap bibirnya dengan tissu.

Sudah sepuluh menit Bus ini melaju, orang yang duduk di samping Lala pun, seperti dinina bobokan sudah tertidur. 

Pandangan Lala terlempar keluar menikmati perjalanan ini. Ada sedikit rasa kosong di sudut jiwanya. Lala merasa benar-benar sendiri sekarang. Ada sedikit takut bercampur khawatir mulai menguasainya.

“Selama menjadi orang baik, pasti akan dipertemukan dengan orang baik pula,” Lala bermonolog menenangkan dirinya sendiri.

Hal yang harus dilakukan, dirinya harus bisa membaur dengan orang di sekitarnya dan sejenak membuang predikatnya sebagai putri dari pemilik 'HARANI HOSPITAL'

Akankah Lala mampu menghadapi kerasnya kehidupan di kota Violens?

Nyatanya Lala sekarang malah terlibat masalah dengan Glenn.

***

BERSAMBUNG

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Komang Agus Sudiar
lebih mudah dicerna ketika ada beberapa fakta dan sebiah fiksi, lbh mudah diikuti jg. kota Viona.. kalo pakai kota2 yg ada di jkt memang salah dan jelek y?? maybe nama Rumah Sakit, yg spesifik seperti itu pakai nama imajinasi, agar tidak menyinggung pemilikny.sy berbicara dari sudut pandang pembaca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   Part- 05 Nasib Rumit

    Dalam mimpi pun bahkan Lala tidak menginginkan bertemu dengan laki-laki semacam Glenn. Kalau bisa ditawar Lala memilih bertemu kera sakti saja, karuan hidupnya menjadi berguna, bisa ikutan ke barat mengambil kitab suci. Daripada bertemu Glenn yang ada hanya dicaci maki terus.Tampaknya bertemu Glenn di kota Violens adalah takdir dan Lala tidak bisa menukarnya dengan siapapun. Seandainya bisa, Lala mau kok tukar tambah. Mungkin tambah sepuluh ribu tukar lelaki yang lebih sopan dan lebih menghargai orang lain.Nasib baik yang di awal menghampirinya ternyata berbuntut masalah yang cukup rumit. Tiga bulan lalu tepatnya ketika Lala menginjakkan kakinya di kota impian. Ya, Violens adalah kota yang akan mewujudkan segala mimpinya. Setiba di kota Violens Lala mendapatkan kost yang jaraknya cukup dekat dengan kampus, bahkan Lala cukup berjalan kaki saja jika ingin pergi ke kampus. Itu artinya rencana pertama berjalan mulus. Meskipun Lala harus membayar cukup mahal

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-19
  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   Part- 06 Kesaktian Cinta

    Part – 06 KESAKTIAN CINTA Lala harus menghadapi laki-laki yang cukup aneh menurutnya. Bagaimana mungkin dalam raga yang sudah setua itu bisa-bisanya salah transfer. Apa penglihatannya sudah kabur tidak bisa membedakan angka empat dan angka lima? Bukankah seharusnya Glenn menekan angka empat untuk digit terakhir nomer rekening kakasihnya? Mengapa pula malah menekan angka lima sehingga uang tersebut masuk ke rekening Lala dengan sukses. Lala sungguh tidak mengerti mengapa ada manusia seceroboh itu, dan akibat kecerobohannya itu membuat Lala harus terlibat dalam urusan asmaranya. Lala memijit pelipisnya. Saat ini Lala sudah seperti obat nyamuk penjaga dua sejoli itu pacaran. Siapa lagi kalau bukan Glenn dan Sabila. Ternyata selain tidak sopan Glenn juga menyebalkan. Lala terjebak dalam situasi yang sulit bahkan dirinya merasa mual di depan menu yang sebenarnya sangat lezat, itu semua gara-gara bualan Glenn pada Sabila yang mau tidak mau t

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-29
  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   Part -07 Masih Terlibat

    “Ini semua juga salahmu, La. Sudah tahu bukan uang kamu, mengapa kamu pakai juga?” ucap Glenn gemas. Lala bangkit dari duduknya, wajahnya memerah menahan marah, tangannya mengepal erat. Dirinya merasa tidak terima selalu disalahkan terus. “Kenapa aku terus terlibat? Aku ‘kan sudah menjelaskan di sini. Apa masih perlu juga terlibat masalah pribadi kalian lebih jauh? Apa kalian tidak bisa menyelesaikan urusan kalian sendiri. Ingat aku juga punya urusan sendiri?” protes Lala tanpa jeda, sepertinya kali ini stock sabarnya sudah habis untuk menghadapi mereka. Shabila memegang pundak Lala kemudian menekan lembut, bibirnya mencetak senyum untuk meluluhkan hati Lala, di perlakukan seperti itu Lala kembali duduk di kursinya. Meskipun bibirnya masih mengerucut tapi Lala harus mengendalikan diri. “Maaf, La. Jika ini nanti merepotkanmu. Tapi orang tuaku tidak semudah itu percaya. Kami masih butuh bantuan sekali lagi, jadi tolong ya La. Aku tahu kam

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-03
  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   Part -08 Bertemu Alan

    Lala tersenyum sumringah akhirnya bisa keluar juga dari penjara Glenn. Dirinya yang terbiasa bangun pagi cukup senang ketika mendapati kondisi apartemen Glenn yang belum menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan, spontan memunculkan ide untuk melarikan diri. Bahkan kamar Glenn masih tertutup rapat. Tentu saja Glenn belum bangun. Lala menempelkan kertas kecil di pintu kamar dan menulis larik kalimat. TIDAK USAH MENCARIKU SEMINGGU LAGI AKU KEMBALIKAN SEMUA UANGMU LALA Setelah menempuh perjalanan sekitar empat puluh tiga menit dengan bantuan ojek online akhirnya Lala sampai juga di kosnya. Hari ini Lala mempersiapkan diri untuk kuliah, dan tentu saja sudah tidak sabar untuk bisa bertemu Alan. Ya. Lala sudah punya pacar, namanya Allan. Cowok berambut gondrong itu yang beruntung merebut hati Lala. Kebetulan mereka satu kampus dan satu fakultas hanya saja beda jurusan saja. Jika Lala mengambil jurusan sastra, Alan mengambil jur

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-03
  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   Part - 09 Tuan Tampan

    Apa yang ditakutkan Lala ternyata tidak menjadi kenyataan. Nyatanya orang tua Sabilla bahkan sangat ramah. Andika dan Gita paham dengan apa yang terjadi sebenarnya. Mereka mendengarkan penjelasan Lala dengan cukup baik, akhirnya kesalah pahaman calon menantu dan mertua itu pun usai. Namun sayang sekali pertemuan itu hanya sebentar, karena kesibukan terpaksa Andika dan Gita berpamitan terlebih dahulu. Mereka memang tipe orang yang tidak suka berbasa-basi. Mengingat kesibukan yang padat, dan pertemuan ini pun hanya demi anak semata wayangnya, Sabila. Akhirnya lampu hijau berhasil Glenn dapatkan, itu artinya pertunangannya tahun depan akan berjalan lancar. Sayang sekali Sabila tidak hadir dalam pertemuan itu karena masih ada kegiatan kampus. Ya. Seandainya Sabilla hadir pasti mereka akan merayakannya. “Aku sudah menjelaskannya Glenn, artinya urusanku sudah selesai,” ucap Lala setelah Andika dan Gita pergi. Lala cukup lega, dan berharap setelah ini dirinya pun bebas.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-04
  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   Part - 10 Glenn Memanggil

    Tirai tipis itu mengizinkan sinar keemasan masuk ke dalam sebuah ruangan, membelai seorang gadis yang masih setia memeluk guling empuknya. Lama kelamaan gadis itu menggeliat, dan sesaat terbangun dalam keadaan bingung. Ya. Lala tidak pernah bangun sesiang itu. Lala mengucek matanya, dan mengumpulkan seluruh nyawanya. “Astaga sudah jam tujuh,” Lala bermonolog, tubuh kecil itu akhirnya meloncat turun dari kasur empuk yang telah memanjakannya semalaman. Lala segera mandi beruntungnya kamar itu terdapat fasilitas kamar mandi dalam, setelah membungkus dengan handuk Lala mengambil baju ganti asal dalam almari itu. Tidak di sangka banyak sekali baju di sana. Bahkan masih berlabel lengkap dengan hand tagnya. Benarkah Glenn membelikan semua itu untuknya? Lala terharu atas kejutan yang Glenn berikan untuknya. Ternyata dia tidak seburuk yang Lala kira. Hatinya menghangat, ada sisi baik dari Glenn yang baru saja Lala temukan. Pagi ini Lala harus ke kampus

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-04
  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   Part - 11 Omlet

    “Sebentar Al, Tante sepertinya meneleponku,” dengan berat hati Lala menyambar ponsel dan menjauh dari Alan untuk mengangkatnya. Setidaknya Lala harus menjaga perasaan Alan agar tidak terjadi salah paham. Setelah dirasa cukup Lala berhenti dan menempelkan benda pipih itu di telinganya. “Hallo,” ucapnya pelan. “Cil, ke sini sebentar,” terdengar suara Glenn begitu menyebalkan. “Nggak bisa Glenn, ada Alan aku takut dia melihat kita....” tolak Lala masih dengan volume suara yang cukup kecil. “Ini penting,” ucap Glenn memaksa. “Lebih penting Alan, daripada sekedar mengurusimu.” Lala menutup pembicaraan itu sepihak. Kemudian berjalan menghampiri Alan. “Kenapa? Kelihatannya begitu kesal? Apa Tantemu marah-marah?” Tanya Alan menyelidik. Lala mengangguk lesu tak berniat membalas ucapan Alan. Dirinya fokus mengaduk mie cup yang di pesannya. Tetapi sayang sekali rasanya sudah tidak begitu enak karena sudah terlalu lembek mie

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-04
  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   Bab - 12 Bumi dan Langit

    “Apa yang kalian lakukan di belakangku!!” teriak Sabila menggema.“Tidak, ini tidak mungkin!” Sabila menggeleng, di detik selanjutnya berteriak sejadi- jadinya, “Glenn apa kau tega mengkhianatiku setelah semua ini?!” ucap Sabila miris sambil menatap tajam Glen mengharap penjelasan. Glenn sedikit bingung, tidak menyangka reaksi Sabila seperti ini. Tiba-tiba hatinya terasa perih melihat bulir bening itu sudah menetes deras di kedua pipi Sabila. Tidak, Glenn tidak akan membiarkan kekasihnya salah paham dengan adanya Lala di apartemen bersamanya. “Sayang, a-aku bisa menjelaskannya, kita duduk dulu,” Glenn membimbing Sabila duduk, kemudian mengusap pipi basah itu dengan lembut. “Aku tidak pernah mengkhianatimu, sungguh,” ucap Glenn meyakinkan. Glenn meraih telapak tangan Sabila dan menggenggamnya erat. Kemudian menatap Sabila begitu dalam. “Jangan bohong Glenn. Kita baru saja berbaikan. Bahkan orang tuaku baru saja berdamai dengan hubungan ini atau kau memang senga

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-05

Bab terbaru

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART. 134. AKHIRNYA KITA

    Setelah acara tiup lilin dilanjut acara pemotongan kue. Seperti biasa Lala memberi potongan pertama kue itu untuk Ayahnya. Harjito menerima suapan dari putrinya itu kemudian mengucapkan kalimat selamat diikuti rentetan doa.Acara cukup sederhana tetapi meriah dan keluarga inti datang semua. Setelah potong kue sudah selesai, Adrian yang bertindak seolah-olah menjadi MC. Memberitahukan acara selanjutnya yaitu hiburan yang akan diisi oleh bintang tamu.Lala bingung. Pasti Adrian hanya bercanda. Mana ada bintang tamu? Tetapi pandangan Lala seakan terkesima. Ketika dari pintu depan yang terbuka lebar datanglah rombongan tamu. di barisan paling depan Glenn, Sintia dan Herlambang. Setelah itu nampak Wijaya-Ririn, Alan-Dewi, Rega - Winda. Mereka memasuki ruangan dengan penuh senyum.Tampak para keluarga menyalami mereka sambil tersenyum."Lala maukah kamu menjadi istriku?" tanya Glenn lugas tanpa sedikitpun keraguan di depan keluarga besarnya. Pria itu mengeluarkan kotak berisi cincin yang ak

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART. 133. JADI KAMU DARI MANA?

    "Jadi, kamu dari mana saja?" hardik Harjito mengetahui putrinya baru saja pulang. Bahkan Lala baru beberapa langkah masuk ke dalam rumah. "Euhm ...." "Jangan banyak alasan! Kamu pasti menemui laki-laki pengecut itu kan?" "Namanya Glenn, Yah!" sahut Lala pelan. "Bagiku dia laki-laki nggak punya nama, karena tidak berani menunjukkan nyalinya. Masuk ke dalam kamar dan mulai hari ini kamu di bawah pengawasan, Ayah!" perintah Harjito. "Tapi, Yah!" "Tidak ada tapi! Ayah sudah terlalu banyak memberimu kebebasan! Dan sekarang nggak! Orang yang kesana kemari bersamamu harus orang yang memiliki status jelas! Bukan para pengecut seperti yang sudah-sudah!" putus Harjito. Pria itu telah memantau aktifitas putrinya akhir-akhir ini dan sebagian besar waktunya habis bersama Glenn. Lala masuk ke dalam kamarnya. Dan memberi kabar Glenn bahwa beberapa hari ke depan mereka tidak bisa bertemu. Anehnya Glenn menanggapinya biasa saja. Semua pesan yang ia kirim panjang lebar hanya mendapat jawaban.

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART. 132. MEMINTA RESTU

    "Lala, Glenn, angin apa yang membawa kalian hingga sudi mampir ke gubug Bapak?" tanya Wijaya penuh haru seraya mengulurkan tangan pada dua tamunya.Lala segera menyambut uluran tangan Wijaya dan mencium punggung tangannya. Meskipun hubungannya dengan Alan kandas, beliau tetaplah calon mertuanya. Mengingat sekarang Lala menjalin hubungan dengan putranya yang lain.Melihat antusiasnya respon Lala dalam menyambut uluran tangan itu. Glenn pun melakukan hal yang sama. Kemudian Glenn kembali duduk seraya berucap, "Maaf jadi kedatanganku ke sini ingin memohon restu pada, Anda!" ucap Glenn kaku. Diperlakukan demikian Wijaya tidak sakit hati. Mungkin saja Glenn belum bisa mengakui jika dirinya adalah Ayah kandungnya. Wijaya yakin kedatangan putranya kali ini merupakan terbukanya jalan bagi hubungan mereka. Lambat laun pasti Glenn akan menerimanya."Ooh ... Apakah kamu akan menikahi, Lala?" tanya Wijaya. Sedikit banyak Wijaya tahu kisah cinta di antara mereka. "Benar! Saya akan melamarnya, se

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART. 131. MENCARI WIJAYA

    Glenn mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dalam hatinya masih bimbang.Dia berpikir apakah keputusannya ini sudah benar? Atau dia hanya seorang robot yang mengiyakan keinginan dua orang yang sangat disayanginya, Lala dan Sintia."Kenapa wajahmu tegang sekali Glenn?" tanya Lala setelah menilik raut muka laki-laki di sampingnya yang begitu serius. Tampak banyak beban di sana sudah seperti mau mengerjakan tugas negara dan jika gagal maka hidup akan menjadi taruhan."Ehmm ... Nggak La, aku hanya bingung mau ngomong apa nanti, jika sudah sampai!" sahut Glenn."Astaga! Kita bukan ingin wawancara kerja! Juga bukan ingin presentasi proposal! Jadi jangan terlalu serius, biarlah dialog mengalir dengan sendirinya, nanti jika sudah sampai juga bakal tahu mau ngomong apa!" sahut Lala."Tapi, La! Aku nggak enak, pasalnya kemarin aku menolak mereka! Jujur saja aku kecewa pada mereka!

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART. 130. SINGKIRKAN EGO

    "Kalian curang! Aku nggak dipeluk?" Protes Glenn.Sintia melepaskan pelukannya, menatap gadis pilihan putranya itu. Gadis yang sudah mengembalikan putranya untuk lebih semangat untuk hidupnya."Ish ... Cemburu? Lihatlah nanti Mama bahkan lebih sayang sama mantu daripada sama anak sendiri!" ucap Sintia."Terserah Mama, deh! Jadi kapan kita melamar Lala, Ma?" tanya Glenn."Jadi kamu benar-benar mau kawin?!" Sintia terlihat kaget dengan keputusan Glenn."Nikah, Ma, bukan kawin!" protes Glenn."Iya maksud mama Nikah. Apa kalian tidak mau tunangan dulu mungkin. Lagipula Lala kan masih kuliah baru semester satu!" jawab Sintia.Glenn menggeleng tidak setuju dengan usul mamanya. "Nggak Ma, aku nggak yakin bisa menjaga diri!""Sudah kebelet banget ya?" goda Sintia."Bukan, Ma. Maksud ak

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART 129. CALON MANTU

    "Ma, nanya apaan sih!" sahut Glenn menyelamatkan keadaan. Laki-laki itu kemudian menyerahkan minuman dingin untuk Lala, Lala segera menerimanya karena memang haus."Bisa buka tutupnya nggak?"Glenn meminta kembali menyadari jika Lala sering kesulitan membuka tutup botol minuman dingin.Setelah membukanya Glenn menyerahkan kembali."EHEM!!" deheman Sintia mengusik kegiatan keduanya."Mama apa nggak ada acara pergi ke rumah nenek? Atau pergi ke mall?! Tumben betah amat?" tanya Glenn, sembari memberi kode buat mamanya agar meninggalkan mereka berdua di ruangan itu.Tetapi sayangnya kode itu tidak diterima dengan baik, "Jadi apa lagi rencana kalian setelah kemarin main pembatu-pembantuan? Apa sekarang ada ide lain untuk mengelabuhi mama agar meninggalkan kalian berdua! Ingat jika sepasang manusia berlainan jenis bersama dalam suatu ruangan maka pihak ketiga adalah setan!" Sintia menegaskan ag

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART 128. DI APARTEMEN GLENN

    "Kita mau ke mana Glenn?" tanya Lala penasaran. Benar saja, seusai kelas. Glenn sudah gerak cepat untuk menculik Lala. Lelaki itu sepertinya tidak mau hilang kesempatan lagi setelah menyadari perasaannya."Masa iya kamu lupa ini jalan ke mana?" Jawab Glenn sambil terus mengemudikan mobilnya."Ini jalan ke apartemenmu! Tapi mau apa kamu mengajakku ke sana?""Untuk membuat kesapakatan baru!""Kesepakatan apalagi Glenn?""Ingin mengontrakmu menjadi pembantu tuan tampan seumur hidupmu. Jadi maukah Aquilla Anaya Pribadi menjadi pembantu kaya tuan tampan, ha ha ...""Aku nggak mau menjadi pembantumu Glenn, itu namanya menjatuhkan harga diriku, dulu aku mau karena bertanggungjawab. Meskipun bukan sepenuhnya kesalahanku. Tapi kali ini untuk alasan apalagi?""Karena kamu telah bandel masuk dihatiku jadi kamu harus dihukum!"&nbs

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART. 127. MASUK KULIAH

    Hari ini Lala masuk kuliah untuk yang pertama sejak peristiwa itu. Rasanya malas, karena mau tidak mau akan bertemu Alan dan Dewi. Jujur saja Lala masih sakit hati dengan perbuatan mereka berdua. Apalagi setelah semua itu tidak ada di antara mereka yang berinisiatif untuk datang dan minta maaf. Mungkin saja harga maaf sudah mahal, sehingga mereka tidak mau mengusahakan. Mungkin pula ini perkara harga diri atau rasa malu? Ahhh ... Sepertinya Lala tidak mau menduga-duga karena takut malah jadi prasangka buruk. "La ..." panggil seseorang dan suara itu siapa pemiliknya, bahkan Lala belum lupa. Sahabat yang sudah dianggapnya saudara sendiri sejak Lala berada di kota ini. Lala menoleh tetapi membatalkan senyumnya. "Wi, kamu pucat sekali. Apakah kamu sakit?" tanya Lala menatap wajah Dewi yang begitu pucat. "Nggak, La! Aku hanya kurang tidur," terang Dewi. "Ooh aku kira sakit,"

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART 126. KESUNGGUHAN

    Lala menyelesaikan kunyahanya. Meletakkan sendok pelan-pelan kemudian meraih jus alpukat di hadapannya. Setelah selesai Lala menatap Glenn."Apa kamu menunggu jawabanku?" tanyanya kemudian."Tentu saja. Ngapain lagi aku menatapmu seperti ini jika tidak menunggu jawabanmu?" Jawab Glenn kesal."Oke, aku akan menjawab pertanyaanmu. Jadi jika ternyata kamu adalah saudara Alan itu sungguh tidak ada hubungannya dengan aku mau jadi pacarmu atau tidak," jawab Lala bijak."Mengapa demikian?""Kita lahir dari rahim siapa, kita lahir di hari apa, jam berapa, di tolongin siapa kemudian ternyata kita lahir sebagai seorang laki-laki atau perempuan dan ternyata kita adalah saudaranya si a, b dan c. Itu mutlak kuasa Allah. Jadi kita hanya bisa terima dan tidak boleh menolak!""Kesimpulannya kamu tetap mau jadi pasanganku? Meskipun aku bersaudara dengan Alan?" tanya Glenn pen

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status