Home / Romansa / Pembantu Kaya Tuan Tampan / Part - 03 Lala Melarikan Diri

Share

Part - 03 Lala Melarikan Diri

Author: ANATA MEGA
last update Last Updated: 2021-11-15 21:37:11

Sebenarnya Lala tidak semiskin yang Glenn kira. Bahkan dirinya adalah putri bungsu dan pemilik 'Harani Hospital'. Siapa yang tidak mengenal mereka?

'Harani Hospital' merupakan rumah sakit terbesar berpusat di kota Burgundy, yang cabangnya hampir ada di setiap provinsi. Kiprah pasangan Harjito Pribadi dan Iriani Retno Wulandari pun tidak diragukan lagi dalam dunia kesehatan. Mereka adalah tokoh yang sangat dikenal.

Lalu, mengapa Lala sampai terdampar di kota Violens?

Tidak! Dirinya tidak terdampar. Lala pergi atas kemauannya sendiri.

Suatu Malam Harjito mengajak Lala ke ruang kerjanya untuk membicarakan sesuatu. Lala tidak begitu dekat dengan Ayahnya, dan jarang sekali di minta mendatangi ruang kerjanya.

Ini pasti penting.

Mengapa tiba-tiba detak jantung Lala bekerja lebih cepat? Atau Lala sudah melakukan sebuah kesalahan sehingga Harjito sampai memanggilnya?

"La," Harjito memulai percakapan.

"Iya, Yah," jawab Lala kemudian

"Ayah bangga, kamu bisa lulus SMU dengan nilai yang sangat memuaskan," ucap Harjito dengan senyuman yang melengkung sempurna di bibirnya. Mereka duduk berhadap-hadapan yang hanya terhalang meja berbentuk persegi di antara mereka.

"Terimakasih, Yah. Lala janji akan selalu buat ayah bangga," jawab Lala lega.

"Hmmmmmm........ jadi hanya ini yang mau ayah katakan. Atau setelah ini ayah akan memberikanku hadiah?” batin Lala sambil memikirkan hadiah apa yang bakal dia minta nantinya.

"Bagus, ayah bahagia mendengarnya, La. Ayah juga sudah mempersiapkan jurusan apa untuk kuliahmu nanti. Besok pagi jam sembilan siapkan berkas-berkasmu, Pak Darmin akan membantumu mengurus pendaftaran!" ucap Harjito Pribadi kepada sang putri.

"Tapi Yah, Lala sudah mendaftar di Universitas Nuansa lewat jalur prestasi, dan kebetulan diterima," ucap Lala pelan dengan pandangan tertunduk. Sebab sudah dipastikan, setelah ini dirinya akan dimarahi. Mengingat, dari awal Papanya ingin dirinya mengambil fakultas kedokteran.

"Baiklah universitas kamu bisa pilih di mana pun, asal jurusannya tetap ambil kedokteran?" 

Lala terdiam. Hari ini adalah hari yang paling ditakutkan. Sama seperti yang telah dilewati kedua kakaknya. Ini perkara sensitif bagi keluarga mereka.

Sanggupkah Lala menolak seperti kedua kakaknya?

"Lala ambil jurusan Sastra, Yah" ucap Lala sepelan mungkin, bahkan dirinya berharap Harjito tidak mendengarnya.

BRAKKK!!! 

Celakanya Harjito cukup mendengar dengan jelas apa yang telah Lala ucapkan. Harjito menggebrak meja kerjanya. Senyum yang semula terbit sekarang terbenam kembali. Wajah Harjito memerah menahan amarah.

"Batalkan! Apa tidak ada satu pun anak Ayah, yang mau mendengarkan keinginan orang tuanya?!”

Harjito meninggalkan Lala sendiri di ruangan itu. Sepertinya sangat kecewa dengan keputusan Lala.

Selang berapa menit kemudian, Lala pun keluar dari ruang kerja Harjito menuju kamarnya, dengan menahan beribu kesedihan.

Sesampai di kamar itu Lala menumpahkan semua kesedihannya dalam tangis.

Bukankah selama ini dirinya sudah menjadi anak penurut. Lala selalu mengiyakan semua ucapan Ayah dan Bundanya mengingat dirinya adalah anak perempuan satu-satunya.

Lala tak pernah ingin membuat kedua orang tuanya kecewa. Kesedihan mereka adalah kesedihan bagi Lala. Tapi bolehkah untuk saat ini Lala sedikit menawar. Lala tidak sanggup jika dipaksa menjadi dokter.

"Lala......" Suara halus itu menghentikan tangisnya sejenak. Lala mengangkat wajahnya yang sedari tadi dibenamkan dalam boneka Teddy Bearnya. 

"Bunda...." ucap Lala. Bahkan dirinya tidak mengetahui sejak kapan Iriani masuk ke dalam kamarnya.

"Bunda sudah tahu. Tadi Lala berantem sama Ayah 'kan?" ucap Iriani seraya meraih dan memeluk putrinya. Tubuh Lala semakin bergetar dalam dekapan sang Bunda.

"Turuti kemauan Ayahmu, Nak. Orang tua sudah tentu tahu yang terbaik buat putrinya" ucap Iriani sambil membelai rambut cokelat Lala. Kemudian mengusap-usap punggungnya berulang kali.

"Tapi Bunda, keinginan Lala sendiri gimana?"

"Dengerin. Bunda dulu juga sepertimu. Bunda juga melawan kakekmu, saat bunda diminta ambil fakultas kedokteran. Bunda sangat marah ketika dipaksa. Kamu tahu sendiri 'kan cita-cita bunda ingin jadi chef? Tapi akhirnya Bunda menepikan ego Bunda. Dan lihatlah! Sekarang Bunda bisa jadi dokter. Bunda dan ayah bisa memiliki rumah sakit. Coba pikir jika saat itu bunda melawan. Belum tentu bunda sesukses ini, Nak."

Lala menatap mata teduh Iriani, mencari kebohongan dari sorot mata itu. Tapi Lala gagal, Lala tidak menemukan apa pun, kecuali kejujuran dan ke dalaman kasih seorang Ibu.

"Tapi kenapa harus Lala, Bunda?"

"Lala, Ayah dan Bunda hanya ingin salah satu anaknya menjadi dokter, Nak. Kami sudah cukup kecewa dengan kedua kakakmu?" ucap Iriani sambil membelai rambut Lala.

Lala mengangguk sedih, mengingat dua kakak kesayangannya tidak bisa memenuhi harapan orang tuanya. Reno memilih menjadi sarjana pertanian dan sekarang bekerja di daerah pelosok, untuk bisa mengembangkan ilmunya dan menghindari konflik dengan Ayahnya.

Sementara Adrian tengah menyelesaikan kuliahnya di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik. Adrian tetap tinggal serumah dengan orang tuanya, karena memang dia punya karakter cuek.

"Coba, Lala berpikir dulu. Dinginkan hati dan tenangkan diri. Tidak perlu ambil keputusan sekarang, nanti jika Lala sudah mantap dengan pilihan Lala. Beritahu Bunda."

Lala mengangguk. Maniknya melepas langkah Iriani yang beranjak meninggalkannya.

Wanita berusia berusia empat puluh tahun itu keluar dari kamar, dan kembali menutup pintu. "Lala butuh waktu untuk berpikir" batin Iriani berkata dan memutuskan meninggalkan putrinya sendiri.

Selang beberapa saat. Irama ketukan pintu itu terdengar begitu nyaring. Lala mengusap air matanya yang tetap saja mengalir dengan deras. "Semoga bukan Ayah yang ke sini," batin Lala ketakutan. 

Kreeekkkk !!!

Derit pintu terbuka menampakkan seorang cowok berwajah ganteng. Iya. Dia adalah Adrian. Kakak ke dua Lala.

"Ngapain nangis, Dek?" tanyanya kemudian ketika mendapati sang adik tengah menangis dan memeluk boneka Teddy Bear berwarna coklat itu.

Lala tidak menjawab tapi segera melompat dari kasurnya dan memeluk kakaknya erat-erat.

"Kak, apa kau bisa membantuku?" tanya Lala menatap wajah kakaknya serius. Ide gila mulai terbesit dipikirannya untuk tetap mewujudkan mimpinya.

Iya jurusan sastra memang sedikit dilirik orang. Tapi itu tidak membuatnya berubah pikiran. Sejak kecil Lala begitu mencintai karya sastra dan tulisan-tulisan indah.

Lala kecil suka ngomong sendiri, membayangkan dirinya seorang putri dan boneka-boneka miliknya adalah kurcaci-kurcaci yang menjadi obyek halunya.

Ketika duduk di bangku SMP, Lala mulai suka menulis. Tulisan pertamanya dimuat di majalah dinding sekolah. Tidak terkira senangnya hati Lala saat itu.

Itulah titik awal kecintaan Lala pada karya sastra. Dirinya begitu rajin mengikuti lomba menulis puisi di pentas seni setiap akhir tahun di sekolahnya.

"Hooiii, jadi nggak minta bantuannya?" 

"Jadi Kak, tapi...."

"Tapi apa? Jangan yang aneh-aneh ya?"

Adrian duduk di kursi dekat meja belajar adiknya. Tatapannya mulai terfokus pada rak sebelah kiri kamar itu. Ruangan ini lebih pantas di sebut perpustakaan, dari pada kamar seorang gadis.

"Lala mau kabur dari rumah, Kak?"

"Apa?! Jangan bilang kau sudah punya pacar, ya?"

"Kak, Lala hanya ingin kabur. Bukannya mau kawin lari," ucap Lala kesal.

"Masih kecil kamu itu, Dek. Jangan main kabur-kaburan masih bau kencur, bau bawang, bau kunyit.... jangan macam-macam!"

"Kakak pikir Lala bumbu seblak? Kak, bantu Lala ya?"

"Nggak! Kamu masih di bawah umur dek. Apa siap hamil? Apa siap melahirkan?"

"Lalu apa bedanya dengan kakak? Pacar kakak bahkan seumuran dengan Lala?"

"Dek, tapi 'kan?"

"Nggak ada tapi, apa kakak sudah nggak sayang sama Lala?" ucap Lala sedih. Bulir air mata pun kembali menetes Lala kembali duduk di bibir ranjangnya. 

Menyadari Lala sedih. Adrian mendekat, karena dirinya paling tidak bisa melihat seorang gadis mengeluarkan senjata utamanya, yaitu nangis. Herannya kenapa semua wanita yang dikenalnya selalu menangis untuk menyelesaikan masalah mereka.

"Coba jelaskan mau minta bantuan apa?" ucap Adrian lembut.

"Ini bukan tentang pacar, Kak. Lala juga takut pacaran takut ketemu cowok playboy macam kakak."

"Huss! Itu bukan playboy, Dek. Tapi kakak memang best seller," ucap Adrian.

"Bantu Lala pergi ke kota Violens, Lala diterima di fakultas sastra di kampus itu, jadi ......."

"Kakak tahu, kamu harus berjuang dan kakak akan mendukungmu! Tapi jika Ayah sampai tahu tamatlah riwayat kakak nantinya,"

"Aah, Kak Adrian cemen, penakut!" kata Lala kecewa.

"Bukan gitu Dek, tapi kalo Ayah sampai menghentikan biaya kuliah kakak, gimana?" Ucapannya serius.

"Lala nggak peduli! Tolong kak anterin sampai terminal saja. Ayah nggak bakal tahu. Lala janji,"

"Hmmm.... tapi apa kamu sanggup hidup sendiri di kota itu, Dek? Kamu tahu hidup di kota orang itu keras? Bahkan sejak bayi, kamu tidak pernah berpisah dengan Bunda"

"Aku bukan bayi, aku sudah besar, aku harus berjuang demi mimpiku kak, yang paling penting aku tidak mau jadi dokter kak, titik."

***

BERSAMBUNG

Related chapters

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   Part - 04 Menuju Kota Violens

    Kepergian Lala ke kota Violens sungguh sebuah dilema. Antara mewujudkan cita-cita orang tua atau mewujudkan cita-citanya sendiri. Ini sudah seperti makan buah simalakama.Lala sudah resah, dalam otaknya banyak mengatur strategi. Pergi tidak, pergi tidak, kata-kata itu terus berputar di kepala cantiknya.Nampaknya suasana pun mendukung rasa cemasnya. Terlihat di meja makan pagi itu, tidak ada kehangatan sama sekali. Biasanya mereka sarapan sambil membicarakan apa pun. Terkadang juga bercanda dan saling meledek.Namun suasana pagi ini cukup dingin. Sedingin hati Harjito. Raut wajah lelaki itu memberitakan moodnya belum membaik.Hampir setengah jam berlalu, hanya suara denting sendok dan garpu yang beradu dengan piring terdengar memenuhi ruangan itu.Nasi goreng favorit buatan Bi Narti yang biasanya terasa lezat, pagi ini juga terasa begitu hambar bagi Lala. Lala menyendoknya dengan malas.Padahal Bi Narti sudah memasak nasi goreng spesial sayu

    Last Updated : 2021-11-15
  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   Part- 05 Nasib Rumit

    Dalam mimpi pun bahkan Lala tidak menginginkan bertemu dengan laki-laki semacam Glenn. Kalau bisa ditawar Lala memilih bertemu kera sakti saja, karuan hidupnya menjadi berguna, bisa ikutan ke barat mengambil kitab suci. Daripada bertemu Glenn yang ada hanya dicaci maki terus.Tampaknya bertemu Glenn di kota Violens adalah takdir dan Lala tidak bisa menukarnya dengan siapapun. Seandainya bisa, Lala mau kok tukar tambah. Mungkin tambah sepuluh ribu tukar lelaki yang lebih sopan dan lebih menghargai orang lain.Nasib baik yang di awal menghampirinya ternyata berbuntut masalah yang cukup rumit. Tiga bulan lalu tepatnya ketika Lala menginjakkan kakinya di kota impian. Ya, Violens adalah kota yang akan mewujudkan segala mimpinya. Setiba di kota Violens Lala mendapatkan kost yang jaraknya cukup dekat dengan kampus, bahkan Lala cukup berjalan kaki saja jika ingin pergi ke kampus. Itu artinya rencana pertama berjalan mulus. Meskipun Lala harus membayar cukup mahal

    Last Updated : 2021-11-19
  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   Part- 06 Kesaktian Cinta

    Part – 06 KESAKTIAN CINTA Lala harus menghadapi laki-laki yang cukup aneh menurutnya. Bagaimana mungkin dalam raga yang sudah setua itu bisa-bisanya salah transfer. Apa penglihatannya sudah kabur tidak bisa membedakan angka empat dan angka lima? Bukankah seharusnya Glenn menekan angka empat untuk digit terakhir nomer rekening kakasihnya? Mengapa pula malah menekan angka lima sehingga uang tersebut masuk ke rekening Lala dengan sukses. Lala sungguh tidak mengerti mengapa ada manusia seceroboh itu, dan akibat kecerobohannya itu membuat Lala harus terlibat dalam urusan asmaranya. Lala memijit pelipisnya. Saat ini Lala sudah seperti obat nyamuk penjaga dua sejoli itu pacaran. Siapa lagi kalau bukan Glenn dan Sabila. Ternyata selain tidak sopan Glenn juga menyebalkan. Lala terjebak dalam situasi yang sulit bahkan dirinya merasa mual di depan menu yang sebenarnya sangat lezat, itu semua gara-gara bualan Glenn pada Sabila yang mau tidak mau t

    Last Updated : 2021-11-29
  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   Part -07 Masih Terlibat

    “Ini semua juga salahmu, La. Sudah tahu bukan uang kamu, mengapa kamu pakai juga?” ucap Glenn gemas. Lala bangkit dari duduknya, wajahnya memerah menahan marah, tangannya mengepal erat. Dirinya merasa tidak terima selalu disalahkan terus. “Kenapa aku terus terlibat? Aku ‘kan sudah menjelaskan di sini. Apa masih perlu juga terlibat masalah pribadi kalian lebih jauh? Apa kalian tidak bisa menyelesaikan urusan kalian sendiri. Ingat aku juga punya urusan sendiri?” protes Lala tanpa jeda, sepertinya kali ini stock sabarnya sudah habis untuk menghadapi mereka. Shabila memegang pundak Lala kemudian menekan lembut, bibirnya mencetak senyum untuk meluluhkan hati Lala, di perlakukan seperti itu Lala kembali duduk di kursinya. Meskipun bibirnya masih mengerucut tapi Lala harus mengendalikan diri. “Maaf, La. Jika ini nanti merepotkanmu. Tapi orang tuaku tidak semudah itu percaya. Kami masih butuh bantuan sekali lagi, jadi tolong ya La. Aku tahu kam

    Last Updated : 2021-12-03
  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   Part -08 Bertemu Alan

    Lala tersenyum sumringah akhirnya bisa keluar juga dari penjara Glenn. Dirinya yang terbiasa bangun pagi cukup senang ketika mendapati kondisi apartemen Glenn yang belum menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan, spontan memunculkan ide untuk melarikan diri. Bahkan kamar Glenn masih tertutup rapat. Tentu saja Glenn belum bangun. Lala menempelkan kertas kecil di pintu kamar dan menulis larik kalimat. TIDAK USAH MENCARIKU SEMINGGU LAGI AKU KEMBALIKAN SEMUA UANGMU LALA Setelah menempuh perjalanan sekitar empat puluh tiga menit dengan bantuan ojek online akhirnya Lala sampai juga di kosnya. Hari ini Lala mempersiapkan diri untuk kuliah, dan tentu saja sudah tidak sabar untuk bisa bertemu Alan. Ya. Lala sudah punya pacar, namanya Allan. Cowok berambut gondrong itu yang beruntung merebut hati Lala. Kebetulan mereka satu kampus dan satu fakultas hanya saja beda jurusan saja. Jika Lala mengambil jurusan sastra, Alan mengambil jur

    Last Updated : 2021-12-03
  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   Part - 09 Tuan Tampan

    Apa yang ditakutkan Lala ternyata tidak menjadi kenyataan. Nyatanya orang tua Sabilla bahkan sangat ramah. Andika dan Gita paham dengan apa yang terjadi sebenarnya. Mereka mendengarkan penjelasan Lala dengan cukup baik, akhirnya kesalah pahaman calon menantu dan mertua itu pun usai. Namun sayang sekali pertemuan itu hanya sebentar, karena kesibukan terpaksa Andika dan Gita berpamitan terlebih dahulu. Mereka memang tipe orang yang tidak suka berbasa-basi. Mengingat kesibukan yang padat, dan pertemuan ini pun hanya demi anak semata wayangnya, Sabila. Akhirnya lampu hijau berhasil Glenn dapatkan, itu artinya pertunangannya tahun depan akan berjalan lancar. Sayang sekali Sabila tidak hadir dalam pertemuan itu karena masih ada kegiatan kampus. Ya. Seandainya Sabilla hadir pasti mereka akan merayakannya. “Aku sudah menjelaskannya Glenn, artinya urusanku sudah selesai,” ucap Lala setelah Andika dan Gita pergi. Lala cukup lega, dan berharap setelah ini dirinya pun bebas.

    Last Updated : 2021-12-04
  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   Part - 10 Glenn Memanggil

    Tirai tipis itu mengizinkan sinar keemasan masuk ke dalam sebuah ruangan, membelai seorang gadis yang masih setia memeluk guling empuknya. Lama kelamaan gadis itu menggeliat, dan sesaat terbangun dalam keadaan bingung. Ya. Lala tidak pernah bangun sesiang itu. Lala mengucek matanya, dan mengumpulkan seluruh nyawanya. “Astaga sudah jam tujuh,” Lala bermonolog, tubuh kecil itu akhirnya meloncat turun dari kasur empuk yang telah memanjakannya semalaman. Lala segera mandi beruntungnya kamar itu terdapat fasilitas kamar mandi dalam, setelah membungkus dengan handuk Lala mengambil baju ganti asal dalam almari itu. Tidak di sangka banyak sekali baju di sana. Bahkan masih berlabel lengkap dengan hand tagnya. Benarkah Glenn membelikan semua itu untuknya? Lala terharu atas kejutan yang Glenn berikan untuknya. Ternyata dia tidak seburuk yang Lala kira. Hatinya menghangat, ada sisi baik dari Glenn yang baru saja Lala temukan. Pagi ini Lala harus ke kampus

    Last Updated : 2021-12-04
  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   Part - 11 Omlet

    “Sebentar Al, Tante sepertinya meneleponku,” dengan berat hati Lala menyambar ponsel dan menjauh dari Alan untuk mengangkatnya. Setidaknya Lala harus menjaga perasaan Alan agar tidak terjadi salah paham. Setelah dirasa cukup Lala berhenti dan menempelkan benda pipih itu di telinganya. “Hallo,” ucapnya pelan. “Cil, ke sini sebentar,” terdengar suara Glenn begitu menyebalkan. “Nggak bisa Glenn, ada Alan aku takut dia melihat kita....” tolak Lala masih dengan volume suara yang cukup kecil. “Ini penting,” ucap Glenn memaksa. “Lebih penting Alan, daripada sekedar mengurusimu.” Lala menutup pembicaraan itu sepihak. Kemudian berjalan menghampiri Alan. “Kenapa? Kelihatannya begitu kesal? Apa Tantemu marah-marah?” Tanya Alan menyelidik. Lala mengangguk lesu tak berniat membalas ucapan Alan. Dirinya fokus mengaduk mie cup yang di pesannya. Tetapi sayang sekali rasanya sudah tidak begitu enak karena sudah terlalu lembek mie

    Last Updated : 2021-12-04

Latest chapter

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART. 134. AKHIRNYA KITA

    Setelah acara tiup lilin dilanjut acara pemotongan kue. Seperti biasa Lala memberi potongan pertama kue itu untuk Ayahnya. Harjito menerima suapan dari putrinya itu kemudian mengucapkan kalimat selamat diikuti rentetan doa.Acara cukup sederhana tetapi meriah dan keluarga inti datang semua. Setelah potong kue sudah selesai, Adrian yang bertindak seolah-olah menjadi MC. Memberitahukan acara selanjutnya yaitu hiburan yang akan diisi oleh bintang tamu.Lala bingung. Pasti Adrian hanya bercanda. Mana ada bintang tamu? Tetapi pandangan Lala seakan terkesima. Ketika dari pintu depan yang terbuka lebar datanglah rombongan tamu. di barisan paling depan Glenn, Sintia dan Herlambang. Setelah itu nampak Wijaya-Ririn, Alan-Dewi, Rega - Winda. Mereka memasuki ruangan dengan penuh senyum.Tampak para keluarga menyalami mereka sambil tersenyum."Lala maukah kamu menjadi istriku?" tanya Glenn lugas tanpa sedikitpun keraguan di depan keluarga besarnya. Pria itu mengeluarkan kotak berisi cincin yang ak

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART. 133. JADI KAMU DARI MANA?

    "Jadi, kamu dari mana saja?" hardik Harjito mengetahui putrinya baru saja pulang. Bahkan Lala baru beberapa langkah masuk ke dalam rumah. "Euhm ...." "Jangan banyak alasan! Kamu pasti menemui laki-laki pengecut itu kan?" "Namanya Glenn, Yah!" sahut Lala pelan. "Bagiku dia laki-laki nggak punya nama, karena tidak berani menunjukkan nyalinya. Masuk ke dalam kamar dan mulai hari ini kamu di bawah pengawasan, Ayah!" perintah Harjito. "Tapi, Yah!" "Tidak ada tapi! Ayah sudah terlalu banyak memberimu kebebasan! Dan sekarang nggak! Orang yang kesana kemari bersamamu harus orang yang memiliki status jelas! Bukan para pengecut seperti yang sudah-sudah!" putus Harjito. Pria itu telah memantau aktifitas putrinya akhir-akhir ini dan sebagian besar waktunya habis bersama Glenn. Lala masuk ke dalam kamarnya. Dan memberi kabar Glenn bahwa beberapa hari ke depan mereka tidak bisa bertemu. Anehnya Glenn menanggapinya biasa saja. Semua pesan yang ia kirim panjang lebar hanya mendapat jawaban.

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART. 132. MEMINTA RESTU

    "Lala, Glenn, angin apa yang membawa kalian hingga sudi mampir ke gubug Bapak?" tanya Wijaya penuh haru seraya mengulurkan tangan pada dua tamunya.Lala segera menyambut uluran tangan Wijaya dan mencium punggung tangannya. Meskipun hubungannya dengan Alan kandas, beliau tetaplah calon mertuanya. Mengingat sekarang Lala menjalin hubungan dengan putranya yang lain.Melihat antusiasnya respon Lala dalam menyambut uluran tangan itu. Glenn pun melakukan hal yang sama. Kemudian Glenn kembali duduk seraya berucap, "Maaf jadi kedatanganku ke sini ingin memohon restu pada, Anda!" ucap Glenn kaku. Diperlakukan demikian Wijaya tidak sakit hati. Mungkin saja Glenn belum bisa mengakui jika dirinya adalah Ayah kandungnya. Wijaya yakin kedatangan putranya kali ini merupakan terbukanya jalan bagi hubungan mereka. Lambat laun pasti Glenn akan menerimanya."Ooh ... Apakah kamu akan menikahi, Lala?" tanya Wijaya. Sedikit banyak Wijaya tahu kisah cinta di antara mereka. "Benar! Saya akan melamarnya, se

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART. 131. MENCARI WIJAYA

    Glenn mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dalam hatinya masih bimbang.Dia berpikir apakah keputusannya ini sudah benar? Atau dia hanya seorang robot yang mengiyakan keinginan dua orang yang sangat disayanginya, Lala dan Sintia."Kenapa wajahmu tegang sekali Glenn?" tanya Lala setelah menilik raut muka laki-laki di sampingnya yang begitu serius. Tampak banyak beban di sana sudah seperti mau mengerjakan tugas negara dan jika gagal maka hidup akan menjadi taruhan."Ehmm ... Nggak La, aku hanya bingung mau ngomong apa nanti, jika sudah sampai!" sahut Glenn."Astaga! Kita bukan ingin wawancara kerja! Juga bukan ingin presentasi proposal! Jadi jangan terlalu serius, biarlah dialog mengalir dengan sendirinya, nanti jika sudah sampai juga bakal tahu mau ngomong apa!" sahut Lala."Tapi, La! Aku nggak enak, pasalnya kemarin aku menolak mereka! Jujur saja aku kecewa pada mereka!

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART. 130. SINGKIRKAN EGO

    "Kalian curang! Aku nggak dipeluk?" Protes Glenn.Sintia melepaskan pelukannya, menatap gadis pilihan putranya itu. Gadis yang sudah mengembalikan putranya untuk lebih semangat untuk hidupnya."Ish ... Cemburu? Lihatlah nanti Mama bahkan lebih sayang sama mantu daripada sama anak sendiri!" ucap Sintia."Terserah Mama, deh! Jadi kapan kita melamar Lala, Ma?" tanya Glenn."Jadi kamu benar-benar mau kawin?!" Sintia terlihat kaget dengan keputusan Glenn."Nikah, Ma, bukan kawin!" protes Glenn."Iya maksud mama Nikah. Apa kalian tidak mau tunangan dulu mungkin. Lagipula Lala kan masih kuliah baru semester satu!" jawab Sintia.Glenn menggeleng tidak setuju dengan usul mamanya. "Nggak Ma, aku nggak yakin bisa menjaga diri!""Sudah kebelet banget ya?" goda Sintia."Bukan, Ma. Maksud ak

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART 129. CALON MANTU

    "Ma, nanya apaan sih!" sahut Glenn menyelamatkan keadaan. Laki-laki itu kemudian menyerahkan minuman dingin untuk Lala, Lala segera menerimanya karena memang haus."Bisa buka tutupnya nggak?"Glenn meminta kembali menyadari jika Lala sering kesulitan membuka tutup botol minuman dingin.Setelah membukanya Glenn menyerahkan kembali."EHEM!!" deheman Sintia mengusik kegiatan keduanya."Mama apa nggak ada acara pergi ke rumah nenek? Atau pergi ke mall?! Tumben betah amat?" tanya Glenn, sembari memberi kode buat mamanya agar meninggalkan mereka berdua di ruangan itu.Tetapi sayangnya kode itu tidak diterima dengan baik, "Jadi apa lagi rencana kalian setelah kemarin main pembatu-pembantuan? Apa sekarang ada ide lain untuk mengelabuhi mama agar meninggalkan kalian berdua! Ingat jika sepasang manusia berlainan jenis bersama dalam suatu ruangan maka pihak ketiga adalah setan!" Sintia menegaskan ag

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART 128. DI APARTEMEN GLENN

    "Kita mau ke mana Glenn?" tanya Lala penasaran. Benar saja, seusai kelas. Glenn sudah gerak cepat untuk menculik Lala. Lelaki itu sepertinya tidak mau hilang kesempatan lagi setelah menyadari perasaannya."Masa iya kamu lupa ini jalan ke mana?" Jawab Glenn sambil terus mengemudikan mobilnya."Ini jalan ke apartemenmu! Tapi mau apa kamu mengajakku ke sana?""Untuk membuat kesapakatan baru!""Kesepakatan apalagi Glenn?""Ingin mengontrakmu menjadi pembantu tuan tampan seumur hidupmu. Jadi maukah Aquilla Anaya Pribadi menjadi pembantu kaya tuan tampan, ha ha ...""Aku nggak mau menjadi pembantumu Glenn, itu namanya menjatuhkan harga diriku, dulu aku mau karena bertanggungjawab. Meskipun bukan sepenuhnya kesalahanku. Tapi kali ini untuk alasan apalagi?""Karena kamu telah bandel masuk dihatiku jadi kamu harus dihukum!"&nbs

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART. 127. MASUK KULIAH

    Hari ini Lala masuk kuliah untuk yang pertama sejak peristiwa itu. Rasanya malas, karena mau tidak mau akan bertemu Alan dan Dewi. Jujur saja Lala masih sakit hati dengan perbuatan mereka berdua. Apalagi setelah semua itu tidak ada di antara mereka yang berinisiatif untuk datang dan minta maaf. Mungkin saja harga maaf sudah mahal, sehingga mereka tidak mau mengusahakan. Mungkin pula ini perkara harga diri atau rasa malu? Ahhh ... Sepertinya Lala tidak mau menduga-duga karena takut malah jadi prasangka buruk. "La ..." panggil seseorang dan suara itu siapa pemiliknya, bahkan Lala belum lupa. Sahabat yang sudah dianggapnya saudara sendiri sejak Lala berada di kota ini. Lala menoleh tetapi membatalkan senyumnya. "Wi, kamu pucat sekali. Apakah kamu sakit?" tanya Lala menatap wajah Dewi yang begitu pucat. "Nggak, La! Aku hanya kurang tidur," terang Dewi. "Ooh aku kira sakit,"

  • Pembantu Kaya Tuan Tampan   PART 126. KESUNGGUHAN

    Lala menyelesaikan kunyahanya. Meletakkan sendok pelan-pelan kemudian meraih jus alpukat di hadapannya. Setelah selesai Lala menatap Glenn."Apa kamu menunggu jawabanku?" tanyanya kemudian."Tentu saja. Ngapain lagi aku menatapmu seperti ini jika tidak menunggu jawabanmu?" Jawab Glenn kesal."Oke, aku akan menjawab pertanyaanmu. Jadi jika ternyata kamu adalah saudara Alan itu sungguh tidak ada hubungannya dengan aku mau jadi pacarmu atau tidak," jawab Lala bijak."Mengapa demikian?""Kita lahir dari rahim siapa, kita lahir di hari apa, jam berapa, di tolongin siapa kemudian ternyata kita lahir sebagai seorang laki-laki atau perempuan dan ternyata kita adalah saudaranya si a, b dan c. Itu mutlak kuasa Allah. Jadi kita hanya bisa terima dan tidak boleh menolak!""Kesimpulannya kamu tetap mau jadi pasanganku? Meskipun aku bersaudara dengan Alan?" tanya Glenn pen

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status