Sudah lebih dari satu tahun, sejak kejadian Ryu memukuli Jason saat itu, dia tidak pernah menginjakkan kakinya lagi di rumah ini. Rasanya seperti ada yang hilang dalam jiwa Bella. Laki-laki humoris itu pasti menghindar darinya dan tak ingin bertengkar lagi dengan adiknya.
Bella mendesah pelan. Dan sejak kejadian itu pula, Jason tidak pernah berbuat kasar lagi. Namun, meski laki-laki itu sudah tidak bermain tangan lagi, ucapan dHingar bingar suara musik yang menghentak serta aroma alkohol dan asap rokok mendominasi sebuah night clubs elit di bilangan Jakarta Selatan.Di lantai atas, Ryu sedang bersantai dengan meneguk Vodka ditemani beberapa orang wanita dan Jefri.Jemari nakal para wanita itu menggoda beberapa area sensitif pria itu membuatnya memejamkan mata menikmatinya.Jefri selalu tertawa riang dengan meneguk minumannya. Dia senang karena pada akhirnya bisa mendekati Ryu, cucu dari pamannya, calon pewaris perusahaan gurita, Saloka grup.Sedangkan Ryu sendiri sebenarnya merasa jengah dengan pria seusia Papi tirinya itu. Tapi karena lagi-lagi atas nama keluarga, dia merasa tidak enak."Anak muda, bagaimana jika kita lanjut di hotel langgananku saja?" ujar Jefri menawarkan untuk pindah tempat."Maaf, Tuan Jefri. Tidak boleh. Tuan Ryu harus berada dalam hotel yang telah kami rekomendasikan," timpal Evan tegas."Waoww … waoww …
Dengan sedikit merangkak, Ryu hampir mendekati pintu. Pria itu tetap berusaha untuk meraih tubuh Ryu dan menghujamkan pisaunya. Lagi-lagi Ryu berhasil berkelit dan pisau itu menancap pada pintu. Pria itu mencabutnya dengan cepat dan menghujamkan lagi ke arah Ryu. Kali ini, tangan Ryu meraih sebuah cantelan mantel dari besi dan memukul kepala pria itu. Darah segar keluar dari kepalanya.Pria itu menggeram marah. Sedangkan Ryu berkali menggelengkan kepalanya dengan kuat agar tetap sadar. Pandangannya semakin kabur, tapi dia tetap berusaha kabur dari kamar itu.Pria dengan pisau mengejar dia lagi, tapi kali ini Ryu berhasil membuka pintu dan keluar. Dia melihat semua anak buahnya yang terkapar tak sadarkan diri."Evan! Evan!" Dia mengguncang tubuh Evan yang terlelap.Pria itu berhasil keluar dengan kepala berdarah. Ryu yang mengetahui pria itu menuju ke arahnya segera lari dengan terhuyung. Namun, tiba-tiba dia terjatuh karena tersandung tubu
"Bagaimana semua ini bisa terjadi!" teriakan Tuan Prayoga membuat beberapa pelayan terhenyak dan takut. Tidak pernah mereka melihat Tuan besarnya marah hingga seperti ini.Dodi dan Evan menunduk, karena mereka juga tidak tahu apa yang terjadi sesungguhnya.Dering suara telepon terus berbunyi dan membuat Tina kewalahan untuk mengangkat karena semua telepon itu sama dengan satu pertanyaan, "benarkah Tuan Ryu Saloka membunuh Paman sepupunya sendiri?""Cabut kabelnya, Tina!" perintah Tuan Prayoga ketika untuk kesekian kali telepon berdering lagi.Agatha dan Nyonya Merry terisak sambil saling memeluk. Sedangkan Bella termenung karena tidak tahu harus berbuat apa."Ceritakan semuanya dari awal." Intonasi suara Tuan Prayoga mulai menurun.Kemudian Dodi menceritakan semuanya dari awal hingga …."Saya dan anak buah sudah tidak sadar, Tuan. Ketika kami terbangun, tempat itu sudah penuh polisi dan Tuan muda tergeleta
Kediaman keluarga Saloka terlihat sepi. Beberapa media berdiri di depan rumah menunggu hingga ada yang mau memberi sedikit informasi. Beberapa bodyguard menjaga ketat pintu gerbang.Agatha sedang bermain dengan Brisena. Meski bocah cilik itu sangat menggemaskan, tapi pikiran Agatha yang sedang tidak fokus, membuat dia berkali mengusap air matanya."Mama istirahat aja. Biar Sena main sama aku." Bella yang mengerti kegundahan mertuanya merasa iba."Nggak papa, sayang. Dengan melihat Sena, mama agak sedikit terhibur."Bella diam dan mengusap punggung mertuanya dengan lembut."Nyonya, wartawan semakin banyak di luar. Bahkan ada yang sampai tidur di jalan menunggu salah seorang keluarga untuk keluar," lapor Tina cemas."Kenapa kasus Ryu jadi semakin besar seperti ini? Banyak sekali fitnah terhadap putraku." Agatha mengusap lagi pipinya kasar."Maaf, Nyonya. Karena yang saya lihat di berita, artis yang
Breaking news."Seorang pengusaha muda cucu seorang konglomerat terkenal di negeri ini dengan inisial RAS, yang diduga membunuh Pamannya sendiri di sinyalir juga memakai narkoba jenis heroin. Pada malam naas itu, RAS yang sedang menginap dengan pacarnya seorang artis pendatang baru berinisial I diduga mengkonsumsi barang tersebut sebelum membunuh Pamannya. Motif apa yang melatarbelakangi pembunuhan ini belum diketahui karena pihak berwajib belum memberikan keterangan …."Klik!Televisi dimatikan. Semua media gencar memberitakan tentang pengusaha muda cucu konglomerat itu siang malam.Gadis itu menyulut sebatang rokok dan menghisapnya pelan seakan sangat menikmatinya.Parasnya yang cantik tapi dengan sorot mata yang dingin membuat siapa saja yang memandangnya merasa sungkan. Dia bukan gadis biasa terlihat dari pakaiannya juga yang sedikit tomboi.Gadis itu mendesah pelan. Dia memejamkan matanya dan seperti kepin
Angel berjalan mengikuti Tino melewati lorong. Di sebelah kanan sepanjang lorong terpampang jendela dengan kaca besar dan terlihat pemandangan samudra luas yang membentang di bawah bukit.Rumah ini adalah rumah peristirahatan milik Dean yang tersisa, yang belum di jual.Tino mengetuk pintu dan menyuruh Angel masuk dan meninggalkannya dengan Jason."Tuan memanggil saya?" tanya Angel datar.Pria itu tersenyum sambil meneguk wiski. "Sudah berapa lama kamu kenal Tino?""Ada sekitar empat atau lima tahun. Kenapa Tuan menanyakan itu?"Jason tertawa garing. "Gue suka gaya lu." Pria itu menatap lekat pada Angel."Bicaralah yang jelas, Tuan. Saya tidak punya waktu untuk mendengarkan omong kosong Anda," ucap Angel dingin.Pria itu semakin terkekeh, "sungguh wanita idaman gue." Sebelah matanya mengedip pada gadis itu."Tuan!" Suara Angel agak meninggi."Sebentar lagi gue akan menjadi pemilik Saloka. Dan jik
Tuan Baron mengusap keningnya yang berkeringat dengan sebuah sapu tangan. Dia membenarkan letak kacamatanya. Pengacara terkenal dengan biaya mahal itu berdehem untuk menetralkan suasana."Siang ini Anda akan dipindahkan ke rumah tahanan, Tuan. Di sana banyak orang-orang saya. Jadi Anda tidak perlu khawatir." Tuan Baron menatap Ryu yang terlihat tak acuh.Pria itu sudah tahu pasal apa saja yang dituduhkan padanya. Dan sekarang dia merasa pesimis jika dia bisa keluar dari jeruji besi dalam waktu singkat. Dia sudah memprediksi minimal hukuman dua puluh tahun sudah menantinya. Jadi untuk apa menyewa pengacara banyak dan mahal?"Setalah masuk rutan, sidang pertama Anda akan dimulai dua minggu kemudian," ucap Tuan Baron sambil melihat sebuah berkas."Yah, terserah Tuan aja," jawab Ryu datar."Terserah, maksudnya apa, Tuan?" Pria paruh baya itu menatap tak mengerti."Terserah, karena Tuan yang mengatur semuanya," j
Dean menggebrak meja hingga menendangnya. Sedangkan Jason berkali mengusap rambut dan menggelengkan kepala."Anak gembel itu … benar-benar," geram Dean frustasi."Siapa yang membantu pelariannya? Mereka pasti orang-orang profesional." Pria itu menatap Tino dengan wajah memerah."Saya tidak tahu, Tuan. Karena Dodi dan anak buahnya tetap di rumah Saloka dan mereka juga terkejut," jawab Tino."Atau preman kampung itu, Pi?" sahut Jason.Dean menggeleng cepat. "Tidak mungkin. Dia hanya preman biasa dan hanya berpengalaman di jalanan. Orang-orang itu sangat profesional, bahkan tidak meninggalkan jejak sedikitpun. Motor yang mereka gunakan, semua motor curian dan ditinggalkan begitu saja di pinggir sawah. Dan saat polisi memeriksa sidik jari pada motor itu, banyak terdapat sidik jari para pencuri motor, sedangkan para pencuri itu berada dalam penjara semua. Anak itu ternyata memiliki orang-orang hebat di belakangnya. Kita telah me
12 tahun kemudian, Februari 2019.Seorang anak perempuan berusia sekitar sembilan tahun menangis terisak di taman.Seorang wanita cantik dan anggun berlari menghampirinya dengan cemas."Qinan kenapa, Nak?" Dia memeluk bocah perempuan itu."Kak Sena sama Abang Abel, sembunyikan sandal aku, Ma," jawabnya terisak. Wanita itu terlihat kesal dan marah mendengar perkataan putrinya."Abel … Sena … keluar kalian sekarang juga. Mama hitung sampai lima, kalau ga keluar, mama hukum. Satu … dua ….""Piss, Ma!" seru kedua anak itu keluar dari rerimbu
Ryu menatapnya tak percaya. "Jadi kamu Sita kecil yang itu?" Dia beringsut bangun dan duduk berhadapan dengan istrinya.Angel mengangguk."Waktu itu, seperti biasa aku datang ke rumahmu. Tapi tempat itu sudah dibongkar dan kata orang kamu di penjara. Aku tidak tahu maksudnya. Dan sejak itu, aku mencarimu tapi … yah, kamu seperti menghilang ditelan bumi," ujar Ryu kecewa.Kemudian Angel menceritakan semuanya, bagaimana dia bisa masuk penjara anak dan akhirnya kabur, hingga ditemukan oleh Lingga. Ryu mengerutkan keningnya prihatin."Untung kamu segera menyadari kalo itu aku, jadi kamu ga jadi bunuh aku. Coba kalo nggak, tinggal nama aja aku," ujar Ryu membuat Angel merasa bersalah dan memeluknya erat, "maaf …," bisiknya menyesal."Tapi, ini mungkin jalan buat kamu juga untuk berhenti menjadi pembunuh bayaran. Dan juga Ayah … ahh pria sok kuat itu kini harus tidur di tempat para pesakitan yang dingin." Wajah Ryu
Suasana kediaman Saloka masih diselimuti duka dan malamnya digelar sebuah tahlil bersama untuk mendiang Dean dan Jason.Tuan Dirga--Kakak tertua Tuan Yoga, yang juga Ayah Jefri datang bersama istri dan putra mendiang Jefri.Pria tua dengan rambut yang kesemuanya memutih itu memeluk adiknya yang duduk di atas kursi roda dengan sendu."Maafkan semua kesalahan Jason dan Dean, Mas …," lirihnya pada Kakaknya."Aku sudah memaafkan mereka sejak dulu. Bagaimanapun juga, kamu adalah adikku dan saudara satu-satunya yang masih aku punya," ucap Tuan Dirga getir.Pria tua itu juga memeluk Andre dan Ryu bergantian. Dia mengerti perasaan ponakan dan cucunya itu. Tapi tidak dengan Bobby, putra tertua Jefri. Wajahnya masih menyiratkan amarah karena kematian tragis Papinya."Harusnya mereka membusuk dalam penjara lebih dulu, baru mampus!" ketusnya berapi-api dan membuat orang-orang tersentak."Jaga mulutmu, Bobby. Opa m
Mendung kelabu di pagi hari, menciptakan suasana sendu mengiris kalbu. Membuat suasana duka semakin terasa pilu.Dua peti mati berjejer di ruang tamu keluarga Saloka. Banyak tamu yang datang melayat adalah para relasi Tuan Prayoga dan juga Andre.Mereka banyak mengenang kebaikan sang Tuan rumah selama ini, karena itu mereka datang untuk melayat.Tuan Andre dan Ryu terlihat menyalami para tamu yang datang untuk melayat.Para pelayan sibuk menghidangkan makanan ringan untuk para tamu.Tiba-tiba terdengar teriakan pilu dari dalam rumah. Ryu dan Andre yang terkejut segera masuk dan melihat Agatha yang menangis histeris berlari menuju peti jenasah Jason.
Dengan langkah gontai, Ryu keluar dari kantor polisi dengan dikawal oleh Dodi. Dia masuk ke dalam mobil dengan lemas."Kita ke rumah sakit, sekarang," perintahnya pada Engga dengan suara parau.Pria berperawakan kecil itu segera melajukan kendaraan roda empat nya menuju rumah sakit tempat dua jenasah Dean dan Jason berada.Percakapannya dengan sang Ayah sangat membuatnya terpukul. Pria itu ingin menyelamatkan sang Mama dari hukuman penjara.Sekarang, Ryu merasa lebih dilema lagi. Dia harus merelakan sang Ayah di penjara untuk kebaikan sang Mama.Mama yang telah menyelamatkannya dari timah panas adiknya.
Lingga dan Dean masih bergumul dalam perkelahian. Ryu menatap Jason tajam dan murka.Pria itu hendak menyerang Jason yang terlihat ketakutan saat tiba-tiba ….Dor!Senjata api Dean berbunyi lagi membuat semua terhenyak. "Ayah!" teriak Ryu melihat Ayahnya terkapar. Angel menutup mulutnya tak percaya.Tapi, tiba-tiba Lingga berdiri dengan wajah pucat dan sendu. Dia menatap Dean yang terkapar bersimbah darah.Jason yang sadar bahwa Papinya yang tertembak menjerit dan memeluk sang Papi."Papi … papi … bertahanlah.""Ini … akhir dari … papi … nak …." Dean mulai tersengal dan menangis. "Aga … tha …." Tangannya ingin menggapai mantan istrinya yang masih tak sadarkan diri. "Aku … minta maaf … aku … mencintaimu … dari dulu … hi-hingga … sekarang …." Dean memuntahkan darah dari mulutnya membuat Jason semakin panik.
Bella menelisik seorang pria yang berdiri di samping Dean dengan wajahnya tertutup sebuah topi."Jason?" ucap Bella pelan, membuat pria itu melepas topinya dengan kesal."Kenapa sih, kalian selalu muncul di saat yang tidak tepat?" seru Jason.Dan di saat bersamaan, Agatha dan Angel muncul. Wanita itu menutup mulut saat melihat putranya berdiri dengan wajah kesal di depannya."Jason …." Ingin sekali wanita itu merengkuh putra yang telah lama menghilang. Meski dia benci dengan sifat Jason, bagaimana pun juga, pria itu adalah putranya."Halo, Mami. Apakah mami merindukan aku?" Jason menatap sang Ibu dengan tatapan benci membuat wanita itu terpukul."Untuk apa kalian datang ke sini lagi?" Ryu menatap mereka tajam."Tentu saja untuk mengambil hak kami," jawab Dean ketus."Tunggu, Pi. Sepertinya ada yang tidak beres." Jason menatap murka pada Bella."Kamu hamil? Pria mana yang menidurimu, jalang!" teriak J
Kebahagiaan seperti apa yang dirasakan seorang istri jika bukan cinta dan perhatian dari seorang suami. Seperti hal nya apa yang dirasakan oleh Bella sejak menikah dengan Ryu. Wajah bahagia selalu terpancar dari wajahnya.Perhatian dan kasih sayang yang diberikan padanya tidak pernah berbeda dengan Angel.Sore yang cerah dengan semilir angin yang menyejukkan.Brisena berlari kecil dengan riang saat melihat Ryu datang."A … yah …." Dia menyongsong putri kecilnya dan mengangkatnya tinggi membuat gadis kecil itu terkekeh senang."Sena dah maem?" Ryu menciumi pipi gembulnya dengan gemas."Dah …," jawabnya dengan kegelian."Yah … Nda …." Brisena menunjuk pada Bella yang sedang duduk di taman dengan melihat mereka dan tertawa kecil.Ryu menghampiri Bella sambil menggendong Sena."Sayang, Ayah capek baru pulang kerja. Sena sama Bunda di sini, biarkan ayah ganti baju dulu."
Bau harum sabun menguar harum dari tubuh Ryu ketika Bella memeluknya dari belakang, saat pria itu baru saja keluar dari kamar mandi.Ryu tersenyum dan membalikkan tubuh istrinya. "Kenapa? Kok kelihatannya bahagia banget.""Makasih udah dibelikan makanan siap saji dan kamu yang membelinya langsung dengan turun dari mobil," ucap Bella bahagia."Kok kamu tahu, aku yang membelinya sendiri?""Ya tanya sama Evan lah," jawab Bella tertawa."Oh gitu. Jadi kamu jadikan Evan sekarang mata-mata buat aku?" Ryu menatap masam sambil menggelitik tubuh Bella membuatnya tertawa kegelian."