"Seorang pengusaha muda cucu seorang konglomerat terkenal di negeri ini dengan inisial RAS, yang diduga membunuh Pamannya sendiri di sinyalir juga memakai narkoba jenis heroin. Pada malam naas itu, RAS yang sedang menginap dengan pacarnya seorang artis pendatang baru berinisial I diduga mengkonsumsi barang tersebut sebelum membunuh Pamannya. Motif apa yang melatarbelakangi pembunuhan ini belum diketahui karena pihak berwajib belum memberikan keterangan …."
Klik!
Televisi dimatikan. Semua media gencar memberitakan tentang pengusaha muda cucu konglomerat itu siang malam.
Gadis itu menyulut sebatang rokok dan menghisapnya pelan seakan sangat menikmatinya.Parasnya yang cantik tapi dengan sorot mata yang dingin membuat siapa saja yang memandangnya merasa sungkan. Dia bukan gadis biasa terlihat dari pakaiannya juga yang sedikit tomboi.
Gadis itu mendesah pelan. Dia memejamkan matanya dan seperti kepin
Angel berjalan mengikuti Tino melewati lorong. Di sebelah kanan sepanjang lorong terpampang jendela dengan kaca besar dan terlihat pemandangan samudra luas yang membentang di bawah bukit.Rumah ini adalah rumah peristirahatan milik Dean yang tersisa, yang belum di jual.Tino mengetuk pintu dan menyuruh Angel masuk dan meninggalkannya dengan Jason."Tuan memanggil saya?" tanya Angel datar.Pria itu tersenyum sambil meneguk wiski. "Sudah berapa lama kamu kenal Tino?""Ada sekitar empat atau lima tahun. Kenapa Tuan menanyakan itu?"Jason tertawa garing. "Gue suka gaya lu." Pria itu menatap lekat pada Angel."Bicaralah yang jelas, Tuan. Saya tidak punya waktu untuk mendengarkan omong kosong Anda," ucap Angel dingin.Pria itu semakin terkekeh, "sungguh wanita idaman gue." Sebelah matanya mengedip pada gadis itu."Tuan!" Suara Angel agak meninggi."Sebentar lagi gue akan menjadi pemilik Saloka. Dan jik
Tuan Baron mengusap keningnya yang berkeringat dengan sebuah sapu tangan. Dia membenarkan letak kacamatanya. Pengacara terkenal dengan biaya mahal itu berdehem untuk menetralkan suasana."Siang ini Anda akan dipindahkan ke rumah tahanan, Tuan. Di sana banyak orang-orang saya. Jadi Anda tidak perlu khawatir." Tuan Baron menatap Ryu yang terlihat tak acuh.Pria itu sudah tahu pasal apa saja yang dituduhkan padanya. Dan sekarang dia merasa pesimis jika dia bisa keluar dari jeruji besi dalam waktu singkat. Dia sudah memprediksi minimal hukuman dua puluh tahun sudah menantinya. Jadi untuk apa menyewa pengacara banyak dan mahal?"Setalah masuk rutan, sidang pertama Anda akan dimulai dua minggu kemudian," ucap Tuan Baron sambil melihat sebuah berkas."Yah, terserah Tuan aja," jawab Ryu datar."Terserah, maksudnya apa, Tuan?" Pria paruh baya itu menatap tak mengerti."Terserah, karena Tuan yang mengatur semuanya," j
Dean menggebrak meja hingga menendangnya. Sedangkan Jason berkali mengusap rambut dan menggelengkan kepala."Anak gembel itu … benar-benar," geram Dean frustasi."Siapa yang membantu pelariannya? Mereka pasti orang-orang profesional." Pria itu menatap Tino dengan wajah memerah."Saya tidak tahu, Tuan. Karena Dodi dan anak buahnya tetap di rumah Saloka dan mereka juga terkejut," jawab Tino."Atau preman kampung itu, Pi?" sahut Jason.Dean menggeleng cepat. "Tidak mungkin. Dia hanya preman biasa dan hanya berpengalaman di jalanan. Orang-orang itu sangat profesional, bahkan tidak meninggalkan jejak sedikitpun. Motor yang mereka gunakan, semua motor curian dan ditinggalkan begitu saja di pinggir sawah. Dan saat polisi memeriksa sidik jari pada motor itu, banyak terdapat sidik jari para pencuri motor, sedangkan para pencuri itu berada dalam penjara semua. Anak itu ternyata memiliki orang-orang hebat di belakangnya. Kita telah me
Jason keluar dari mobil dengan sedikit terhuyung. Dia masuk ke dalam rumah dan akan segera naik ke atas saat sebuah bola kecil menggelinding mengenai kakinya. Pria itu terkejut dan hampir terjatuh karena terpeleset bola itu.Seorang gadis kecil berjalan tertatih akan mengambil bola itu. Jason yang kesal mengambil bola itu dan berjongkok di depan si gadis, "kamu mau bola ini, Nak?"Gadis kecil itu menatapnya takut-takut. Jason tersenyum dan tiba-tiba melempar bola itu jauh sambil berkata, "ambil sana di neraka," teriaknya dengan mata berkilat membuat gadis itu langsung menangis."Jason, apa-apaan kamu? Keterlaluan kamu!" teriak Bella yang langsung menggendong putrinya.Pria itu terkekeh. "Kamu juga. Kalian berdua sebentar lagi akan bertemu di neraka."Bella menatapnya gusar dengan mencoba menenangkan putrinya."Diam!" teriak Jason menyuruh putrinya untuk diam tapi malah semakin kencang menangis.Mbok D
Engga mengemudikan mobil dengan bersiul riang. Dia senang karena mendapat panggilan dari Tuan Faris untuk datang ke California. Seumur hidup, baru sekali ini dia akan naik pesawat dan pergi ke luar negeri.Dia menghentikan mobil di depan sebuah rumah makan Padang dan masuk. Dengan cengirannya yang khas, dia memesan beberapa menu untuk dia makan sendiri.Dia duduk dan menikmati makanannya.Tidak jauh darinya, Angel ikut masuk ke dalam rumah makan itu dan memesan segelas es teh. Penampilannya yang tomboy dengan memakai topi dan kacamata putih, bisa menyamarkan wajah ayu nya.Awalnya gadis itu tidak menaruh curiga pada laki-laki di depannya yang sedang makan dengan lahap itu. Namun, dia merasa pernah melihatnya. Dan dia teringat melihat pria berperawakan kecil itu berada di basemen area parkir hotel tempat kejadian pembunuhan keluarga Saloka yang melibatkan Ryu.Bukan suatu kebetulan yang tak di sengaja jika pria itu berada
Jason memandang laut biru di bawahnya. Raut wajahnya yang muram semakin membuat Dean kesal."Papi udah ga bisa lagi nasehati kamu. Berapa kali papi bilang, jaga emosi dan jangan bertindak gegabah." Dean menghembuskan napas kasar."Jalang itu menyebutku iblis. Apa aku akan diam saja?" Jason mencoba membela diri."Apapun itu, kamu harus bisa menahan diri. Harusnya kamu selalu baik pada istri dan anakmu. Kamu harus membuat pria tua itu menjadi respect padamu lagi. Sekarang apa hasil dari emosi sesaatmu itu? Kamu kehilangan segalanya. Bahkan Mami juga ikut mengusirmu. Kapan kamu bisa bersikap dewasa, Jason?!" teriak Dean marah.Pria itu benar-benar kecewa dengan putranya. Dia sudah kehilangan segalanya dan uang juga semakin menipis. Harapan terakhir hanya pada Jason, putranya. Tapi, pemuda itu tidak bisa mengendalikan sifat temperamental nya.Dean menyandarkan tubuh dan kepalanya di sofa. Pria itu memejamkan mata karena tidak tahu lagi
"Tuan, cepatlah pergi!" lirih Evan dengan suara parau."Diam, Evan," bentak Ryu sambil bersiaga."Menyerahlah. Kalian sudah terkepung!"Beberapa polisi perlahan merangsek maju."Kita turun pelan-pelan bersama," bisik Ryu.Dengan mengendap dan perlahan, mereka berdua menuruni tanah terjal di bawah mereka."Jika kalian tidak menyerah, kami akan menembak!" hardik seorang aparat.Ryu sudah berhasil turun dan tangannya bergelayut pada akar yang menonjol pada tanah, sedang kakinya mencoba menggapai sebuah pijakan di atasnya. Sementara Evan mengendap di atas Ryu dan mencoba turun dengan tubuh setengah masih di atas.Tiba-tiba terdengar suara tembakan dan ada seorang polisi yang merangsek maju ke arah rimbunan bambu di mana mereka bersembunyi. Evan yang tersudut melepaskan sebuah tembakan dan mengenai polisi tadi.Mengetahui temannya terkena tembakan, yang lain semakin merangsek maju dan mulai menembak Evan
Bau wangi pengharum ruangan menguar lembut masuk indra penciuman.Evan mengerjapkan mata dan mengerang saat akan menggerakkan tubuhnya yang terasa sakit."Minum obat pereda rasa sakit dulu," ujar Dipa dengan membantu pria itu duduk. Dia menurut dan menyandarkan tubuhnya di dinding ranjang."Makan dulu." Dipa menyuapinya dengan semangkuk bubur.Evan membuka mulutnya. Dia mengedarkan pandang ke seluruh ruang kamar dan mendapati Simon berdiri di dekat balkon dengan diam. Pria itu memandang kegelapan pekat jauh di luar black house."Apa Tuan muda baik-baik saja?" tanya Evan pada Dipa yang masih menyuapinya.Dipa menggeleng dengan menghembuskan napas berat."Maksudnya, Tuan Ryu terluka parah?" Evan menatap lekat pada Dipa."Dia belum ditemukan," jawab Simon dengan pandangan masih lurus ke arah luar.Evan tertegun dan memejamkan mata."Saat Tuan jatuh ke sungai, gue segera ikut jatuh. Air sungai yang deras d
12 tahun kemudian, Februari 2019.Seorang anak perempuan berusia sekitar sembilan tahun menangis terisak di taman.Seorang wanita cantik dan anggun berlari menghampirinya dengan cemas."Qinan kenapa, Nak?" Dia memeluk bocah perempuan itu."Kak Sena sama Abang Abel, sembunyikan sandal aku, Ma," jawabnya terisak. Wanita itu terlihat kesal dan marah mendengar perkataan putrinya."Abel … Sena … keluar kalian sekarang juga. Mama hitung sampai lima, kalau ga keluar, mama hukum. Satu … dua ….""Piss, Ma!" seru kedua anak itu keluar dari rerimbu
Ryu menatapnya tak percaya. "Jadi kamu Sita kecil yang itu?" Dia beringsut bangun dan duduk berhadapan dengan istrinya.Angel mengangguk."Waktu itu, seperti biasa aku datang ke rumahmu. Tapi tempat itu sudah dibongkar dan kata orang kamu di penjara. Aku tidak tahu maksudnya. Dan sejak itu, aku mencarimu tapi … yah, kamu seperti menghilang ditelan bumi," ujar Ryu kecewa.Kemudian Angel menceritakan semuanya, bagaimana dia bisa masuk penjara anak dan akhirnya kabur, hingga ditemukan oleh Lingga. Ryu mengerutkan keningnya prihatin."Untung kamu segera menyadari kalo itu aku, jadi kamu ga jadi bunuh aku. Coba kalo nggak, tinggal nama aja aku," ujar Ryu membuat Angel merasa bersalah dan memeluknya erat, "maaf …," bisiknya menyesal."Tapi, ini mungkin jalan buat kamu juga untuk berhenti menjadi pembunuh bayaran. Dan juga Ayah … ahh pria sok kuat itu kini harus tidur di tempat para pesakitan yang dingin." Wajah Ryu
Suasana kediaman Saloka masih diselimuti duka dan malamnya digelar sebuah tahlil bersama untuk mendiang Dean dan Jason.Tuan Dirga--Kakak tertua Tuan Yoga, yang juga Ayah Jefri datang bersama istri dan putra mendiang Jefri.Pria tua dengan rambut yang kesemuanya memutih itu memeluk adiknya yang duduk di atas kursi roda dengan sendu."Maafkan semua kesalahan Jason dan Dean, Mas …," lirihnya pada Kakaknya."Aku sudah memaafkan mereka sejak dulu. Bagaimanapun juga, kamu adalah adikku dan saudara satu-satunya yang masih aku punya," ucap Tuan Dirga getir.Pria tua itu juga memeluk Andre dan Ryu bergantian. Dia mengerti perasaan ponakan dan cucunya itu. Tapi tidak dengan Bobby, putra tertua Jefri. Wajahnya masih menyiratkan amarah karena kematian tragis Papinya."Harusnya mereka membusuk dalam penjara lebih dulu, baru mampus!" ketusnya berapi-api dan membuat orang-orang tersentak."Jaga mulutmu, Bobby. Opa m
Mendung kelabu di pagi hari, menciptakan suasana sendu mengiris kalbu. Membuat suasana duka semakin terasa pilu.Dua peti mati berjejer di ruang tamu keluarga Saloka. Banyak tamu yang datang melayat adalah para relasi Tuan Prayoga dan juga Andre.Mereka banyak mengenang kebaikan sang Tuan rumah selama ini, karena itu mereka datang untuk melayat.Tuan Andre dan Ryu terlihat menyalami para tamu yang datang untuk melayat.Para pelayan sibuk menghidangkan makanan ringan untuk para tamu.Tiba-tiba terdengar teriakan pilu dari dalam rumah. Ryu dan Andre yang terkejut segera masuk dan melihat Agatha yang menangis histeris berlari menuju peti jenasah Jason.
Dengan langkah gontai, Ryu keluar dari kantor polisi dengan dikawal oleh Dodi. Dia masuk ke dalam mobil dengan lemas."Kita ke rumah sakit, sekarang," perintahnya pada Engga dengan suara parau.Pria berperawakan kecil itu segera melajukan kendaraan roda empat nya menuju rumah sakit tempat dua jenasah Dean dan Jason berada.Percakapannya dengan sang Ayah sangat membuatnya terpukul. Pria itu ingin menyelamatkan sang Mama dari hukuman penjara.Sekarang, Ryu merasa lebih dilema lagi. Dia harus merelakan sang Ayah di penjara untuk kebaikan sang Mama.Mama yang telah menyelamatkannya dari timah panas adiknya.
Lingga dan Dean masih bergumul dalam perkelahian. Ryu menatap Jason tajam dan murka.Pria itu hendak menyerang Jason yang terlihat ketakutan saat tiba-tiba ….Dor!Senjata api Dean berbunyi lagi membuat semua terhenyak. "Ayah!" teriak Ryu melihat Ayahnya terkapar. Angel menutup mulutnya tak percaya.Tapi, tiba-tiba Lingga berdiri dengan wajah pucat dan sendu. Dia menatap Dean yang terkapar bersimbah darah.Jason yang sadar bahwa Papinya yang tertembak menjerit dan memeluk sang Papi."Papi … papi … bertahanlah.""Ini … akhir dari … papi … nak …." Dean mulai tersengal dan menangis. "Aga … tha …." Tangannya ingin menggapai mantan istrinya yang masih tak sadarkan diri. "Aku … minta maaf … aku … mencintaimu … dari dulu … hi-hingga … sekarang …." Dean memuntahkan darah dari mulutnya membuat Jason semakin panik.
Bella menelisik seorang pria yang berdiri di samping Dean dengan wajahnya tertutup sebuah topi."Jason?" ucap Bella pelan, membuat pria itu melepas topinya dengan kesal."Kenapa sih, kalian selalu muncul di saat yang tidak tepat?" seru Jason.Dan di saat bersamaan, Agatha dan Angel muncul. Wanita itu menutup mulut saat melihat putranya berdiri dengan wajah kesal di depannya."Jason …." Ingin sekali wanita itu merengkuh putra yang telah lama menghilang. Meski dia benci dengan sifat Jason, bagaimana pun juga, pria itu adalah putranya."Halo, Mami. Apakah mami merindukan aku?" Jason menatap sang Ibu dengan tatapan benci membuat wanita itu terpukul."Untuk apa kalian datang ke sini lagi?" Ryu menatap mereka tajam."Tentu saja untuk mengambil hak kami," jawab Dean ketus."Tunggu, Pi. Sepertinya ada yang tidak beres." Jason menatap murka pada Bella."Kamu hamil? Pria mana yang menidurimu, jalang!" teriak J
Kebahagiaan seperti apa yang dirasakan seorang istri jika bukan cinta dan perhatian dari seorang suami. Seperti hal nya apa yang dirasakan oleh Bella sejak menikah dengan Ryu. Wajah bahagia selalu terpancar dari wajahnya.Perhatian dan kasih sayang yang diberikan padanya tidak pernah berbeda dengan Angel.Sore yang cerah dengan semilir angin yang menyejukkan.Brisena berlari kecil dengan riang saat melihat Ryu datang."A … yah …." Dia menyongsong putri kecilnya dan mengangkatnya tinggi membuat gadis kecil itu terkekeh senang."Sena dah maem?" Ryu menciumi pipi gembulnya dengan gemas."Dah …," jawabnya dengan kegelian."Yah … Nda …." Brisena menunjuk pada Bella yang sedang duduk di taman dengan melihat mereka dan tertawa kecil.Ryu menghampiri Bella sambil menggendong Sena."Sayang, Ayah capek baru pulang kerja. Sena sama Bunda di sini, biarkan ayah ganti baju dulu."
Bau harum sabun menguar harum dari tubuh Ryu ketika Bella memeluknya dari belakang, saat pria itu baru saja keluar dari kamar mandi.Ryu tersenyum dan membalikkan tubuh istrinya. "Kenapa? Kok kelihatannya bahagia banget.""Makasih udah dibelikan makanan siap saji dan kamu yang membelinya langsung dengan turun dari mobil," ucap Bella bahagia."Kok kamu tahu, aku yang membelinya sendiri?""Ya tanya sama Evan lah," jawab Bella tertawa."Oh gitu. Jadi kamu jadikan Evan sekarang mata-mata buat aku?" Ryu menatap masam sambil menggelitik tubuh Bella membuatnya tertawa kegelian."