"Diam, Evan," bentak Ryu sambil bersiaga.
"Menyerahlah. Kalian sudah terkepung!"
Beberapa polisi perlahan merangsek maju."Kita turun pelan-pelan bersama," bisik Ryu.
Dengan mengendap dan perlahan, mereka berdua menuruni tanah terjal di bawah mereka.
"Jika kalian tidak menyerah, kami akan menembak!" hardik seorang aparat.
Ryu sudah berhasil turun dan tangannya bergelayut pada akar yang menonjol pada tanah, sedang kakinya mencoba menggapai sebuah pijakan di atasnya. Sementara Evan mengendap di atas Ryu dan mencoba turun dengan tubuh setengah masih di atas.
Tiba-tiba terdengar suara tembakan dan ada seorang polisi yang merangsek maju ke arah rimbunan bambu di mana mereka bersembunyi. Evan yang tersudut melepaskan sebuah tembakan dan mengenai polisi tadi.
Mengetahui temannya terkena tembakan, yang lain semakin merangsek maju dan mulai menembak EvanBau wangi pengharum ruangan menguar lembut masuk indra penciuman.Evan mengerjapkan mata dan mengerang saat akan menggerakkan tubuhnya yang terasa sakit."Minum obat pereda rasa sakit dulu," ujar Dipa dengan membantu pria itu duduk. Dia menurut dan menyandarkan tubuhnya di dinding ranjang."Makan dulu." Dipa menyuapinya dengan semangkuk bubur.Evan membuka mulutnya. Dia mengedarkan pandang ke seluruh ruang kamar dan mendapati Simon berdiri di dekat balkon dengan diam. Pria itu memandang kegelapan pekat jauh di luar black house."Apa Tuan muda baik-baik saja?" tanya Evan pada Dipa yang masih menyuapinya.Dipa menggeleng dengan menghembuskan napas berat."Maksudnya, Tuan Ryu terluka parah?" Evan menatap lekat pada Dipa."Dia belum ditemukan," jawab Simon dengan pandangan masih lurus ke arah luar.Evan tertegun dan memejamkan mata."Saat Tuan jatuh ke sungai, gue segera ikut jatuh. Air sungai yang deras d
Tina berjalan dengan angkuh menuju dapur seperti biasanya. Dia baru saja menghidangkan minuman untuk dua orang tamu Tuan Prayoga."Siapa tamu di luar, Tin?" tanya Mbok Darmi sambil mencuci botol milik Brisena."Entah. Seperti baru sekali ini datang kemari," jawabnya tak acuh.Mbok Darmi hanya melirik sekilas pada kepala pelayan itu karena sudah tahu watak dan karakternya. Wanita tua itu kemudian masuk ke ruangan keluarga, di mana Brisena si gadis kecil itu sedang bermain dengan asyik bersama pengasuhnya."Non Sena mau mimik susu lagi nggak?" Mbok Darmi mendekati Brisena sambil menimang sebotol susu membuat gadis kecil itu terkekeh dan belari ke arah wanita tua itu. Mbok Darmi tertawa dan memberikan botol susu padanya. Brisena meminum susunya dengan posisi kepala di pangkuan wanita tua itu. Dia mengusap kepala Brisena dengan sayang dan tiba-tiba matanya menghangat mengingat dia juga pernah melakukan hal yang sama pada Jason waktu masih
Aku jatuh cintatuk kesekian kaliBaru kali ini kurasakanCinta sesungguhnyaTak seperti duluKali ini ada pengorbananAlunan sebuah lagu mengalun merdu menusuk relung hati Angel. Gadis itu termenung menatap langit biru yang terhampar luas hingga batas mata memandang. Netranya yang berkabut menciptakan sebulir air mata yang menetes perlahan dari sudut matanya.Dia menghapus cepat air matanya saat mendengar suara langkah Ryu yang sedikit tertatih keluar dari kamar.Pria itu mendekatinya dan berdiri di samping Angel ikut memandangi langit biru."Sebenarnya aku ada di mana ini?" tanya Ryu datar."Ini apartemenku. Tapi tentu saja ini hanya apartemen murah, bukan mewah seperti milikmu, Tuan muda," jawab Angel tanpa menoleh pada pria itu."Kenapa kau menyelamatkan aku? Dan sedang apa kamu di sana saat itu?""Apa kalimat itu yang akan terus kamu tanyakan padaku?" ketus Angel."Buk
Angel tertegun melihat siapa yang berdiri di depan pintu."Mau apa lagi?" keatusnya dengan wajah masam."Cuma mau hapus air mata lu," jawab Ryu maju dan mengusap lembut pipi Angel membuat gadis itu tercengang dan salah tingkah."Well … gue rasa kamu benar. Di luar sana, sangat berbahaya dan bisa membuat gue sewaktu-waktu bisa tertangkap lagi. Jadi, gue putuskan untuk tinggal di sini." Ryu duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya dengan santai.Angel masih tertegun dan menatapnya tak percaya. "Apa maksudmu?"Pria itu melepas topinya dan meletakkan di atas meja. "Aku mau tinggal di sini, apa kamu keberatan? Kalau keberatan, aku pergi aja," jawabnya sambil berdiri dan akan keluar lagi."Oh, eh, enggak. M-m … maksudku … yeah, terserah kamu." Gadis itu terlihat gugup dan salah tingkah. Wajahnya bersemu merah dan dia segera masuk ke dalam kamarnya.Ryu tertawa melihatnya. Kemudian tawanya berhenti dan
Alunan musik jazz mengalun indah memenuhi ruangan itu. Dua insan manusia berdansa dengan merekatkan tubuh mereka dengan mesra.Mereka berdua saling tertawa dengan tetap masih berdansa dan saling memagut."Ryu ….""Hmmm …." Pria itu memeluk dan menghidu wangi dari rambut Angel dengan memejamkan mata.Gadis itu mendongak dan menatap lekat wajahnya."I love you," lirihnya kemudian memeluk erat tubuh Ryu dengan wajah merona merah.Ryu tertawa kecil dan semakin mengeratkan pelukannya. Tiba-tiba dia mengangkat tubuh Angel lalu membawanya ke kamar. Pria itu melolosi satu-persatu gaun malam yang dikenakan Angel.Mereka tertidur dengan saling berpelukan erat. Ryu terjaga saat mendengar sebuah suara siulan yang tak asing. Pria itu menggeser tubuh Angel yang terlelap dengan perlahan. Dia beringsut turun dari ranjang dan mengenakan pakaiannya kemudian keluar dari kamar. Dia berjalan menuju balkon dan me
Suara dentingan penggorengan terdengar memenuhi ruangan dengan bau harum yang menguar dari bumbu dapur. Ryu memasukkan beberapa bahan dengan matanya menatap televisi. Dia mencoba memasak dengan mengikuti instruksi dari acara memasak yang ada dalam saluran televisi."Done!" teriaknya girang saat masakannya selesai. Dia lalu mengambil sendok dan mencicipi sedikit, kemudian wajahnya meringis."Kenapa rasanya hambar gini? Ah, syalan." Dia kesal sekali karena gagal membuat masakan. Lalu dia beralih pada ayam tepung yang tadi di gorengnya."Nah kalo ayamnya lumayan. Meski hasilnya hancur. Sita pasti suka ini," gumamnya sambil tersenyum.Dia menata semua hidangan di atas meja dan menunggu gadis itu pulang.Sebuah ketukan pintu membuatnya senang. Dengan masih memakai celemek di dadanya, dia membukakan pintu sambil berteriak dengan riang, "aku sudah masak kesukaan …." Ryu terdiam dan tertegun melihat siapa yang mengetuk pintu.
Guyuran air shower yang dingin membuat beban di kepala Ryu sedikit berkurang. Dia memikirkan banyak hal bagaimana menemukan bukti bahwa dirinya bukan pembunuh. Dua bulan lebih dia hidup di kamar apartemen Sita, membuatnya sedikit jenuh. Dia seperti tidak tahu dunia luar. Bahkan untuk bersantai di balkon pun, harus menunggu malam tiba. Sungguh, tidak enak menjadi seorang buronan. Dia nyaris hampir tidak keluar sama sekali dari kamar.Ryu mengeringkan tubuhnya dengan handuk lalu melilitkannya pada tubuh bagian bawah. Saat dia keluar dari kamar mandi, terdengar ketukan pintu. Dia tersenyum dan segera membukakan pintu, "kamu kembali lagi …."Dan sekali lagi dia terhenyak saat Ayah Sita yang berdiri di depan pintu. Dia terlihat sedikit salah tingkah.Lalu dia membiarkan pria itu masuk.Ryu memunguti baju dan celananya yang berserakan di sofa.Sementara Lingga, menatapnya tajam."Maaf, saya memakai baju dulu,
Angel terhenyak dan menatap dengan gusar.Ryu beringsut berdiri dan menuju jendela kamar dan membuka tirainya."Kamu juga mengetahuinya bukan?" Dia mengedarkan pandang ke arah luar jendela, lalu menoleh pada gadis itu."Jawab aku, Angel!" teriaknya membuat gadis itu terlonjak. Baru sekali ini, Ryu memanggil namanya Angel.Gadis itu menunduk dengan gusar."Dan kamu … kamu juga … kamu …." Ryu menelan salivanya susah payah. Suaranya menjadi parau dan serak."Kamu … gadis yang berada di hotel pada malam terbunuhnya Jefri! Aku mengenali bau parfum mu itu."Angel semakin menunduk dengan jemari yang bergetar."Dan kamu juga … yang menembak para polisi itu dari atas bukit untuk menyelematkan aku dan Evan," serak suara Ryu.Dia mendekati Angel dan kedua tangannya memegang rahang gadis itu dengan mata berkabut. "Sekarang jelaskan semuanya padaku," lirihnya dengan wajah dingin me
12 tahun kemudian, Februari 2019.Seorang anak perempuan berusia sekitar sembilan tahun menangis terisak di taman.Seorang wanita cantik dan anggun berlari menghampirinya dengan cemas."Qinan kenapa, Nak?" Dia memeluk bocah perempuan itu."Kak Sena sama Abang Abel, sembunyikan sandal aku, Ma," jawabnya terisak. Wanita itu terlihat kesal dan marah mendengar perkataan putrinya."Abel … Sena … keluar kalian sekarang juga. Mama hitung sampai lima, kalau ga keluar, mama hukum. Satu … dua ….""Piss, Ma!" seru kedua anak itu keluar dari rerimbu
Ryu menatapnya tak percaya. "Jadi kamu Sita kecil yang itu?" Dia beringsut bangun dan duduk berhadapan dengan istrinya.Angel mengangguk."Waktu itu, seperti biasa aku datang ke rumahmu. Tapi tempat itu sudah dibongkar dan kata orang kamu di penjara. Aku tidak tahu maksudnya. Dan sejak itu, aku mencarimu tapi … yah, kamu seperti menghilang ditelan bumi," ujar Ryu kecewa.Kemudian Angel menceritakan semuanya, bagaimana dia bisa masuk penjara anak dan akhirnya kabur, hingga ditemukan oleh Lingga. Ryu mengerutkan keningnya prihatin."Untung kamu segera menyadari kalo itu aku, jadi kamu ga jadi bunuh aku. Coba kalo nggak, tinggal nama aja aku," ujar Ryu membuat Angel merasa bersalah dan memeluknya erat, "maaf …," bisiknya menyesal."Tapi, ini mungkin jalan buat kamu juga untuk berhenti menjadi pembunuh bayaran. Dan juga Ayah … ahh pria sok kuat itu kini harus tidur di tempat para pesakitan yang dingin." Wajah Ryu
Suasana kediaman Saloka masih diselimuti duka dan malamnya digelar sebuah tahlil bersama untuk mendiang Dean dan Jason.Tuan Dirga--Kakak tertua Tuan Yoga, yang juga Ayah Jefri datang bersama istri dan putra mendiang Jefri.Pria tua dengan rambut yang kesemuanya memutih itu memeluk adiknya yang duduk di atas kursi roda dengan sendu."Maafkan semua kesalahan Jason dan Dean, Mas …," lirihnya pada Kakaknya."Aku sudah memaafkan mereka sejak dulu. Bagaimanapun juga, kamu adalah adikku dan saudara satu-satunya yang masih aku punya," ucap Tuan Dirga getir.Pria tua itu juga memeluk Andre dan Ryu bergantian. Dia mengerti perasaan ponakan dan cucunya itu. Tapi tidak dengan Bobby, putra tertua Jefri. Wajahnya masih menyiratkan amarah karena kematian tragis Papinya."Harusnya mereka membusuk dalam penjara lebih dulu, baru mampus!" ketusnya berapi-api dan membuat orang-orang tersentak."Jaga mulutmu, Bobby. Opa m
Mendung kelabu di pagi hari, menciptakan suasana sendu mengiris kalbu. Membuat suasana duka semakin terasa pilu.Dua peti mati berjejer di ruang tamu keluarga Saloka. Banyak tamu yang datang melayat adalah para relasi Tuan Prayoga dan juga Andre.Mereka banyak mengenang kebaikan sang Tuan rumah selama ini, karena itu mereka datang untuk melayat.Tuan Andre dan Ryu terlihat menyalami para tamu yang datang untuk melayat.Para pelayan sibuk menghidangkan makanan ringan untuk para tamu.Tiba-tiba terdengar teriakan pilu dari dalam rumah. Ryu dan Andre yang terkejut segera masuk dan melihat Agatha yang menangis histeris berlari menuju peti jenasah Jason.
Dengan langkah gontai, Ryu keluar dari kantor polisi dengan dikawal oleh Dodi. Dia masuk ke dalam mobil dengan lemas."Kita ke rumah sakit, sekarang," perintahnya pada Engga dengan suara parau.Pria berperawakan kecil itu segera melajukan kendaraan roda empat nya menuju rumah sakit tempat dua jenasah Dean dan Jason berada.Percakapannya dengan sang Ayah sangat membuatnya terpukul. Pria itu ingin menyelamatkan sang Mama dari hukuman penjara.Sekarang, Ryu merasa lebih dilema lagi. Dia harus merelakan sang Ayah di penjara untuk kebaikan sang Mama.Mama yang telah menyelamatkannya dari timah panas adiknya.
Lingga dan Dean masih bergumul dalam perkelahian. Ryu menatap Jason tajam dan murka.Pria itu hendak menyerang Jason yang terlihat ketakutan saat tiba-tiba ….Dor!Senjata api Dean berbunyi lagi membuat semua terhenyak. "Ayah!" teriak Ryu melihat Ayahnya terkapar. Angel menutup mulutnya tak percaya.Tapi, tiba-tiba Lingga berdiri dengan wajah pucat dan sendu. Dia menatap Dean yang terkapar bersimbah darah.Jason yang sadar bahwa Papinya yang tertembak menjerit dan memeluk sang Papi."Papi … papi … bertahanlah.""Ini … akhir dari … papi … nak …." Dean mulai tersengal dan menangis. "Aga … tha …." Tangannya ingin menggapai mantan istrinya yang masih tak sadarkan diri. "Aku … minta maaf … aku … mencintaimu … dari dulu … hi-hingga … sekarang …." Dean memuntahkan darah dari mulutnya membuat Jason semakin panik.
Bella menelisik seorang pria yang berdiri di samping Dean dengan wajahnya tertutup sebuah topi."Jason?" ucap Bella pelan, membuat pria itu melepas topinya dengan kesal."Kenapa sih, kalian selalu muncul di saat yang tidak tepat?" seru Jason.Dan di saat bersamaan, Agatha dan Angel muncul. Wanita itu menutup mulut saat melihat putranya berdiri dengan wajah kesal di depannya."Jason …." Ingin sekali wanita itu merengkuh putra yang telah lama menghilang. Meski dia benci dengan sifat Jason, bagaimana pun juga, pria itu adalah putranya."Halo, Mami. Apakah mami merindukan aku?" Jason menatap sang Ibu dengan tatapan benci membuat wanita itu terpukul."Untuk apa kalian datang ke sini lagi?" Ryu menatap mereka tajam."Tentu saja untuk mengambil hak kami," jawab Dean ketus."Tunggu, Pi. Sepertinya ada yang tidak beres." Jason menatap murka pada Bella."Kamu hamil? Pria mana yang menidurimu, jalang!" teriak J
Kebahagiaan seperti apa yang dirasakan seorang istri jika bukan cinta dan perhatian dari seorang suami. Seperti hal nya apa yang dirasakan oleh Bella sejak menikah dengan Ryu. Wajah bahagia selalu terpancar dari wajahnya.Perhatian dan kasih sayang yang diberikan padanya tidak pernah berbeda dengan Angel.Sore yang cerah dengan semilir angin yang menyejukkan.Brisena berlari kecil dengan riang saat melihat Ryu datang."A … yah …." Dia menyongsong putri kecilnya dan mengangkatnya tinggi membuat gadis kecil itu terkekeh senang."Sena dah maem?" Ryu menciumi pipi gembulnya dengan gemas."Dah …," jawabnya dengan kegelian."Yah … Nda …." Brisena menunjuk pada Bella yang sedang duduk di taman dengan melihat mereka dan tertawa kecil.Ryu menghampiri Bella sambil menggendong Sena."Sayang, Ayah capek baru pulang kerja. Sena sama Bunda di sini, biarkan ayah ganti baju dulu."
Bau harum sabun menguar harum dari tubuh Ryu ketika Bella memeluknya dari belakang, saat pria itu baru saja keluar dari kamar mandi.Ryu tersenyum dan membalikkan tubuh istrinya. "Kenapa? Kok kelihatannya bahagia banget.""Makasih udah dibelikan makanan siap saji dan kamu yang membelinya langsung dengan turun dari mobil," ucap Bella bahagia."Kok kamu tahu, aku yang membelinya sendiri?""Ya tanya sama Evan lah," jawab Bella tertawa."Oh gitu. Jadi kamu jadikan Evan sekarang mata-mata buat aku?" Ryu menatap masam sambil menggelitik tubuh Bella membuatnya tertawa kegelian."