"Done!" teriaknya girang saat masakannya selesai. Dia lalu mengambil sendok dan mencicipi sedikit, kemudian wajahnya meringis.
"Kenapa rasanya hambar gini? Ah, syalan." Dia kesal sekali karena gagal membuat masakan. Lalu dia beralih pada ayam tepung yang tadi di gorengnya.
"Nah kalo ayamnya lumayan. Meski hasilnya hancur. Sita pasti suka ini," gumamnya sambil tersenyum.
Dia menata semua hidangan di atas meja dan menunggu gadis itu pulang.
Sebuah ketukan pintu membuatnya senang. Dengan masih memakai celemek di dadanya, dia membukakan pintu sambil berteriak dengan riang, "aku sudah masak kesukaan …." Ryu terdiam dan tertegun melihat siapa yang mengetuk pintu.<Guyuran air shower yang dingin membuat beban di kepala Ryu sedikit berkurang. Dia memikirkan banyak hal bagaimana menemukan bukti bahwa dirinya bukan pembunuh. Dua bulan lebih dia hidup di kamar apartemen Sita, membuatnya sedikit jenuh. Dia seperti tidak tahu dunia luar. Bahkan untuk bersantai di balkon pun, harus menunggu malam tiba. Sungguh, tidak enak menjadi seorang buronan. Dia nyaris hampir tidak keluar sama sekali dari kamar.Ryu mengeringkan tubuhnya dengan handuk lalu melilitkannya pada tubuh bagian bawah. Saat dia keluar dari kamar mandi, terdengar ketukan pintu. Dia tersenyum dan segera membukakan pintu, "kamu kembali lagi …."Dan sekali lagi dia terhenyak saat Ayah Sita yang berdiri di depan pintu. Dia terlihat sedikit salah tingkah.Lalu dia membiarkan pria itu masuk.Ryu memunguti baju dan celananya yang berserakan di sofa.Sementara Lingga, menatapnya tajam."Maaf, saya memakai baju dulu,
Angel terhenyak dan menatap dengan gusar.Ryu beringsut berdiri dan menuju jendela kamar dan membuka tirainya."Kamu juga mengetahuinya bukan?" Dia mengedarkan pandang ke arah luar jendela, lalu menoleh pada gadis itu."Jawab aku, Angel!" teriaknya membuat gadis itu terlonjak. Baru sekali ini, Ryu memanggil namanya Angel.Gadis itu menunduk dengan gusar."Dan kamu … kamu juga … kamu …." Ryu menelan salivanya susah payah. Suaranya menjadi parau dan serak."Kamu … gadis yang berada di hotel pada malam terbunuhnya Jefri! Aku mengenali bau parfum mu itu."Angel semakin menunduk dengan jemari yang bergetar."Dan kamu juga … yang menembak para polisi itu dari atas bukit untuk menyelematkan aku dan Evan," serak suara Ryu.Dia mendekati Angel dan kedua tangannya memegang rahang gadis itu dengan mata berkabut. "Sekarang jelaskan semuanya padaku," lirihnya dengan wajah dingin me
Langit sepekat jelaga dengan petir yang menyambar dan angin bertiup kencang. Angel terpekur di ranjang dengan mata sembab dan menerawang ke luar dari kaca jendela yang tersingkap tirainya.Sebuah ketukan di pintu tak membuatnya segera beranjak dari tempatnya tidur. Pikiran dan hatinya melayang entah kemana hingga tak menghiraukan pintu yang digedor dengan keras.Lingga yang kalut karena Angel tak segera membukakan pintu untuknya, ingin mendobraknya. Kemudian dia baru teringat jika dia memiliki kunci cadangan kamar apartemen putrinya. Dengan kesal dan merutuki kebodohannya sendiri, pria itu beranjak pulang ke rumah untuk mengambil kunci cadangan. Bisa saja dia mendobrak pintu itu, tapi dia menyadari nanti akan menjadi masalah dengan pihak pengelola apartemen.Lingga masuk ke dalam dan mendapati ruang tamu yang berantakan. Pria itu lebih mengelus dada lagi saat melihat putrinya terpekur diam dengan keadaan kamar yang lebih parah dari ru
Hujan rintik-rintik membasahi bumi di penghujung senja. Langit tampak mendung kelabu dan semakin gelap.Agatha sedang menyuapi Brisena saat Dodi datang menghadap."Nyonya, ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan Anda semua."Wanita itu menghentikan kegiatannya, "baiklah. Kita ke ruang kerja Papi."Lalu dia beralih pada cucunya dan mencium pipi gembulnya. "Sena sama Bibi dulu ya. Oma mau kerja sebentar."Gadis kecil itu merajuk ingin disuapi Neneknya. Agatha mencoba memberinya perngertian, tapi gadis itu malah menangis.Bella yang mendengar tangisan putrinya segera datang tergopoh."Kenapa, Sena?""Dia nggak mau lepas dari Oma," ujar Agatha ketawa dan mencium gemas bocah itu."Sama Bunda ya, Nak. Oma ada pekerjaan sebentar. Nanti kalau sudah selesai, bisa main lagi sama Sena." Bella dengan lembut mengusap kepala putrinya lalu menggendong dan mencoba mengalihkan perhatiannya.Agatha ters
Sebuah suara mengejutkan mereka semua. "Hentikan!"Ryu terpaku dengan kepalan tangan hampir mengenai Lingga.Sedangkan Lingga tertegun melihat wanita masa lalunya berdiri tidak jauh dari mereka."Ada apa ini?" tanya Agatha mendekati mereka dengan Mbok Darmi di belakangnya."Mama!" teriak Ryu menghambur dalam pelukan sang Mama. Mereka berpelukan dengan sedu sedan dari Agatha.Wanita itu memegang rahang Ryu dan menciumi pipinya berkali-kali membuat haru. "Kamu baik-baik saja, Nak? Lihatlah wajahmu. Kenapa kamu bisa terluka seperti ini?" Agatha mengusap lembut sedikit darah pada ujung bibirnya."Siapa yang menghajar putraku, Evan?" Wanita itu beralih pada Evan. Pria itu menunjuk pada Lingga.Agatha menoleh padanya dan seketika terhenyak, "ka-kamu?" Bahkan tubuhnya hampir jatuh karena tidak percaya melihat laki-laki itu jika Ryu tidak cepat menopang tubuh Ibunya."Apa kabar, Agatha?" sapa Lingga dengan getir
Ryu menghempaskan tubuhnya di ranjang saat dia dan Evan sampai di rumah persembunyian mereka."Evan … ambilkan gue Vodka," teriak Ryu nyaring membuat Simon dan Dipa terkejut."Kenapa lagi anak itu? Dia jadikan bertemu dengan Ibunya?" Simon memandang tanya pada Evan."Jadi, Bang. Tapi ada kejadian yang luar biasa juga," jawab Evan sambil membawa botol Vodka."Sini, gue yang kasih." Simon meminta botol minuman itu dari Evan.Sedangkan Dipa menatap Evan penasaran, tapi pria itu hanya mengedikkan bahu, tidak mau bercerita."Nih, minuman lu." Simon duduk di tepi ranjang dan menyodorka
"Lingga, lihatlah kemari. Ini seperti sebuah surat," teriak Agatha.Pria itu menghampirinya dan membuka sebuah kertas berwarna biru muda.Mereka membacanya dan terhenyak.Ayah … aku pergi membawa janin dalam perutku. Biarkan aku hidup berdua dengan anakku. Anak dari laki-laki yang aku cintai.Ayah … Ryu adalah cucu dari keluarga Saloka yang awalnya akan kubunuh. Tapi aku sadar, bahwa aku mencintainya. Dia tidak bersalah dan bukan pembunuh Tuan Jefri. Aku menyimpan semua bukti kejahatan Tuan Dean dan Tuan Jason. Berikan bukti itu pada pihak yang berwajib. Aku mohon … Ayah.Bukti itu ada di dalam kotak kecil di laci paling bawah.Maafkan Angel … ayah."Ya ampun, Angel. Kenapa kamu gegabah sekali seperti ini?" Lingga mengusap wajahnya sendu.Sementara Agatha termangu karena benar ternyata, Dean dan Jason yang menjebak Ryu. Lingga yang mengetahui wanita itu bersedih karena suami dan putranya
Semua orang menatap Lingga dengan heran."Apa maksud Ayah dengan semua bukti sudah ditemukan?" Ryu menatap Ayahnya lekat.Pria itu mengeluarkan sebuah surat dan memberikannya pada Ryu. Dan pemuda itu tersentak saat membacanya . Dia mengusap wajahnya berkali-kali tak percaya lalu memberikan surat itu pada Simon."Angel mempunyai buktinya selama ini dan dia diam saja? Bahkan bukti itu selama ini juga ada di dekatku," gumam Ryu dengan mata berkabut."Gadis itu sangat mencintai lu hingga dia melakukan semua ini. Kebersamaannya bersama lu, yang membuat dia bahagia. Jika sejak awal dia menyerahkan bukti ini, maka lu akan kembali ke posisi semula dan tidak bisa menjalani hari-hari bersama Angel," pungkas Simon seperti mengerti maksud dan tujuan gadis itu."Tapi mereka bersaudara, Bang." Evan ikut menimpali yang membuat wajah Ryu semakin kelam.Lingga tertawa, "setelah urusanmu besok selesai, cari Angel dan nikahi dia," ujar Lingga
12 tahun kemudian, Februari 2019.Seorang anak perempuan berusia sekitar sembilan tahun menangis terisak di taman.Seorang wanita cantik dan anggun berlari menghampirinya dengan cemas."Qinan kenapa, Nak?" Dia memeluk bocah perempuan itu."Kak Sena sama Abang Abel, sembunyikan sandal aku, Ma," jawabnya terisak. Wanita itu terlihat kesal dan marah mendengar perkataan putrinya."Abel … Sena … keluar kalian sekarang juga. Mama hitung sampai lima, kalau ga keluar, mama hukum. Satu … dua ….""Piss, Ma!" seru kedua anak itu keluar dari rerimbu
Ryu menatapnya tak percaya. "Jadi kamu Sita kecil yang itu?" Dia beringsut bangun dan duduk berhadapan dengan istrinya.Angel mengangguk."Waktu itu, seperti biasa aku datang ke rumahmu. Tapi tempat itu sudah dibongkar dan kata orang kamu di penjara. Aku tidak tahu maksudnya. Dan sejak itu, aku mencarimu tapi … yah, kamu seperti menghilang ditelan bumi," ujar Ryu kecewa.Kemudian Angel menceritakan semuanya, bagaimana dia bisa masuk penjara anak dan akhirnya kabur, hingga ditemukan oleh Lingga. Ryu mengerutkan keningnya prihatin."Untung kamu segera menyadari kalo itu aku, jadi kamu ga jadi bunuh aku. Coba kalo nggak, tinggal nama aja aku," ujar Ryu membuat Angel merasa bersalah dan memeluknya erat, "maaf …," bisiknya menyesal."Tapi, ini mungkin jalan buat kamu juga untuk berhenti menjadi pembunuh bayaran. Dan juga Ayah … ahh pria sok kuat itu kini harus tidur di tempat para pesakitan yang dingin." Wajah Ryu
Suasana kediaman Saloka masih diselimuti duka dan malamnya digelar sebuah tahlil bersama untuk mendiang Dean dan Jason.Tuan Dirga--Kakak tertua Tuan Yoga, yang juga Ayah Jefri datang bersama istri dan putra mendiang Jefri.Pria tua dengan rambut yang kesemuanya memutih itu memeluk adiknya yang duduk di atas kursi roda dengan sendu."Maafkan semua kesalahan Jason dan Dean, Mas …," lirihnya pada Kakaknya."Aku sudah memaafkan mereka sejak dulu. Bagaimanapun juga, kamu adalah adikku dan saudara satu-satunya yang masih aku punya," ucap Tuan Dirga getir.Pria tua itu juga memeluk Andre dan Ryu bergantian. Dia mengerti perasaan ponakan dan cucunya itu. Tapi tidak dengan Bobby, putra tertua Jefri. Wajahnya masih menyiratkan amarah karena kematian tragis Papinya."Harusnya mereka membusuk dalam penjara lebih dulu, baru mampus!" ketusnya berapi-api dan membuat orang-orang tersentak."Jaga mulutmu, Bobby. Opa m
Mendung kelabu di pagi hari, menciptakan suasana sendu mengiris kalbu. Membuat suasana duka semakin terasa pilu.Dua peti mati berjejer di ruang tamu keluarga Saloka. Banyak tamu yang datang melayat adalah para relasi Tuan Prayoga dan juga Andre.Mereka banyak mengenang kebaikan sang Tuan rumah selama ini, karena itu mereka datang untuk melayat.Tuan Andre dan Ryu terlihat menyalami para tamu yang datang untuk melayat.Para pelayan sibuk menghidangkan makanan ringan untuk para tamu.Tiba-tiba terdengar teriakan pilu dari dalam rumah. Ryu dan Andre yang terkejut segera masuk dan melihat Agatha yang menangis histeris berlari menuju peti jenasah Jason.
Dengan langkah gontai, Ryu keluar dari kantor polisi dengan dikawal oleh Dodi. Dia masuk ke dalam mobil dengan lemas."Kita ke rumah sakit, sekarang," perintahnya pada Engga dengan suara parau.Pria berperawakan kecil itu segera melajukan kendaraan roda empat nya menuju rumah sakit tempat dua jenasah Dean dan Jason berada.Percakapannya dengan sang Ayah sangat membuatnya terpukul. Pria itu ingin menyelamatkan sang Mama dari hukuman penjara.Sekarang, Ryu merasa lebih dilema lagi. Dia harus merelakan sang Ayah di penjara untuk kebaikan sang Mama.Mama yang telah menyelamatkannya dari timah panas adiknya.
Lingga dan Dean masih bergumul dalam perkelahian. Ryu menatap Jason tajam dan murka.Pria itu hendak menyerang Jason yang terlihat ketakutan saat tiba-tiba ….Dor!Senjata api Dean berbunyi lagi membuat semua terhenyak. "Ayah!" teriak Ryu melihat Ayahnya terkapar. Angel menutup mulutnya tak percaya.Tapi, tiba-tiba Lingga berdiri dengan wajah pucat dan sendu. Dia menatap Dean yang terkapar bersimbah darah.Jason yang sadar bahwa Papinya yang tertembak menjerit dan memeluk sang Papi."Papi … papi … bertahanlah.""Ini … akhir dari … papi … nak …." Dean mulai tersengal dan menangis. "Aga … tha …." Tangannya ingin menggapai mantan istrinya yang masih tak sadarkan diri. "Aku … minta maaf … aku … mencintaimu … dari dulu … hi-hingga … sekarang …." Dean memuntahkan darah dari mulutnya membuat Jason semakin panik.
Bella menelisik seorang pria yang berdiri di samping Dean dengan wajahnya tertutup sebuah topi."Jason?" ucap Bella pelan, membuat pria itu melepas topinya dengan kesal."Kenapa sih, kalian selalu muncul di saat yang tidak tepat?" seru Jason.Dan di saat bersamaan, Agatha dan Angel muncul. Wanita itu menutup mulut saat melihat putranya berdiri dengan wajah kesal di depannya."Jason …." Ingin sekali wanita itu merengkuh putra yang telah lama menghilang. Meski dia benci dengan sifat Jason, bagaimana pun juga, pria itu adalah putranya."Halo, Mami. Apakah mami merindukan aku?" Jason menatap sang Ibu dengan tatapan benci membuat wanita itu terpukul."Untuk apa kalian datang ke sini lagi?" Ryu menatap mereka tajam."Tentu saja untuk mengambil hak kami," jawab Dean ketus."Tunggu, Pi. Sepertinya ada yang tidak beres." Jason menatap murka pada Bella."Kamu hamil? Pria mana yang menidurimu, jalang!" teriak J
Kebahagiaan seperti apa yang dirasakan seorang istri jika bukan cinta dan perhatian dari seorang suami. Seperti hal nya apa yang dirasakan oleh Bella sejak menikah dengan Ryu. Wajah bahagia selalu terpancar dari wajahnya.Perhatian dan kasih sayang yang diberikan padanya tidak pernah berbeda dengan Angel.Sore yang cerah dengan semilir angin yang menyejukkan.Brisena berlari kecil dengan riang saat melihat Ryu datang."A … yah …." Dia menyongsong putri kecilnya dan mengangkatnya tinggi membuat gadis kecil itu terkekeh senang."Sena dah maem?" Ryu menciumi pipi gembulnya dengan gemas."Dah …," jawabnya dengan kegelian."Yah … Nda …." Brisena menunjuk pada Bella yang sedang duduk di taman dengan melihat mereka dan tertawa kecil.Ryu menghampiri Bella sambil menggendong Sena."Sayang, Ayah capek baru pulang kerja. Sena sama Bunda di sini, biarkan ayah ganti baju dulu."
Bau harum sabun menguar harum dari tubuh Ryu ketika Bella memeluknya dari belakang, saat pria itu baru saja keluar dari kamar mandi.Ryu tersenyum dan membalikkan tubuh istrinya. "Kenapa? Kok kelihatannya bahagia banget.""Makasih udah dibelikan makanan siap saji dan kamu yang membelinya langsung dengan turun dari mobil," ucap Bella bahagia."Kok kamu tahu, aku yang membelinya sendiri?""Ya tanya sama Evan lah," jawab Bella tertawa."Oh gitu. Jadi kamu jadikan Evan sekarang mata-mata buat aku?" Ryu menatap masam sambil menggelitik tubuh Bella membuatnya tertawa kegelian."