Nando melompat saking kagetnya. Dia memandang Yoga dengan tidak percaya, lalu berucap, "Dengan adanya Formasi Penghilang Jiwa yang diperkuat oleh Raja Serangga Giok Putih, ahli bela diri kuno sejati pun nggak mampu menahannya. Kenapa kamu bisa? Kamu ... sebenarnya sehebat apa!"Yoga membalas, "Penasaran? Aku bakal kasih tahu saat berziarah ke makammu."Nando berujar, "Ka ... kamu ...."Situasi sekarang sudah tidak menguntungkan bagi Nando. Dia berbalik dan hendak melarikan diri. Akan tetapi, Yoga tidak akan memberinya kesempatan. Pria itu berkelebat ke depan Nando dan menendang lututnya. Pada saat yang sama, dia merebut Raja Serangga Giok Putih dan menghancurkannya dalam satu tepukan.Nando segera menjerit, "Jangan!"Bagi Nando, Raja Serangga Giok Putih bahkan lebih penting daripada nyawanya. Sayangnya, serangga itu sudah dibunuh oleh Yoga dengan satu tepukan. Hal ini membuatnya lebih menderita daripada dibunuh.Yoga mengoleskan tubuh serangga itu ke wajah Nando, lalu berucap, "Nando,
Ulwan bertanya dengan suara gemetar, "Ka ... kamu mau apa?"Yoga menjawab, "Bosmu sudah mati. Kamu begitu setia, pasti mau nyusul juga, 'kan?"Ulwan membalas, "Ka ... kamu berani?"Yoga menghina, "Aku bahkan berani bunuh Nando dan Raja Serangga Giok Putih. Menurutmu, aku berani nggak?"Ulwan langsung takluk. Dia segera bersujud seraya berucap, "Yoga, aku bersalah. Aku sudah tahu salahku. Tolong ampuni aku. Aku bersedia kasih semua hartaku ...."Yoga menyela, "Aku nggak mau uang kotormu itu." Dia mengeluarkan sebutir pil dan memaksa Ulwan menelannya. Kemudian, Yoga melanjutkan, "Aku kasih kamu makan Pil Maut Tujuh Hari. Sebaiknya kamu nurut dengan perintahku. Dengan begitu, tujuh hari lagi kamu bisa mati tanpa rasa sakit. Kalau nggak, aku jamin kamu bakal mati dengan sengsara."Ulwan tahu dia tidak punya pilihan. Dia hanya bisa membalas, "Oke, aku akan lakukan apa yang kamu suruh."Yoga memerintahkan, "Kembalikan saham Perusahaan Farmasi Avanti dan sumbangkan semua hartamu ke panti asuh
Yoga mengangguk sebelum bertanya, "Apa kalian tahu di mana Penjara Jahanam berada?"Begitu mengetahui lokasi ibunya, segalanya akan menjadi lebih mudah. Orang itu menjawab, "Penjara Jahanam diawasi langsung sama Dewa Digdaya. Hanya dia yang tahu lokasi pastinya. Tapi, Raja Naga dari Aula Naga juga pernah menjaga penjara itu. Dia harusnya juga tahu lokasinya."Yoga merespons, "Raja Naga? Kebetulan aku bakal menantangnya beberapa hari lagi. Nantinya, aku akan sekalian tanya lokasi penjara itu."Sembilan tetua itu tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Mereka hanya menganggap Yoga sedang berbual. Raja Naga adalah petarung terkuat pada zaman kuno. Sekalipun pada puncak kekuatannya, Ayu tidak akan bisa menandinginya. Yoga yang masih muda ini bisa-bisanya ingin menantang Raja Naga? Mungkin saja Raja Naga bahkan enggan meliriknya.Berhubung sudah pulih, Yoga hendak membawa mereka ke Sekte Hagisana. Dia ingin menempatkan mereka sementara di sekte tersebut.Momo juga sudah sadar sekarang. Vania
Hagi melanjutkan, "Lebih baik sebut mereka Pasukan Tingkat Agung Master. Soalnya masing-masing dari mereka punya kekuatan seperti petarung tingkat agung master!"Lelucon apa ini? Tentunya kesembilan tetua itu tidak percaya. Mereka mengira bahwa Hagi sedang bercanda. Sekelompok ternak ini memiliki kekuatan tingkat agung master? Bahkan acara televisi pun tidak akan menyajikan cerita seperti ini.Saat ini, seorang tetua tertarik pada "pakan" dari ternak. Dia segera merampas setengah pil dari mulut sapi, lalu bertanya, "Pakan apa ini? Kenapa baunya seperti pil?" Setelah memeriksa dengan cermat, dia berucap dengan kaget, "Ini pil tingkat enam! Kak Hagi, jangan bilang ini adalah pil tingkat enam."Hagi membalas sambil tersenyum, "Benar. Ini memang pil tingkat enam.""Apa?"Tetua lainnya juga segera merebut pil untuk memeriksanya. Usai memastikan bahwa itu memang pil tingkat enam, mereka sulit untuk menerima kenyataan ini."Pil tingkat enam, benaran pil tingkat enam.""Kalian jadikan pil ting
Vania berucap, "Kamu bilang dulu."Momo menjelaskan dengan genit, "Pak Yoga adalah tipeku. Malam ini, aku mau tidur dengannya. Orang bilang, wanita nggak akan punya kesempatan kalau pria nggak mabuk. Nanti, tolong bantu bikin dia mabuk ya."Vania terkejut mendengarnya. Momo pun bertanya, "Kenapa? Ada masalah?"Vania menelan air liur, lalu menjawab dengan wajah memerah, "Aku baru mau bilang ini."Momo tertawa terbahak-bahak sebelum berucap, "Kita memang sehati, pantas saja menjadi teman baik. Nggak apa-apa, aku nggak keberatan berbagi Pak Yoga denganmu. Pria sehebat itu nggak boleh kurampas."Vania mengerucutkan bibirnya, lalu berujar, "Apa-apaan? Aku nggak mau berbagi Pak Yoga denganmu. Kita bersaing secara adil saja."Momo membalas, "Nggak masalah. Pak Yoga bakal jadi punya orang yang bikin dia mabuk malam ini."Vania menjawab, " Oke sepakat."Percakapan mereka kebetulan didengar oleh Yoga yang baru saja memasuki hotel. Dia telah mengonsumsi Pil Tujuh Indra yang mampu memperkuat pende
Wenny menimpali, "Hmph! Kamu nggak perlu menjelaskannya. Semua orang sudah tahu niat burukmu!"Lantaran merasa tertekan, Vania meminta Wenny untuk pergi. Dia berkata, "Wenny, kamu pergi saja. Aku benaran nggak apa-apa. Jangan khawatir, ini Perusahaan Farmasi Hansa. Nggak akan ada yang bisa menyentuhku."Tidak disangka, Wenny malah makin bersikeras. Dia membalas, "Nggak bisa. Aku nggak akan pergi. Kak Vania, kamu sama sekali nggak mengenal Yoga. Dia bisa melakukan apa pun untuk mencapai tujuannya."Vania seketika tidak bisa berkata-kata. Dia membatin, 'Kalau aku bersalah, lebih baik aku dihukum di pengadilan daripada diusik oleh orang bodoh ini.' Lantaran sudah tidak berdaya, dia langsung membahas inti permasalahannya dan bertanya, "Wenny, kamu mencariku selarut ini. Apa ada masalah?"Wenny tiba-tiba menyahut sambil menitikkan air mata, "Kak Vania, terjadi sesuatu pada kakekku.""Hah?" Vania seketika sedikit tersadar dari mabuknya dan bertanya lagi, "Terjadi sesuatu pada Kakek Dirga? Se
Namun sesudah melihat tiket, ternyata tempat duduk Yoga bersebelahan dengan tempat duduk Wenny. Yoga pun terpaksa berjalan ke sana. Ini pasti bukan kebetulan. Vania pasti sengaja membuat mereka duduk bersebelahan. Yoga tidak akan memaafkan Vania begitu saja.Di sisi lain, Wenny sedang celingak-celinguk seperti sedang mencari seseorang. Begitu melihat Yoga, dia bertanya dengan ekspresi kaget, "Yoga, kenapa kamu ada di sini?"Yoga menjawab dengan dingin, "Aku mau naik pesawat.""Memangnya kamu mau ke mana?" tanya Wenny lagi."Jangan bicara omong kosong. Tentu saja pergi ke tempat yang dituju pesawat ini," timpal Yoga.Wenny seketika merasa kesal. Dia berkata dengan marah, "Hmph! Yoga, aku rasa kamu sengaja mau menggangguku. Biar kuberi tahu. Kalaupun harus mati, aku nggak akan setuju untuk menikah denganmu. Nggak ada gunanya kamu terus mengusikku. Satu hal lagi, kamu jangan coba-coba berniat buruk pada Kak Vania."Yoga melirik Wenny sekilas sembari menyindir, "Jangan kepedean."Wenny san
Pesawat pun lepas landas. Setelah pesawat stabil, Wenny meninggalkan tempat duduknya dan pergi ke ruang awak kabin. Dia menyapa seseorang, "Melina, kamu sedang sibuk?"Melina mengenal Wenny. Dia tersenyum sembari menyahut, "Kak Wenny. Aku baru selesai menyeduh kopi. Kamu mau nggak?""Nggak, terima kasih. Melina, apa kamu bisa perlihatkan daftar penumpang pesawat ini padaku? Aku mau mencari seseorang," balas Wenny."Bisa. Ini daftar penumpangnya. Lihat saja," ujar Melina.Wenny membaca daftar penumpang kelas satu dengan teliti. Namun, tidak ada orang lain lagi yang punya nama belakang Kusuma selain Yoga. 'Apa-apaan ini? Kak Vania membohongiku? Pak Kusuma nggak ada dalam penerbangan ini? Nggak mungkin. Mungkinkah Pak Kusuma nggak mau menonjolkan diri, jadi dia duduk di kelas ekonomi?' gerutu Wenny dalam hati.Wenny buru-buru memeriksa daftar penumpang kelas ekonomi, tetapi tidak ada yang punya nama belakang Kusuma. "Kalau begitu, hanya ada satu penjelasan. Pak Kusuma nggak ingin ada yang
"Apa?" Semua orang yang berada di tempat itu terkejut dan ekspresi mereka terlihat sangat muram."Siapa mereka?" tanya Samsul dengan nada dingin."Mereka ... adalah orang-orang dari Keluarga Husin," jawab bawahan itu.Dalam sekejap, ekspresi semua orang menjadi muram. Mereka saling memandang dengan mengernyitkan alis karena merasa gelisah."Ini .... Kamu orang dari Keluarga Husin ya?" tanya Samsul yang tiba-tiba menoleh dan menatap Yoga dengan mata yang bersinar.Pada saat itu, Yoga baru perlahan-lahan berdiri dengan ekspresi bangga, lalu tersenyum dingin dan berkata dengan tenang, "Aku rasa aku nggak perlu menyembunyikan identitasku lagi, aku adalah Olga Husin.""Dasar bajingan! Jadi kamu ini orang dari Keluarga Husin, ternyata semua ini adalah konspirasi dari Keluarga Husin," teriak Samsul dengan marah."Benar. Sekarang kalian sudah tahu pun nggak ada gunanya lagi, nggak ada yang bisa menyelamatkan kalian. Bersiaplah untuk mati," teriak Yoga dengan lantang dan aura yang menekan.Kata
Di bawah arahan pemimpin pengawal itu, Yoga dibawa ke sebuah tempat yang terbuka. Sudah ada tiga puluhan ahli yang berdiri tegak di sana dan menatap Yoga dengan ekspresi serius. Sementara itu, seorang paruh baya sedang duduk di kursi dan menunggu dengan tenang."Aku Samsul dari Keluarga Kusuma. Kamu orang dari Rumah Lelang Diseto yang menjual besi hitam?" tanya Samsul sambil mengamati Yoga dari atas ke bawah dengan tatapan yang tajam karena dia merasa ada yang tidak beres dengan pria yang seluruh tubuhnya tertutup ini. Aura di tubuh pria ini tidak terasa seperti orang tua, melainkan seorang pemuda.Sementara itu, tatapan Samsul yang tajam membuat Yoga merasa tidak nyaman.Yoga menjawab, "Benar, aku orangnya."Samsul berkata, "Barang yang kamu inginkan sudah siap. Kalau sudah setuju, kita bisa mulai bertransaksi sekarang."Yoga berkata, "Baiklah, tapi aku harus memeriksa barangnya dulu."Samsul pun menganggukkan kepala sebagai isyarat pada bawahannya.Tak lama kemudian, anggota Keluarga
Yoga berdiri tegak dengan aura penuh wibawa. Ekspresinya serius saat berbicara demikian. Kata-katanya langsung membuat Sutrisno tertegun.Ini ... ini pasti hanya bercanda, 'kan? Sutrisno bahkan merasa seperti sedang berkhayal. Seandainya orang lain yang mengatakan hal itu, dia pasti sudah marah. Namun sayangnya, orang yang mengatakannya adalah Yoga.Dalam suasana tegang ini, sebuah suara jernih tiba-tiba terdengar. "Kalau begitu, aku besok bisa melakukan apa?" Suara itu berasal dari seorang wanita yang melangkah masuk dari pintu. Sosoknya anggun dan menawan. Itu adalah Winola.Sutrisno langsung tersentak. Matanya membelalak tak percaya ketika bertanya, "Kamu ... sudah dengar semuanya?""Ya." Winola tidak berniat menyangkalnya. Dia pun mengangguk ringan. Dia telah mendengar cukup banyak, bahkan bisa menebak bahwa Yoga pasti sedang merencanakan sesuatu untuk besok.Terutama saat mendengar rencana Yoga untuk mengguncang dunia kultivator kuno. Di dalam hatinya, semangatnya menggebu-gebu. D
Seiring dengan tertidurnya Bimo, tidak ada jawaban sama sekali ketika Yoga memanggilnya dua kali. Dia benar-benar telah tertidur.Yoga bergumam dalam hati. Dia merasa sedikit tidak yakin. 'Satu bulan ... bisakah aku menemukannya?'Benda seperti itu, bahkan ketika Yoga sendiri masuk ke area terlarang, hanya bisa menemukan satu. Sementara dua benda yang tersisa ... dia sama sekali tidak memiliki petunjuk. Selain itu, kini dirinya juga telah menjadi target dari para penjaga gerbang.Setelah berpikir panjang, Yoga menyadari bahwa dia harus mempercepat langkahnya. Setelah melalui berbagai rintangan dalam perjalanan pulang, Yoga akhirnya kembali ke vila.Namun begitu masuk ke dalam, Yoga langsung melihat Sutrisno sudah duduk di ruang tamu. Dia sedang menunggunya dengan ekspresi penuh kegelisahan."Apa itu kamu? Sebenarnya kamu bukan? Apa kamu yang bunuh anggota Keluarga Husin?" tanya Sutrisno dengan nada cemas. Dia terus-menerus menekannya untuk memberikan jawaban.Yoga menghela napas. Dia m
"Benar! Kita harus rebut kembali obat-obatan. Besi hitam nggak boleh jatuh ke tangan mereka!""Tapi ... di mana manusia hantu lainnya? Bukannya yang ada di sini kebanyakan hanya orang-orang dari Keluarga Husin?" Di tengah kerumunan, seseorang tiba-tiba mengajukan pertanyaan itu.Sutrisno membalas dengan santai, "Apa pedulimu? Mereka memang nggak pernah akur satu sama lain. Mungkin mereka langsung kabur begitu keadaan menjadi genting!"Mendengar itu, orang-orang yang ada di sana pun mengangguk-angguk seakan menerima penjelasan tersebut tanpa banyak berpikir.Winola melirik Sutrisno sekilas. Pikirannya penuh dengan beban berat. Di tempat ini, hanya dia dan Sutrisno yang memiliki hubungan dekat dengan Yoga. Mereka berdua sangat memahami kepribadian Yoga. Kemungkinan besar, Keluarga Husin telah dijebak olehnya.Tak lama setelah itu, orang-orang mulai bergerak. Mereka berpencar untuk mencari keberadaan Keluarga Husin.Saat ini, Yoga duduk bersila dalam meditasi di kejauhan. Setelah beberapa
"Yang aku inginkan adalah membuat Keluarga Husin benar-benar tunduk sepenuhnya! Rasa takut? Itu nggak ada dalam kamusku!" Suara Yoga penuh dengan keangkuhan dan keyakinan mutlak.Di tempat itu, para manusia hantu hanya bisa terdiam. Mereka semua menatapnya dengan ekspresi kosong. Namun, di mata mereka kini muncul kilatan kekaguman yang makin mendalam.Bagaimanapun juga, orang yang berani bersikap begitu arogan, yang berani berhadapan langsung dengan Keluarga Husin, bukanlah orang biasa. Keberanian seperti ini ... tidak dimiliki oleh semua orang!"Gawat! Ada orang-orang dari tiga kekuatan lain yang datang! Mereka adalah anggota dari tiga keluarga besar lainnya!" Tiba-tiba, suara seseorang menggema.Semua orang di sana langsung tersentak kaget. Mereka segera menoleh ke arah Yoga. Tiga keluarga besar lainnya ... datang juga?Prajna mengusulkan dengan nada tegang, "Apa yang harus kita lakukan? Sebaiknya kita segera pergi!"Yoga tersenyum licik. Sepasang matanya berkilat penuh arti ketika b
Kata-kata Yoga langsung membuat Girbet melihat secercah harapan. Dengan penuh kegembiraan, dia merangkak maju dalam posisi berlutut.Segera, Girbet sudah sampai di hadapan Yoga. Dia membenturkan kepalanya ke tanah berkali-kali dengan sekuat tenaga. Dia takut jika terlambat sedikit saja, Yoga akan berubah pikiran.Girbet berkata dengan penuh kegelisahan dan ketergesaan, "Makasih! Makasih banyak! Aku akan segera kembali dan mengambil uangku! Aku janji akan kasih semuanya padamu!"Setelah itu tanpa membuang waktu, Girbet berbalik dan hendak pergi. Namun, tiba-tiba terdengar suara Yoga. "Tunggu!"Hati Girbet seakan berhenti berdetak sejenak. Wajahnya menjadi pucat pasi. Dia ingin berpura-pura tidak mendengar dan terus melangkah pergi. Namun, pada saat berikutnya ... sosok-sosok aneh bermunculan di sekelilingnya.Mereka semua memiliki penampilan yang mengerikan. Ternyata itu adalah para manusia hantu dari area terlarang."Bos sudah menyuruhmu berhenti, apa kamu tuli?" Suara dingin Prajna me
"Kenapa bisa begini?" Ekspresi Alex menjadi makin tegang. Kegelisahannya juga makin menjadi-jadi.Meskipun Jam Penciptaan ini hanya sebuah tiruan, tetap saja seharusnya benda sehebat ini tidak mungkin bisa ditaklukkan dengan begitu mudah oleh pemuda itu."Nggak ada yang istimewa dari barang ini," ucap Yoga. Dia menatap Jam Penciptaan sambil merabanya ke atas dan ke bawah. Dalam sekejap, dia langsung melihat kelemahan jam tersebut.Jam ini memang dirancang dengan sangat cermat, bahkan kekuatannya melampaui senjata ajaib tingkat jumantara. Dari sini saja, bisa dibayangkan betapa luar biasanya kekuatan Jam Penciptaan yang asli. Namun pada akhirnya ... jam ini hanyalah barang tiruan!Seiring dengan suara yang tajam, Yoga langsung merobek Jam Penciptaan menjadi dua bagian. Dengan tubuh fisiknya yang luar biasa kuat, juga dengan kekuatan yang melampaui batas, benda palsu seperti ini baginya tidak berbeda dengan selembar kertas yang bisa dirobek kapan saja.Alex terperanjat. Matanya terbelala
Bisa-bisanya Girbet ingin melawan orang sehebat ini. Sungguh konyol! Dia tiba-tiba mendongak, lalu menatap Jam Penciptaan di langit dengan sedikit kehilangan fokus. Apakah Alex akan menang?....Pada saat ini, aura dari Jam Penciptaan menyebar ke sekeliling dan menutupi seluruh area dengan tekanan yang luar biasa. Banyak orang yang memperhatikan pemandangan ini. Semuanya menunjukkan ekspresi keterkejutan."Ini ... ini adalah aura dari Jam Penciptaan milik Keluarga Husin! Astaga, mereka sudah bergerak secepat ini?""Sampai-sampai menggunakan Jam Penciptaan .... Apa para manusia hantu ini benar-benar telah memaksa Keluarga Husin sampai ke titik ini?""Keberadaan Jam Penciptaan adalah simbol dari warisan yang luar biasa kuat. Jangan-jangan Keluarga Husin sudah kehabisan cara untuk bertahan?"Dalam sekejap, banyak orang mulai berdiskusi dengan penuh semangat. Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa situasi akan berkembang hingga ke tahap yang begitu ekstrem.Di dalam kelompok Keluarga Bra