Namun sekarang, Farel malah terjebak di sebuah dunia rahasia dan akan dibunuh oleh Yoga. Dia tidak bisa menerima kenyataan tersebut.Farel telah memikirkan banyak bahaya dan peluang dalam hidupnya, tetapi tak satu pun dari skenario tersebut termasuk dibunuh oleh Yoga. Hanya saja, sekarang tangan keponakannya sudah bergerak dan perlahan mendekati dahinya."Jangan! Jangan!" seru Farel dengan putus asa. Suaranya penuh dengan rasa sakit dan kepanikan. Teriakan ketidakrelaan itu menggema di udara. Bahkan, tubuhnya memancarkan energi kuat dalam upaya perlawanan terakhir.Beberapa saat kemudian, semuanya berhenti begitu saja. Yoga menatap dingin ke tubuh tak bernyawa Farel. Dia menghela napas pelan, seolah-olah beban beratnya telah terangkat. Akhirnya, masalah ini selesai juga.Sesuai rencana, yang harus dilakukan Yoga sekarang hanyalah meninggalkan dunia rahasia ini. Segala hal yang terjadi di sini tidak akan ada hubungannya lagi dengan dirinya, asalkan Luna menjalankan rencana seperti yang
"Apa semua ini direncanakan khusus karena aku?" tanya Yoga dengan tatapan serius. Ekspresi terkejut mulai terlihat di wajahnya.Yoga telah bertemu dengan Regan dan Aditya beberapa kali sebelumnya. Kini, dia yakin bahwa semua yang dirancang oleh dua orang itu memiliki hubungan yang sangat erat dengannya.Namun, apa sebenarnya alasannya? Apakah Yoga benar-benar bisa menjadi "orang" yang disebut-sebut oleh mereka?Yoga tidak tertarik dengan ambisi untuk menyatukan dunia, tetapi rahasia Pil Ketenangan Jiwa ini tetap menarik untuk diselidiki. Maka dari itu, dia melangkah maju dan mengikuti jalannya.Seolah-olah ada kekuatan tak terlihat yang memandu, Yoga mendekati suatu arah di mana dia mulai mendengar suara perdebatan. Suara-suara itu terasa sangat familier.Sutrisno berbicara dengan cemas, "Menurutku, lebih baik kita jangan melakukan ini!""Kenapa? Bukannya dengan melakukan ini, kita bisa mewujudkan impian dunia kultivator kuno?" Suara Winola terdengar penuh rasa penasaran dan kebingunga
Winola bertanya, "Gimana kalau kamu pergi saja? Makin lama kamu di sini, bahayanya akan makin besar."Sutrisno menimpali, "Benar juga, lebih baik kamu menjauh. Jangan sampai ikut terluka tanpa alasan."Melihat ekspresi tegang kedua orang itu, Yoga merasa sedikit tersentuh. Dalam situasi seperti ini, mereka masih saja memikirkan keselamatannya. Dia bertanya dengan penasaran, "Apa yang sebenarnya terjadi?"Sutrisno menghela napas panjang, lalu mulai menceritakan apa yang terjadi. Ternyata setelah sampai di tempat ini, kedua orang itu menemukan sebuah papan catur. Awalnya, papan itu hanyalah permainan yang belum selesai. Berhubung iseng, Sutrisno mulai bermain sendiri.Winola yang merasa penasaran ikut meletakkan beberapa bidak. Tanpa mereka sadari, permainan itu memicu sebuah mekanisme. Tangan mereka pun terjebak dan tidak bisa ditarik keluar. Satu-satunya cara untuk bebas adalah memutuskan tangan mereka."Kalian ini benar-benar terlalu kurang kerjaan. Bahkan, situasi seperti ini bisa ka
"Kita sudah bikin pilihan?" Winola dan Sutrisno terkejut. Tatapan mereka tertuju pada Yoga dan bingung dengan pertanyaannya. Mereka sama-sama tidak mengerti. Sebenarnya Yoga bertanya kepada siapa?Yoga mengulangi pertanyaannya dengan serius, "Ya, aku bertanya pada kalian. Apa kalian sudah siap?" Raut wajahnya terlihat tegas dan penuh keyakinan. Dia menatap keduanya dengan tajam.Sutrisno membalas, "Aku nggak ngerti. Kenapa kami yang harus siap? Kalau kami tahu pilihan yang benar, tentu sudah bikin keputusan sejak tadi. Kami justru ingin tahu, apa keputusanmu?"Sutrisno mulai cemas dan berusaha menjelaskan. Dia tahu bahwa pemikiran Yoga mungkin jauh lebih matang daripada mereka. Kalau keputusan yang salah diambil dan itu berdampak pada masa depan dunia, mereka semua akan menjadi pendosa besar.Winola menatap Yoga dengan penuh rasa ingin tahu. Alisnya berkerut ketika berujar, "Benar sekali. Katakan saja keputusanmu. Kenapa kamu malah tanya balik pada kami?""Kami sudah lama berdebat di s
Yoga berucap, "Aku sudah memikirkan semuanya. Kalau mau menyatukan dunia, itu harus dilakukan dengan kekuatan sendiri. Bukan dengan cara segampang ini!""Tapi, bukannya Regan dan Aditya sudah kasih kesempatan ini pada kita?" tanya Sutrisno.Yoga menimpali, "Kalau begitu, kenapa mereka sendiri nggak menyelesaikan permainan catur ini? Bukannya itu karena mereka juga belum siap dan nggak bisa ambil keputusan?"Winola dan Sutrisno langsung terdiam dan terpaku di tempat. Sudah jelas, mereka mulai memahami maksud Yoga.Yoga menjelaskan lagi, "Yang paling penting adalah mereka ingin menyerahkan keputusan ini pada kita. Mereka benar-benar memperlakukan kita seperti alat. Main lepas tangan begitu saja!""Tapi kenyataannya, kita sama sekali belum punya kelayakan untuk menentukan nasib seluruh dunia. Apalagi, menyatukan dunia bukanlah sesuatu yang aku inginkan!" tambah Yoga.Mata Yoga bersinar tajam. Suaranya dipenuhi keyakinan ketika melanjutkan, "Kalaupun suatu hari ingin menyatukan dunia, aku
Cahaya berbentuk naga itu terpantul di mata mereka bertiga. Cahaya itu begitu memukau hingga terasa menyilaukan.Ekspresi mereka berubah drastis. Masing-masing dikuasai rasa kagum bercampur takjub. Tak pernah terbayangkan bahwa mereka akan menyaksikan pemandangan sehebat ini di sini.Sutrisno bertanya dengan kaget, "Yoga, apa kamu pernah lihat nadi naga sebelumnya? Kamu yakin ini benar-benar nadi naga?""Kalau berdasarkan fengsui, ini memang nadi naga," jawab Yoga dengan penuh keyakinan.Winola bertanya dengan penasaran, "Kalau begitu, apa fungsinya? Apa hubungannya dengan menyatukan dunia?"Yoga menjelaskan dengan tenang, "Nadi naga berkaitan dengan nasib dunia bela diri kuno. Ini bahkan bisa menentukan arah masa depan dunia.""Kalau benda ini disembunyikan di sini, apa sebenarnya yang diinginkan oleh kedua orang itu? Apa mereka masih ingin kita bikin pilihan lain?" tanya Winola sambil mengernyit. Dia jelas tidak memahami sepenuhnya.Saat ini, Yoga berpikir keras. Banyak hal memenuhi
"Di zaman mereka itu tingkatan berkuasa, tapi semuanya sudah berubah di zaman kita," kata Yoga.Winola dan Sutrisno langsung saling memandang. Mereka sudah bisa melihat keputusan Yoga.Saat ini, Bimo yang berada di benak Yoga sudah tidak bisa menahan diri lagi. Pandangannya terpaku pada nadi naga itu dengan jantung yang berdebar.Bimo berkata, "Anak muda, kamu sudah gila ya? Ini adalah nadi naga!"Yoga bertanya, "Kenapa kalau ini nadi naga? Apa hubungannya denganku?"Bimo berkata lagi, "Nadi naga ini bisa mengubah situasi dunia ini dan membuat namamu tercatat dalam sejarah. Kamu benar-benar nggak tergoda?"Yoga menjawab, "Nggak tergoda. Beban dari benda ini terlalu besar, aku nggak sanggup menanggungnya."Bimo membalas, "Kalau kamu nggak mau, berikan saja padaku. Biar aku yang membangkitkan kembali kejayaan Daruna dan semua bangsa datang memberi hormat."Yoga langsung berkata, "Zaman sudah berubah, lebih baik kamu tidur saja."Bimo berkata dengan marah, "Anak muda, jangan memaksaku! Ke
"Semuanya jangan bergerak, berhenti!" Semua kultivator kuno langsung maju dan segera mengepung Yoga dan yang lainnya. Mereka menatap Yoga dan yang lainnya dengan sangat waspada, khawatir ada yang melarikan diri.Sutrisno langsung bertanya, "Kalian gila ya? Kalian nggak tahu siapa aku? Berani-beraninya kalian menghentikanku."Winola menambahkan, "Hanya dengan kalian saja pun ingin menangkapku? Kalian sudah gila ya?"Dalam sekejap, semua orang yang berada di tempat itu tercengang dan saling memandang."Ternyata ... kamu adalah Tuan Sutrisno. Kamu berhasil keluar ya?""Nona Winola juga baik-baik saja. Ada apa ini?""Aneh. Di mana orang dari Keluarga Kusuma itu? Cepat keluar!"Semua orang mulai berteriak dengan keras.Pada saat itu, Luna akhirnya keluar dari kerumunan. Dia juga terkejut dan menatap ketiga orang di depannya dengan bingung."Yoga, kenapa kalian semua baik-baik saja?" tanya Luna dengan bingung. Sesuai dengan apa yang dilihatnya di dunia rahasia, Yoga seharusnya sudah mati."I
Formasi di tanah tiba-tiba meledak, lalu cahaya-cahaya emas bermunculan dari permukaan tanah dan menyerbu ke arah Yoga.Boom boom boom!Setelah itu, cahaya-cahaya emas itu pun terus menyerang Yoga dengan kecepatan yang luar biasa, membuat orang yang melihatnya tertegun. Kecepatan itu bahkan sulit untuk dilihat dengan mata orang biasa.Namun, Yoga hanya menggaruk telinganya dengan santai dan terlihat agak kesal. Formasi ini hanya trik sampah baginya, bahkan formasi dari Pelindung Kebenaran pun dia tidak takut. Dia hanya berdiri dengan diam di tempatnya dan tubuhnya kembali dikelilingi petir.Boom!Cahaya-cahaya emas dari formasi yang menyerang semuanya malah dimusnahkan oleh petir di tubuh Yoga. Dalam sekejap, semuanya berubah menjadi hampa."Apa?" Pemimpin penjaga gerbang itu langsung mundur selangkah dengan ekspresi terkejut. Dia tidak menyangka serangan dari formasi itu ternyata sama sekali tidak berpengaruh terhadap Yoga."Apa yang sebenarnya ada di dalam tubuhmu?" tanya pemimpin it
Benar-benar ingin menerobos masuk gerbang ini?Dalam sekejap, mata semua penjaga gerbang membelalak dan ekspresi mereka terlihat sangat terkejut. Mereka tidak menyangka Yoga benar-benar berani bertindak. Yoga bahkan melakukan semua itu sendirian, tanpa bantuan dari Keluarga Bramasta."Kamu ini benar-benar nggak tahu diri," teriak pemimpin penjaga gerbang itu dengan nada yang dingin.Ekspresi para penjaga gerbang lainnya pun terlihat serius dan menatap Yoga dengan tajam. Mereka penuh dengan aura membunuh dan bersiap untuk membunuh Yoga."Huh. Ayo maju," kata Yoga dengan angkuh dan menatap semua penjaga gerbang itu dengan dingin. Saat itu, dia terlihat penuh dengan tekad dan wibawa."Serang!"Seiring dengan perintah pemimpin itu, semua orang yang berada di tempat itu langsung menyerbu. Mereka terlihat sangat bersemangat dan ingin segera membunuh Yoga. Kecepatan mereka juga sangat luar biasa.Swish swish swish!Setelah para penjaga gerbang itu menyerbu dan mengepung Yoga, salah seorang da
"Nggak perlu meminta maaf. Kalian masuk dulu, aku akan menyusul nanti," kata Yoga sambil tersenyum dengan tenang dan terlihat santai, seolah-olah hal ini sama sekali tidak memengaruhinya."Nggak perlu menghiburku. Ini mungkin terakhir kalinya kita bertemu, aku ...," kata Winola dengan mata yang berkaca-kaca dan hati yang terasa sangat sakit. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu memberanikan diri untuk mendekat dan mencium bibir Yoga dengan lembut.Seluruh tubuh Yoga langsung bergetar saat merasakan sentuhan yang lembut itu. Ini ....Orang-orang di sekitar yang melihat adegan itu pun terpesona dan iri. Winola adalah wanita yang terkenal kecantikannya di dunia kultivator kuno, malah diam-diam menaruh hati pada seorang pria dari dunia bela diri kuno.Beberapa saat kemudian, Winola melepaskan ciumannya dari Yoga dengan wajah yang memerah. Dia menatap Yoga dengan ekspresi tulus dan berkata dengan nada lembut, "Setelah berpisah, kita mungkin nggak akan bertemu lagi dan pertunangan kita juga m
Winola sudah menduga perjalanan mereka pasti akan menghadapi hambatan di sini. Bagaimanapun juga, semua penjaga gerbang ini adalah orang yang hanya mementingkan keuntungan saja. Sekarang dia membawa orang baru untuk kembali, para penjaga ini pasti akan mempersulitnya.Melihat isi dari bungkusan yang diberikan Winola, pemimpin itu akhirnya tersenyum dengan puas."Baiklah, silakan lewat," kata pemimpin itu sambil memberikan isyarat dengan menganggukkan kepala.Winola menghela napas lega, lalu menatap Yoga dan berkata, "Ayo pergi."Yoga pun merespons dan bersiap untuk pergi.Namun, ada seseorang tiba-tiba mendekat dengan terburu-buru dan berbisik di telinga pemimpin itu.Setelah itu, pemimpin itu kembali mengalihkan pandangannya ke arah Yoga. Dia tertegun sejenak, lalu matanya langsung membelalak."Berhenti!" teriak pemimpin itu dengan marah."Apa?" tanya Winola dengan terkejut dan secara refleks menatap pemimpin itu.Semua anggota Keluarga Bramasta pun langsung waspada, mengira akan terj
Perasaan senang terpancar jelas di wajah Winola. Dia menatap Yoga dengan sangat bersemangat, lalu menganggukkan kepala. Dia segera mulai bersiap-siap dan membawa Yoga serta para bawahan dari Keluarga Bramasta di dunia bela diri kuno untuk berangkat.Berita tentang Keluarga Bramasta yang mengundang Bimo segera menyebar sampai ke telinga Sutrisno dan membuatnya merasa sangat iri. Dia segera menelepon Yoga dan bahkan menawarkan diri untuk ikut bergabung dalam perjalanan itu. Setelah Bimo bertamu ke rumah Keluarga Bramasta di dunia kultivator kuno, dia akan mengundang Bimo bertamu ke rumah Keluarga Salim juga.Lagi pula, sudah bertamu ke satu keluarga, Yoga merasa tidak ada salahnya untuk bertamu ke satu keluarga lagi. Ini adalah kesempatan untuk menjalin hubungan dengan Keluarga Salim juga, mungkin saja kelak mereka bisa bekerja sama untuk melawan Keluarga Husin dan Keluarga Kusuma. Dia pun setuju untuk bertamu, tetapi tidak bisa pulang bersama karena dia tidak ingin menambah masalahnya.
Bimo menegaskan, "Aku nggak akan pergi. Aku sudah lama berada di dunia bela diri kuno. Menurutmu, untuk apa aku di sini? Untuk meraih ambisi besar?""Kalau bukan itu, untuk apa lagi?" tanya Yoga.Bimo membalas, "Dunia kultivator kuno jauh lebih mengerikan daripada yang bisa kamu bayangkan. Ada banyak keberadaan di sana yang bahkan aku sendiri nggak berani hadapi. Sebaiknya kamu lupakan saja.""Tapi, aku punya alasan yang sangat penting untuk pergi ke sana!" ucap Yoga.Bimo menimpali, "Tapi, aku nggak mau pergi. Aku masih mau hidup. Seingatku, masih ada banyak pihak yang mau membunuhku di dunia kultivator kuno!"Yoga segera membalas, "Kalau begitu ... gimana kalau aku bantu membentuk kembali tubuhmu?"Bimo terdiam sejenak karena terkejut. Dia tidak menyangka Yoga akan menawarkan hal ini. Ini benar-benar di luar dugaannya. Setelah berpikir sesaat, dia akhirnya menjawab, "Oke!"Yoga berucap, "Kalau begitu, katakan saja gimana caranya. Aku akan segera mempersiapkannya!"Bimo memberi tahu,
Selama ada sedikit saja tanda kehamilan, Yoga pasti bisa merasakannya lewat denyut nadi."Kamu!" Winola membelalakkan mata dan menatap Yoga dengan penuh keterkejutan. Orang ini benar-benar tidak bisa diluluhkan. Dia pikir Yoga akan menyatakan perasaannya, tetapi ternyata dia hanya memeriksa denyut nadi."Pergi sana!" Winola merasa malu dan marah. Dia langsung menarik tangannya dan berbalik untuk pergi. Dia tidak ingin berbicara lagi dengan Yoga.Yoga segera mengejarnya dan berucap dengan cemas, "Eh, tunggu sebentar! Aku masih punya hal penting yang mau dibicarakan!"Winola langsung menolak, tanpa memberi ruang untuk diskusi, "Aku nggak mau dengar!"Yoga jadi bingung. Apakah dia mengatakan sesuatu yang salah? Kenapa orang ini selalu berpikir terlalu jauh?Meski begitu, Yoga tetap mengikuti Winola sampai ke tepi sebuah danau buatan. Winola berdiri diam di atas sebuah platform dan memandang permukaan air yang tenang. Perlahan-lahan, suasana hatinya mulai tenang kembali. Namun ....Yoga co
Ayu menatap Yoga. Dia tetap merasa khawatir meskipun sudah menyetujuinya. Di dalam hati, dia terus berdoa agar Bimo dapat membantu dan melindungi Yoga.Setelah itu, Yoga mulai berpamitan dengan orang-orang terdekatnya, termasuk Lili dan lainnya. Setelah semua ini selesai, Yoga merasa tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Dia pun mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kultivator kuno.Langkah pertama Yoga adalah menemui Winola. Saat itu, Winola sedang berbicara di telepon dengan raut wajah serius, bahkan terlihat marah. Setelah menutup telepon, dia terdiam cukup lama dan terjebak dalam pikirannya.Melihat itu, Yoga bertanya dengan penasaran, "Ada apa?"Winola membalas dengan kesal, "Mereka benar-benar keterlaluan. Mereka suruh aku mengundang Tuan Bimo pergi ke dunia kultivator kuno. Kalau aku gagal, mereka akan memaksaku nikah sama orang lain!""Nikah sama siapa?" tanya Yoga dengan santai.Winola meliriknya sekilas, lalu berucap dingin, "Kamu nggak kenal, jadi nggak ada gunanya aku
Wenny menjelaskan dengan tegas, "Kita punya ikatan pertunangan. Kalau bukan karena Kakek, kamu pikir aku akan datang?"Yoga bertanya dengan alis terangkat, "Jadi, ini ide Pak Dirga?"Wenny menjawab dengan nada dingin, "Ya. Kamu punya banyak jasa untuk Daruna, disebut pahlawan pun nggak berlebihan. Aku cuma merasa kasihan padamu, makanya setuju."Wenny menyilangkan tangan di depan dada dengan ekspresi sombong. Sepertinya dia telah melakukan banyak pertimbangan hingga akhirnya mau menerima keputusan ini. Hanya saja, kalau pria ini benar-benar keras kepala dan tidak terpengaruh, itu akan menjadi penghinaan besar baginya.Yoga membalas, "Sudahlah, kalian pergi saja. Aku pasti akan kembali kok.""Kamu!" Hilda dan Wenny benar-benar terkejut mendengar jawabannya. Mereka tidak menyangka akan benar-benar ... ditolak. Yoga sungguh membuat mereka merasa terpukul.Wenny pun berseru, "Lihat saja, kamu akan menyesal nanti!"Hilda menoleh dengan cepat, lalu bertanya dengan penuh harap, "Kalau dia per