Tangan pria itu putih dan ramping, meluncur perlahan di sepanjang pergelangan tangan Janice dan meremas jari-jarinya. Dengan sedikit kekuatan, dia menarik Janice ke pelukannya.Janice pun tertegun dan perlahan-lahan menatap ke atas. Wajah pria itu begitu dekat dengannya, bahkan menunduk dan menatapnya lekat-lekat. Siapa lagi kalau bukan Jason?Mata Jason gelap seperti langit malam, menakutkan tetapi menarik. Di bawah tatapannya, jantung Janice berdetak kencang. Di samping telinganya, terdengar suara lembut putrinya."Mama, kenapa aku dipanggil Vega?""Karena matamu indah seperti bintang di langit malam."Seperti ayahmu. Dalam keheningan yang panjang, pandangan Janice mulai kabur. Dia tidak ingin orang lain melihat kelemahannya sehingga buru-buru mengalihkan pandangan dari Jason dan menunduk.Seketika, sebuah jaket pria diletakkan di kepala Janice dan menutupi sebagian besar wajahnya. Aura Jason yang tenang menyelimuti dirinya, membuatnya merasa hangat.Sementara itu, mata Janice dipenu
"Halo, Bu Janice. Aku dari kepolisian. Kami sudah di bangsalmu. Kamu di mana?" Suara di ujung telepon terdengar rendah dan tidak sabar.Janice tahu sekarang sudah larut malam. Pasti polisi merasa kesal karena tidak bisa menemukan dirinya."Maaf, aku akan balik sekarang.""Cepat sedikit."Setelah mengakhiri panggilan, Janice mengambil kesempatan untuk mendorong Jason sekaligus mengembalikan jaketnya."Paman, aku pergi dulu." Janice tidak berani menatapnya, langsung berbalik dan berlari.Jason memandangnya pergi begitu saja. Ponselnya di saku bergetar. Dia melirik pesan itu dan matanya sedikit menggelap. Kemudian, dia juga meninggalkan tangga itu.....Janice membuka pintu, mengira akan melihat polisi yang menunggunya. Namun, selain polisi, dia melihat juga melihat Caitlin yang duduk di kursi roda dengan tangan dan kaki dibalut perban.Caitlin tampak terluka parah, tetapi wajahnya merah merona dan matanya tidak menunjukkan rasa sakit sedikit pun. Sebaliknya, dia terlihat puas.Janice ter
Janice melirik orang-orang di depannya dengan dingin. Pada akhirnya, matanya tertuju pada seorang polisi paruh baya di depannya. "Kamu pasti paman Caitlin, 'kan?""Aku sedang menjalankan tugas dengan adil dan benar. Kuharap kamu bisa mengerti." Polisi itu tidak langsung menjawab pertanyaan Janice. Dia berdiri tegak, seolah-olah menunjukkan sikap yang sangat tegas. Namun, tatapannya yang secara tidak sengaja melirik Caitlin telah membocorkan niatnya.Janice tertawa ringan. "Maaf, tapi aku nggak setuju dengan cara penegakan hukummu. Aku baru saja melaporkan kejadian ini, tapi Caitlin sudah mendapat seluruh laporan cedera, sementara laporanku masih ada dua yang belum keluar.""Caitlin sepertinya bisa meramal ya. Selain itu, polisi nggak pernah memintaku untuk memberi keterangan. Sejak kapan pelapor yang melapor malah menjadi dasar keterangan dari korban?""Mengenai laporan mental, aku selalu mengikuti pengobatan yang disarankan. Menurut kondisi medis dalam sistem kesehatan saat ini, aku s
Caitlin segera menutup mulutnya setelah berbicara.Polisi memelototinya, lalu berbalik dan tersenyum kepada Janice sambil menjulurkan tangan. "Bu Janice, kalau memang ada bukti, seharusnya kamu menunjukkan lebih awal. Biar kulihat."Janice menghindari tangan polisi itu. "Posisimu kurang tepat untuk menangani kasusku. Aku minta orang lain yang menangani. Kalau nggak, aku akan mengunggah bukti ini ke internet dan membiarkan para netizen menilai.""Kamu ...." Polisi itu menarik napas dalam-dalam dan akhirnya mundur selangkah. Kemudian, dia menunjuk seorang polisi muda. "Kamu yang tangani saja."Polisi muda itu segera maju. Janice meminta agar dia menyalakan alat perekam dan membuka ponselnya."Komputer dan ponselku terhubung. Begitu kode sandi dimasukkan, kamera di komputer otomatis aktif dan mengirimkan gambar ke ponselku."Sejak Vania mencuri desainnya, Janice sudah mencari banyak cara di internet. Ini adalah cara terbaik yang bisa dia pikirkan.Jadi, ketika Caitlin hampir menghancurkan
Arya menunduk dan memutar pemantik api di tangannya. Kemudian, dia menghela napas ringan dan berkata, "Bukan salah dia. Dia juga nggak nyangka bukti yang dianggap tak terbantahkan malah nggak ada apa-apanya bagi Keluarga Riyadi.""Kalaupun Caitlin ditangkap, Keluarga Riyadi nggak bakal goyah sedikit pun. Sebaliknya, balas dendam untuknya baru saja dimulai. Belum lagi, ayahmy yang nggak akan melepaskannya begitu saja."Jason mengisap rokoknya tanpa berkata apa-apa.Arya mengernyit dan meneruskan, "Kamu benaran mau membiarkannya begitu saja? Aku tahu kamu ingin memanfaatkan ayah Caitlin untuk menyelesaikan masalah tambang, tapi itu melibatkan nyawa manusia. Kolusi antara pejabat dan pebisnis benar-benar ...."Arya adalah seorang dokter, jadi tentu bisa merasa kasihan. Di satu sisi adalah sahabatnya. Di sisi lain adalah nyawa manusia yang hilang akibat kecelakaan. Dia merasa sangat tidak nyaman dengan situasi ini.Tambang milik Anwar sangat menguntungkan, tetapi kekuasaan sebenarnya tidak
Di belakangnya, terdengar tawa ringan Jason. Janice mengatupkan bibirnya dan terus memejamkan matanya.Jason memeluk Janice dari balik selimut dan membenamkan wajahnya di leher. Napas panas itu membuat Janice menarik selimut dengan erat."Tidur saja."Ketahuan. Namun, Janice tidak berani menunjukkan apa-apa dan hanya bisa terus berpura-pura. Dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi Jason jika membuka matanya.Tanpa disadari, Janice pun tertidur. Ketika terbangun, Ivy tampak masuk dengan membawa sarapan dan berseru, "Karma sudah bekerja!"Janice tidak terlalu peduli. Dia membuka kotak sarapan dan menyuap satu sendok bubur putih ke mulutnya karena dia memang sangat lapar.Setelah menelan bubur, Janice baru bertanya, "Siapa yang kena karma?"Pertanyaan itu langsung membuat Ivy bersemangat. Dia menunjuk video di ponselnya dan berkata, "Tadi pagi ada orang yang memposting video Caitlin memukuli satpam di bar. Sikapnya yang sombong itu sama sekali nggak menganggap satpam sebagai
Di rumah Keluarga Tanaka, Vania mondar-mandir dengan gelisah di ruang tamu. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Itu adalah panggilan video dari Caitlin.Setelah ragu-ragu sejenak, Vania akhirnya menerimanya. Di layar, Caitlin terlihat kotor dan berantakan. Sambil berkemudi, dia mendekatkan ponselnya ke wajahnya. Matanya yang merah membuat Vania mundur ketakutan."Vania, orang tuaku ingin mengirimku ke luar negeri. Tolong bantu aku minta tolong pada Pak Jason! Kumohon!"Ternyata Caitlin ingin meminta bantuannya. Vania duduk dengan tegak sambil mengangkat lehernya sedikit. Tidak ada lagi sikap menyanjung seperti sebelumnya."Caitlin, maaf. Aku nggak bisa berbuat banyak di situasi seperti ini, apalagi keluargamu sudah jatuh.""Apa maksudmu? Dulu aku yang membantumu mendapat kehormatan di depan Pak Anwar. Sekarang kamu mau mencampakkanku begitu saja? Apalagi, kali ini aku menculik Janice karena kamu!" pekik Caitlin dengan suara bergetar.Kini, Keluarga Riyadi sudah hancur. Vania takut terseret
Ketika Janice masih larut dalam pikirannya, Ivy membantunya mengangkat tas."Janice, kamu mau berpamitan dengan Arya nggak? Dia merawatmu dengan sangat baik selama beberapa hari ini.""Ya." Janice memakai jaketnya, lalu menuju ruang dokter."Dokter Arya, aku ...." Ketika pintu dibuka, terlihat seorang pria yang memakai topi kartun dan jas putih sedang duduk di depan Arya.Ketika mendengar suara, pria itu menoleh. Tatapannya yang dingin dan tajam seperti ular berbisa tertuju pada Janice. Bahkan, dia menyunggingkan sedikit senyuman.Kedua kaki Janice seolah-olah terpaku di lantai. Dia bahkan merasa gerakannya saat membuka pintu menjadi kaku.Azka menyelipkan kedua tangannya ke dalam saku jas, lalu mengangkat alisnya. "Kamu kenal aku?"Kalimat dan nada bicara yang sama. Namun, perbedaannya adalah saat itu Azka sedang memegang selang air dan hendak membunuhnya.Janice menggenggam gagang pintu dengan erat, lalu segera mengalihkan pikirannya. Matanya mengamati kedua pria itu untuk sesaat, la
Setelah Janice mengenakan gaunnya, Naura dan penata riasnya langsung terpukau."Gaun ini terlihat biasa saja, tapi kenapa terlihat begitu bagus saat kamu pakai?" kata Naura.Jika Naura tidak membantu Janice mengenakan gaun itu, dia juga tidak akan percaya itu adalah gaun yang tadi dibawanya. Gaun berwarna ungu pucat dan tanpa lengan ini terlihat agak kusam saat dipegangnya, tetapi gaun itu terlihat sempurna saat dipakai Janice seolah-olah gaun itu memang khusus dibuat untuk Janice. Setiap kali Janice melangkah, gaun itu juga akan memancarkan cahaya.Penata rias yang terkejut pun berkata, "Benar-benar berubah."Pipi Janice langsung memerah karena merasa malu.Naura segera memapah Janice dan berkata, "Ayo cepat, jangan buat semua orang menunggu lama."Setelah mengiakan, Janice pun perlahan-lahan berjalan keluar dari ruang rias itu. Restoran ini hanya memiliki satu ruang rias di lantai ini, sehingga dia harus berjalan melewati koridor untuk sampai ke ruangan pribadi yang sudah dipesannya.
Mendengar pertanyaan itu, Ivy yang sedang membantu Janice untuk menutup kopernya pun tangannya terjepit. "Ah! Sakit sekali."Jari-jari Ivy memerah dan ekspresinya juga terlihat sangat muram.Janice segera mengambil kantong es dari kulkas untuk mengompres tangan Ivy. "Ibu, kenapa kamu begitu nggak fokus?""Nggak apa-apa. Mungkin maksudnya adalah rekan kerja kita lainnya yang sudah lama nggak bekerja lagi. Kamu juga tahu pekerjaan kita ini bergantung pada penampilan, jadi kantor pusat mengirim gadis muda yang cantik. Kita juga nggak bisa apa-apa," jawab Ivy sambil menekan kantong es dan menundukkan kepala, sehingga ekspresinya tidak jelas.Janice juga tidak begitu memperhatikan, hanya membungkuk dan hendak mengangkat kopernya.Ivy langsung terkejut. "Jangan bergerak. Kandunganmu masih belum tiga bulan, mengangkat barang berat seperti ini bisa berbahaya.""Ini nggak berat," jelas Janice."Nggak boleh, biar aku saja yang angkat," balas Ivy, lalu merebut koper dari tangan Janice dan membawa
"Benar juga," kata Ivy yang tidak bersikeras lagi, lalu meletakkan kartu bank dan sertifikat rumah itu kembali ke dalam brankasnya.Janice lanjut mengemas barangnya, tetapi Ivy malah merebut pakaian yang ada di tangan Janice. "Kamu duduk di samping saja. Lihat saja pakaian yang kamu lipat ini, berantakan sekali. Biar aku saja yang rapikan.""Baiklah," jawab Janice yang tahu Ivy sebenarnya tidak ingin berpisah dengannya. Mengingat mereka tidak akan bisa bertemu lagi dalam waktu yang cukup lama, dia pun tidak menolaknya. Dia duduk di sofa dan menyerahkan pakaiannya pada Ivy.Tepat pada saat itu, ponsel Janice berdering. Melihat telepon itu ternyata dari Yuri, dia segera mengangkatnya. "Yuri, kamu baik-baik saja?""Kak, aku baik-baik saja, Pak Jason yang menyelamatkanku. Dia bahkan mengatur sekolah baru untukku," jawab Yuri dengan semangat."Menyelamatkanmu?" tanya Janice dengan bingung. Bukankah Jason sengaja membawa pergi Yuri?Yuri menjelaskan, "Setelah aku turun dari atap saat itu, ak
Janice dan Landon pun memutuskan untuk tetap bertunangan sesuai dengan rencana mereka sebelumnya. Begitu kabarnya tersebar, Ivy langsung datang menemui Janice sambil membawa sebuah brankas.Saat ini, perusahaan layanan rumah baru saja selesai merapikan rumah Janice. Sekarang dia sedang menyortir barang-barang yang tidak diperlukan untuk dibuang dan sisanya langsung dimasukkan ke koper.Untuk menghindari masalah yang tidak diinginkan, Janice dan Landon memutuskan untuk pergi ke Kota Heco dan menjalani prosedurnya setelah bertunangan. Dia ingin seluruh anggota Keluarga Karim tahu dia sudah menjadi bagian dari Keluarga Luthan, lalu mereka pergi ke luar negeri. Kepergian mereka ini mungkin akan memakan waktu bertahun-tahun.Saat masuk dan melihat koper yang ada di lantai, Ivy terdiam cukup lama. Setelah berkedip beberapa kali, dia akhirnya berhasil menahan air matanya. "Jadi, kamu benar-benar akan meninggalkanku?""Ibu, kita bukan berpisah selamanya. Bukannya dulu kamu malah berharap aku b
"Kamu tahu kamu sudah tidur berapa lama? Aku hampir saja mengira kamu sudah tiada, aku sampai berkali-kali pergi memeriksa napasmu," kata Naura."Hanya sedikit lelah," jawab Janice dengan lemah.Melihat wajah Janice yang agak pucat, Naura segera membantu Janice untuk duduk dan menyajikan semangkuk sup. "Aku terus menghangatkan sup ini di atas kompor agar kamu bisa meminumnya saat kamu bangun. Ayo coba."Setelah meminum seteguk supnya, seluruh tubuh Janice langsung terasa hangat. Tak lama kemudian, semangkuk penuh supnya sudah habis diminum. Setelah makan sepiring nasi dan beberapa potong iga yang kembali disajikan Naura, dia baru merasa lebih baik.Saat bangkit dan hendak membantu Naura membereskan piring, tas yang digantung Janice di belakang kursi tiba-tiba jatuh dan sebuah kotak berguling keluar. Itu adalah kotak yang diberikan Jason saat mengantarnya pulang dan menyuruhnya hari ini baru membukanya. Dia memungut kotak itu dengan curiga, lalu perlahan-lahan membukanya dan terlihat se
Jason berkata dengan tenang, "Sehari sebelum Elaine menjebak Ivy, Landon berhasil melamar Janice. Landon masih belum memberi tahu orang lain tentang hal ini, hanya keluarga saja."Rachel pun cemberut. "Bibi Elaine juga keluargaku."Jason berkata dengan dingin, "Alasannya cukup masuk akal, tapi kamu nggak cocok melakukan hal seperti ini."Setelah terdiam sejenak, Rachel menundukkan kepala dan berkata, "Mana Bibi Elaine?"Jason berdiri dan menjawab, "Tenang saja, kalian akan segera bertemu."Mendengar perkataan itu, Rachel menatap Jason dengan bingung.....Beberapa jam sebelumnya.Melihat popularitas siaran langsung putra Fenny, Elaine merasa sangat senang. Dia yakin Ivy pasti dalam masalah dan Jason juga pasti akan menyesal. Namun, saat dia membuka pintu, asap yang memenuhi udara membuatnya langsung waspada. "Siapa itu? Berani-beraninya merokok di kantorku."Kursi di depan meja Elaine pun perlahan-lahan berputar dan terlihat wajah Jason dengan ekspresi yang tajam dan berbahaya. Dia ber
Oleh karena itu, seluruh pihak kepolisian langsung memverifikasi semua bukti itu secepat mungkin. Saat petang, pernyataan resmi sudah dirilis di internet. Dalam sekejap, para netizen yang merasa ditipu pun langsung marah.[ Bocah yang baru berusia 15 tahun ternyata sudah punya target kecil di luar negeri, kita malah disuruh donasi untuk pengobatannya. Bagaimana kalau kasurnya itu kasih aku dulu. ][ Hari ini ada influencer yang bilang pencahayaan di siaran langsungnya sangat profesional, jelas ada tim di baliknya. Mana seperti anak yatim. ][ Rasa iri memang bisa buat orang berubah, sungguh mengerikan. Karena iri dengan kehidupan Pak Zachary dan Nyonya Ivy, jadi mati pun mau menghancurkan orang lain. ]Janice hanya membaca beberapa komentar saja. Saat melihat kata target kecil, dia langsung menyadari semuanya sesuai dengan perkataan Zachary. Karena takut dilacak, Elaine mengirim semua uangnya ke rekening Fenny untuk memutuskan hubungan mereka.Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara t
Melihat situasinya tidak beres, Naura segera menarik Janice untuk duduk. Dia berkata pada polisi sambil tersenyum dengan canggung, "Maaf. Dia terlalu khawatir dengan kondisi ibunya, jadi agak emosional."Setelah polisi itu memberi isyarat bisa memaklumi reaksi Naura, Zachary kembali berkata, "Orang yang mengumpulkan uang ilegal itu sebenarnya Fenny. Nggak ada aset atas namanya, tapi semuanya sudah dialihkan ke nama putranya. Dia bahkan sudah menyiapkan operasi transplantasi sumsum tulang untuk putranya, putranya juga tahu semuanya. Pengacaraku sudah menyerahkan semua buktinya.""Selain itu, putranya memanfaatkan usianya yang masih muda pun berbicara sembarangan di internet dan mencari simpati orang lain. Dia bahkan melakukan penipuan donasi dan sekarang jumlahnya sudah mencapai dua miliaran. Aku ingin putranya Fenny untuk minta maaf kepada publik di siaran langsungnya."Setelah mengatakan itu, Zachary membuka dokumen buktinya. Terlihat seorang pemuda bisa memiliki rekening bank luar ne
Di antara orang-orang yang bersimpati pada pemuda itu, sebagian besar berasal dari Kota Pakisa. Kabar menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut, sehingga kini kerumunan orang mulai berdatangan ke kantor polisi untuk menuntut penjelasan. Melihat tatapan mereka sangat mengerikan, Naura melindungi Janice saat masuk ke kantor polisi.Saat melihat Zachary yang sudah menunggu bersama asistennya, Janice segera maju dan bertanya, "Paman, bagaimana keadaan ibuku?""Ibumu baik-baik saja, tapi Fenny tiba-tiba mulai menyakiti dirinya sendiri. Kabar itu sudah tersebar keluar, jadi publik sangat marah," jelas Zachary."Paman, tolong selidiki putranya Fenny. Aku curiga ada yang sengaja membantunya membangun citra ini," kata Janice."Ini ...." Mendengar perkataan Janice, Zachary menggigit bibirnya dan tidak langsung menjawab.Pada akhirnya, asistennya Zachary berkata dengan tidak berdaya, "Nona Janice, Pak Zachary sudah diskors perusahaan dan semua dananya juga sudah dibekukan Keluarga Karim.""Ini ..