Share

Bab 282

Author: Danira Widia
Beberapa saat kemudian, di luar ruang perawatan.

Anwar dan Jason berjalan keluar. Ayah dan anak itu masing-masing berjalan di satu sisi dengan memancarkan aura yang menakutkan. Anwar berdiri dengan tangan di belakang punggung dan bertanya dengan suara tenang, "Semalam sama Vania?"

"Ya," jawab Jason singkat.

Anwar mengangguk. "Kamu juga sudah nggak muda lagi. Saatnya menetapkan hati, memang sudah seharusnya berkeluarga dan membangun masa depan. Kalau Vania bisa menyelesaikan masalah tambang, jangan terlalu keras sama Keluarga Tanaka."

"Ya."

"Baiklah, nggak usah antar lagi. Temani saja Vania, jangan sampai fokusmu terbagi." Anwar tidak banyak bicara. Namun, setiap katanya mengandung makna yang dalam dan dia tahu Jason memahaminya.

Begitu pintu lift tertutup, Norman keluar dari pintu samping. "Tuan Jason, kepala pelayan memang sudah periksa rekaman CCTV di jalan kemarin."

"Yoshua."

Jason berjalan ke jendela dan menyalakan sebatang rokok. Alisnya yang setengah tertutup tampak kabur di bali
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 283

    "Sekitar setengah jam lagi aku sampai di rumah," balas Janice.Dia yakin paket itu adalah ponselnya yang sudah selesai diperbaiki. Sebelumnya, dia sempat memberikan uang tambahan kepada pemilik toko servis agar ponselnya diperbaiki lebih cepat, karena dia tidak ingin ada penundaan.Kurir menjawab, "Baik, saya akan mengantarkan barangnya dalam waktu setengah jam."Begitu telepon ditutup, Janice segera memesan taksi untuk pulang.Sesampainya di apartemen, dia bertemu dengan kurir di lobi. Setelah menandatangani penerimaan, dia langsung naik ke atas dan membuka paket tersebut.Saat ponsel mulai menyala, rasa gugup tiba-tiba menyelimuti dirinya. Dia harus memastikan segalanya.Namun, ketika membuka galeri foto di ponselnya, dia tiba-tiba terdiam dan tubuhnya kaku di tempat. Pandangan matanya menjadi kosong seolah kehilangan fokus dan segalanya di sekitarnya terasa kabur.Brak!Ponsel itu terjatuh ke lantai dengan keras. Janice ikut terduduk lemas di lantai dan terdiam selama beberapa detik

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 284

    Janice belum pernah pergi ke bar sebelumnya. Agar tidak terlihat mencolok, dia sengaja belajar cara membuat riasan smokey eyes dari internet dan membeli pakaian ala gadis bar yang paling umum.Atasan berkerah tinggi dan rok lipat mini berpinggang rendah. Menurut internet, itu adalah gaya paling laris dan umum untuk gadis bar. Dengan penampilan seperti ini, dia tidak akan terlalu mencolok dan juga sulit dikenali.Setelah sedikit menyesuaikan penampilannya, Janice memanggil taksi dan menuju ke bar.Namun, begitu tiba di tempat tujuan, dia langsung menarik perhatian semua orang di sekitarnya begitu keluar dari mobil.Janice agak bingung. Reaksi pertamanya adalah, "Apakah aku salah kostum?" Konon, orang-orang yang datang ke bar biasanya sangat modis. Jangan-jangan penampilannya terlalu biasa?Namun, saat dia berjalan menuju pintu bar, sepanjang jalan terdengar siulan dari orang-orang, membuatnya sadar apa arti tatapan mereka.Janice teringat panduan daring tentang kunjungan pertama ke bar.

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 285

    Suara siulan dan sorak-sorai dari penonton di bawah panggung terus bergema.Diiringi musik yang semakin menggema, wanita itu melangkah perlahan ke arah seorang pria di bawah panggung. Akhirnya, dia melepaskan topengnya dan jatuh ke dalam pelukan pria tersebut.Karena kerumunan terlalu ramai, Janice tidak bisa melihat jelas wajah pria dan wanita itu. Namun, saat pria tersebut merangkul wanita itu, cahaya panggung kebetulan menyinari pergelangan tangannya dan memperlihatkan jam tangan yang dikenakannya.AC.Huruf yang dirangkai dari berlian kecil-kecil itu bersinar dengan mencolok. Janice langsung mengenalinya.Arya! Berarti wanita itu pasti Caitlin!Janice tidak menyangka bahwa Caitlin, seorang putri dari keluarga terpandang, akan menari di atas panggung hanya untuk menyenangkan seorang pria. Dia menyimpan kembali ponselnya, membawa gelas minuman, lalu mendekati area tempat duduk Arya dan rombongannya.Sebagai pemilik bar, Arya tentu mendapatkan posisi terbaik. Dari tempatnya bisa melih

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 286

    Arya membuka sebuah pintu di ujung terdalam koridor. Di balik pintu itu terdapat sebuah taman kecil di tengah bangunan yang terhubung dengan kantor pemilik bar.Taman itu memiliki desain yang sangat berbeda dari gaya futuristik bar utama. Setiap pohon dan elemen dekorasi tampak dirancang dengan detail sehingga menciptakan suasana yang unik. Sama seperti kehidupan Arya yang memiliki dua sisi, tidak ada hubungannya satu sama lain.Arya tampak terburu-buru, sehingga sama sekali tidak menyadari kehadiran Janice yang mengikutinya diam-diam.Janice menyelinap masuk ke taman kecil itu dan bersembunyi di balik sebuah batu buatan. Dia baru berani mengintip setelah merasa aman. Saat itu, Vania berdiri di bawah pohon, sepertinya sudah menunggu cukup lama.Arya melangkah mendekat dan mencoba menggenggam tangannya, tetapi Vania menepis dan menghindar. "Kamu masih berani datang? Bukannya sibuk nyuapin pacarmu?"Vania berbalik hendak pergi, tetapi Arya menarik dan melingkarkan tangan di pinggangnya.

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 287

    Saat itu, klien yang duduk di seberang Jason mengangkat gelasnya sambil tertawa. "Pak Jason, kamu benar-benar terlalu sungkan. Baru saja aku turun dari pesawat, kamu sudah menyambutku dengan begitu meriah.""Sudah seharusnya. Silakan." Jason menekan puntung rokok di asbak, membuat gerakan mempersilakan dengan ekspresi dingin.Mendengar hal itu, tubuh Janice sedikit gemetar. Dia langsung menyadari tujuan para wanita ini adalah untuk menemani minum atau mungkin lebih dari itu.Wajahnya semakin pucat. Dia tidak percaya Jason tidak mengenalinya. Namun, dia tetap berpura-pura tidak melihat, bahkan membiarkan kliennya memilih terlebih dahulu.Klien itu meletakkan gelasnya dan berdiri perlahan, pandangannya menyapu barisan wanita di depannya. Akhirnya, tatapannya berhenti pada Janice.Napas Janice tersendat. Dia menggigit bibir dengan keras, tangannya mengepal erat tanpa sadar. Meski panik, dia berusaha keras menyembunyikannya. Jika klien itu berani mendekatinya, dia sudah bersiap untuk melup

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 288

    Janice terperangkap di atas paha Jason, sementara tangan besarnya mencengkeram pinggang Janice dengan erat dan menyentuh kulitnya yang terekspos oleh atasan pendek yang dia kenakan.Jari-jarinya yang hangat bergerak dengan tekanan yang keras dan membuat area di pinggang Janice memerah dengan cepat."Pakai baju begini? Nggak takut kedinginan, ya?" ucap Jason dengan nada yang seolah-olah mencela.Janice menahan napas, tubuhnya meronta sambil berbisik dengan nada kesal, "Bukan urusanmu. Lepaskan aku."Mengingat bagaimana Jason sengaja membiarkannya berada dalam situasi berbahaya sebelumnya, kemarahan langsung menyala di mata Janicee.Jason menyeringai tipis. Satu tangannya yang lain meraih tinju Janice, membuka telapak tangannya, dan memperhatikan bekas merah yang ditinggalkan oleh kuku-kukunya "Kalau aku nggak mengurusmu, lain kali mungkin kamu akan cakar aku," gumamnya sambil mencubit lembut telapak tangan Janice."Kamu ... jadi Paman menganggap ini semua lucu? Apa lagi kali ini? Mau me

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 289

    Rasa pedas dari minuman keras itu belum sepenuhnya melewati tenggorokan Janice ketika tangan Jason menariknya lebih dekat dan membuat tubuhnya terjerat dalam pelukan Jason.Tangan Janice yang baru saja terangkat, diarahkan melingkar di lehernya. Sementara itu, bibir Jason menyambar bibirnya dengan agresif dan menuntut semua minuman keras yang baru saja dia teguk.Meskipun alkohol itu sudah habis, ciuman Jason tetap berlangsung dengan semakin mendalam dan mendominasi. Sampai ketika Janice hampir kehabisan napas, barulah dia melepaskannya.Dengan jari-jarinya, Jason menekan bibir Janice dan mencegahnya berbicara. Suaranya serak dan rendah ketika berkata, "Tuh, cukup hebat, bukan?"Janice yang tangannya masih melingkar di bahu Jason, mencubit bahunya dengan kuat dan memberi isyarat agar dia melepaskannya. Namun, Jason tampak tak terpengaruh. Dia menurunkan tangan Janice dan menggenggamnya di telapak tangannya, lalu mengelusnya dengan lembut.Janice mengutuknya dalam hati sebagai orang gil

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 290

    Caitlin dihentikan di depan pintu kantor Arya dan menimbulkan keributan di sekitarnya. Banyak orang yang mulai berkumpul untuk menikmati drama yang sedang berlangsung.Janice hanya melihat bayangan Jason melintas di depannya. Saat dia kembali fokus, Jason sudah berjalan menuju arah di mana Vania berada. Sambil berjalan, dia melirik Norman dan sepertinya sedang memberi instruksi.Norman yang terkenal memiliki kemampuan luar biasa, tentu diperintahkan untuk memastikan Vania tidak terluka.Melihat Jason pergi, Janice tidak lagi mampu bertahan. Dia terjatuh ke lantai dengan lemas. Sampai ketika keributan di depan kantor Arya semakin keras, dia menguatkan dirinya dengan mengusap wajahnya dan berdiri untuk melihat apa yang terjadi.Benar saja, di luar kantor Arya terdapat alarm pengaman. Begitu Caitlin mendekati pintu kantor, alarm itu berbunyi. Bukannya mundur, dia malah memutuskan untuk nekat masuk, tetapi langsung dihentikan oleh petugas keamanan."Suruh wanita jalang itu keluar! Berani-b

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 324

    Janice terpaku sejenak. Saat dia mencoba menutup pintu lagi, Jason sudah melangkah masuk ke kamar. Bunyi pintu tertutup membangunkannya dari keterkejutan. Dia segera berdiri di hadapan Jason dan mencoba menghalangi langkahnya."Aku cuma pesan kamar dengan tempat tidur biasa. Nggak ada tempat untukmu tidur," katanya dengan nada tegas."Bukan pertama kalinya kita tidur bersama," balas Jason dengan nada santai, sambil memindahkan tangan Janice dari jalannya dan berjalan ke dalam kamar.Wajah Janice langsung memanas. Tiba-tiba dia teringat pakaian yang masih berserakan di atas tempat tidur. Dia segera berlari ke tempat tidur dan dengan panik menutupi semuanya dengan selimut.Sambil menekan selimut dengan tangannya, dia menunjuk ke sekitar kamar. "Paman, kamu lihat sendiri, ini kamar standar, sederhana sekali. Sebaiknya kamu kembali saja. Bukankah ada kehangatan yang menunggumu?""Kehangatan?" Jason menyandarkan tubuhnya ke lemari TV, memasukkan kedua tangannya ke saku, dan menatap Janice d

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 323

    Janice langsung menjawab, "Borgol itu harus sepasang."Baru saja kata-katanya selesai, pemilik stan langsung paham maksudnya. Dia mengambil satu gelang capybara lagi dan memasangkannya di pergelangan tangan Jason."Lihat! Sepasang! Kalau kalian bergandengan tangan, itu jadi seperti borgol."Saat itulah Janice menyadari bahwa sejak selesai menembak tadi, Jason terus menggenggam tangannya. Dia mencoba menarik tangannya beberapa kali, tetapi cengkeraman Jason tetap tak tergoyahkan. Dengan nada kesal, dia berkata, "Kamu sengaja, ya?"Jason tidak membalas, hanya menggenggam tangannya erat dan berjalan pergi sambil berkata, "Benda ini jelek sekali."Jelek, tapi kamu tetap membujuk pemilik stan untuk memakaikannya. Gelang murah seharga belasan ribu itu kini terlihat aneh berdampingan dengan jam tangan Jason yang harganya setara sebuah mobil mewah.Janice menoleh ke belakang, mendapati bahwa pria-pria yang tadi mengikutinya sudah menghilang. Dia menatap Jason dengan penuh curiga. "Mereka itu s

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 322

    Melihat wajah Janice yang pucat, Amanda berusaha menenangkannya, "Istirahatlah lebih awal. Jangan terlalu mikirin apa yang terjadi hari ini."Namun, setelah kembali ke kamarnya, Janice tidak bisa tidur. Marco mengatakan bahwa dia telah "dijual".Siapa yang menjualnya?Lalu, ada Vania yang tampaknya tahu sesuatu ketika dia muncul. Namun, Vania terus bersama Jason sepanjang waktu. Yang paling membingungkan adalah potongan-potongan kenangan aneh yang muncul di pikirannya.Janice mencoba mengingat, tetapi dalam dua kehidupan yang diingatnya, tidak pernah ada memori seperti itu. Semakin dipikirkan, semakin rumit rasanya. Pada akhirnya, dia bahkan merasa lapar.Janice bangkit untuk mengambil menu di samping telepon dan membukanya. Semua harga makanan di hotel itu berjumlah puluhan juta ke atas.Meskipun Zachary telah memberinya kartu, Janice tahu dia harus mulai mengatur keuangannya untuk masa depan.Setelah berpikir sejenak, dia memutuskan untuk keluar. Dia pernah membaca bahwa jajanan mala

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 321

    Seorang polisi lain membuka tas yang ditemukan di samping Marco. Setelah melihat isinya, ekspresinya berubah serius.Dengan mengenakan sarung tangan, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam tas. Selembar kulit manusia yang telah diproses, tampaknya bagian punggung seseorang. Beberapa desainer yang melihatnya langsung merasa mual dan muntah di tempat.Polisi yang memimpin segera berdiri di depan para tamu untuk mencegah mereka mendekat dan berkata, "Jangan sebarkan kabar ini. Polisi akan meminta keterangan kalian nanti."Mendengar hal itu, ekspresi Vania menjadi tidak terkendali. Urat di pelipisnya terlihat menonjol dan dia mundur beberapa langkah dengan panik. Namun, gerak-geriknya itu tidak luput dari pengamatan polisi."Bu Vania, Anda juga perlu tinggal untuk dimintai keterangan.""Aku? Kenapa aku? Aku nggak tahu apa-apa ...." Vania belum selesai bicara saat tubuhnya menabrak seseorang.Ketika berbalik, dia melihat Jason. Matanya langsung dipenuhi rasa sedih dan tertekan. "Jason, aku cum

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 320

    Sebagian besar orang yang hadir di jamuan tersebut baru pertama kali melihat tes narkoba seperti ini, sehingga mereka memandang dengan rasa penasaran. Namun, hanya Vania yang tampak berbeda. Matanya memerah dan dia mulai menangis pelan."Pak, bisa nggak Anda kasih toleransi? Janice masih muda. Kalau masalah ini tersebar, reputasinya akan hancur," ujarnya dengan nada penuh belas kasihan.Polisi tetap menjaga ekspresi tegasnya. "Hukum adalah hukum, tidak seorang pun diizinkan untuk melanggarnya."Begitu mendengar hal itu, beberapa desainer yang sebelumnya berdiri di dekat Janice segera mundur karena takut ikut terseret.Janice mengangkat kepalanya memandang Vania dengan tenang, lalu berkata, "Bu Vania, hasilnya bahkan belum keluar. Kenapa kamu bisa yakin aku pasti bersalah? Kamu punya kemampuan meramal?"Vania sedikit terpaku, lalu buru-buru menghapus air matanya. "Aku cuma khawatir. Aku takut sesuatu terjadi padamu. Maafkan aku kalau aku terlalu ikut campur."Kerumunan mulai memandang J

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 319

    Tak ingin memprovokasi pelaku, polisi tidak menyebutkan langsung soal narkoba. Namun, semua orang di ruangan itu mengerti maksudnya.Mendengar itu, Amanda terkejut dan langsung menggeleng keras. "Nggak mungkin! Pasti ada kesalahan."Sebelum polisi sempat menjelaskan lebih jauh, sebuah suara tiba-tiba menyela, "Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?"Itu suara Vania.Begitu masuk, dia tampak terkejut melihat Amanda. "Bu Amanda, ternyata Anda juga di restoran ini. Eh? Di mana Janice? Ke mana dia?"Polisi yang mendengar bahwa ada orang yang tidak hadir langsung merasa khawatir. Mereka tahu bahwa pengguna barang terlarang sering bertindak di luar kendali, dan jika orang tersebut pergi, itu bisa membahayakan orang lain.Salah satu polisi segera bertanya dengan tegas, "Siapa lagi yang nggak ada di sini? Sekarang dia ada di mana? Kalau kalian nggak jujur, kalian akan dianggap melindungi pelaku dan itu adalah tindak pidana."Amanda mengerutkan alisnya dengan kesal dan melirik ke arah Vania.Vania b

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 318

    Janice terdiam, bingung dengan maksud Jason. Kata-katanya terdengar seperti sedang meminta pengakuan atau status hubungan. Namun, mana mungkin ada status seperti itu di antara mereka?Orang yang paling dicintai Jason adalah Vania, sedangkan Janice hanyalah alat yang dia gunakan. Bagi Jason, Janice adalah seseorang yang bisa dia korbankan kapan saja.Hati Janice terasa sesak. Dengan suara dingin, dia berkata, "Aku lupa, kamu adalah pamanku."Mendengar itu, mata Jason menyipit, emosinya bergolak seperti gelombang yang dalam. Akhirnya, dia kehilangan kesabaran. Dia menekan belakang kepala Janice dan kembali mencium bibirnya dengan kasar.Napas mereka bertaut dan dia sepenuhnya kehilangan kendali. Dia tidak memberi Janice sedikit pun ruang untuk melawan. Sampai Ketika Janice kehilangan seluruh tenaganya dan hanya bisa pasrah membiarkan Jason mengambil alih, suara lirih keluar dari tenggorokannya."Mm ...."Jason terengah-engah memeluk pinggang Janice erat-erat. Dengan suara serak, dia berk

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 317

    Melalui jaket yang menutupi tubuhnya, Janice mendengar suara pukulan yang menghantam tubuh, diikuti oleh suara tulang yang patah atau terpelintir.Klang! Pisau bedah jatuh ke lantai.Marco bahkan tidak sempat mengeluarkan suara sebelum tubuhnya ambruk ke lantai. Tali yang mengikat keempat anggota tubuh Janice segera dilepaskan. Tubuhnya yang lemas diangkat dalam pelukan seseorang.Saat tubuhnya digerakkan, jaket yang menutupi wajahnya melorot. Akhirnya, Janice melihat wajah pria yang memeluknya.Jason.Wajahnya sama seperti bayangan di pikirannya ... dingin tanpa ekspresi, tetapi mata itu penuh dengan amarah yang membara dan menyiratkan aura membunuh yang pekat.Dengan sisa kekuatannya, Janice perlahan mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Jason. Dia berkata dengan suara lemah, "Kamu datang menyelamatkanku ...."Sebelum kata-katanya selesai, tangannya jatuh lemas, dan dia pingsan.Jason merasakan sesuatu menyusup ke hatinya, tetapi auranya tetap dingin dan tajam. Dia menatap Marco

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 316

    Melihat Marco yang semakin mendekat, Janice berusaha keras untuk meronta. Namun, tubuhnya tetap tak dapat digerakkan. Bahkan ketika dia mencoba menjatuhkan dirinya dari kursi, tubuhnya tetap tak bergeser sedikit pun.Tanpa tergesa-gesa, Marco berhenti di depannya, lalu berjongkok. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh wajah serta punggung Janice dengan penuh kesadaran."Benar-benar kulit yang sempurna. Nggak heran hargamu jauh lebih mahal daripada yang lain. Tenang saja, aku akan berhati-hati."Kulit?Janice terkejut dan matanya membelalak. Dengan susah payah, dia membuka mulut dan tergagap, "Ku ... kulit apa? Ha ... harga apa?"Setelah mengatakan itu, rasanya dia telah menghabiskan seluruh tenaganya. Tubuhnya langsung terkulai di lantai, tak mampu bergerak lagi.Mendengar pertanyaannya, Marco sepertinya teringat sesuatu yang membuatnya semakin bersemangat. Tangannya bergerak dengan gelisah, sulit menahan kegembiraannya. Tiba-tiba, dia membungkuk lebih dekat ke Janice, dengan senyum yan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status