Malam semua ( ╹▽╹ ) Terima Kasih Kak Eny Rahayu, Kak Pengunjung1805, Kak Patricia Inge, Kak Nofriandi Mizlan, Kak Aday Wijaya, dan Kak Umi Nasution atas hadiah koinnya (. ❛ ᴗ ❛.) Terima Kasih Kak Ricky Wenas atas hadiah kopinya (. ❛ ᴗ ❛.) Terima Kasih juga kepada para pembaca yang telah mendukung novel ini dengan Gem (◍•ᴗ•◍) ini bab terakhir malam ini. selamat berlibur (◠‿・)—☆ Bab Bonus: 3/3 Bab (Komplit) Bab Reguler: 2/2 Bab (Komplit)
Tanpa ragu, Ryan mengeluarkan Pedang Suci Caliburn. "NAGA PEMBELAH LANGIT!"Raungan murka menggetarkan udara saat Ryan melancarkan serangannya. Aura naga darah berkobar di sekeliling pedang, menciptakan pemandangan mengerikan yang membuat Wendy mundur beberapa langkah.BOOM!Pedang Suci Caliburn menghantam Formasi Pelindung Kuno dengan dahsyat. Untuk pertama kalinya, riak-riak energi muncul di permukaan formasi yang tak kasat mata itu.Namun riak energi itu hanya bertahan sejenak. Alih-alih retak, formasi justru mulai berkilauan terang, memantulkan serangan Ryan dengan kekuatan berlipat ganda.Ryan yang sudah mengantisipasi ini segera melompat mundur. Rune kehidupan berpendar di telapak tangannya saat dia menangkis gelombang energi pantulan. Meski berhasil menetralkannya, Ryan bisa merasakan darah berdesir kencang dalam tubuhnya.'Formasi ini terlalu kuat,' pikir Ryan sambil menyarungkan kembali Pedang Suci Caliburn. Bahkan jurus pertama Pedang Pembelah Langit tidak mampu menggo
Melihat mural di depannya, Ryan bisa merasakan naga darah di tubuhnya bergerak. Seolah makhluk spiritual itu merespon sesuatu dari lukisan kuno tersebut. Geliat dan gejolaknya semakin kuat, membuat Ryan harus mengerahkan seluruh konsentrasinya untuk menahan agar naga darah tidak meledak keluar."Aneh sekali," pikir Ryan sambil mengamati detail mural itu lebih dekat. Sembilan naga raksasa dilukis dengan begitu detail, memancarkan aura yang bahkan masih terasa setelah ribuan tahun. Dan salah satunya tampak begitu familiar–seperti cerminan naga darah dalam tubuhnya.Di bawah cahaya obor yang remang, Ryan berdiri diam di sana selama lima menit penuh. Matanya terpaku pada sosok pemuda dalam mural yang memiliki kemiripan mencengangkan dengan dirinya. Keringat dingin mulai membasahi dahinya saat berusaha mengendalikan naga darah yang semakin liar.Yeron Lux yang berdiri tak jauh darinya mulai merasa heran. Beberapa kali dia melirik Ryan yang tampak begitu terpaku pada satu titik di mur
Menghela napas pelan, Ryan mengalihkan perhatiannya pada Yeron Lux dan John Lux. Dengan gerakan santai, ia mengeluarkan dua butir pil dari sakunya dan melemparkannya pada mereka."Maaf atas kejadian tadi. Aku tidak bisa sepenuhnya mengendalikan diriku," ujarnya dengan nada tenang. "Pil ini akan sangat membantu pemulihan kalian."Kedua pria itu menangkap pil tersebut dan langsung bisa merasakan aroma obat yang begitu kuat menguar darinya. Tanpa ragu mereka menelan pil pemberian Ryan. Seketika warna wajah mereka yang pucat berangsur normal, bahkan tampak lebih segar dari sebelumnya."Terima kasih, Tuan Ryan!" ucap keduanya tulus. Dalam hati mereka semakin terkagum–pil dengan kualitas setinggi ini bahkan sulit ditemukan di seluruh Nexopolis. Namun Ryan memberikannya begitu saja seolah bukan barang istimewa. Jelas dia memiliki akses pada obat-obatan yang jauh lebih berharga.Ryan kembali menghadap mural, matanya
Tampaknya pemuda dalam mural itu akan terluka dan berada dalam kesulitan berat. Namun, melihat senyum yang terukir di wajahnya, Ryan langsung paham apa yang akan terjadi selanjutnya. Senyum itu sama persis dengan ekspresi yang biasa ia tunjukkan saat tahu semuanya berada dalam kendali."Tuan Ryan, inilah alasan mengapa Anda akan menginjakkan kaki di Gunung Agios Oros besok," John Lux berkata dengan nada yakin. Matanya berbinar penuh antusiasme saat menjelaskan, "Saya sudah lama mempelajari mural ini. Awalnya saya mengira pemuda dalam gambar itu akan kalah atau mati, tapi jika Anda perhatikan dengan saksama, ada detail menarik yang tersembunyi."John Lux melangkah mundur beberapa langkah, memberi ruang bagi Ryan untuk melihat bagian lain dari mural tersebut. Di sana terlukis sebilah pedang yang melayang di depan sosok pemuda itu. Pada bilah pedangnya terukir dua kata yang membuat mata Ryan menyipit...Claiomh Solais!
Tubuh John Lux gemetar saat melanjutkan, "Aku bertahan selama bertahun-tahun, melakukan apa saja untuk bisa mengirim putra sulungku ke Gunung Langit Biru demi membalas dendam ini.""Tapi sejak dia pergi ke sana, aku kehilangan jejaknya. Aku bahkan tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang atau kapan dia akan kembali. Aku tidak bisa menaruh semua harapan padanya!""Usiaku sudah tidak muda lagi. Jika aku tidak melihat Brian Yor mati, aku tidak akan bisa beristirahat dengan tenang meski sudah menjadi abu!"Tiba-tiba John Lux berlutut di hadapan Ryan, membuat pemuda itu sedikit tersentak. "Tuan Ryan, kumohon kabulkan permintaanku!" pintanya dengan suara parau. "Tidak ada yang tahu rahasia ini di Keluarga Lux. Semua mengira aku hanya tertarik pada harta karun Gunung Agios Oros, tapi itu hanya kedok. Yang tersembunyi di lubuk hatiku adalah hasrat balas dendam ini!"Ryan terdiam, memikirkan permintaan John Lux dengan seksama. Awalnya i
Secara mendadak, Pedang Claiomh Solais di tangan Zeke Fernando bergetar pelan. Cahaya menyilaukan berpendar dari bilahnya, seolah pedang itu bisa lepas dari genggamannya kapan saja. Zeke Fernando mencengkeram gagang pedang erat-erat, namun tetap nyaris tak mampu mengendalikannya. Meski pedang ini sangat kuat, masalah terbesarnya adalah sifatnya yang sulit dikendalikan.Bahkan dengan kekuatan setingkat Guardian sepertinya, Zeke Fernando harus menyalurkan seluruh energi qi-nya ke dalam pedang jika ingin menggunakannya."Zeke, sudah berapa lama berlalu tapi kau masih belum bisa mengendalikan pedang ini dengan benar?" Brian Yor menatap lengan Zeke Fernando yang gemetar dengan sorot heran. "Apa kau tidak bisa memurnikannya atau mengikatnya dengan esensi darah?"Zeke Fernando menghela napas dan memasukkan Pedang Claiomh Solais kembali ke dalam sarung perunggu. Baru setelah itu getaran pedang itu mereda. Butiran k
Zeke Fernando tampak ragu beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk. "Baiklah, tapi Brian, bertindaklah nanti setelah Ryan meninggalkan kediaman Keluarga Lux.""Hmph!" Brian Yor mendengus dingin sambil menyibakkan lengan jubahnya dengan angkuh. "Zeke, apa kau sungguh berpikir bocah itu punya kemampuan untuk membunuhku? Konyol!""Kalau dia bertemu denganku, mungkin dia bahkan tidak akan punya kesempatan melangkah ke Gunung Agios Oros besok. Jika dia masih belum pergi dari Keluarga Lux, aku akan menjadi mimpi buruknya!"Setelah mengucapkan ancaman itu, sosok Brian Yor menghilang dari ruangan. Zeke Fernando ingin mengatakan sesuatu namun kata-katanya berubah menjadi helaan napas berat. Semoga apa yang dia takutkan tidak terjadi.**Sementara itu di kediaman Keluarga Lux, John Lux tengah mengajak Ryan berkeliling kota kuno bawah tanah. Masih ada pekerja yang sibuk menggali bagian yang belum sepenuhnya terbuka. Namun karena menyangkut rahasia inti keluarga, semua pekerja adalah anggota
"Fisik Iblis Berdarah Dingin, keluarlah! Aku membutuhkanmu sekarang!" gumam Wendy panik pada diri sendiri. Namun hanya keheningan yang menyambut. Berbeda dengan kemunculannya tempo hari, kali ini Fisik Iblis Berdarah Dingin sama sekali tidak merespon."Sial! Kenapa di saat seperti ini malah tidak berfungsi?" rutuknya dalam hati sambil melirik Yeron Lux yang tergeletak menyedihkan. Tubuh pria itu terpelintir tidak natural, hanya mampu mengerang lemah menahan rasa sakit."Yeron Lux," Brian Yor berkata dengan nada merendahkan, "dulu ayahmu berlutut dan memohon padaku dengan begitu menyedihkan. Kenapa kau tidak mengikuti jejaknya? Mungkin kalau suasana hatiku sedang baik, aku akan membiarkanmu hidup."Di matanya, orang-orang ini tidak lebih dari semut yang bisa dia injak kapan saja!"Uhuk!" Yeron Lux memuntahkan darah, namun tatapan matanya tetap dipenuhi ketegaran. Meski dalam kondisi seperti ini, dia tidak berniat berlutut!Melihat pembangkangan ini, Brian Yor tersenyum tipis. Jari t
Ini adalah serangan terkuat yang bisa digunakan Ryan melawan Brian Yor tanpa menggunakan kekuatan Kuburan Pedang. Ryan tahu betul tingkat ancaman yang dihadapinya–para Guardian praktis merupakan makhluk terkuat di Nexopolis, dan Brian Yor adalah monster tua yang telah berkultivasi selama seratus tahun!Jika dia tidak menggunakan kartu As-nya sekarang, mungkin tidak akan ada kesempatan lain. Dengan tekad bulat, Ryan mengerahkan seluruh kekuatannya ke dalam serangan ini.Pedang Suci Caliburn yang berselimut api naga melesat maju, membelah lautan bayangan tongkat Brian Yor bagaikan pisau panas menembus mentega.BOOM! BOOM! BOOM!Serangkaian ledakan dahsyat mengguncang vila saat serangan Ryan menghancurkan segalanya yang menghalangi jalannya. Kini pedang itu siap bertabrakan langsung dengan Brian Yor!Melihat ini, ekspresi Brian Yor berubah drastis. Dibandingkan dengan jurus pedang sebelumnya, serangan ini berada pada level yang sama sekali berbeda. Bahkan dia yang telah hidup ratusa
Sebelum Brian Yor bisa mundur terlalu jauh, bahaya yang mematikan telah melajur ke arahnya dengan dahsyat. Ini bukan sesuatu yang biasa dia rasakan–teknik pedang Ryan membawa kekuatan yang jauh berbeda dari kultivator biasa!"Sepertinya aku meremehkanmu," gumam Brian Yor. Tongkat hitam di tangannya berputar cepat, membentuk pusaran energi yang melindunginya. "Tapi jangan terlalu senang dulu, bocah!""Meskipun teknik pedangmu sangat kuat, tidak peduli seberapa hebatnya, batas maksimalnya tetap ditentukan oleh tingkat kultivasimu!" ejek Brian Yor dengan nada meremehkan. "Perbedaan tingkat kultivasi kita terlalu besar. Hancurkan!"Tongkat hitam itu dipenuhi dengan energi qi Brian Yor yang melimpah. Dalam sekejap, seluruh vila Keluarga Lux berguncang hebat oleh tekanan energinya. Bayangan tongkat berkelap-kelip di mana-mana saat menyerang Ryan, tampak tak berujung jumlahnya.Boom!Jurus pedang pertama Pedang Pembelah Langit, Naga Pembelah Langit, berhasil dikalahkan oleh lautan bayang
Guardian tua itu menatap Ryan dengan sorot tertarik. "Karena kalian berdua ada di sini, ini yang terbaik. Zeke mungkin takut padamu, tapi tidak denganku! Aku ingin lihat kekuatan seperti apa yang dimiliki seorang jenius sepertimu!""Sudah selesai omong kosongmu?" Ryan menatapnya dingin. "Awalnya aku ingin membunuhmu demi Keluarga Lux, tapi setelah kau berani menyentuh temanku, ini jadi masalah pribadi. Guardian atau bukan, kau pantas mati!"Mendengar perkataan Ryan, Brian Yor menjawab, "Ryan, aku akan memberimu kesempatan. Lumpuhkan kultivasimu dan berlututlah di hadapanku. Aku akan memberimu kematian yang cepat."Tekanan tak kasat mata membuat Ryan kesulitan bernapas. Kekuatan Brian Yor jauh melampaui Guardian yang dia bunuh di arena seni bela diri hari itu! Udara di sekeliling terasa berat dan mencekam, seolah ada tangan tak terlihat yang mencengkeram paru-parunya. Ryan bisa merasakan betapa kuatnya tekanan spiritual yang dipancarkan lawannya–sesuatu yang belum pernah dia rasakan
"Fisik Iblis Berdarah Dingin, keluarlah! Aku membutuhkanmu sekarang!" gumam Wendy panik pada diri sendiri. Namun hanya keheningan yang menyambut. Berbeda dengan kemunculannya tempo hari, kali ini Fisik Iblis Berdarah Dingin sama sekali tidak merespon."Sial! Kenapa di saat seperti ini malah tidak berfungsi?" rutuknya dalam hati sambil melirik Yeron Lux yang tergeletak menyedihkan. Tubuh pria itu terpelintir tidak natural, hanya mampu mengerang lemah menahan rasa sakit."Yeron Lux," Brian Yor berkata dengan nada merendahkan, "dulu ayahmu berlutut dan memohon padaku dengan begitu menyedihkan. Kenapa kau tidak mengikuti jejaknya? Mungkin kalau suasana hatiku sedang baik, aku akan membiarkanmu hidup."Di matanya, orang-orang ini tidak lebih dari semut yang bisa dia injak kapan saja!"Uhuk!" Yeron Lux memuntahkan darah, namun tatapan matanya tetap dipenuhi ketegaran. Meski dalam kondisi seperti ini, dia tidak berniat berlutut!Melihat pembangkangan ini, Brian Yor tersenyum tipis. Jari t
Zeke Fernando tampak ragu beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk. "Baiklah, tapi Brian, bertindaklah nanti setelah Ryan meninggalkan kediaman Keluarga Lux.""Hmph!" Brian Yor mendengus dingin sambil menyibakkan lengan jubahnya dengan angkuh. "Zeke, apa kau sungguh berpikir bocah itu punya kemampuan untuk membunuhku? Konyol!""Kalau dia bertemu denganku, mungkin dia bahkan tidak akan punya kesempatan melangkah ke Gunung Agios Oros besok. Jika dia masih belum pergi dari Keluarga Lux, aku akan menjadi mimpi buruknya!"Setelah mengucapkan ancaman itu, sosok Brian Yor menghilang dari ruangan. Zeke Fernando ingin mengatakan sesuatu namun kata-katanya berubah menjadi helaan napas berat. Semoga apa yang dia takutkan tidak terjadi.**Sementara itu di kediaman Keluarga Lux, John Lux tengah mengajak Ryan berkeliling kota kuno bawah tanah. Masih ada pekerja yang sibuk menggali bagian yang belum sepenuhnya terbuka. Namun karena menyangkut rahasia inti keluarga, semua pekerja adalah anggota
Secara mendadak, Pedang Claiomh Solais di tangan Zeke Fernando bergetar pelan. Cahaya menyilaukan berpendar dari bilahnya, seolah pedang itu bisa lepas dari genggamannya kapan saja. Zeke Fernando mencengkeram gagang pedang erat-erat, namun tetap nyaris tak mampu mengendalikannya. Meski pedang ini sangat kuat, masalah terbesarnya adalah sifatnya yang sulit dikendalikan.Bahkan dengan kekuatan setingkat Guardian sepertinya, Zeke Fernando harus menyalurkan seluruh energi qi-nya ke dalam pedang jika ingin menggunakannya."Zeke, sudah berapa lama berlalu tapi kau masih belum bisa mengendalikan pedang ini dengan benar?" Brian Yor menatap lengan Zeke Fernando yang gemetar dengan sorot heran. "Apa kau tidak bisa memurnikannya atau mengikatnya dengan esensi darah?"Zeke Fernando menghela napas dan memasukkan Pedang Claiomh Solais kembali ke dalam sarung perunggu. Baru setelah itu getaran pedang itu mereda. Butiran k
Tubuh John Lux gemetar saat melanjutkan, "Aku bertahan selama bertahun-tahun, melakukan apa saja untuk bisa mengirim putra sulungku ke Gunung Langit Biru demi membalas dendam ini.""Tapi sejak dia pergi ke sana, aku kehilangan jejaknya. Aku bahkan tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang atau kapan dia akan kembali. Aku tidak bisa menaruh semua harapan padanya!""Usiaku sudah tidak muda lagi. Jika aku tidak melihat Brian Yor mati, aku tidak akan bisa beristirahat dengan tenang meski sudah menjadi abu!"Tiba-tiba John Lux berlutut di hadapan Ryan, membuat pemuda itu sedikit tersentak. "Tuan Ryan, kumohon kabulkan permintaanku!" pintanya dengan suara parau. "Tidak ada yang tahu rahasia ini di Keluarga Lux. Semua mengira aku hanya tertarik pada harta karun Gunung Agios Oros, tapi itu hanya kedok. Yang tersembunyi di lubuk hatiku adalah hasrat balas dendam ini!"Ryan terdiam, memikirkan permintaan John Lux dengan seksama. Awalnya i
Tampaknya pemuda dalam mural itu akan terluka dan berada dalam kesulitan berat. Namun, melihat senyum yang terukir di wajahnya, Ryan langsung paham apa yang akan terjadi selanjutnya. Senyum itu sama persis dengan ekspresi yang biasa ia tunjukkan saat tahu semuanya berada dalam kendali."Tuan Ryan, inilah alasan mengapa Anda akan menginjakkan kaki di Gunung Agios Oros besok," John Lux berkata dengan nada yakin. Matanya berbinar penuh antusiasme saat menjelaskan, "Saya sudah lama mempelajari mural ini. Awalnya saya mengira pemuda dalam gambar itu akan kalah atau mati, tapi jika Anda perhatikan dengan saksama, ada detail menarik yang tersembunyi."John Lux melangkah mundur beberapa langkah, memberi ruang bagi Ryan untuk melihat bagian lain dari mural tersebut. Di sana terlukis sebilah pedang yang melayang di depan sosok pemuda itu. Pada bilah pedangnya terukir dua kata yang membuat mata Ryan menyipit...Claiomh Solais!
Menghela napas pelan, Ryan mengalihkan perhatiannya pada Yeron Lux dan John Lux. Dengan gerakan santai, ia mengeluarkan dua butir pil dari sakunya dan melemparkannya pada mereka."Maaf atas kejadian tadi. Aku tidak bisa sepenuhnya mengendalikan diriku," ujarnya dengan nada tenang. "Pil ini akan sangat membantu pemulihan kalian."Kedua pria itu menangkap pil tersebut dan langsung bisa merasakan aroma obat yang begitu kuat menguar darinya. Tanpa ragu mereka menelan pil pemberian Ryan. Seketika warna wajah mereka yang pucat berangsur normal, bahkan tampak lebih segar dari sebelumnya."Terima kasih, Tuan Ryan!" ucap keduanya tulus. Dalam hati mereka semakin terkagum–pil dengan kualitas setinggi ini bahkan sulit ditemukan di seluruh Nexopolis. Namun Ryan memberikannya begitu saja seolah bukan barang istimewa. Jelas dia memiliki akses pada obat-obatan yang jauh lebih berharga.Ryan kembali menghadap mural, matanya