Di antara semua penonton, Eleanor Jorge-lah yang paling terguncang.
Air mata mengalir deras di pipinya sementara tubuhnya gemetar hebat.Saat semua orang menatap dengan ketakutan dan kengerian, matanya justru dipenuhi kepedihan mendalam!Sebagai ibunya, dia tahu Ryan memiliki akar fana dan baru memulai kultivasinya.Penderitaan macam apa yang harus ditanggung putranya hingga bisa mencapai level ini dalam waktu singkat?Putranya telah menanggung begitu banyak tekanan dan penderitaan demi menjadi cukup kuat untuk melindungi keluarga mereka.Rindy, Adel, bahkan Juliana Herbald tidak merasakan kegembiraan melihat kehebatan Ryan.Mata mereka dipenuhi kesedihan yang sama seperti Eleanor Jorge. Semua orang hanya melihat prestasinya, tanpa menyadari pengorbanan dan kerja keras di baliknya.Ryan, yang kini menjadi pusat perhatian, merasa sedikit tidak nyaman. Energi qi dalam dantiannya nyaris terkuras habis setelah mRyan sebenarnya penasaran dengan Sekte Hell Blood. Mereka memiliki artefak spiritual seperti Penjara Catacomb, bahkan mampu memanipulasi arena seni bela diri. Jelas mereka bukan sekte biasa.Ia memandang sekeliling dan menyadari bahwa Larry Brave telah pergi, begitu pula para praktisi dari Wolf Squad.Situasinya jauh lebih rumit dari yang ia bayangkan.Tetua Sekte Hell Blood seolah dapat membaca pikiran Ryan. Dia mencibir, "Tidak perlu mencari mereka.""Jika aku jadi kau, aku akan lebih memikirkan cara untuk bertahan hidup.""Dan jangan berharap pada keluarga dan faksi yang menonton. Mereka tidak akan membantumu. Atau lebih tepatnya, mereka tidak mampu membantumu sama sekali."Meski situasi berubah drastis, para penonton tetap duduk acuh tak acuh di tempat mereka. Beberapa yang tampak terkejut awalnya segera berganti ekspresi menjadi paham–hasil terbaik adalah jika Ryan menghilang dari dunia ini.
Para anggota Guild Round Table bergerak dalam formasi terlatih yang membuat mereka semakin tangguh. Mereka tak terbendung! Ratusan praktisi dari Guild Round Table dan Ordo Hassasin segera membentuk barisan pertahanan di sekitar Eleanor Jorge dan yang lainnya. Tak seorang pun diizinkan menembus perlindungan mereka! Bersamaan dengan itu, Lancelot dan Farid Askari melangkah maju, lalu berlutut di hadapan Ryan. "Lancelot memberi hormat kepada Ketua Guild!" "Farid Askari memberi hormat pada Ketua Guild!" Kemudian, ratusan praktisi beroakaian serba hitam itu ikut berlutut setelah berhadapan dengan kelompok yang dibawa Gerard Helion. "Memberi horma kepada Ketua Guild!" Ketika para praktisi Guild Round Table meraung, niat membunuh yang tak berujung dilepaskan dari tubuh mereka. Mereka telah bersembunyi dalam kegelapan selama ini sambil bersiap melepaskan kekuatan mereka untuk mengejutkan semua orang! Ryan tersenyum tipis melihat kesetiaan anak buahnya. Ia sudah menduga Lancelot t
"Menarik sekali..." Ryan tersenyum tipis sambil melangkah maju dengan tenang. Matanya melirik ke arah Eleanor Jorge dan para wanita yang masih terkepung. "Sepertinya sudah waktunya mengakhiri permainan kecil ini." Dia bisa melihat kilatan kekhawatiran di mata ibunya. Meski Eleanor Jorge berusaha terlihat tegar, Ryan tahu ibunya mengkhawatirkan kondisinya setelah pertarungan sebelumnya. "Farid Askari," panggilnya dengan nada tenang namun penuh wibawa. Meski qi sejatinya belum sepenuhnya pulih, dia tetap berdiri tegak tanpa menunjukkan kelemahan. "Bawa ibuku dan teman-temanku pergi dari sini. Bunuh siapa pun yang berani menghalangi jalanmu." "Baik, Ketua Guild!" Farid Askari membungkuk hormat sebelum berjalan menuju Eleanor Jorge beserta kelompoknya. Dia melambaikan tangannya dengan tegas, memberi isyarat pada puluhan praktisi elite Ordo Hassasin untuk membentuk formasi pengawalan. Para pembunuh bayaran itu bergerak dengan presisi menakjubkan, menciptakan formasi pelindung yang
"Beraninya kau!" Tetua itu meraung murka. Dia menyerbu ke arah Ryan dengan kecepatan yang meningkat drastis. Kali ini, kekuatan di kipas lipatnya berlipat ganda saat bertabrakan dengan Pedang Suci Caliburn. Tang! Pedang Suci Caliburn terlempar dari tangan Ryan, berputar di udara sebelum menancap ke tanah beberapa meter dari sana. Ryan sendiri terpaksa mundur beberapa langkah untuk meredam dampak benturan. 'Situasi mulai tidak menguntungkan,' pikir Ryan sambil menilai kondisinya. Jika ia berada di puncak kondisi, melawan tetua ini secara seimbang bukanlah masalah besar. Namun penggunaan jurus kedua dari teknik Pedang Pembelah Langit sebelumnya telah menguras hampir seluruh tenaganya. Lebih menyulitkan lagi, saat ini Ryan tidak bisa meminjam kekuatan dari Kuburan Pedang. Peter Carter juga telah memperingatkan bahwa menggunakan jimat iblis dalam kondisi lemah bisa berakibat fatal. Tapi, bukan berarti Ryan tidak memiliki jimat lainnya. "Bocah, ini harga dari kesombonganmu.
Sekali lagi Ryan muncul di depan tetua yang masih terguncang. Tinjunya terayun, diselimuti naga darah yang meraung ganas. Serangan ini membawa aura kematian yang membuat sang tetua gemetar ketakutan. Namun di saat kritis, tetua itu melakukan hal tak terduga. Dia mencengkeram leher Simon Helion yang berdiri di dekatnya dan melemparkan pria malang itu sebagai tameng manusia. Ryan yang telah berkomitmen pada serangannya tak bisa menghentikan momentum pukulannya. BOOM! Darah menyembur dari mulut Simon Helion. Tubuhnya terpental bagai peluru meriam, menghantam dinding dengan suara mengerikan. Dadanya hancur cekung ke dalam. Dalam sekejap, cahaya kehidupan menghilang dari matanya. "Bawa pergi Lucas dan kalahkan anak ini terlebih dahulu!" teriak sang tetua panik pada rekannya. "Kalau tidak, akan ada masalah yang tak ada habisnya jika dia hidup!" "Aaron Ravenclaw! Apakah kamu tidak ingin membalaskan dendam putramu? Ayo serang bersama!" "Baik!" Aaron Ravenclaw menyahut penuh dendam.
"Gila... anak ini benar-benar gila!" gumam sang tetua sambil memuntahkan darah. "Dia tidak takut mati? Teknik rahasia seperti itu pasti memiliki efek samping yang mengerikan!" Ryan sendiri kini dalam kondisi tidak lebih baik. Efek jimat spiritual telah sepenuhnya menghilang, membuat auranya melemah drastis. Ia terhuyung mundur dan duduk bersandar ke dinding, napasnya terengah-engah. Keringat membasahi seluruh tubuhnya–serangan tadi benar-benar telah menguras habis tenaganya. Seluruh arena menjadi sunyi. Banyak pasang mata memandang Ryan dengan simpati saat melihat wajah kedua Guardian yang berubah pucat pasi karena murka. Guardian yang mengenakan setelan jas hitam melangkah maju, matanya berkilat berbahaya saat menatap Ryan. "Hmph! Kau terlalu percaya diri!" hardiknya. "Beraninya kau bertindak begitu lancang setelah aku memberi perintah untuk berhenti! Kau benar-benar sudah bosan hidup!" Tanpa peringatan, Guardian itu melancarkan serangan telapak tangan ke arah Ryan yang mas
Selama ini Ryan menyimpan Pedang Clarent, menunggu momen yang tepat. Sebelumnya ia masih waspada terhadap para praktisi tersembunyi yang mungkin mengawasi pertarungan. Tapi sekarang, meski enggan menggunakannya, Ryan tidak punya pilihan lain. Guardian sialan ini benar-benar membuatnya murka. Menyerahkan teknik bela dirinya? Melumpuhkan kultivasi? Ide konyol macam apa itu? "Aku memberimu waktu sepuluh detik untuk memikirkannya," ucap Guardian itu dengan nada angkuh. "Sepuluh..." "Tidak perlu menghitung," potong Ryan datar. "Aku menolak." Ekspresi Guardian itu membeku sejenak sebelum wajahnya dipenuhi amarah. "Karena kau menolak, aku akan menghargai keinginanmu! Kau benar-benar kelelahan dan sangat lemah, jadi mari kita lihat bagaimana rencanamu untuk bertahan hidup." Detik berikutnya, hembusan angin kencang menerpa arena saat gelombang tekanan tak terlihat menyapu. Guardian itu berdiri dengan angkuh, memancarkan aura bagai dewa yang tak tersentuh. Kepala Keluarga Jorge
Pemuda yang tadinya dianggap sombong dan tidak tahu diri itu ternyata masih berdiri tegak di arena. Meski tampak sangat lemah, fakta bahwa dia masih hidup membuat semua orang tercengang. "Dia... dia masih hidup?" "Bagaimana mungkin? Anak ini benar-benar beruntung!" Di tengah bisik-bisik kebingungan, seseorang tiba-tiba menunjuk ke suatu arah dengan mata terbelalak. "Lihat! Guardian itu... Guardian itu mati!" Serentak semua mata mengikuti arah yang ditunjuk. Di kejauhan, tubuh sang Guardian tertancap kaku di dinding, berlumuran darah dan tak bernyawa. Keheningan mencekam menyelimuti arena. Tidak ada yang berani bersuara, semua wajah dipenuhi ketidakpercayaan. Dengan satu serangan pedang, Ryan telah membunuh seorang Guardian! "Mustahil..." bisik seseorang gemetar. "Sejak kapan Guardian menjadi selemah ini?" Semua orang menghirup udara dingin saat mata mereka beralih pada sosok Ryan. Tubuh mereka gemetar tanpa bisa dikontrol. Pemuda yang tadinya mereka remehkan kini tamp
Setelah memberikan beberapa instruksi lain, Ryan meninggalkan Guild Round Table. Jika tebakannya benar, ayahnya berada di tangan Guardian Nexopolis, Zeke Fernando, atau Keluarga Ravenclaw.Karena Larry tidak bisa bergerak, dia harus menanganinya sendiri.Ryan mengetahui lokasi kediaman Keluarga Ravenclaw, namun dia juga merasakan ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Karena itu, ia memutuskan untuk kembali ke apartemennya terlebih dahulu.Menggunakan telepon rumah, Ryan menghubungi Conrad Max dan memintanya membawakan beberapa tanaman obat.Setengah jam kemudian, Conrad Max tiba dengan semua yang diminta. Ketika melihat Ryan, matanya dipenuhi ketakutan sekaligus kekaguman. Insiden di arena seni bela diri telah tersebar ke seluruh ibu kota–bagaimana Lucas Ravenclaw gagal mengalahkan Ryan, dan seorang Guardian terbunuh!Ryan kini menjadi yang tak terbantahkan dalam peringkat grandmaster Nexopolis. Dan dia mencapai prestasi ini di usia dua puluhan–sesuatu yang belum pernah terjadi s
Di Guild Round Table, Ryan membuka mata tepat pukul lima sore. Ia duduk tegak, merasakan luka-lukanya telah pulih signifikan. Yang mengejutkan, entah bagaimana ia berhasil menembus ke ranah Golden Core tingkat kelima. "Bagaimana ini bisa terjadi?" Wajah Ryan menunjukkan sedikit keterkejutan. Ia terluka parah dan belum mengedarkan teknik kultivasi. Bagaimana mungkin bisa menembus tingkatan dengan sendirinya? Ini sungguh aneh. Apakah hal seperti ini benar-benar mungkin? Saat Ryan masih terheran-heran dengan terobosan tiba-tiba ini, perhatiannya tertuju pada batu giok naga yang melayang di udara. Energi qi mengalir deras dari batu itu memasuki tubuhnya. "Mungkinkah karena Kuburan Pedang?" gumamnya sambil mengepalkan tangan. Batu Giok Naga itu kembali muncul di telapak tangannya. "Larry seharusnya sudah membawa ayah kembali sekarang." Ryan menatap batu di tangannya dengan penasaran. "Aku juga harus menanyakan padanya tentang batu ini. Apa sebenarnya hubungan antara Keluar
Larry terjebak dalam situasi sulit. Di satu sisi ada perintah Ryan, di sisi lain dia berhadapan dengan Guardian yang bahkan tidak segan mengancamnya secara terbuka. Pada saat itu, tetua Sekte Hell Blood keluar dengan senyum menjilat. Dia membungkuk dalam pada Zeke Fernando. "Tetua Zeke, sungguh suatu kehormatan Anda berada di sini!" Larry tertegun. Zeke Fernando adalah tetua Sekte Hell Blood? Dan dari cara tetua lain membungkuk padanya, jelas statusnya sangat tinggi dalam sekte tersebut! Amarah membuncah dalam dada Larry saat menyadari pengkhianatan ini. Tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih. Zeke Fernando melirik tetua yang membungkuk padanya dan mendengus. "Dasar tidak berguna! Kau bahkan tidak bisa menangani masalah kecil seperti ini dengan benar. Memalukan nama Sekte Hell Blood!" Wajah tetua itu memucat. Dia hanya bisa menunduk dalam-dalam, tidak berani membantah. Setelah menimbang situasi dengan cermat, Larry berkata, "Tuanku, aku bisa melepaskan
Setelah beberapa saat menenangkan diri, tetua itu mengambil keputusan. "Jika tenaga medis Nexopolis tidak cukup kompeten, kita akan membawa mereka ke Gunung Langit Biru! Para praktisi di sana pasti bisa menyembuhkan mereka." "Ya, sebaiknya kita segera pergi dari sini..." Namun sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, seorang pelayan bergegas masuk dengan wajah panik. "Tuan! Gawat! Kediaman ini telah dikepung pasukan praktisi! Larry Brave sudah menerobos masuk!" "Apa?!" Aaron Ravenclaw menggeram marah. "Larry berani menyerang Keluarga Ravenclaw?" Dia melirik tetua Sekte Hell Blood dan membungkuk hormat. "Tuan, saya akan segera kembali." Tetua itu menatap rekannya yang terluka dan Lucas Ravenclaw sebelum mengangguk. "Jika ada masalah, beritahu saja. Kekuatan Sekte Hell Blood bukan sesuatu yang bisa diganggu semut-semut kecil." Aaron Ravenclaw bergegas menuju aula utama dimana lebih dari selusin praktisi keluarga sudah bersiaga. "Larry," sapanya dengan tawa mengejek. "Bukankah kau p
Larry menyapu pandangannya ke arah mayat-mayat yang bergelimpangan di tanah arena sebelum beralih pada kerumunan penonton. Hanya ada satu emosi yang terpancar dari mata mereka–ketakutan yang begitu dalam. Apa yang baru saja terjadi di sini telah meninggalkan trauma yang tak terhapuskan. Larry bisa merasakannya dari atmosfer mencekam yang menyelimuti arena. "Apa sebenarnya yang terjadi?" gumamnya sambil mengedarkan pandangan. Matanya menangkap sosok pemuda yang dikenalnya–salah satu murid dari akademi bela diri tempatnya mengajar dulu. Tanpa ragu Larry menghampirinya. "Kau, ceritakan padaku apa yang terjadi di sini!" Tubuh pemuda itu masih gemetar hebat. Dengan terbata dia menjawab, "Pa-paman Larry... Ryan, dia..." "Ada apa dengan Ryan?" desak Larry. "Dia melumpuhkan Lucas Ravenclaw..." Larry mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?" "Bahkan para tetua Sekte Hell Blood tidak sebanding dengannya..." lanjut pemuda itu dengan suara bergetar. "Ryan mengalahkan mereka semua dengan mudah!"
Pemuda yang tadinya dianggap sombong dan tidak tahu diri itu ternyata masih berdiri tegak di arena. Meski tampak sangat lemah, fakta bahwa dia masih hidup membuat semua orang tercengang. "Dia... dia masih hidup?" "Bagaimana mungkin? Anak ini benar-benar beruntung!" Di tengah bisik-bisik kebingungan, seseorang tiba-tiba menunjuk ke suatu arah dengan mata terbelalak. "Lihat! Guardian itu... Guardian itu mati!" Serentak semua mata mengikuti arah yang ditunjuk. Di kejauhan, tubuh sang Guardian tertancap kaku di dinding, berlumuran darah dan tak bernyawa. Keheningan mencekam menyelimuti arena. Tidak ada yang berani bersuara, semua wajah dipenuhi ketidakpercayaan. Dengan satu serangan pedang, Ryan telah membunuh seorang Guardian! "Mustahil..." bisik seseorang gemetar. "Sejak kapan Guardian menjadi selemah ini?" Semua orang menghirup udara dingin saat mata mereka beralih pada sosok Ryan. Tubuh mereka gemetar tanpa bisa dikontrol. Pemuda yang tadinya mereka remehkan kini tamp
Selama ini Ryan menyimpan Pedang Clarent, menunggu momen yang tepat. Sebelumnya ia masih waspada terhadap para praktisi tersembunyi yang mungkin mengawasi pertarungan. Tapi sekarang, meski enggan menggunakannya, Ryan tidak punya pilihan lain. Guardian sialan ini benar-benar membuatnya murka. Menyerahkan teknik bela dirinya? Melumpuhkan kultivasi? Ide konyol macam apa itu? "Aku memberimu waktu sepuluh detik untuk memikirkannya," ucap Guardian itu dengan nada angkuh. "Sepuluh..." "Tidak perlu menghitung," potong Ryan datar. "Aku menolak." Ekspresi Guardian itu membeku sejenak sebelum wajahnya dipenuhi amarah. "Karena kau menolak, aku akan menghargai keinginanmu! Kau benar-benar kelelahan dan sangat lemah, jadi mari kita lihat bagaimana rencanamu untuk bertahan hidup." Detik berikutnya, hembusan angin kencang menerpa arena saat gelombang tekanan tak terlihat menyapu. Guardian itu berdiri dengan angkuh, memancarkan aura bagai dewa yang tak tersentuh. Kepala Keluarga Jorge
"Gila... anak ini benar-benar gila!" gumam sang tetua sambil memuntahkan darah. "Dia tidak takut mati? Teknik rahasia seperti itu pasti memiliki efek samping yang mengerikan!" Ryan sendiri kini dalam kondisi tidak lebih baik. Efek jimat spiritual telah sepenuhnya menghilang, membuat auranya melemah drastis. Ia terhuyung mundur dan duduk bersandar ke dinding, napasnya terengah-engah. Keringat membasahi seluruh tubuhnya–serangan tadi benar-benar telah menguras habis tenaganya. Seluruh arena menjadi sunyi. Banyak pasang mata memandang Ryan dengan simpati saat melihat wajah kedua Guardian yang berubah pucat pasi karena murka. Guardian yang mengenakan setelan jas hitam melangkah maju, matanya berkilat berbahaya saat menatap Ryan. "Hmph! Kau terlalu percaya diri!" hardiknya. "Beraninya kau bertindak begitu lancang setelah aku memberi perintah untuk berhenti! Kau benar-benar sudah bosan hidup!" Tanpa peringatan, Guardian itu melancarkan serangan telapak tangan ke arah Ryan yang mas
Sekali lagi Ryan muncul di depan tetua yang masih terguncang. Tinjunya terayun, diselimuti naga darah yang meraung ganas. Serangan ini membawa aura kematian yang membuat sang tetua gemetar ketakutan. Namun di saat kritis, tetua itu melakukan hal tak terduga. Dia mencengkeram leher Simon Helion yang berdiri di dekatnya dan melemparkan pria malang itu sebagai tameng manusia. Ryan yang telah berkomitmen pada serangannya tak bisa menghentikan momentum pukulannya. BOOM! Darah menyembur dari mulut Simon Helion. Tubuhnya terpental bagai peluru meriam, menghantam dinding dengan suara mengerikan. Dadanya hancur cekung ke dalam. Dalam sekejap, cahaya kehidupan menghilang dari matanya. "Bawa pergi Lucas dan kalahkan anak ini terlebih dahulu!" teriak sang tetua panik pada rekannya. "Kalau tidak, akan ada masalah yang tak ada habisnya jika dia hidup!" "Aaron Ravenclaw! Apakah kamu tidak ingin membalaskan dendam putramu? Ayo serang bersama!" "Baik!" Aaron Ravenclaw menyahut penuh dendam.