othor tertidur saat lagi nulis, maafkan othor jadinya telat rilis. ini bab terakhir hari ini selamat membaca (◠‿・)—☆
"Senior," ujar ibu Wendy sambil menyerahkan kotak itu pada Ryan. "Saya tidak tahu kalau benda ini disebut Batu Earth Spirit. Sebenarnya, beberapa tahun lalu, senior yang pernah mengajari saya teknik kultivasi Delapan Trigram muncul lagi." "Dia yang memberikan benda ini pada saya. Katanya, putri saya membutuhkannya untuk bertahan hidup. Karena itu, saya mengambil sebagian kecilnya dan membuatnya menjadi kalung untuk Wendy."Ryan mengambil kotak itu dan mengangguk. Ia menatap ibu Wendy dengan serius. "Putri Anda memiliki Fisik Iblis Berdarah Dingin. Itu kondisi yang sangat langka."Melihat ekspresi bingung ibu Wendy, Ryan melanjutkan, "Tanpa Batu Earth Spirit ini, putri Anda mungkin tidak akan hidup lebih dari delapan belas tahun."Mendengar ini, wajah ibu Wendy berubah pucat. Meski dia tidak tahu persis apa itu Fisik Iblis Berdarah Dingin, nada serius Ryan cukup untuk memberitahunya betapa gawatnya situasi ini."Senior," ujarnya dengan suara bergetar, "bagaimana jika Batu Earth Spiri
Ibu Wendy tampak ragu-ragu menerima kartu tersebut. Ryan melanjutkan, "Dan kunci ini," dia mengangkat set kunci di tangannya, "adalah untuk sebuah properti hunian mewah di kawasan elite pusat ibu kota. Alamat dan nomor unitnya tertera di gantungan kunci."Melihat keraguan di wajah ibu Wendy, Ryan berkata tegas, "Anda tidak bisa menolak. Kalau Anda tidak menginginkannya, aku akan membuangnya saja." "Bagaimanapun, aku sudah mendapat keuntungan besar dari kesepakatan ini."Nada bicara Ryan tidak memberi ruang untuk argumen.Dia tercengang ketika melihat kunci dan kartu debit yang Ryan sodorkan. Sebuah rumah di pusat Ibu Kota akan berharga setidaknya 100 miliar Nex! Jumlah yang fantastis bahkan untuk standar keluarga kaya sekalipun. Ibu Wendy menelan ludah, tangannya sedikit gemetar saat menerima benda-benda itu."Ini..." dia tergagap, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. "Ini terlalu banyak, Senior."Ryan hanya tersenyum tipis. "Itu belum seberapa dibandingkan nilai
Wajah ibu Wendy memucat mendengar penjelasan Ryan. Namun sebelum dia sempat bereaksi, Ryan melanjutkan."Tapi Fisik Iblis Berdarah Dingin tidak sepenuhnya buruk," ujarnya. "Jika Wendy memiliki teknik kultivasi yang sesuai, terutama yang beratribut es, kecepatan kultivasinya bisa jauh melampaui orang normal. Bahkan ada kemungkinan dia bisa menjadi kultivator yang tak tertandingi."Ibu Wendy terdiam, mencerna informasi ini. Selama ini, dia tidak pernah mengizinkan Wendy untuk berkultivasi atau berlatih bela diri. Dia ingin putrinya memiliki masa kecil dan kehidupan yang normal. Dunia bela diri penuh dengan bahaya dan perselisihan, seperti yang baru saja mereka alami hari ini.Dia selalu puas melihat Wendy menjadi guru di universitas. Dalam benaknya, dia membayangkan Wendy akan menjalani kehidupan normal–bepergian, berkencan, menikah, punya anak. Tapi sekarang, tampaknya itu bukan lagi pilihan.Wendy tidak punya pilihan selain memasuki dunia seni bela diri.Tiba-tiba, sebuah pemikira
Di sebuah halaman yang tenang di pusat kota Riverdale, sebuah formasi rahasia berdenyut dan berputar, tak terlihat oleh mata biasa. Hanya mereka yang melangkah masuk ke dalamnya yang bisa mengetahui apa yang tersembunyi di baliknya.Di atas gerbang halaman itu, terpampang dua kata yang ditulis dengan tebal dan kuat: Keluarga Jorge.Di ruang tamu utama kediaman Keluarga Jorge, seorang lelaki tua duduk di sebuah kursi berlengan. Aura kuat menguar dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya terasa berat.Tiba-tiba, seorang pria paruh baya muncul di ambang pintu ruang tamu. Lelaki tua itu membuka matanya perlahan, tatapannya yang keruh dipenuhi penghinaan saat melihat sosok yang baru datang."Sudahkah kau menyelidiki penyebab kematian Billy Jorge?" tanya lelaki tua itu dengan suara serak.Pria paruh baya itu mengangguk, tapi matanya dipenuhi keraguan. "Tuan Besar," ujarnya hati-hatiLelaki tua itu mengerutkan dahi, matanya menyipit berbahaya. "Katakan saja apa yang kau temukan," perint
'Keluarga Pendragon sebenarnya cukup menyedihkan,' pikir pria paruh baya itu. Namun tentu saja, dia hanya berani memikirkan hal itu dalam hati. Kemarahan Kepala Keluarga Jorge bukanlah sesuatu yang bisa ditahan oleh pelayan sepertinya.Melihat pria paruh baya itu masih berdiri diam, mata lelaki tua itu berkilat marah. "Apa yang kamu tunggu?" bentaknya. "Cepat bekerja!""Tuan Besar," pria paruh baya itu berkata dengan hati-hati, "masih ada satu hal lagi yang belum saya ceritakan kepada Anda.""Lain kali," suara Kepala Keluarga Jorge terdengar dingin dan mengancam, "jika kamu tidak menceritakan semuanya sekaligus, kamu akan dikeluarkan dari Keluarga Jorge!"Aura membunuh yang kuat memancar dari tubuh lelaki tua itu, membuat udara di ruangan terasa berat dan mencekam. Pria paruh baya itu merasa seolah ada gunung besar yang menekannya. Dia tidak berani ragu-ragu lagi dan dengan cepat berkata, "Tuan Besar, bajingan itu telah datang ke Ibu Kota.""Apa?!" Mata lelaki tua itu melebar, panc
"Aku pikir kecepatan kultivasiku akan melambat setelah keluar dari Gunung Langit Biru," gumam Ryan. "Tapi berkat kesempatan yang kudapat di sini, aku berhasil membuat kemajuan setara sepuluh tahun di Gunung Langit Biru."Ryan merasa sangat gembira. Semangatnya semakin membara. Saat pori-pori di sekitar tubuhnya terbuka, Ryan merasakan gelombang energi yang kuat dan tak terbatas mengalir ke dalam tubuhnya.Ia mengedarkan teknik Matahari Surgawi, menyerap energi ini bagaikan lubang hitam tak berujung. Pada saat ini, energi spiritual di ruangan itu seribu kali lebih kuat dibanding di dunia luar.Semakin banyak energi yang dilepaskan Batu Earth Spirit, semakin kuat aura Ryan. Naga darah di sekelilingnya juga mendapat manfaat besar dari limpahan energi spiritual ini.Namun, saat semakin banyak energi kuat ini mengalir ke dalam tubuhnya, ekspresi Ryan berubah kesakitan. Gelombang energi itu mengancam akan mencabik-cabik tubuh dan meridiannya. Di sisi lain, energi itu juga melunakkan tub
Pyar!Sebelum Ryan sempat bereaksi, jendela di sebelah kirinya pecah berkeping-keping. Sebuah bayangan hitam menyerbu masuk dengan kecepatan tinggi.Dilihat dari bentuk tubuh dan usianya, penyusup itu adalah seorang pemuda. Dia mengenakan topeng setengah wajah dan jaket kulit hitam. Di tangan kirinya tergenggam sebilah pedang, sementara tangan kanannya memegang sebuah foto.Pemuda itu melirik foto di tangannya, lalu menatap Ryan. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyum dingin."Ryan Pendragon," ujarnya dengan nada mengejek, "beraninya kau melangkah masuk ke Ibu Kota? Apa kau tidak tahu kalau di sinilah markas Ordo Hassasin berada?"Mata Ryan menyipit mendengar nama itu. Kalimat singkat ini sudah cukup memberitahunya semua yang perlu ia ketahui tentang identitas si penyusup.'Ordo Hassasin,' pikir Ryan. 'Pantas saja mereka tidak langsung mencari masalah denganku setelah aku membunuh pembunuh bayaran utama mereka di Provinsi Riveria. Rupanya mereka menunggu kesempatan yang tepat.
Suara pekikan kecil terdengar diikuti oleh suara dentingan piring yang jatuh, membuat suasana pesta menjadi hening.Ryan Pendragon menoleh ke arah sumber suara dan melihat seorang gadis kecil, mungkin berusia sekitar 10 tahun, berdiri kaku dengan wajah pucat. Di depannya, seorang pria tinggi besar dengan mata tajam berdiri menjulang, jasnya yang mahal kini bernoda makanan yang tumpah."Ma-maafkan saya, Tuan," gadis kecil itu terbata-bata, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.Pria itu menatap gadis kecil tersebut dengan tatapan dingin yang menusuk. Tangannya terkepal erat, dan Ryan bisa melihat urat-urat di lehernya menegang karena menahan amarah.Melihat situasi yang semakin tegang, Ayah Ryan–William Pendragon bergegas menghampiri mereka. Ia berlutut di samping gadis kecil itu, mengeluarkan sapu tangan dari saku jasnya."Tidak apa-apa, Nak. Itu hanya kecelakaan," ujar William lembut sambil mencoba membersihkan noda di sepatu gadis itu. Kemudian ia berdiri dan menghadap pria
Pyar!Sebelum Ryan sempat bereaksi, jendela di sebelah kirinya pecah berkeping-keping. Sebuah bayangan hitam menyerbu masuk dengan kecepatan tinggi.Dilihat dari bentuk tubuh dan usianya, penyusup itu adalah seorang pemuda. Dia mengenakan topeng setengah wajah dan jaket kulit hitam. Di tangan kirinya tergenggam sebilah pedang, sementara tangan kanannya memegang sebuah foto.Pemuda itu melirik foto di tangannya, lalu menatap Ryan. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyum dingin."Ryan Pendragon," ujarnya dengan nada mengejek, "beraninya kau melangkah masuk ke Ibu Kota? Apa kau tidak tahu kalau di sinilah markas Ordo Hassasin berada?"Mata Ryan menyipit mendengar nama itu. Kalimat singkat ini sudah cukup memberitahunya semua yang perlu ia ketahui tentang identitas si penyusup.'Ordo Hassasin,' pikir Ryan. 'Pantas saja mereka tidak langsung mencari masalah denganku setelah aku membunuh pembunuh bayaran utama mereka di Provinsi Riveria. Rupanya mereka menunggu kesempatan yang tepat.
"Aku pikir kecepatan kultivasiku akan melambat setelah keluar dari Gunung Langit Biru," gumam Ryan. "Tapi berkat kesempatan yang kudapat di sini, aku berhasil membuat kemajuan setara sepuluh tahun di Gunung Langit Biru."Ryan merasa sangat gembira. Semangatnya semakin membara. Saat pori-pori di sekitar tubuhnya terbuka, Ryan merasakan gelombang energi yang kuat dan tak terbatas mengalir ke dalam tubuhnya.Ia mengedarkan teknik Matahari Surgawi, menyerap energi ini bagaikan lubang hitam tak berujung. Pada saat ini, energi spiritual di ruangan itu seribu kali lebih kuat dibanding di dunia luar.Semakin banyak energi yang dilepaskan Batu Earth Spirit, semakin kuat aura Ryan. Naga darah di sekelilingnya juga mendapat manfaat besar dari limpahan energi spiritual ini.Namun, saat semakin banyak energi kuat ini mengalir ke dalam tubuhnya, ekspresi Ryan berubah kesakitan. Gelombang energi itu mengancam akan mencabik-cabik tubuh dan meridiannya. Di sisi lain, energi itu juga melunakkan tub
'Keluarga Pendragon sebenarnya cukup menyedihkan,' pikir pria paruh baya itu. Namun tentu saja, dia hanya berani memikirkan hal itu dalam hati. Kemarahan Kepala Keluarga Jorge bukanlah sesuatu yang bisa ditahan oleh pelayan sepertinya.Melihat pria paruh baya itu masih berdiri diam, mata lelaki tua itu berkilat marah. "Apa yang kamu tunggu?" bentaknya. "Cepat bekerja!""Tuan Besar," pria paruh baya itu berkata dengan hati-hati, "masih ada satu hal lagi yang belum saya ceritakan kepada Anda.""Lain kali," suara Kepala Keluarga Jorge terdengar dingin dan mengancam, "jika kamu tidak menceritakan semuanya sekaligus, kamu akan dikeluarkan dari Keluarga Jorge!"Aura membunuh yang kuat memancar dari tubuh lelaki tua itu, membuat udara di ruangan terasa berat dan mencekam. Pria paruh baya itu merasa seolah ada gunung besar yang menekannya. Dia tidak berani ragu-ragu lagi dan dengan cepat berkata, "Tuan Besar, bajingan itu telah datang ke Ibu Kota.""Apa?!" Mata lelaki tua itu melebar, panc
Di sebuah halaman yang tenang di pusat kota Riverdale, sebuah formasi rahasia berdenyut dan berputar, tak terlihat oleh mata biasa. Hanya mereka yang melangkah masuk ke dalamnya yang bisa mengetahui apa yang tersembunyi di baliknya.Di atas gerbang halaman itu, terpampang dua kata yang ditulis dengan tebal dan kuat: Keluarga Jorge.Di ruang tamu utama kediaman Keluarga Jorge, seorang lelaki tua duduk di sebuah kursi berlengan. Aura kuat menguar dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya terasa berat.Tiba-tiba, seorang pria paruh baya muncul di ambang pintu ruang tamu. Lelaki tua itu membuka matanya perlahan, tatapannya yang keruh dipenuhi penghinaan saat melihat sosok yang baru datang."Sudahkah kau menyelidiki penyebab kematian Billy Jorge?" tanya lelaki tua itu dengan suara serak.Pria paruh baya itu mengangguk, tapi matanya dipenuhi keraguan. "Tuan Besar," ujarnya hati-hatiLelaki tua itu mengerutkan dahi, matanya menyipit berbahaya. "Katakan saja apa yang kau temukan," perint
Wajah ibu Wendy memucat mendengar penjelasan Ryan. Namun sebelum dia sempat bereaksi, Ryan melanjutkan."Tapi Fisik Iblis Berdarah Dingin tidak sepenuhnya buruk," ujarnya. "Jika Wendy memiliki teknik kultivasi yang sesuai, terutama yang beratribut es, kecepatan kultivasinya bisa jauh melampaui orang normal. Bahkan ada kemungkinan dia bisa menjadi kultivator yang tak tertandingi."Ibu Wendy terdiam, mencerna informasi ini. Selama ini, dia tidak pernah mengizinkan Wendy untuk berkultivasi atau berlatih bela diri. Dia ingin putrinya memiliki masa kecil dan kehidupan yang normal. Dunia bela diri penuh dengan bahaya dan perselisihan, seperti yang baru saja mereka alami hari ini.Dia selalu puas melihat Wendy menjadi guru di universitas. Dalam benaknya, dia membayangkan Wendy akan menjalani kehidupan normal–bepergian, berkencan, menikah, punya anak. Tapi sekarang, tampaknya itu bukan lagi pilihan.Wendy tidak punya pilihan selain memasuki dunia seni bela diri.Tiba-tiba, sebuah pemikira
Ibu Wendy tampak ragu-ragu menerima kartu tersebut. Ryan melanjutkan, "Dan kunci ini," dia mengangkat set kunci di tangannya, "adalah untuk sebuah properti hunian mewah di kawasan elite pusat ibu kota. Alamat dan nomor unitnya tertera di gantungan kunci."Melihat keraguan di wajah ibu Wendy, Ryan berkata tegas, "Anda tidak bisa menolak. Kalau Anda tidak menginginkannya, aku akan membuangnya saja." "Bagaimanapun, aku sudah mendapat keuntungan besar dari kesepakatan ini."Nada bicara Ryan tidak memberi ruang untuk argumen.Dia tercengang ketika melihat kunci dan kartu debit yang Ryan sodorkan. Sebuah rumah di pusat Ibu Kota akan berharga setidaknya 100 miliar Nex! Jumlah yang fantastis bahkan untuk standar keluarga kaya sekalipun. Ibu Wendy menelan ludah, tangannya sedikit gemetar saat menerima benda-benda itu."Ini..." dia tergagap, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. "Ini terlalu banyak, Senior."Ryan hanya tersenyum tipis. "Itu belum seberapa dibandingkan nilai
"Senior," ujar ibu Wendy sambil menyerahkan kotak itu pada Ryan. "Saya tidak tahu kalau benda ini disebut Batu Earth Spirit. Sebenarnya, beberapa tahun lalu, senior yang pernah mengajari saya teknik kultivasi Delapan Trigram muncul lagi." "Dia yang memberikan benda ini pada saya. Katanya, putri saya membutuhkannya untuk bertahan hidup. Karena itu, saya mengambil sebagian kecilnya dan membuatnya menjadi kalung untuk Wendy."Ryan mengambil kotak itu dan mengangguk. Ia menatap ibu Wendy dengan serius. "Putri Anda memiliki Fisik Iblis Berdarah Dingin. Itu kondisi yang sangat langka."Melihat ekspresi bingung ibu Wendy, Ryan melanjutkan, "Tanpa Batu Earth Spirit ini, putri Anda mungkin tidak akan hidup lebih dari delapan belas tahun."Mendengar ini, wajah ibu Wendy berubah pucat. Meski dia tidak tahu persis apa itu Fisik Iblis Berdarah Dingin, nada serius Ryan cukup untuk memberitahunya betapa gawatnya situasi ini."Senior," ujarnya dengan suara bergetar, "bagaimana jika Batu Earth Spiri
Ryan, yang duduk di kursi depan di samping Jared Weed yang mengemudi, pura-pura tidak menyadari tatapan mereka. Ia memilih memandang ke luar jendela, mengamati pemandangan kota yang dipenuhi gemerlap lampu.Setelah beberapa saat, Wendy akhirnya tidak tahan lagi. "Profesor Ryan," panggilnya ragu-ragu."Hmm?" Ryan menoleh, alisnya terangkat."Sebenarnya... apa yang terjadi? Maksudku, bagaimana mungkin luka-luka ibu bisa sembuh secepat itu?"Ryan terdiam sejenak, lalu tersenyum misterius. "Mungkin ibumu punya kekuatan penyembuhan super?"Wendy cemberut mendengar jawaban bercanda Ryan. "Ayolah, Profesor. Aku serius!""Wendy," suara lembut ibu Wendy terdengar dari kursi belakang. "Jangan bertanya apa yang tidak seharusnya kamu tanyakan."Wendy menoleh ke ibunya dengan ekspresi protes. "Tapi Bu...""Tidak ada tapi-tapian," potong ibunya tegas. "Ada hal-hal yang lebih baik tidak kamu ketahui."Wendy menggembungkan pipinya, jelas tidak puas dengan jawaban itu. Namun dia tahu lebih baik untuk
"Aku memberimu kesempatan, tapi kau tidak memanfaatkannya dengan baik," ujar Ryan tenang, matanya masih terpejam.Sebelum Pablo sempat bereaksi, tangan Ryan sudah mencengkeram lehernya dan mengangkat tubuhnya ke udara."K-kau tidak bisa membunuhku!" Pablo berteriak panik, matanya dipenuhi rasa takut.Ryan membuka matanya perlahan. "Benarkah?" Dia tersenyum tipis. "Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak bisa kubunuh."Krak!Suara mengerikan terdengar saat Ryan mematahkan leher Pablo dengan satu gerakan cepat. Ia lalu melemparkan tubuh tak bernyawa itu ke tanah tanpa basa-basi.Seluruh ruangan kembali diselimuti keheningan. Semua orang terpaku, tak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan.Ryan melompat turun dari arena dengan ringan, seolah ia baru saja menyelesaikan pekerjaan sepele. Dia berjalan mendekati ia Wendy yang masih terdiam di tempatnya."Bagaimana perasaanmu?" tanya Ryan santai. "Lima menit telah berlalu. Tubuhmu seharusnya sudah bisa bergerak dengan baik se