Bagaimana kak dengan bab ini, apakah seru?? kalau seru, othor minta tolong promosikan novel ini ke teman atau kerabat kalian, siapa tahu bisa mendongkrak performa dan tidak jadi dikampak, hehehehe( ╹▽╹ ) Selamat beraktivitas (◠‿・)—☆ Bab Bonus: 0/3 Antrian: 23 Bab Reguler. 2/2 Bab (komplit)
Crimson menyadari situasi ini tak bisa dibiarkan berlanjut. Meski kekuatannya lebih tinggi dari Ryan, niat membunuhnya telah ditekan dengan telak. Terlebih lagi, ia merasakan bahaya mendalam dari naga darah yang mengambang di belakang lawannya. Setelah beberapa saat menimbang, mata Crimson berkilat penuh tekad. Tanpa ragu ia menggigit jarinya dan meneteskan esensi darahnya ke simbol kepala tengkorak berdarah yang tersenyum di dahinya. Seketika, simbol itu bersinar terang! Cahayanya semakin menyilaukan saat tekanan yang membebani tubuh Crimson perlahan lenyap sepenuhnya. 'Tak ada pilihan lain!' batinnya kalut. Jika bocah ini tidak mati sekarang, ia pasti akan menimbulkan masalah tak berujung di masa depan! "Bahkan jika aku harus membakar esensi darah dan kultivasiku, kau akan mati hari ini!" raungnya murka sambil melesat maju. "Gunakan gerakan itu sekarang, sebelum kekuatan esensi darahnya mencapai puncak!" suara tetua berjubah hitam mendadak bergema dalam benak Ryan. "Cepa
Gadis itu melepas kacamatanya dan tersenyum anggun. Ryan akhirnya mengenalinya–Juliana Herbald dari Keluarga Herbald! Mereka belum pernah bertemu lagi sejak pembuatan ulang Pedang Suci Caliburn. "Jika Anda tidak keberatan ditemani saya, silakan masuk," ujarnya ramah. Ryan mengangguk dan memasukkan ponselnya ke saku. Mobil sport mewah Juliana melaju mulus membelah jalanan sepi Kota Riverpolis. Deru halus mesin supercar itu menciptakan harmoni tersendiri dengan hembusan angin malam yang sejuk. "Aku sedikit terkejut melihatmu di sini," Ryan melirik gadis cantik yang tengah fokus mengemudi di sampingnya. Juliana tersenyum tipis, tatapannya tetap lurus ke depan. "Tuan Ryan, belakangan ini Anda menjadi pusat perhatian di Kota Riverpolis. Semua orang mengikuti setiap langkah Anda dengan seksama." "Oh?" Ryan mengangkat alisnya tertarik. "Dan mengapa menurutmu begitu?" "Tentu saja karena kekuatan dan pengaruh Anda," Juliana menjawab diplomatis. "Tak ada yang ingin membuat masalah de
Seolah membaca pikiran Ryan, Juliana melanjutkan, "Tuan Ryan mungkin belum tahu, tapi Conrad Max bukan sekadar anggota Ikatan Dokter-Alkemis biasa. Dia adalah dokter ajaib!" "Tiga orang nyaris mati di tempat itu, dan Conrad Max-lah yang menyelamatkan mereka. Jika dia tidak tahu lokasi Penjara Catacomb, maka tidak ada yang tahu." Ryan langsung memutuskan. "Baiklah, aku akan pergi ke sana bersamamu." Tidak peduli apapun, Conrad Max adalah satu-satunya petunjuk menuju Penjara Catacomb. Dan karena pria itu tertarik dengan pil obat, Ryan bisa membuat pil tingkat empat sebagai umpan. Ia yakin itu cukup untuk membuat Conrad membocorkan rahasia. Senyum cerah mengembang di wajah Juliana. Dia sempat khawatir bagaimana membujuk Ryan datang, namun situasinya malah teratasi dengan mudah. Jika Ryan hadir bersamanya, Keluarga Herbald tidak akan kehilangan muka seperti sebelumnya. Yang terpenting, seni bela diri Ryan sangat kuat. Akan sangat menguntungkan bagi Keluarga Herbald jika mereka b
Tak butuh waktu lama, Juliana dan Ryan tiba di Vila Pendragon. Setelah Juliana berpamitan, Ryan tak langsung masuk ke dalam Vilanya, melainkan mampir ke vila sebelah, melihat kondisi Galahad. Bawahannya itu mulai menunjukkan tanda-tanda bisa merasakan lengannya lagi. Prospek pemulihan penuh tampak menjanjikan. 'Jika dia pulih tepat waktu, aku akan membawanya ke Lembah Pengobatan,' Ryan membatin. Juliana telah memberitahu bahwa ini acara besar yang akan dihadiri banyak praktisi bela soro. Akan merepotkan jika Departemen Penanggulangan Bencana atau Ordo Hassasin mengirim pembunuh lagi. Meski Ryan tak gentar, ia enggan memamerkan kekuatannya. Lebih baik ada orang lain yang menangani masalah itu. Ketika Ryan masuk ke vilanya, ia mendapati Rindy dan Adel duduk di sofa menatapnya penuh minat. "Ada apa dengan kalian?" "Siapa gadis di mobil tadi?" Adel bertanya sambil mengedipkan mata menggoda. Ryan tersenyum sambil melambaikan kartu undangan. "Hanya teman. Dia mengantarkan sesu
Mendengar pertanyaan Kakaknya, Lina mengangguk sambil terus memainkan permen karetnya. "Ya, aku bertemu dengannya. Tapi Kak, aku benar-benar tidak mengerti Kakak. Apa bagusnya Ryan? Kekuatannya tidak ada apa-apanya dibanding para jenius di sini. Bukankah dia hanya memiliki akar fana yang lumpuh?" Gadis itu membuat gelembung besar sebelum melanjutkan dengan nada mencibir, "Mengapa Kakak begitu memperhatikan anak itu? Jangan bilang Kakak menyukainya? Itu tidak mungkin kan? Siapa pun dari para jenius yang mengejarmu di sini cukup kuat untuk menghancurkan Ryan dalam sekejap mata..." Shirly mengabaikan rentetan pertanyaan adiknya. Tatapannya masih terfokus ke kejauhan saat bertanya lagi, "Bagaimana keadaannya di luar sana? Apakah dia sudah menemukan pembunuh orang tuanya?" "Tidak." Lina menggeleng dengan ekspresi serius. "Kak, tidak semudah itu. Aku sudah membunuh beberapa 'semut' untuk mendapatkan informasi, tapi sepertinya orang dibalik pembunuhan orang tua Ryan punya koneksi denga
Realisasi menghantam Ryan bagaikan petir di siang bolong. Semuanya mulai masuk akal sekarang! Sejak pertama kali tidur dengan Adel, kecepatan kultivasi Ryan meningkat pesat. Energi qi yang ia serap dari lingkungan juga terasa jauh lebih murni. Awalnya ia mengira itu berkat Kuburan Pedang, namun ternyata semua karena bakatnya sendiri! Bakat yang telah menipu semua orang selama ini! 'Masuk akal,' Ryan membatin. 'Ibuku memiliki akar spiritual yang langka. Tidak peduli seberapa sedikit darahnya yang mengalir dalam tubuhku, mustahil aku memiliki akar fana!' "Senior, apa sebenarnya akarku..." Ryan hendak bertanya lebih jauh, namun sosok lelaki tua itu telah lenyap sepenuhnya, jelas enggan memberikan penjelasan lebih lanjut. ** Keesokan paginya, Ryan bangun dan mendapati Adel serta Rindy masih tenggelam dalam kultivasi mereka di sofa. Ia menggeleng melihat pemandangan itu–tampaknya ia harus membuat sarapan sendiri hari ini. Dengan telaten Ryan memasak sepiring nasi goreng telur,
Juliana tak punya pilihan selain memutar kemudi untuk memberi jalan. Namun alih-alih menyalip dengan aman, kedua mobil sport itu justru mempertahankan posisi berdampingan. Tak ada satupun yang mau mengalah se-inchi pun! Klakson mobil di belakang Juliana mulai berbunyi panik dan tidak sabar. Wajah Juliana mengeras, namun dia hanya bisa mempercepat laju mobilnya untuk menghindari tabrakan. Sayangnya, kedua mobil sport itu jauh lebih cepat. Mobil merah di sebelah kiri menyalip Koenigsegg Juliana dengan brutal, sengaja menggesek sisi mobil hingga menimbulkan percikan api. Jantung Juliana berdegup kencang, namun bencana belum berakhir. Mobil sport putih yang tertinggal di belakang tampak murka karena disalip. Tanpa peringatan, pengemudinya menabrak bagian belakang Koenigsegg dengan keras! "Kyaaa!" Juliana menjerit tertahan saat mobilnya berguncang hebat. Cengkeramannya pada kemudi terlepas, membuat Koenigsegg berputar tak terkendali ke arah tebing. Tebing dengan kedalaman
Melihat ini, punggung pria itu basah oleh keringat. Dia hampir mati di sana! Matanya dipenuhi niat membunuh yang dingin saat menatap Koenigsegg yang kini terparkir di pinggir jalan. Sepanjang hidupnya, tak ada yang berani memperlakukannya seperti ini. Amarah membakar dadanya hingga nyaris meledak. 'Akan kuajarkan pada si brengsek itu apa akibatnya berani menggangguku!' batinnya murka. Pandangannya tertuju pada plat nomor Koenigsegg yang menunjukkan asal Provinsi Riveria. Kalau saja itu plat Ibu Kota, mungkin dia masih akan berpikir dua kali. Namun melihat asal mobil itu, keraguan terakhirnya lenyap seketika. Dengan langkah lebar ia menghampiri Koenigsegg. Mobil sport merah di depan tampaknya juga menyadari insiden ini. Kendaraan mewah itu berhenti di pinggir jalan, dan seorang pria berpotongan cepak keluar dari dalamnya. Aura bela diri yang kuat menguar dari tubuhnya saat ia mengamati situasi dengan dahi berkerut. "Apakah terjadi kecelakaan?" gumamnya pelan. Di kej
"Kau harus pergi ke suatu tempat..." Namun tiba-tiba Lex Denver teringat sesuatu dan mengubah kata-katanya. "Lupakan saja. Tempat itu ada di Gunung Langit Biru. Hal pertama adalah yang perlu kau lakukan terlebih dahulu."Tatapan Ryan tertuju pada nisan pedang kedua yang kini bersinar terang. Dia bisa merasakan aura kuno yang sangat kuat berkumpul di sekitarnya, jauh lebih pekat dari yang pernah dia rasakan sebelumnya."Guru, apakah kultivator kuno ini seorang alkemis?" tanyanya penasaran."Dia bukan hanya itu." Lex Denver menggeleng dengan senyum misterius. "Kau akan mengerti saat melihatnya nanti."Tanpa ragu lagi, Ryan mengulurkan tangan dan menyentuh nisan pedang. Seketika itu juga, cahaya yang dipancarkan semakin terang hingga menyilaukan mata. Seluruh Kuburan Pedang berguncang hebat, bahkan Dragon Vein yang biasanya kokoh pun mulai menunjukkan retakan!Ryan mengira nisan pedang itu akan segera retak dan sosok sang kultivator kuno akan muncul, namun setelah menunggu lima menit
Ryan memejamkan mata, merasakan dantiannya yang kini telah mengembang berkali-kali lipat. Dengan gerakan santai, dia melancarkan sebuah pukulan ke udara kosong. Gelombang kejut tak kasat mata merambat cepat, dan sebuah pohon raksasa yang berjarak lebih dari sepuluh meter langsung hancur berkeping-keping!"Wow," gumamnya takjub. "Dan itu bahkan saat aku menahan diri. Bagaimana jika aku mengeluarkan kekuatan penuhku?"Seulas senyum percaya diri tersungging di bibirnya. Dengan kekuatan ini, dia yakin bisa melindungi diri di Gunung Langit Biru. Bahkan jika harus menghadapi Tetua Zigfrid sekalipun, dia tidak akan gentar!Tiba-tiba Ryan teringat sesuatu. Matanya beralih pada naga darah yang perlahan turun kembali ke tubuhnya dari langit. Selama terobosan tadi, dia sempat merasakan transformasi makhluk spiritual itu. Bukan hanya ukuran tubuhnya yang membesar, tapi aura dan pola di permukaan kulitnya pun mengalami perubahan signifikan."Muridku, kau tidak menyia-nyiakan tiga tetes esensi
"Kurasa tidak lama lagi Tuan Arthur akan menjadi mimpi buruk bagi banyak kekuatan dan sekte. Yang pertama menderita pastilah Sekte Hell Blood," lanjutnya serius. "Jika Paviliun Ivoryshroud tidak mengambil tindakan yang tepat, itu akan berbahaya bagi mereka juga." Saat mereka berdua mengobrol, seekor naga suci panjang turun dari langit! Meski sudah siap secara mental, Tetua Juan masih sangat terkejut. Bahkan seorang ahli Ranah Saint tidak semengerikan ini–apakah Arthur Pendragon benar-benar menantang surga? Lalu mereka melihat naga darah Ryan membubung ke langit, menghantam petir Ilahi yang menyambar-nyambar dari langit. Di tengah angin dingin yang menderu dan kilatan petir yang membutakan, samar-samar terlihat sosok Ryan berdiri tegak tanpa gentar. Ryan telah bersiap di puncak gunung untuk menyambut petir Ilahi, memenuhi permintaan Lex Denver! Bagaimanapun, setelah apa yang telah mereka saksikan hari ini, tidak akan ada seorang pun yang berani mengganggunya. Arthur Pendrago
Ryan membentuk segel tangan rumit, menciptakan jimat spiritual berisi tandanya. "Ini untukmu. Kau bisa menghubungiku bila perlu." Hestia dan Tetua Juan nyaris tak bisa menahan kegembiraan mereka. Jimat spiritual dari Arthur Pendragon! Ini benar-benar sepadan dengan hadiah mereka. "Tuan Arthur, kalau begitu saya tidak akan mengganggu lebih lama," Hestia tersenyum manis sambil menyerahkan sebuah liontin giok. "Liontin ini berisi lokasi wilayah Keluarga Jirk. Jika Anda lewat, Anda harus mampir." "Baiklah." Ryan menerima liontin itu dengan anggukan singkat. Setelah kepergian Hestia dan Tetua Juan, Ryan bertanya pada Lex Denver, "Guru, Anda ingin saya mengambil ini? Apa yang ada di dalamnya? Mengapa saya merasakan gerakan di dalam?" Lex Denver tersenyum misterius. "Jangan kembali dulu. Cari tempat yang tenang, bentuk formasi, dan mulailah menerobos. Aku akan melindungimu." "Baiklah." Ryan menemukan sebuah gua di tepi yang curam, mengusir binatang buas yang mendiaminya, lalu duduk
Ryan menyipitkan matanya, memikirkan situasi ini dengan cermat. Ia harus kembali ke Ibu Kota. Karena Tetua Zigfrid telah tiba di Nexopolis, Ryan seharusnya bisa mendapatkan informasi lebih banyak dari Eagle Squad dan lelaki tua itu. Adapun Floridas Kennedy, dia tahu lokasi pasti markas besar Sekte Hell Blood dan merupakan kunci untuk Ryan bisa menyusup ke sana. Karena itu, untuk sementara nyawanya masih berguna. Lagipula sekarang dia sudah menjadi budak, kesetiaannya tidak perlu diragukan lagi. "Tuan Ryan," Shiki Seiho tiba-tiba berkata pelan, "saya merasakan dua aura mendekat. Mereka tidak memiliki niat buruk. Menurut perkiraan saya, mereka adalah dua orang dari Keluarga Jirk." "Bagaimana kita harus menangani hal ini?" Keluarga Jirk? Ryan tentu saja tidak mengira keluarga itu akan menyerangnya. Setelah berpikir sejenak, dia melirik ke arah tertentu dan memberi instruksi, "Shiki Seiho, bawa Floridas Kennedy kembali ke ibu kota dulu. Aku akan menyusul nanti." "Baik, Tuan Ryan.
"Tidak, aku harus kembali ke Gunung Langit Biru dan melaporkan ini pada pemimpin sekte!" seru seorang pria tua panik. "Kita harus menggambar potretnya sebelum wajahnya terlupakan!" "Mulai hari ini, tidak ada seorang pun yang boleh menyinggung Arthur Pendragon," tambah yang lain dengan wajah pucat. "Benar, benar! Aku khawatir Arthur Pendragon akan memasuki Gunung Langit Biru suatu hari nanti. Kita harus segera memperingatkan sekte kita. Jika tidak, siapa pun yang berani menyinggung iblis ini akan membuat seluruh sekte mereka dihancurkan oleh dahan pohon bunga sakura!" Di tengah kepanikan itu, seorang wanita tampak tersadar akan sesuatu. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia bergegas mengejar ke arah Ryan pergi. Tetua Juan dari Keluarga Jirk juga melakukan hal yang sama! Setelah semua yang terjadi, mereka harus menunjukkan pendirian Keluarga Jirk. Tetua Juan tidak lagi berambisi memenangkan hati Arthur Pendragon–dia hanya ingin memastikan sosok mengerikan itu tidak menjadi mu
Pemikiran itu segera terhenti. Bagaimanapun, baik Brandy Shroud maupun para pengikutnya tidak dianggap sangat kuat di Gunung Langit Biru. Terlalu banyak kultivator di sana yang jauh lebih mengerikan. Brandy Shroud hanyalah kepala cabang Paviliun Ivoryshroud di Nexopolis. Para kultivator di cabang lain di Gunung Langit Biru jelas tak akan semudah ini ditangani. Dan kali ini, Ryan tidak hanya menyinggung Sekte Hell Blood, tetapi juga Paviliun Ivoryshroud. Namun Ryan justru tersenyum tipis. Lalu kenapa? Jika orang-orang dari Gunung Langit Biru ingin mencari masalah, mereka akan mencari Arthur Pendragon. Dan setelah hari ini, yang akan mereka temui hanyalah Ryan. 'Meski begitu,' pikirnya sambil merapikan jubahnya yang ternoda darah, 'nama Arthur Pendragon mungkin masih berguna sebagai jimat penyelamat nyawa di masa depan.' Mulai hari ini, nama itu akan mengguncang seluruh Gunung Langit Biru. Jika suatu saat dia perlu mengungkapkan identitasnya sebagai Arthur Pendragon, mungkin
"Dahan pohon bunga sakura menghancurkan formasi kuno dan membunuh Brandy Shroud!" seru seseorang tak percaya. "Pengungkapan kekuatan ini sendiri sudah cukup untuk mengguncang seluruh Gunung Langit Biru!"Tetua Juan dari Keluarga Jirk gemetar hebat. Sebagai anggota terkuat dari rombongan Keluarga Jirk, ini adalah pertama kalinya dia merasakan ketakutan yang begitu mencekam. Penyesalan memenuhi hatinya–dia tahu telah kehilangan kesempatan terbaik.'Jika saja aku mendengarkan nona muda dan berdiri di pihak Arthur Pendragon tanpa ragu,' pikirnya getir. 'Mungkin Keluarga Jirk masih bisa membangun hubungan dengannya.'Berkat bakat Shirly Jirk yang luar biasa, Keluarga Jirk terbiasa unggul dalam hal negosiasi dan perekrutan orang-orang jenius. Namun penampilan Ryan tampak bahkan melampaui kejayaan Shirly Jirk yang selama ini menjadi kebanggaan keluarga.'Selama dua puluh tahun terakhir, mengapa tidak ada berita di Gunung Langit Biru tentang seorang jenius seperti ini?' Tetua Juan bertanya
"Astaga... Ini adalah petir Ilahi!""Bagaimana mungkin? Arthur Pendragon benar-benar memiliki kekuatan petir Ilahi!""Mungkinkah dahan pohon bunga sakura itu? Apakah itu harta karun yang dapat memicu petir Ilahi?""Kali ini Brandy Shroud akan mati!"Bisikan-bisikan ketakjuban memenuhi arena. Para anggota Keluarga Jirk yang hadir saling berpandangan dengan ekspresi tak percaya. Bahkan Tetua Juan dari Keluarga Jirk membelalakkan matanya lebar-lebar. "Dari mana Arthur Pendragon berasal?" gumamnya heran. "Kekuatan seperti ini... dia pasti bukan orang biasa!"Sementara itu, wajah Brandy Shroud semakin memucat. Dia bisa merasakan kematian mengintai dari balik petir ilahi yang menari-nari di sekeliling Ryan. Namun ego dan harga dirinya tidak mengizinkan dia mundur."Pergi kau ke neraka!" teriaknya sambil melancarkan serangan pamungkas.Pedang spiritualnya melesat bagai meteor merah yang siap menghancurkan segalanya. Namun Ryan hanya tersenyum dingin."Hari ini, aku akan mengajarimu kon