pagi semuanya <( ̄︶ ̄)> maaf othor bangun kesiangan, jadi belum sempat menghitung Gem. othor rapel siang atau malam saja. Bab Bonus: 0/3 Antrian: 23 Bab Reguler: 1/2 Bab Selamat Membaca dan Selamat beraktivitas (◠‿・)—☆
Akan tetapi, sang pembunuh hanya mencibir. "Mencoba membunuhku hanya dengan itu? Jangan bermimpi, anak muda!" Dalam sekejap, kawat baja di tangannya berubah menjadi pedang fleksibel. Ia mengayunkannya untuk menangkis serangan Ryan. Kawat baja ini jelas bukan senjata biasa. Selain mampu berubah bentuk, ia ditempa dengan batu spirit dan teknologi terkini. Senjata ini bisa bertransformasi menjadi berbagai bentuk, dan karena bahan khusus yang digunakan, senjata biasa tak akan mampu menghancurkannya. CLANG! Dua kilatan logam dingin beradu di udara! Percikan api beterbangan ke segala arah! Namun sesuatu yang tak terduga terjadi–pedang fleksibel itu patah dalam sekali tebasan! "Bagaimana mungkin?!" mata pembunuh itu membelalak tak percaya. Meski begitu, refleksnya sangat cepat. Ia segera melompat mundur sebelum tebasan Ryan mengenai tubuhnya. Namun pakaiannya tak luput dari sabetan pedang itu. Pria itu menatap pakaiannya yang robek sebelum tersenyum dingin. "Ini pertama kalinya sese
Crimson menyadari situasi ini tak bisa dibiarkan berlanjut. Meski kekuatannya lebih tinggi dari Ryan, niat membunuhnya telah ditekan dengan telak. Terlebih lagi, ia merasakan bahaya mendalam dari naga darah yang mengambang di belakang lawannya. Setelah beberapa saat menimbang, mata Crimson berkilat penuh tekad. Tanpa ragu ia menggigit jarinya dan meneteskan esensi darahnya ke simbol kepala tengkorak berdarah yang tersenyum di dahinya. Seketika, simbol itu bersinar terang! Cahayanya semakin menyilaukan saat tekanan yang membebani tubuh Crimson perlahan lenyap sepenuhnya. 'Tak ada pilihan lain!' batinnya kalut. Jika bocah ini tidak mati sekarang, ia pasti akan menimbulkan masalah tak berujung di masa depan! "Bahkan jika aku harus membakar esensi darah dan kultivasiku, kau akan mati hari ini!" raungnya murka sambil melesat maju. "Gunakan gerakan itu sekarang, sebelum kekuatan esensi darahnya mencapai puncak!" suara tetua berjubah hitam mendadak bergema dalam benak Ryan. "Cepa
Gadis itu melepas kacamatanya dan tersenyum anggun. Ryan akhirnya mengenalinya–Juliana Herbald dari Keluarga Herbald! Mereka belum pernah bertemu lagi sejak pembuatan ulang Pedang Suci Caliburn. "Jika Anda tidak keberatan ditemani saya, silakan masuk," ujarnya ramah. Ryan mengangguk dan memasukkan ponselnya ke saku. Mobil sport mewah Juliana melaju mulus membelah jalanan sepi Kota Riverpolis. Deru halus mesin supercar itu menciptakan harmoni tersendiri dengan hembusan angin malam yang sejuk. "Aku sedikit terkejut melihatmu di sini," Ryan melirik gadis cantik yang tengah fokus mengemudi di sampingnya. Juliana tersenyum tipis, tatapannya tetap lurus ke depan. "Tuan Ryan, belakangan ini Anda menjadi pusat perhatian di Kota Riverpolis. Semua orang mengikuti setiap langkah Anda dengan seksama." "Oh?" Ryan mengangkat alisnya tertarik. "Dan mengapa menurutmu begitu?" "Tentu saja karena kekuatan dan pengaruh Anda," Juliana menjawab diplomatis. "Tak ada yang ingin membuat masalah de
Seolah membaca pikiran Ryan, Juliana melanjutkan, "Tuan Ryan mungkin belum tahu, tapi Conrad Max bukan sekadar anggota Ikatan Dokter-Alkemis biasa. Dia adalah dokter ajaib!" "Tiga orang nyaris mati di tempat itu, dan Conrad Max-lah yang menyelamatkan mereka. Jika dia tidak tahu lokasi Penjara Catacomb, maka tidak ada yang tahu." Ryan langsung memutuskan. "Baiklah, aku akan pergi ke sana bersamamu." Tidak peduli apapun, Conrad Max adalah satu-satunya petunjuk menuju Penjara Catacomb. Dan karena pria itu tertarik dengan pil obat, Ryan bisa membuat pil tingkat empat sebagai umpan. Ia yakin itu cukup untuk membuat Conrad membocorkan rahasia. Senyum cerah mengembang di wajah Juliana. Dia sempat khawatir bagaimana membujuk Ryan datang, namun situasinya malah teratasi dengan mudah. Jika Ryan hadir bersamanya, Keluarga Herbald tidak akan kehilangan muka seperti sebelumnya. Yang terpenting, seni bela diri Ryan sangat kuat. Akan sangat menguntungkan bagi Keluarga Herbald jika mereka b
Tak butuh waktu lama, Juliana dan Ryan tiba di Vila Pendragon. Setelah Juliana berpamitan, Ryan tak langsung masuk ke dalam Vilanya, melainkan mampir ke vila sebelah, melihat kondisi Galahad. Bawahannya itu mulai menunjukkan tanda-tanda bisa merasakan lengannya lagi. Prospek pemulihan penuh tampak menjanjikan. 'Jika dia pulih tepat waktu, aku akan membawanya ke Lembah Pengobatan,' Ryan membatin. Juliana telah memberitahu bahwa ini acara besar yang akan dihadiri banyak praktisi bela soro. Akan merepotkan jika Departemen Penanggulangan Bencana atau Ordo Hassasin mengirim pembunuh lagi. Meski Ryan tak gentar, ia enggan memamerkan kekuatannya. Lebih baik ada orang lain yang menangani masalah itu. Ketika Ryan masuk ke vilanya, ia mendapati Rindy dan Adel duduk di sofa menatapnya penuh minat. "Ada apa dengan kalian?" "Siapa gadis di mobil tadi?" Adel bertanya sambil mengedipkan mata menggoda. Ryan tersenyum sambil melambaikan kartu undangan. "Hanya teman. Dia mengantarkan sesu
Mendengar pertanyaan Kakaknya, Lina mengangguk sambil terus memainkan permen karetnya. "Ya, aku bertemu dengannya. Tapi Kak, aku benar-benar tidak mengerti Kakak. Apa bagusnya Ryan? Kekuatannya tidak ada apa-apanya dibanding para jenius di sini. Bukankah dia hanya memiliki akar fana yang lumpuh?" Gadis itu membuat gelembung besar sebelum melanjutkan dengan nada mencibir, "Mengapa Kakak begitu memperhatikan anak itu? Jangan bilang Kakak menyukainya? Itu tidak mungkin kan? Siapa pun dari para jenius yang mengejarmu di sini cukup kuat untuk menghancurkan Ryan dalam sekejap mata..." Shirly mengabaikan rentetan pertanyaan adiknya. Tatapannya masih terfokus ke kejauhan saat bertanya lagi, "Bagaimana keadaannya di luar sana? Apakah dia sudah menemukan pembunuh orang tuanya?" "Tidak." Lina menggeleng dengan ekspresi serius. "Kak, tidak semudah itu. Aku sudah membunuh beberapa 'semut' untuk mendapatkan informasi, tapi sepertinya orang dibalik pembunuhan orang tua Ryan punya koneksi denga
Realisasi menghantam Ryan bagaikan petir di siang bolong. Semuanya mulai masuk akal sekarang! Sejak pertama kali tidur dengan Adel, kecepatan kultivasi Ryan meningkat pesat. Energi qi yang ia serap dari lingkungan juga terasa jauh lebih murni. Awalnya ia mengira itu berkat Kuburan Pedang, namun ternyata semua karena bakatnya sendiri! Bakat yang telah menipu semua orang selama ini! 'Masuk akal,' Ryan membatin. 'Ibuku memiliki akar spiritual yang langka. Tidak peduli seberapa sedikit darahnya yang mengalir dalam tubuhku, mustahil aku memiliki akar fana!' "Senior, apa sebenarnya akarku..." Ryan hendak bertanya lebih jauh, namun sosok lelaki tua itu telah lenyap sepenuhnya, jelas enggan memberikan penjelasan lebih lanjut. ** Keesokan paginya, Ryan bangun dan mendapati Adel serta Rindy masih tenggelam dalam kultivasi mereka di sofa. Ia menggeleng melihat pemandangan itu–tampaknya ia harus membuat sarapan sendiri hari ini. Dengan telaten Ryan memasak sepiring nasi goreng telur,
Juliana tak punya pilihan selain memutar kemudi untuk memberi jalan. Namun alih-alih menyalip dengan aman, kedua mobil sport itu justru mempertahankan posisi berdampingan. Tak ada satupun yang mau mengalah se-inchi pun! Klakson mobil di belakang Juliana mulai berbunyi panik dan tidak sabar. Wajah Juliana mengeras, namun dia hanya bisa mempercepat laju mobilnya untuk menghindari tabrakan. Sayangnya, kedua mobil sport itu jauh lebih cepat. Mobil merah di sebelah kiri menyalip Koenigsegg Juliana dengan brutal, sengaja menggesek sisi mobil hingga menimbulkan percikan api. Jantung Juliana berdegup kencang, namun bencana belum berakhir. Mobil sport putih yang tertinggal di belakang tampak murka karena disalip. Tanpa peringatan, pengemudinya menabrak bagian belakang Koenigsegg dengan keras! "Kyaaa!" Juliana menjerit tertahan saat mobilnya berguncang hebat. Cengkeramannya pada kemudi terlepas, membuat Koenigsegg berputar tak terkendali ke arah tebing. Tebing dengan kedalaman
Pagi itu, suasana Bandara Riveria tampak ramai seperti biasa. Di area keberangkatan domestik, Ryan berdiri dengan santai diapit oleh dua wanita cantik–Adel dan Rindy."Kau yakin tidak mau kami ikut?" tanya Adel dengan nada khawatir. Tangannya menggenggam lengan Ryan erat, enggan melepaskan.Ryan tersenyum tipis. "Tidak perlu. Selain itu, Galahad dan Lancelot akan menjaga kalian selama aku pergi." Ia melirik kedua pengawalnya yang berdiri tak jauh dari sana. "Lagipula, aku hanya pergi sebentar. Paling lama satu minggu.""Tapi..." Adel masih tampak ragu."Sudahlah," Rindy menyela sambil tersenyum jahil. "Biarkan saja dia pergi. Toh dia pasti akan kembali–kecuali kalau dia berani selingkuh di Ibu Kota."Ryan tertawa kecil mendengar ancaman terselubung itu. Ia mengacak rambut Rindy dengan gemas. "Mana berani aku selingkuh kalau punya dua wanita secantik kalian?""Gombal!" Rindy menepis tangan Ryan dengan wajah merona.Pengumuman keberangkatan pesawat RD8978 menggema di terminal, menanda
Ryan menepuk bahu Lancelot dengan gestur menenangkan. "Masalah ini tidak mendesak," ujarnya tenang. "Aku akan berangkat ke Ibu Kota lebih dulu. Kau dan yang lain dari Guild Round Table bisa menyusul nanti. Saat ini, fokusmu haruslah meningkatkan kekuatan.""Baik, Ketua Guild," Lancelot membungkuk hormat.Setelah berpamitan dengan kedua bawahannya, Ryan teringat sesuatu. Eagle Squad pasti memiliki pengaruh di Ibu Kota–akan lebih mudah jika mereka yang mengatur perjalanannya.Baru saja ia hendak menghubungi Sammy Lein, sebuah mobil yang terparkir di luar vila membunyikan klakson. Ryan menggeleng geli sebelum melangkah menuju kendaraan itu.Seperti dugaannya, Sammy Lein dan Patrick telah menunggu di dalam."Jangan bilang kalian menunggu di sini selama sepuluh hari," godanya sambil masuk ke dalam mobil. "Aku tak akan percaya."Sammy Lein tertawa canggung. "Tuan Ryan mungkin tidak tahu, tapi Eagle Squad telah beberapa kali mencoba menemui Anda. Nona Rindy selalu mengatakan Anda sedang b
"Muridku," suaranya bergema dalam kekosongan, "di dunia ini terdapat 3000 Dao Besar dan Dao Kecil yang tak terhitung jumlahnya! Sepanjang hidupku, aku menekuni Dao Pembantaian dan niat pedang."Pedang Suci Caliburn berdengung di tangannya, beresonansi dengan kata-katanya. "Pedang adalah raja dari segala senjata. Baik untuk menyerang maupun bertahan, tak ada yang menandinginya!""Pedang Pembelah Langit yang akan kuwariskan padamu memiliki tiga jurus. Setiap jurus mengandung hukum Dao Agung yang kusempurnakan. Jika kau memiliki kekuatan yang cukup, teknik ini mampu menghancurkan langit itu sendiri!""Itulah mengapa ia dinamakan Pedang Pembelah Langit!"Lelaki tua itu mengacungkan Caliburn tinggi-tinggi. Niat pedang yang terpancar darinya begitu pekat hingga membuat udara bergetar. Ryan bahkan bisa merasakan jantungnya berdegup kencang hanya dengan menatapnya."Jurus pertama–Naga Membelah Langit!" Pedang di tangannya bergerak bagai kilat, menciptakan bayangan naga raksasa yang meraung
Sebagai kultivator yang baru mengenal enam ranah–Body Tempering, Qi Gathering, Foundation Establishment, Golden Core, Nascent Soul, dan Heavenly Soul–Ryan paham betul besarnya kesenjangan kekuatan mereka.Setiap ranah terbagi menjadi sembilan tingkat. Dan kini, sebagai kultivator Foundation Establishment, ia harus menghadapi praktisi ranah Nascent Soul!'Bagaimana mungkin aku bisa menang?' batinnya frustrasi.Seolah membaca pikirannya, lelaki tua itu melepaskan sinar pedang ke arah kepala Ryan. Dalam sekejap ia telah muncul di hadapan pemuda itu."Kau ingin tahu mengapa aku menggunakan ranah yang jauh lebih tinggi?" suaranya dalam dan berat. "Akan kuberitahu!""Dao Pembantaian berada di ambang hidup dan mati," lelaki tua itu melanjutkan dengan nada serius. "Dengan teknik ini, kau bahkan bisa membunuh mereka yang jauh lebih kuat darimu!"Dia menghentakkan pedangnya, menciptakan gelombang tekanan yang membuat Ryan terhuyung. "Jika kau mampu bertahan dari seranganku, kelak saat menghadap
Di sebuah bangunan megah nan misterius di Ibu Kota, Lucas Ravenclaw duduk dengan tenang sembari menyeka pedangnya yang berwarna merah darah. Pedang itu berpendar dengan energi qi yang tak kalah kuat dari Pedang Suci Caliburn.Meski tak melepaskan aura apapun, kehadirannya saja sudah menciptakan tekanan berat yang membuat orang biasa kesulitan bernapas.Di hadapannya, seorang lelaki tua berambut putih berlutut dengan tubuh gemetar. "Tuan Lucas, saya telah menyelidiki orang-orang yang mengikuti Anda hari ini. Mereka berasal dari Provinsi Riveria, namun asal-usul sebenarnya masih belum jelas.""Heh," Lucas Ravenclaw mendengus dingin. "Sudah bertahun-tahun berlalu, belum ada yang berani berbuat kurang ajar seperti ini. Apakah mereka ingin mati?""Terus selidiki. Begitu tahu siapa yang mengirim mereka, bunuh semuanya. Jangan sisakan satu pun."Lelaki tua itu mengangguk patuh sebelum teringat sesuatu. "Tuan Lucas, mengapa Anda tiba-tiba kembali ke Ibu Kota kali ini?"Lucas Ravenclaw meleta
Ryan melepaskan pelukannya dari Rindy dan duduk di sofa. Ia tak ingin membuat kedua gadis itu khawatir dengan menceritakan pertarungannya melawan Sergei Anri dan Departemen Penanggulangan Bencana Supranatural."Hanya urusan bisnis biasa," jawabnya santai. "Beberapa masalah kecil yang harus diselesaikan."Meski ekspresi kedua gadis itu menunjukkan ketidakpercayaan, mereka memilih tidak mendesak lebih jauh. Jika Ryan memilih menyembunyikan sesuatu, pasti ada alasannya.Ryan bangkit untuk mengambil segelas air. Saat meneguknya, ia teringat sesuatu yang penting."Ada yang harus kuberitahu pada kalian," ujarnya serius. "Aku perlu berlatih dalam isolasi selama sepuluh hari ke depan untuk sebuah terobosan penting dalam kultivasiku."Ia meletakkan gelasnya sebelum melanjutkan, "Selama sepuluh hari ini, aku akan mengurung diri di kamar lantai tiga. Galahad dan beberapa praktisi dari Guild Round Table akan berjaga di luar. Jika kalian perlu keluar, mereka harus menemani kalian.""Pengasingan
"Tuan Ryan, kumohon lepaskan ayahku!" jeritnya serak. Jika sang ayah tewas, Keluarga Anri akan kehilangan pilar pendukungnya!Meski merasa kasihan pada temannya, Juliana tetap berkata tegas, "Tuan Ryan, Anda tidak perlu mempertimbangkan perasaan saya. Dia pantas mati."Jika Sergei Anri dibiarkan hidup, dia pasti akan mencari kesempatan membalas dendam. Dan saat itu terjadi, keluarga Herbald pasti akan terseret.Melihat Juliana tak berniat campur tangan, Riselotte semakin putus asa. "Tuan Ryan, aku bersedia melakukan apapun! Kumohon lepaskan ayahku!""Membiarkannya pergi?" tanya Ryan tenang.Mendengar nada lunak itu, harapan membuncah dalam dada Riselotte dan Sergei Anri. "Ya, ya!" Riselotte mengangguk penuh semangat.Namun detik berikutnya, kilatan dingin melesat–kepala Sergei Anri terpisah dari tubuhnya."Mengapa aku harus mendengarkanmu?" suara Ryan bergema dingin memenuhi ruangan. "Jika kulepaskan dia hari ini, siapa yang akan melepaskanku di masa depan?""Tidak membunuhmu sudah m
"Berlutut dan bersiaplah untuk mati!" Ryan meraung murka. Naga darah melesat keluar dari tubuhnya, memancarkan niat membunuh yang mencekam.BRUK!Beberapa orang langsung berlutut ketakutan. "Grandmaster Ryan, masalah hari itu..."Namun sebelum kalimat mereka selesai, beberapa bilah angin telah melesat dari tangan Ryan. Darah berceceran saat tiga kepala menggelinding ke lantai–salah satunya bahkan sampai ke kaki Sergei Anri!"Situasinya gawat!" Sergei Anri dan kepala Keluarga Liege berteriak pada anak buah mereka. "Semuanya serang bersama! Hari ini dia mati, atau kita yang mati!"Tujuh hingga delapan praktisi menyerbu Ryan serentak. Namun Ryan kini berbeda dari kemarin–ia telah menerobos dan memakan Mutiara Spirit Domain. Siapa yang bisa menghentikannya?Tanpa menghunus Caliburn, Ryan menerobos ke tengah kerumunan. Dalam hitungan detik, daging dan darah berceceran di antara teriakan dan jeritan mengerikan.Tak seorang pun mampu menahan serangannya! Ke mana pun Ryan melangkah, kema
Ryan melambaikan tangannya dan berjalan menuruni gunung. Pria tua berjubah hitam di Kuburan Pedang tidak punya banyak waktu lagi, jadi ia harus segera kembali ke Provinsi Riveria.Setelah itu, ia akan mengasingkan diri selama sepuluh hari untuk mewarisi Dao Pembantaian dari sang lelaki tua. Ryan yakin setelah itu, ia akhirnya bisa pergi ke Ibu Kota.Master Samadhi menatap sosok Ryan yang menjauh sebelum menggeleng pelan. Pintu kuil kembali tertutup rapat–siapa tahu berapa lama akan tetap begitu kali ini. Jika terbuka lagi, kemungkinan besar untuk membantu Ryan sekali lagi.Kembali ke ruang kultivasi, Master Samadhi meletakkan kotak pemberian Ryan di atas meja. Dia hendak melanjutkan kultivasinya namun entah mengapa merasa penasaran dengan isi kotak itu."Anak ini tidak mungkin memberiku ginseng biasa, kan?" gumamnya sambil mengepalkan tangan. Kotak itu melayang ke tangannya.Begitu tutupnya terbuka, aroma obat yang kuat menguar memperlihatkan enam butir pil di dalamnya. Mata Maste