Malam Semuanya <( ̄︶ ̄)> othor merasa bab ini sangat kentang, tapi sayangnya ini bab terakhir hari ini, hehehehe... Namun tenang, jangan risau, othor mohon bersabarlah, bab berikutnya akan tayang besok pagi seperti biasa (≧▽≦) Terima Kasih Kak Indonesia atas hadiah berupa Pena dan Koin (. ❛ ᴗ ❛.) Terima Kasih juga Kak Hari, Kak M Iqbal, Kak Steven, Kak Roni, Kak Koko, Kak Dina, kak Igirisa, dan Kak Syamsir atas dukungan Gem-nya (. ❛ ᴗ ❛.) Bab Bonus: 3/3 (Komplit) Antrian: 48 Selamat Membaca dan selamat beristirahat (◠‿・)—☆
Wajah Fuze berlumuran darah, tubuhnya dipenuhi luka. Para wasit dan anggota Departemen Penanggulangan Bencana Supranatural menatap dengan wajah muram. Ini tak seharusnya terjadi! Rasa sakit yang membakar memicu amarah Fuze. Dengan gerakan putus asa, dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk meninju tangan Ryan, dan akhirnya berhasil membebaskan diri. Tubuhnya yang babak belur merangkak menjauh. Tatapannya dipenuhi kebencian dan amarah saat menatap Ryan. Penghinaan ini tak akan pernah dia lupakan! "Bajingan kecil, kau harus mati!" Raungan murka Fuze mengguncang arena. Aura mengerikan meledak dari tubuhnya, menciptakan pusaran angin yang mengamuk di sekitarnya. Kedua lengannya terentang lebar, seolah berusaha mengendalikan seluruh angin di area itu. Para penonton terkesiap mengenali pose itu. "Itu... bukankah itu Windstorm Slash?" bisik salah satu dari mereka. "Jurus pamungkas Grandmaster Fuze yang dia peroleh dari luar negeri!" "Dia menggunakannya melawan bocah ini?
"Bukankah wajar jika petarung tewas dalam duel hidup dan mati di arena?" Ryan bertanya santai, seolah hanya membicarakan cuaca. Para wasit terdiam sejenak sebelum salah satu dari mereka berkata tegas, "Identitasnya istimewa!" "Istimewa?" Ryan tersenyum mengejek. "Itu tidak berarti apa-apa bagiku. Siapapun yang berani menyinggung perasaanku akan berakhir dengan cara yang sama." "Bocah sombong!" amarah para wasit akhirnya meledak. "Hancurkan dia!" Ketiganya melesat maju secara bersamaan, berniat membunuh Ryan di tempat. Namun tepat sebelum serangan mereka mendarat, sebuah sosok muncul menghadang. Aura mengerikan menguar dari tubuhnya, membuat ketiga wasit membeku di tempat. "Berani sekali kalian!" sosok itu mendesis berbahaya. "Siapa yang berani menyentuhnya saat aku ada di sini?" Ketiga juri menatap curiga pada pria yang menghadang mereka. Sosok misterius itu masih mengenakan kacamata hitam dan topi, menciptakan penampilan yang sangat mencurigakan. 'Dia juga seorang praktisi s
Dalam sekejap mata, ketiga wasit melesat maju dengan niat membunuh yang terfokus pada Ryan. Namun bayangan hitam mendadak muncul menghadang–Galahad telah berdiri di depan tuannya. "Minggir!" salah satu wasit meraung murka, melancarkan serangan telapak tangan mematikan. Ryan yang masih bersandar santai di pilar menyipitkan mata. "Galahad," ujarnya dingin, "jangan biarkan satu pun hidup." "Baik, Master!" Para wasit nyaris tertawa mendengar perintah konyol itu. Namun tawa mereka langsung membeku saat Galahad bergerak. 'Gila!' batin mereka panik. 'Kecepatan dan aura ini...' 'Dia... seorang praktisi bela diri papan atas!' Sebelum mereka sempat bereaksi, Galahad telah berada di hadapan mereka. Ketiga wasit refleks melompat mundur, melepaskan jurus pamungkas secara bersamaan. BOOM! BOOM! BOOM! Gelombang kejut beruntun mengguncang arena. Debu dan puing beterbangan ke segala arah. Meski ketiga wasit berada di peringkat 80-90 ranking grandmaster Nexopolis, mereka tak sebanding de
'Mustahil,' Patrick menggeleng. 'Bagaimana mungkin pemimpin Asosiasi Raja Bela Diri mau berlutut pada Ryan?' Sammy Lein tampak lebih serius menanggapi kemungkinan itu. "Setelah ini, kita harus segera menghubungi orang itu," gumamnya cemas. "Saat ini, hanya dia yang bisa melindungi Ryan dari konsekuensi tindakannya." Ryan yang hendak melangkah turun dari arena mendadak menghentikan langkahnya saat seseorang dari kubu Fuze berteriak lantang, "Ryan, kau dalam masalah besar sekarang!" Tatapan dingin Ryan beralih pada sosok itu. "Jika kalian tidak senang," ujarnya tenang namun mengancam, "kalian bisa menyerangku bersama-sama. Kuberikan kalian waktu lima detik." Keheningan total menyelimuti arena. Lima detik berlalu tanpa seorang pun berani melangkah maju. Bagaimana mungkin mereka nekat menyerang setelah menyaksikan pembantaian barusan? Ryan mendengus mengejek sebelum melompat turun dari arena. "Galahad, ayo pergi." ** Di tempat lain, tepatnya di kedalaman Gunung Langit Biru, puluha
Begitu masuk ke dalam kuburan pedang, tatapan mata Ryan langsung tertuju pada batu nisan ketiga yang masih bergeming. Mungkinkah level kultivasinya belum cukup tinggi untuk membuka segel itu? Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benaknya. Mengapa para ahli menganggapnya sebagai satu-satunya harapan? Dan rahasia apa yang tersembunyi dalam Kuburan Pedang? Semua terasa begitu misterius, namun Ryan memaksa dirinya untuk tenang. Saat ini yang bisa ia lakukan hanyalah menjadi lebih kuat. Dengan tekad membara ia duduk bersila dan mulai berkultivasi. Energi spiritual yang tak terbatas mengalir dari batu giok naga, memenuhi meridian dalam tubuhnya. Cahaya merah berpendar samar saat raungan naga bergema di seluruh Kuburan Pedang. Sementara itu, di sebuah gedung mewah di Kota Riverdale, suara benturan keras memecah keheningan. BRAK! Rendy Zola, pria berwajah persegi yang menduduki peringkat ketujuh dalam ranking grandmaster Nexopolis, baru saja menghantam meja batu di hadapannya
Di Vila Pendragon, Ryan membuka mata tepat pukul tiga sore. Helaan napas panjang meluncur dari bibirnya–upayanya menerobos ke ranah Foundation Establishment tingkat keenam kembali gagal. Namun jika dipikir lagi, ini masuk akal. Ia baru saja menerobos dua level sekaligus. Terobosan baru secepat ini hampir mustahil. Meski begitu, Ryan tetap merasa tak puas. Keinginannya untuk membuka nisan pedang ketiga terlalu kuat untuk diabaikan. Setelah gagal berkultivasi, ia memutuskan mempelajari warisan pengetahuan Chen Feng. Sebagian besar memang masih terkunci karena level kultivasinya belum mencukupi, namun ada satu teknik yang bisa ia pelajari–Telapak Membakar Bumi! Teknik ini konon mampu membunuh seribu orang dalam satu serangan jika dikuasai sepenuhnya. Chen Feng memang bukan kultivator sembarangan. Tanpa ragu, Ryan mulai mengalirkan energi qi sesuai jalur yang dijelaskan dalam ingatannya. Perlahan namun pasti, api kecil mulai menyembur dari telapak tangannya. Sensasi terbakar
"Jangan bersikap kasar pada Tuan Ryan!" wanita itu membentak dengan nada tegas. "Kakak, apa-apaan ini?" Pemuda itu menatap tak percaya. "Kau benar-benar memanggil sampah ini..." PLAK! Tamparan kedua mendarat telak di pipinya, membuat matanya terbelalak tak percaya. Wanita itu berbalik menatap pria tua di belakangnya. "Pak Tua Yong, bawa anak ini ke mobil. Jika dia masih berani bersikap tidak sopan, tampar saja dia!" "Baik, Nona Muda!" Setelah mereka pergi, hanya tersisa wanita itu dan Ryan di ambang pintu. Senyum menawan tersungging di bibirnya saat ia membungkuk sopan. "Tuan Ryan, nama saya Yessy Hunt. Yang tadi itu adik saya, Mino Hunt. Maafkan kelancangan dan sikapnya yang kurang ajar." "Mengerti." Ryan hendak menutup pintu namun Yessy mengulurkan tangannya menghalangi. "Tuan Ryan, mohon dengarkan saya dulu," ujarnya dengan nada memohon. "Saya tahu kemampuan medis Anda sangat luar biasa. Bukan hanya menyelamatkan Franklin Pierce yang sekarat, tapi juga menyembuhkan banyak k
"Ada apa?" tanya Ryan menyadari perubahan ekspresinya. "Bukan apa-apa, hanya telepon iseng," Rindy menggeleng cepat. "Oh ya, aku harus mengambil sesuatu di kamar. Makanan spesial yang kubawa untukmu dari luar negeri. Tunggu di sini ya!" Ryan mengangguk meski merasa ada yang aneh dengan sikap Rindy. Begitu tiba di kamar, Rindy mengunci pintu dan jendela sebelum menjawab panggilan dengan tangan gemetar. "Rindy, aku punya kabar baik untukmu," suara Oliver terdengar angkuh. "Keluarga Quins akan kembali lusa. Kuharap kau menyambut kami dengan baik." Dia terkekeh pelan sebelum menambahkan, "Tentu saja kami tidak sendiri. Guruku juga akan hadir. Keluarga Quins tidak akan sama lagi seperti sebelumnya!" Mata Rindy menyipit saat mendengar ini. Keluarga Quins kembali! Jantung Rindy berdegup kencang. Ia tak menyangka Keluarga Quins akan bergerak secepat ini. Belum lagi kabar mengejutkan yang baru saja didengarnya–mereka telah berhasil memperoleh bantuan ahli dari Gunung Langit Biru.
Ryan mengangguk dengan tegas."Guru, masalah ini sangat penting bagi saya. Setelah semuanya beres, saya akan segera mengikuti kompetisi jenius secepatnya."Meski Xiao Yan terlihat khawatir, dia tetap menghargai tekad muridnya. Setelah kultivasi dantianya pulih, ia bisa merasakan aura berbeda yang memancar dari Ryan. Muridnya telah bertambah kuat—mungkin bahkan lebih dari yang diketahuinya."Apakah kamu ingin aku ikut denganmu?" tanya Xiao Yan.Ryan menggeleng pelan. "Saya menghargai pemikiran Anda, Guru, tapi saya memiliki teman yang akan pergi bersama saya. Seharusnya tidak ada bahaya yang terlibat."Meskipun Xiao Yan bingung, dia tidak bertanya lebih jauh, dan hanya memberi tahu muridnya, "Ryan, berhati-hatilah di jalan."Setelah berpamitan dengan Xiao Yan, Ryan meninggalkan White Tower. Ia berencana untuk turun gunung dan mencari tunggangan, tetapi ia tidak menyangka akan disergap oleh bayangan hitam besar yang melesat dari balik pepohonan!Itu adalah Raja Harimau Hitam dari Sla
Inilah reruntuhan sekte milik Lex Denver sebelumnya!Lin Qingxun melirik gambar itu dan menghela napas panjang. Dengan lambaian tangannya yang lembut, proyeksi gambar menghilang.Kemudian, dia menatap Ryan dan berkata dengan serius, "Jika aku tidak salah, penyelidikannya benar-benar terbongkar. Awalnya dia ingin melihat wilayah sekte itu, tetapi mungkin disergap oleh para kultivator dari faksi itu.""Satu-satunya hal yang menguntungkan kita sekarang adalah bahwa tingkat kultivasi para kultivator yang dikirim oleh faksi itu tidak tinggi. Lex Denver telah mengurusnya.""Namun, begitu faksi itu menemukan kita, mereka pasti akan mengirim para kultivator yang jauh lebih kuat ke sana. Pada saat itu, Lex Denver akan benar-benar dalam bahaya."Ekspresi Lin Qingxun semakin mengeras saat melanjutkan, "Aku tidak peduli dengan kematian Lex Denver, tetapi sekarang sudah terlalu banyak hal yang belum terselesaikan. Aku harus menyelamatkannya sebelum para kultivator itu muncul!""Jika Lex Denver dib
Lex Denver telah meminum Pil Ilusi Archaic dan berkata bahwa dia ingin menyelidiki sesuatu yang berhubungan dengan perang kuno dan Kuburan Pedang.Namun, setelah sekian lama, masih belum ada kabar!Meski begitu, Ryan tidak khawatir. Bagaimanapun, Lex Denver adalah seorang kultivator perkasa kuno, dan karenanya cukup kuat untuk menghadapi segala hal di Gunung Langit Biru.Namun, pada saat ini, dia menyadari bahwa segala sesuatunya jauh dari sesederhana itu. Retakan muncul di nisan pedanh Lex Denver, yang tampaknya menunjukkan bahwa dia telah terluka parah.Ryan segera memasuki Kuburan Pedang, dan mendapati bahwa Monica dan Lin Qingxun sudah menunggunya di sana.Mereka berdua mengerutkan kening dan memiliki ekspresi jelek di wajah mereka."Guru, apa yang terjadi?" tanya Ryan, merasakan ketegangan yang menyelimuti atmosfer Kuburan Pedang.Ketika Lin Qingxun melihat Ryan masuk, dia menghela napas panjang dan berkata, "Nisan Pedangnya mulai hancur. Lex Denver mungkin terlalu terlibat dal
Pada saat ini, di aula utama Sekte Dao, ratusan pengikut berdiri di luar pintu, tampak gugup.Mereka bergabung dengan Sekte Dao karena statusnya yang kuat di Gunung Langit Biru. Bahkan di antara teman-teman dan keluarga mereka, mereka sangat dihormati. Namun, Sekte Dao kini telah ditutup oleh satu kalimat dari kultivator yang hebat itu!Semua orang mempertimbangkan untuk meninggalkan sekte tersebut. Bahkan beberapa tetua yang telah berada di Sekte Dao selama puluhan tahun pun ragu-ragu.Kreak!Pintunya tiba-tiba terbuka.Di luar benar-benar kacau."Ketua Sekte, Arthur Pendragon, dia..."Begitu seorang murid mulai berbicara, tubuhnya berubah menjadi kabut berdarah. Tindakan pemimpin sekte itu kejam dan tegas.Kerumunan itu menjadi sunyi senyap.Kemudian, sang ketua sekte tiba di hadapan khalayak.Pada saat ini, dia tampak seperti berusia ratusan tahun, dan dia kelelahan secara fisik dan mental.Dia mengangkat kepalanya, dan sekilas rasa dingin melintas di matanya yang keruh."Jangan p
Monica tahu betul bahwa dia tidak akan mampu melenyapkan Sekte Dao dengan waktu yang tersisa di dunia luar ini, tetapi setidaknya dia bisa menggunakan metode ini untuk mengintimidasi seluruh Gunung Langit Biru!Jika Sekte Dao ingin menyerang Ryan, mereka harus mempertimbangkan konsekuensi jika membuat Monica marah.Terlebih lagi, karena dia telah menyindir Sekte Dao di depan semua orang di Gunung Langit Biru, akan ada banyak kultivator yang secara diam-diam akan mulai membatasi Sekte Dao untuk menghindari skenario terburuk.Tentu saja ini bukan solusi jangka panjang.Begitu Ryan memiliki cukup kekuatan untuk secara pribadi memusnahkan Sekte Dao, semuanya akhirnya akan mencapai resolusi yang tepat dan final.Sosok Monica perlahan menghilang dari pandangan, dan salju pun lenyap bersamanya. Tubuhnya perlahan turun dan mendarat dengan anggun di samping Ryan.Wajahnya pucat dan tubuhnya jauh lebih lemah dari sebelumnya.Ini adalah yang terbaik yang bisa dia lakukan untuk Ryan.Setidaknya,
Lina Jirk menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba, dia memikirkan sesuatu dan matanya berbinar. "Kakak, meskipun tidak ada berita tentang Arthur Pendragon, berita tentang Ryan Pendragon ada di mana-mana di Nexopolis!"Dia menegakkan tubuhnya dengan bersemangat. "Kakak, kamu harus mengakui bahwa kita benar-benar meremehkan Ryan.""Dalam waktu kurang dari setahun, dia telah mencapai begitu banyak prestasi hebat! Dia bahkan menjadikan Keluarga Pendragon sebagai keluarga kelas atas, dan disebut sebagai Dewa Perang yang Tak Terkalahkan oleh banyak praktisi seni bela diri! Ck ck ck...""Biar aku beritahu padamu..." Lina meletakkan keripik kentangnya dan menggosok kedua tangannya. Dia mulai menceritakan semua yang terjadi di Nexopolis kepada kakaknya, bagaimana Ryan telah mengalahkan berbagai kultivator besar dan menjadi figur yang dihormati.Namun bahkan setelah dia selesai berbicara, Shirly Jirk tetap tidak menunjukkan reaksi berarti."Kakak, apakah kamu tidak tertarik pada anak itu?" Lina men
Monica merasakan datangnya petir Ilahi. Ekspresi seriusnya berubah lebih intens. Dia paham betul bahwa ancaman terbesar bagi Ryan saat ini bukanlah petir Ilahi, melainkan Ketua sekte Dao.Perbedaan kekuatan antara Ryan dan Ketua sekte Dao terlalu besar. Mustahil baginya untuk berada terlalu jauh dari Ryan, jadi tidak mungkin baginya meninggalkan tempat ini untuk menghancurkan Sekte Dao sendirian.Selain itu, dia tidak bisa begitu saja mengganggu keseimbangan Gunung Langit Biru. Jika dia ingin melakukan sesuatu yang signifikan, Ryan harus hadir bersamanya.Kekuatan yang diserap dari teknik jahat kuno masih tersisa dalam tubuhnya, namun akan cepat terkuras habis. Jika tidak digunakan segera, kekuatan itu akan sia-sia.Monica melirik ke arah petir Ilahi yang mulai menggumpal di langit, dan sebuah ide muncul di benaknya. Beberapa detik kemudian, dia melangkah maju, dan gelombang udara berdesir di sekelilingnya.Tubuhnya perlahan melayang naik, terus menjulang tinggi hingga puncak-puncak
Jari-jari Monica dengan cepat membentuk segel rumit. Cahaya keemasan menyilaukan langsung memancar dari ujung jarinya. Cahaya itu mengandung karakter-karakter kuno yang mengembun perlahan membentuk sebuah rune pada jimat, yang kemudian melayang turun dari langit menuju kabut hitam.Ketika Ketua sekte Dao memperhatikan jimat tersebut, dia akhirnya menyadari keberadaan wanita berjubah merah di samping Ryan. Matanya melebar penuh keterkejutan."Ini... Ini adalah Jimat Penekan Kejahatan kuno!" serunya takut. "Bukankah ini sudah hilang selamanya? Siapa sebenarnya kamu?"Suaranya dipenuhi ketakutan dan kengerian yang tak disembunyikan. Jimat Penekan Kejahatan kuno adalah musuh bebuyutan dalam jalur kultivasinya!Jimat itu telah hilang selama ribuan tahun, sehingga dia yakin warisan jimat itu telah lenyap untuk selamanya. Namun, sekarang jimat itu muncul lagi di tangan wanita muda ini.Monica mendengus dingin. Tanpa basa-basi, dia mengulurkan jarinya dan menekannya dengan ringan, menyebab
Ryan dan Monica baru saja akan meninggalkan medan pertempuran ketika Monica tiba-tiba menghentikan langkahnya. Matanya menyipit, terarah ke tempat Slaughter Lord tewas."Tuan Pemilik Kuburan Pedang, ada masalah," ucapnya dengan nada waspada.Ryan mengikuti arah pandangan Monica. Di tempat kabut darah Slaughter Lord berada, sesuatu yang aneh terjadi.Kabut berdarah itu bergerak dengan pola yang tidak natural, melayang di udara dan warnanya berubah terus-menerus, menjadi semakin gelap dengan setiap detik yang berlalu.Tak lama kemudian, kabut berdarah itu berubah menjadi kabut hitam pekat, mengambang di udara seperti awan badai miniatur.Kabut hitam tiba-tiba terbentuk!Kabut hitam mengembun menjadi sosok seorang lelaki tua yang mengenakan jubah hitam!Rambut putihnya yang panjang tergerai hingga pinggang, wajahnya berkerut dalam namun pancaran mata kuningnya tajam menusuk. Di keningnya terdapat simbol aneh berwarna merah yang memancarkan aura kuno dan berbahaya.Tak ada keraguan—ini a